Anda di halaman 1dari 7

Cokroaminoto Journal of Biological Science 2 (1) : 26-32

Agustus 2020, e-ISSN : 2723-1267, p-ISSN : 2723-6218

Efektivitas Ekstrak Biji dan Daun Sirsak untuk Pengendalian Hama


Walang Sangit pada Tanaman Padi

Syarif Hidayat Amrullah1 and Herdiati2


1
UIN Alauddin Makassar, Gowa, Sulawesi Selatan
2
Universitas Cokroaminoto Palopo, Palopo, Sulawesi Selatan
*
Email korespondensi: syarifhidayat.amrullah@gmail.com

Abstrak
Beberapa tumbuhan di Indonesia memiliki potensi dalam mengendalikan populasi
hama atau dikenal dengan istilah biopestisida atau lebih spesifik sebagai pestisida
nabati. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas biji dan daun sirsak
(Annona muricata) sebagai biopestisida pengendali hayati terhadap salah satu
organisme pengganggu tanaman (OPT) pada padi, yaitu walang sangit (Leptocorisa
acuta). Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) melalui tiga
perlakuan dan tiga kali ulangan. Tahapan kerja meliputi penyiapan wadah, ekstraksi
biji dan daun sirsak, dan pengaplikasian ekstrak pada hama walang sangit. Data
kemudian dianalisis dengan ANAVA dan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan jumlah
walang sangit yang mati untuk P0, P1, P2, dan P3 secara berturut adalah 0, 25, 25,
dan 32 ekor. Uji ANAVA menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan, dan hasil uji
BNT menunjukkan bahwa ketiga perlakuan memiliki efektivitas yang tidak jauh
berbeda. Hanya saja P1 dianggap lebih efisien karena mampu membunuh banyak
hama dengan konsentrasi yang paling kecil (25%) atau perbandingan ekstrak biji dan
daun sirsak dengan air 1:3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak biji
dan daun sirsak terhadap mortalitas hama walang sangit pada tanaman padi secara
statistik memberikan pengaruh nyata dalam upaya pengendalian OPT tersebut.
Konsentrasi ekstrak yang paling baik yaitu 25% + 75 ml air.

Kata kunci: biopestisida; efektivitas; biji; daun; sirsak; walang sangit; padi

Abstract
Several plants in Indonesia have the potential to control pest populations, known as
biopesticides or more specifically as botanical pesticides. This research was conducted
to determine the effectiveness of soursop (Annona muricata) seeds and leaves extract
as a bio-control against one of the biggest pests in rice, named rice earhead bug
(Leptocorisa acuta). The study was conducted with a completely randomized design
(CRD) through three treatments and three replications. The methodologies include
preparing the container, extracting soursop seeds and leaves, and applying the extract
to the bug. The data were analyzed by ANOVA and LSD test. The results showed that
the number of dead stink bugs for P0, P1, P2, and P3 were 0, 25, 25, and 32,
respectively. ANOVA test showed a significant effect, and the LSD test results showed
that the three treatments had similar effectiveness. It's just that P1 is considered
more efficient because it can kill many pests with the smallest concentration (25%) or
the ratio of soursop seed and leaf extract to water is 1: 3. So it can be concluded that
the provision of soursop seed and leaf extracts on the mortality of the stink bug on
rice has a statistically significant effect in controlling the pest. The best extract
concentration is 25% + 75 ml water.

Keywords: biopesticide; effectivity; seeds; leaves; sour soup; rice ear head bug

26
Efektivitas Ekstrak Biji dan Daun Sirsak untuk Pengendalian Hama …
Syarif Hidayat Amrullah, Herdiati

PENDAHULUAN diuji. Hal ini diakibatkan hama penggerek


Penerapan teknologi budidaya padi batang, yang sulit dikendalikan jika
di tingkat petani mencakup: teknologi serangga tersebut sudah bertelur di
pengolahan tanah, teknologi benih, batang padi [6]. Sedangkan di dataran
teknologi pemupukan, dan teknologi tinggi Toraja, serangan hama penggerek
pemeliharaan. Pemeliharaan pertanaman menunjukkan perbedaan pada setiap
dengan baik dan teratur menjadi hal yang varietas. Pare Bau’, Pare Lallodo, dana
sangat penting dan akan memengaruhi Pare Lea bersifat tahan (intensitas
produktivitas hasil. Pengendalian OPT serangan hama <1%). Pare Ambo’ dan
pada usaha tani, khususnya padi di Pare Kombong bersifat agak tahan (1-
sawah, saat ini dianjurkan dengan 5%), dan varietas Cisantana bersifat
penerapan Pengendalian Hama Terpadu rentan (25,22%). Perbedaan ketahanan
(PHT) yang lebih bijaksana demi terhadap hama penggerek disebabkan
kelestarian lingkungan [1]. Peran penting 97% oleh faktor genetik [7]
pemerintah adalah merumuskan
kebijakan pertanian, baik nasional Populasi serangga hama (herbivor)
maupun internasional, yang menyentuh dapat dikendalikan dengan cara yang
setiap lapisan masyarakat. Salah satunya ramah lingkungan. Pertama, dengan
pada pemanfaatan sumber daya alam, menggunakan musuh alami (serangga
dalam hal ini padi dan pemeliharaannya, predator) sebagai biocontrol untuk
yang tetap memperhatikan setiap aspek mengendalikan populasi hama, seperti
keberlanjutan lingkungan [2]. penggunaan anggota Coccinellidae untuk
mengendalikan kelompok Aphis [8].
Pemeliharaan dan peran penting Kedua dengan menggunakan
kebijakan keberlanjutan lingkungan bioinsektisida. Bioinsektisida ini
sebenarnya mengarah pada peningkatan dikelompokkan menjadi dua, yakni
produktivitas padi sebagai tanaman bioinsektisida hayati dan bioinsektisida
pangan paling utama bagi masyarakat nabati. Bioinsektisida hayati berupa
Indonesia. Dibutuhkan perhatian besar kelompok mikroba seperti jamur yang
dalam pengembangannya. Selain dapat menghasilkan senyawa beracun
memperhatikan tentang pertumbuhan, untuk serangga hama. Seperti Beauveria
juga perlu mengetahui tentang intensitas bassiana, Metarhizium anisopliae dan
serangan hama dan penyakit [3] Misalnya Verticillium lecanii, yang terbukti mampu
padi hibrida SL-8-SHS di Kabupaten menekan populasi arthropoda herbivora
Pinrang yang produktivitasnya mencapai [9]. Bioinsektisida nabati merupakan hasil
8,5 t/ha. Salah satu faktornya adalah ekstraksi dari tanaman pada bagian
tidak adanya serangan hama dan tertentu, baik itu daun, buah, biji,
penyakit yang berat, karena serangannya ataupun akar yang memiliki kandungan
segera dikendalikan dengan insektisida senyawa (metabolit sekunder) bersifat
[4] Penggunaan insektisida, sebagai salah racun pada hama. Keunggulannya, tidak
satu dari pestisida yang khusus mencemari lingkungan dan tidak
mengendalikan serangga hama, memang meracuni tanaman, juga tidak
menjadi salah satu faktor yang menimbulkan resistensi layaknya pestisida
mempengaruhi pendapatan usahatani sintetis. Salah satu tanaman yang dapat
padi, selain dari faktor-faktor lain seperti mengendalikan hama adalah Famili
luas lahan, jumlah bibit, jumlah pupuk, Anonaceae (srikaya dan sirsak), yang
dan jumlah tenaga kerja [5]. Sementara pada biji dan daunnya mengandung
di Kabupaten Barru dan Pangkep yang senyawa acetogenin. Senyawa ini
menjadi lokasi pengujian Mutan Dihaploid diketahui sebagai anti-feedant untuk
Padi Tipe Baru, hasilnya berupa gabah serangga hama [10].
hampa sekitar 30-37% pada galur yang

27
Cokroaminoto Journal of Biological Science 2 (1) : 26-32
Agustus 2020, e-ISSN : 2723-1267, p-ISSN : 2723-6218

Walang sangit (Leptocorisa acuta)


merupakan hama yang umumnya Prosedur Kerja
merusak bulir padi pada fase pemasakan, Tahapan kerja dalam penelitian ini
dengan cara menghisap butiran gabah. meliputi: penyiapan wadah, ekstraksi biji
Serangga ini melindungi diri dengan dan daun sirsak, dan pengaplikasian
mengeluarkan bau menyengat. Kerusakan ekstrak pada hama walang sangit.
yang ditimbulkan dapat berupa gabah Penelitian ini menggunakan Rancangan
hampa, atau beras berubah warna dan Acak Lengkap (RAL). Data dikumpulkan
mengapur [11] melalui penghitungan hama walang sangit
yang mati setelah aplikasi ekstrak. Data
Penelitian ini bertujuan untuk kemudian dianalisis dengan analisis
mengetahui efektivitas biji dan daun varians (ANAVA) untuk mengetahui ada
sirsak (Annona muricata) sebagai tidaknya pengaruh nyata dari perlakuan
biopestisida pengendali hayati terhadap dan uji lanjut dengan uji Beda Nyata
salah satu organisme pengganggu Terkecil (BNT) untuk mengetahui
tanaman (OPT) pada padi, yaitu walang perlakuan mana yang berpengaruh paling
sangit (Leptocorisa acuta). baik.

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Bahan dan Alat Hasil penghitungan walang sangit yang
Adapun alat yang digunakan mati setelah aplikasi ekstrak biji dan daun
dalam penelitian ini meliputi baskom, sirsak pada tiga perlakuan dan tiga kali
blender, saringan, sarung tangan, spoit, ulangan menunjukkan bahwa: pada
gelas ukur, timbangan, labu Erlenmeyer, kelompok kontrol (P0) tidak ada walang
dan tabung reaksi untuk pembuatan sangit yang mati; perlakuan 1 (P1)
ekstrak biji dan daun, toples dan label dengan konsentrasi 25% dan perlakuan 2
untuk penempatan hama walang sangit, (P2) konsentrasi 50% terdapat 25 ekor;
sprayer/botol penyemprot untuk sedangkan pada perlakuan 3 (P3)
pengaplikasian ekstrak pada hama, alat konsentrasi 75%, total 32 ekor hama
tulis, dan kamera untuk dokumentasi. walang sangit yang mati (tabel 1).
Sedangkan bahan yang digunakan
adalah biji dan daun sirsak, air, walang
sangit, dan padi.

Tabel 1. Jumlah walang sangit yang mati setelah aplikasi ekstrak biji dan daun sirsak
Jumlah walang sangit yang mati pada
Perlakuan ulangan ke- (ekor) Total Rata-rata
U1 U2 U3
P0 0 0 0 0 0a
P1 6 8 11 25 8,33b
P2 5 8 12 25 8,33b
P3 10 10 12 32 10,67b

Uji ANAVA menunjukkan nilai F mana yang paling efektif dan efisien
hitung 27,743 dan nilai signifikan 0,000 dalam mematikan hama. Hasilnya terlihat
pada nilai α = 0,05 sehingga dapat bahwa meski semua perlakuan memiliki
diartikan bahwa terdapat pengaruh nyata pengaruh yang berbeda jauh dengan
dari penyemprotan ekstrak biji dan daun kelompok kontrol, namun tidak berbeda
sirsak terhadap kematian (mortalitas) jauh satu sama lain antara P1, P2, dan P3
hama walang sangit (tabel 2). Uji BNT (Tabel 3). Hanya saja, untuk efektivitas
dilakukan untuk mendapatkan perlakuan dan efisiensi, P1 menjadi pilihan, karena

28
Efektivitas Ekstrak Biji dan Daun Sirsak untuk Pengendalian Hama …
Syarif Hidayat Amrullah, Herdiati

dapat mematikan banyak hama dengan dengan 25 ml ekstrak ditambah 75 ml air


konsentrasi yang lebih kecil (25%), atau dengan perbandingan 1 : 3.

Tabel 2. Hasil uji ANAVA


Sumber Jumlah Kuadrat Kuadrat Nilai
FHit
Keragaman Kuadrat Tengah Bebas Signifikan
Perlakuan 65,889 3 21,963 27,743 0,000
Galat 25,333 32 0,792
Total 91,222 35

Berdasarkan hasil penelitian, dapat Senyawa-senyawa yang dapat


dilihat bahwa, ekstrak biji dan daun sirsak bertindak sebagai biopestisida atau
(Annona muricata) efektif untuk bioinsektiksida tersebut memiliki cara
mematikan hama walang sangit kerja yang bermacam-macam. Ada yang
(Leptocorisa acuta) pada tanaman padi. merusak atau mengacaukan metamorfosis
Banyaknya hama walang sangit yang mati dari telur, larva, dan pupa; mengganggu
disebabkan oleh kandungan metabolit komunikasi antar hama; menjadi penolak
sekunder dalam ekstrak biji dan daun makan (antifeedant); menghambat
sirsak yang bertindak sebagai antifeedant. reproduksi hama betina;
Metabolit sekunder merupakan senyawa mengurangi/memblokir kemampuan
yang diproduksi hanya dalam jumlah makan; dan juga mengusir hama dari
sedikit dari sintesis pada sel dan tanaman budidaya [13]
kelompok takson tertentu. Selain
jumlahnya sedikit, produksinya juga tidak Antifeedant atau penghambat makan
terus menerus. Senyawa ini berperan jika telah teraplikasi ke tubuh serangga
dalam mempertahankan diri dari hama, akan menyebabkan terhentinya
lingkungan sekitarnya dan seperti aktivitas makan secara sementara bahkan
namanya yang sekunder, berarti tidak permanen, bergantung pada konsentrasi
berperan penting dalam proses senyawa tersebut. Hama akan mati
metabolisme primer (utama). Fungsi karena tidak mendapatkan nutrisi yang
metabolit sekunder pada tanaman pun dibutuhkan tubuhnya untuk beraktivitas
bermacam-macam, di antaranya sebagai karena antifeedant masuk melalui lapisan
atraktan yang menarik serangga kutikula, kemudian berdifusi ke dalam
pollinator, melindungi dari kondisi hemolimfe. Zat toksiknya kemudian di
lingkungan yang berubah-ubah, sebagai bawa ke seluruh bagian tubuh serangga
phytoaleksin yang melindungi dari oleh hemosit [14] Beberapa senyawa
serangan hama/penyakit, pelindung dari seperti flavonoid dan tannin secara
sinar ultraviolet, zat pengatur tumbuh, langsung menghalangi kerja sel sensorik
dan juga sebagai alelopati untuk bersaing sehingga menyebabkan serangga hama
dengan tanaman lainnya. Senyawa mati kelaparan [15].
metabolit sekunder pada biji sirsak
berdasarkan hasil screening fitokimia Setelah diketahui efektivitas dari
berupa alkaloid, antrakuinon, cyanadin, penggunaan biopestisida dari ekstrak biji
flavonoid, glikosida, kumarin, lakton, dan daun sirsak ini, juga perlu diketahui
plyfenol, tannin, terpenoid, saponin, dan mengenai efisiensi. Hasil penelitian
steroid. Sedangkan pada daun sirsak menunjukkan konsentrasi 25% paling
terdapat senyawa alkaloid, antrakuinon, efisien dalam mematikan hama walang
fenol, flavonoid, glikosida, kumarin, sangit. Hal ini sejalan dengan hasil
lakton, pitosterol, saponin, tannin, dan penelitian [16] yang menunjukkan bahwa
terpenoid [12]. konsentrasi efisien biopestisida untuk

29
Cokroaminoto Journal of Biological Science 2 (1) : 26-32
Agustus 2020, e-ISSN : 2723-1267, p-ISSN : 2723-6218

mengendalikan populasi walang sangit dan air 1 : 3. Perlakuan ini menjadi paling
dewasa adalah berkisar antara 14,2% efisien karena memiliki kemampuan
sampai dengan 50%. membunuh yang tidak jauh berbeda
dengan perlakuan lain yang memilki
Bagian dari tanaman Famili konsentrasi lebih tinggi.
Annonaceae yang juga bermanfaat
sebagai insektisida selain daun dan biji UCAPAN TERIMA KASIH
adalah ekstak buah, karena juga memilki Ucapan terima kasih secara
aktivitas insektisidal. Namun buahnya khusus penulis sampaikan kepada
lebih banyak dimanfaatkan untuk Universitas Cokroaminoto Palopo yang
kepentingan konsumtif, sehingga lebih telah memberikan fasilitas berupa
memungkinkan untuk memanfaatkan laboratorium selama penelitian
bagian tanaman yang lain seperti daun berlangsung.
dan biji. Ekstrak biji sirsak yang telah
diolah dalam bentuk minyak akan sangat REFERENSI
efektif untuk mengurangi daya tahan atau [1] A. K. Zakaria, “Evaluasi adopsi
survival dari serangga hama dewasa [17]. teknologi budidaya dan kelayakan
Pestisida nabati memiliki prospek yang usahatani padi di Propinsi Sulawesi
sangat baik terhadap peningkatan kualitas Selatan,” J. Sos. Ekon. Pertan. dan
dan produksi pertanian padi. Selain itu Agribisnis, vol. 10, no. 2, pp. 217–
juga ramah lingkungan, dan juga 228, 2014, Accessed: Aug. 24,
berkontribusi terhadap stabilitas hasil 2020. [Online]. Available:
tanaman padi [18]. Dua aspek utama https://jurnal.uns.ac.id/sepa/article
pestisida nabati, yang pertama yaitu /view/14126.
pencarian dan eksploitasi tumbuhan baru [2] H. Hamid, “PERAN PEMERINTAH
sebagai pestisida termasuk isolasi, DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN
identifikasi dan evaluasi komponen aktif; PETANI PADI DI KECAMATAN
dan kedua adalah penggunaan tumbuhan PALLANGGA, KABUPATEN GOWA,
lain dalam pertanian dalam berbagai PROVINSI SULAWESI SELATAN,”
bentuk seperti aplikasi penyemprotan Khazanah Ilmu Berazam, vol. 1, no.
langsung dari berbagai bahan tumbuhan 3, pp. 32–48, 2018, Accessed: Aug.
[19]. Satu faktor yang paling berpengaruh 24, 2020. [Online]. Available:
pada frekuensi penggunaannya yang http://www.ejournal.ymbz.or.id/ind
masih minim oleh petani adalah ex.php/KIB/article/view/43.
kecepatan efek membunuhnya yang lebih [3] A. Imran, “Penampilan Padi
lambat dibanding pestisida sintetis. Aromatik Varietas Gilirang di
SIMPULAN Sulawesi Selatan,” Bul. Plasma
Ekstrak biji dan daun sirsak (Annona Nutfah, vol. 9, no. Balitpa, pp. 7–9,
muricata) terbukti sangat efektif dalam 2003, Accessed: Aug. 24, 2020.
mengendalikan hama walang sangit [Online]. Available:
(Leptocorisa acuta) pada tanaman padi. http://www.ejurnal.litbang.pertania
Hal ini disebabkan adanya kandungan n.go.id/index.php/bpn/article/view/
senyawa metabolit sekunder yang 6063.
bertindak sebagai antifeedant. Senyawa [4] A. Imran and N. Suriany,
tersebut antara lain: alkaloid, antrakuinon, “Penampilan dan Produktivitas Padi
cyanadin, fenol, flavonoid, glikosida, Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten
kumarin, lakton, pitosterol, polyfenol, Pinrang Sulawesi Selatan,” Bul.
tannin, terpenoid, saponin, dan steroid. Plasma Nutfah, vol. 15, no. 2, p.
Konsentrasi yang paling efisien untuk 54, Oct. 2016, doi:
diaplikasikan pada lahan pertanian padi 10.21082/blpn.v15n2.2009.p54-58.
adalah 25% atau perbandingan ekstrak [5] A. Ginting, “Kontribusi Usahatani

30
Efektivitas Ekstrak Biji dan Daun Sirsak untuk Pengendalian Hama …
Syarif Hidayat Amrullah, Herdiati

Padi Dan Usaha Sapi Potong Tanaman ( Opt ) Yang Ramah


Terhadap Pendapatan Keluarga Lingkungan,” Embryo, vol. 6, no. 1,
Petani Di Kecamatan Purwodadi pp. 88–95, 2009, Accessed: Aug.
Kabupaten Grobogan,” 2012. 16, 2020. [Online]. Available:
Accessed: Aug. 24, 2020. [Online]. http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp
Available: -content/uploads/2012/03/9JUNED-
http://eprints.undip.ac.id/42347/. EMBRYO-1.pdf.
[6] I. S. Dewi, E. G. Lestari, , C., and [11] C. L. Salaki and J. Pelealu,
R. Yunita, “Penampilan Galur “PEMANFAATAN BIOPESTISIDA
Harapan Mutan Dihaploid Padi Tipe RAMAH LINGKUNGAN TERHADAP
Baru di Sulawesi Selatan,” J. Agron. HAMA Leptocorisa acuta TANAMAN
Indones. (Indonesian J. Agron., vol. PADI SAWAH UTILIZATION OF
43, no. 2, p. 89, 2015, doi: ENVIRONMENTAL FRIENDLY
10.24831/jai.v43i2.10408. BIOPESTICIDE AGAINST
[7] Y. Limbongan and F. Djufry, Leptocorisa,” EUGENIA, vol. 21, no.
“Karakterisasi dan Observasi Lima 3, pp. 127–134, 2015, Accessed:
Aksesi Padi Lokal Dataran Tinggi Aug. 24, 2020. [Online]. Available:
Toraja, Sulawesi Selatan,” Bul. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.ph
Plasma Nutfah, vol. 21, no. 2, pp. p?kat=3.
61–70, 2015, Accessed: Aug. 24, [12] E. Tando, “Review : Potensi
2020. [Online]. Available: Senyawa Metabolit Sekunder dalam
http://103.213.119.214/index.php/ Sirsak ( Annona Murricata ) dan
bpn/article/view/5198. Srikaya ( Annona squamosa )
[8] S. H. Amrullah, “Pengendalian sebagai Pestisida Nabati untuk
Hayati (Biocontrol): Pemanfaatan Pengendalian Hama dan Penyakit
Serangga Predator sebagai Musuh pada Tanaman,” J. Biotropika, vol.
Alami untuk Serangga Hama 6, no. 1, pp. 21–27, 2018,
(Sebuah Review),” in Prosiding Accessed: Aug. 28, 2020. [Online].
Seminar Nasional Biodiversitas Available:
Indonesia, 2019, pp. 87–90, https://pdfs.semanticscholar.org/08
Accessed: Aug. 25, 2020. [Online]. 9b/3c6cdcb8c476c6a55c4bd4c0db5
Available: http://journal.uin- 9d03ad142.pdf.
alauddin.ac.id/index.php/psb/article [13] Sumartini, “Biopestisida untuk
/view/11890/8213. Pengendalian Hama dan Penyakit
[9] A. Dian, T. Kusuma, A. K. Aneka Kacang dan Umbi,” Iptek
Parawansa, and S. Subaedah, Tanam. Pangan2, vol. 11, no. 2,
“EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS pp. 159–165, 2016, Accessed: Aug.
BIOINSEKTISIDA TERHADAP 28, 2020. [Online]. Available:
KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI http://103.213.119.214/index.php/i
ARTHROPODA PADA EKOSISTEM ppan/article/view/6089.
PADI SAWAH (Effectiveness of [14] F. Amroini, “Toksisitas Campuran
Several Types of Bioinsecticides on Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.)
Arthropod Diversity and Population dengan Ekstrak Biji Sirsak (Annona
in Rice Field Ecosystems) 1),” Muricata L.) terhadap Mortalitas
Agrotek, vol. 3, no. 2, pp. 194–210, Larva Nyamuk Aedes aegypti L. dan
2019, Accessed: Aug. 16, 2020. Pemanfaatannya sebagai Buku
[Online]. Available: Ilmiah Populer,” 2016.
http://jurnal.fp.umi.ac.id/index.php [15] D. Susanti, R. Widyastuti, A.
/agrotek/article/view/85. Sulistyo, and A. Sulistyo, “Aktifitas
[10] A. Djunaedy, “Biopestisida Sebagai Anteefedant dan Antioviposisi
Pengendali Organisme Pengganggu Ekstrak Daun Thitonia Terhadap

31
Cokroaminoto Journal of Biological Science 2 (1) : 26-32
Agustus 2020, e-ISSN : 2723-1267, p-ISSN : 2723-6218

Kutu Kebul Aktivitas Antifeedant


dan Antioviposisi Ekstrak Daun
Tithonia terhadap Kutu Kebul
Antifeedant and Anti-oviposition
Activities of Tithonia Leaf Extract to
Giant Whitefly,” Agrosains, vol. 17,
no. 2, pp. 33–38, 2015, Accessed:
Aug. 28, 2020. [Online]. Available:
https://jurnal.uns.ac.id/agrosains/a
rticle/view/18666.
[16] M. A. E. M. Sihombing and S.
Samino, “Daya Repelensi
Biopestisida Terhadap Walang
Sangit ( Leptocorisa oratorius ,
Fabricus ) di Laboratorium,” J.
Biotropika, vol. 3, no. 2, pp. 99–
103, 2015, Accessed: Aug. 16,
2020. [Online]. Available:
https://biotropika.ub.ac.id/index.ph
p/biotropika/article/view/364.
[17] A. Prakash, J. Rao, and V.
Nandagopal, “Future of botanical
pesticides in rice, wheat, pulses
and vegetables pest management,”
J. Biopestic., vol. 1, no. 2, pp. 154–
169, 2008, Accessed: Aug. 28,
2020. [Online]. Available:
http://www.jbiopest.com/users/lw8
/efiles/anand prakash_4_1.pdf.
[18] M. T. Sutriadi, E. S. Harsanti, S.
Wahyuni, and A. Wihardjaka,
“Pestisida Nabati: Prospek
Pengendali Hama Ramah
Lingkungan,” J. Sumberd. Lahan,
vol. 13, no. 2, p. 89, 2019, doi:
10.21082/jsdl.v13n2.2019.89-101.
[19] D. R. Vudem, N. R. Poduri, and V.
R. Khareedu, Pest and Pathogens:
Management Strategies.
Hyderabad, India: BS Publications,
2011.

32

Anda mungkin juga menyukai