Anda di halaman 1dari 17

UGE ET AL.

: PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN ULAT GRAYAK SPODOPTERA LITURA FABRICIUS PADA KEDELAI

Pengendalian Ramah Lingkungan Hama Ulat Grayak


(Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai
Environmentally Friendly Control of Armyworms (Spodoptera litura Fabricius) on Soybean

Emerensiana Uge*, Eriyanto Yusnawan, Yuliantoro Baliadi


Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Jalan Raya Kendalpayak Km 8 Malang 65162
*E-mail: : rensi.uge23@gmail.com

NASKAH DITERIMA 8 MARET 2020 ; DISETUJUI UNTUK DITERBITKAN 18 MEI 2021

ABSTRAK
Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) such as Aceh, Central Java, East Java, South Sulawesi
atau dikenal dengan ulat grayak merupakan hama and Southeast Sulawesi. The pest control commonly
penting pada tanaman kedelai dan beberapa jenis practiced by farmers is using chemical pesticides, but
tanaman penting di Indonesia. Serangan S. litura dapat due to negative impacts of their uses on human health
mengakibatkan kerusakan, bahkan kehilangan hasil pada and the balance of the natural ecosystem, it is necessary
tanaman kedelai. Gejala serangan berupa daun to have alternative controls that have low negative
berlubang karena larva memakan jaringan daun hingga impacts toward the environment or environmentally
menyisakan epidermis dan tulang daun. Hama ini friendly . Some control methods that have been studied
dilaporkan menyerang tanaman kedelai di sentra-sentra and known for their effectiveness are the use of
produksi di Indonesia yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Spodoptera litura nuclear polyhedrosis viruses (SlNPV)
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi (50-100%), fungal entomopatogens Beauveria bassiana
Selatan dan dan Sulawesi Tengah. Upaya pengendalian (51,37-93,33%), Metarhizium anisopliae (93,3-100%),
hama ulat grayak yang dilakukan petani adalah Nomuraea rileyii and Lecanicillium lecanii (80-85%),
menggunakan pestisida sintetik, namun karena dampak paracitoids (13,8-56%), predator Ferticula auricularia
negatif penggunaannya terhadap kesehatan manusia (96,76%), entomopathogenic nemat odes
dan keseimbangan ekosistem alam, maka perlu adanya Steinernematidae (30-51%), plant pesticides (>30%),
alternatif pengendalian yang dampak negatifnya rendah trap crop and resistant varieties.. The appropriate
terhadap lingkungan. Beberapa teknologi pengendalian application will support the breeding of these species in
yang telah diteliti dan diketahui efektifitasnya antara nature, thus the food chain cycle will be balanced and
lain; penggunaan Spodoptera litura nuclear polyhedrosis sustained. This control component can be combined in
virus (SlNPV) (50-100%), cendawan entomopatogen the integrated control in terms of suppressing the S.
Beauvaria bassiana (51-93%), Metarhizium anisopliae litura attack, producing optimal yield, maintaining the
(93-100%), Nomuraea rileyi dan Lecanicillium lecanii ecosystem balance, reducing the pesticide recidu, and
(80-85%), Parasitoid (13-56%), predator Forficula achieving the sustainable farming system
auricularia (96%), nematoda entomopatogen Keywords: soybean, pest control, environmentally
Steinernematidae (30-51%), pestisida nabati (>30%), friendly, army worm
tanaman perangkap dan varietas tahan Aplikasi yang
tepat akan mendukung perkembangbiakan spesies PENDAHULUAN
tersebut di alam sehingga akan terjadi siklus rantai
makanan yang seimbang dan berkelanjutan. Komponen Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan
pengendalian ini dapat dimasukkan dalam pengendalian komoditas tanaman pangan penting di Indonesia.
terpadu, sehingga serangan S. litura dapat ditekan, Kedelai selain untuk kebutuhan konsumsi langsung,
tanaman berproduksi optimal, keseimbangan ekosistem
juga digunakan untuk kebutuhan benih dan industri.
dapat dipertahankan, residu pestisida dapat diturunkan
dan sistem pertanian berkelanjutan tercapai.
Produksi kedelai selalu berfluktuasi setiap tahun,
sehingga mempengaruhi ketersediaan kedelai secara
Kata kunci: kedelai, pengendalian hama, ramah nasional. Produksi kedelai pada tahun 2019 sebesar
lingkungan, Spodoptera litura 0,42 juta ton biji kering, setara dengan 15,15% dari
target tahun 2019 yaitu 2,8 juta ton. Nilai produksi
ABSTRACT tahun 2019 menurun 0,23 juta ton (64,6%),
Spodoptera litura Fabricious (Lepidoptera: Noctuidae) dibandingkan produksi tahun 2018 yakni 0,65 juta
or known as Armywarm is one of major pests in soybean ton (Dirjentan 2019). Pada bulan Februari tahun
plants and some important plants in Indonesia. S. litura 2019 total impor kedelai hampir 217 ribu ton,
attack may cause damage during the soybean growth mengalami kenaikan 65% dibandingkan Februari
and even yield loss. This pest attack has been reported 2018 (PPPDN 2019). Kondisi demikian meng-
in almost all producing areas of soybean in Indonesia, gambarkan bahwa produksi di dalam negeri belum

64
BULETIN PALAWIJA VOL. 19 NO. 1, MEI 2021

mampu mengimbangi kebutuhan, sehingga untuk Desa Sumberejo, Ngablak 14,3% petani aplikator
mencukupinya masih sangat bergantung pada impor. pestisida sistemik mengalami keracunan dan 34%
Salah satu kendala untuk mencapai produktivitas mengalami gangguan keseimbangan (Samosir et al.
tinggi pada kedelai adalah serangan organisme 2017). Sedangkan di Kulon Progo 30% dari 50
pengganggu tanaman (OPT). Serangan OPT dapat orang yang diperiksa positif keracunan, dan di
merusak pertanaman maupun menurunkan Sleman 46% dari total 40 petugas pengendali OPT
produksi tanaman, bahkan gagal panen. mengalami gejala keracunan (Dwi 2011).
Kehilangan hasil kedelai akibat serangan OPT Mempertimbangkan dampak negatif dari peng-
sangat beragam antarlokasi dan musim tanam, gunaan pestisida sintetik di atas, maka penting untuk
berkisar dari ringan hingga berat, tergantung pada memilih teknologi pengendalian lain. Pengendalian
populasi OPT, ketersediaan tanaman inang dan yang ramah lingkungan dan pengelolaan hama
kondisi lingkungan. Salah satu hama utama pada terpadu dapat menjadi alternatif dalam bidang
tanaman kedelai adalah ulat pemakan daun, yaitu pertanian (Kim et al. 2017). Konsep pengelolaan
ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius). Hama ini hama terpadu sangat penting dilaksanakan dengan
tersebar hampir di seluruh wilayah pertanaman memadukan beberapa komponen pengendalian
kedelai dan tanaman hortikultura di Indonesia. Ulat menjadi satu paket teknologi yang dapat diterapkan
grayak memiliki kisaran inang yang luas (Marwoto mulai dari penyiapan lahan dan benih. Oleh karena
dan Suharsono 2008; Fattah dan Ilyas 2016). Sifat itu, studi pustaka tentang manfaat penggunaan
polifag ini mengakibatkan hama dapat mem- komponen pengendalian ini perlu dilakukan untuk
pertahankan siklus hidupnya di alam sepanjang mendukung sistem pertanian ramah lingkungan.
tahun dengan cara memperoleh makanan dari Tulisan ini menguraikan tentang pengembangan
tanaman inang lain ketika tanaman inang utama teknologi pengendalian ulat grayak ramah
tidak tersedia. lingkungan yang akan memberikan kontribusi dalam
budidaya tanaman kedelai yang berkualitas dan
Kisaran serangan ulat grayak pada tanaman berkelanjutan.
kedelai sangat beragam. Di Banswara India pada
2015 dan 2016 kisaran serangan akibat S.litura Bioekologi Ulat Grayak
adalah 22-55% (Babu et al. 2018), sedangkan di
Indonesia 23-45% (Adie et al. 2012). Gejala Ulat grayak termasuk hama yang memiliki
serangan pada daun yaitu daun berlubang, kadang metamofosis sempurna. Siklus hidup S. litura mulai
ditemukan hanya tersisa epidermis dan tulang daun. dari telur sampai imago berkisar 30 sampai 60 hari
Pengendalian yang terlambat pada fase generatif (Marwoto dan Suharsono 2008). Fase yang
tanaman akan menyebabkan kehilangan hasil. berperan menjadi hama adalah fase larva. Fase
Teknologi ramah lingkungan dalam pengendalian ngengat memegang peranan cukup penting karena
ulat grayak telah banyak diteliti, diantaranya satu ekor ngengat dapat memproduksi generasi ulat
pemanfaatan musuh alami, pestisida nabati, dan grayak dalam jumlah besar. Ngengat aktif pada
mikroorganisme bermanfaat. Namun belum banyak malam hari, meletakkan telur pada bagian bawah
petani memanfaatkan teknologi ini karena dianggap dan atas permukaan daun dalam bentuk kelompok
kurang cepat membunuh dan tidak efisien waktu. dengan jumlah 350 butir telur dan ditutupi bulu-
Pengendalian yang umum dilakukan petani adalah bulu halus (BPTP Sulsel 2015). Pada kondisi normal,
menggunakan pestisida sintetik, seperti organofosfat, dalam satu tanaman akan ditemukan empat
karbamat dan piretroid (Laba 2010). Beberapa kelompok telur dan 200 larva. Pada kondisi pandemi
produk pestisida sintetik seperti fipronil mampu me- ulat grayak, jumlah massa telur dalam satu tanaman
nurunkan kerusakan akibat ulat grayak hingga 81% dapat mencapai 15 kelompok dengan jumlah larva
(Abou-Taleb et al. 2015) dan mortalitas hama 100% 400 hingga 500 per tanaman (Yadav et al. 2012).
(konsentrasi 2,5-5%) yang setara dengan aplikasi Pada umur tiga hingga lima hari telur menetas dan
diafentiuron konsentrasi 1,25–5% (Nurazizah et al. larva tinggal menetap pada tempat yang sama dan
2018). Efektivitas yang tinggi dan cepat dari pestisida memakan daun di sekitarnya (Ahmad et al. 2013;
sintetik mengakibatkan banyak dampak negatif BPTP Sulsel 2015). Larva berwarna hijau pucat
terhadap lingkungan. dengan kepala berwarna hitam pekat dan memiliki
dua bintik hitam di ruas perut. Periode larva instar
Dampak negatif penggunaan pestisida sintetik I berlangsung dua hingga tiga hari. Larva instar I
bagi lingkungan diantaranya adalah pencemaran dan II memakan bagian epidermis daun sehingga
lingkungan (tanah, air), membunuh musuh alami, lamina daun menjadi tipis, selanjutnya setiap individu
terjadi resistensi hama, penumpukan residu pestisida larva mulai menyebar ke bagian lain tanaman. Fase
pada produk, dan keracunan petani aplikator. Di larva terdiri dari lima instar, dan instar III, IV dan

65
UGE ET AL. : PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN ULAT GRAYAK SPODOPTERA LITURA FABRICIUS PADA KEDELAI

V merupakan pemakan yang aktif dengan memakan Duhbale et al. (2017) melaporkan kehilangan hasil
seluruh bagian daun dan hanya menyisakan tulang- pada tanaman kedelai di India tanpa pengendalian
tulang daun. Fase ulat berlangsung selama 12-15 mencapai 68%, lebih besar dibandingkan dengan
hari, selanjutnya masuk ke fase kepompong (Fattah kehilangan hasil tanaman dengan perlakuan
dan Ilyas 2016). Kepompong mudah ditemukan insektisida sintetik Lamda Sihalotrin. Di Indonesia,
pada rongga-rongga tanah pada kedalaman 0-3 cm uji ketahanan varietas kedelai terhadap S. litura
(Zheng et al. 2011), dengan warna awal pucat pada uji tanpa pilihan menunjukkan intensitas
kekuningan dan berubah menjadi coklat kemerahan, serangan hama 34-64% dan pada uji dengan pilihan
dan fase ini berlangsung selama 7-8 hari (BPTP Sulsel 19-57% (Adie et al. 2020). Serangan ulat grayak
2015; Ramaiah dan Maheswari 2018). pada tanaman kedelai di Indonesia berfluktuasi
setiap tahun (Gambar 1).
Inang Ulat Grayak
Pada tahun 2017, luas serangan ulat grayak
Ulat grayak merupakan serangga hama dengan pada pertanaman kedelai rendah, namun di tahun
tanaman inang yang sangat beragam, baik tanaman 2014 dan 2015 luas serangannya cukup tinggi
pangan maupun hortikultura, bahkan pada (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa luas
tumbuhan yang tidak dibudidayakan. Sifat polifag serangan berfluktuasi tiap tahun yang dipengaruhi
hama ini menyebabkan hama mudah ditemukan oleh berbagai faktor seperti musim tanam, varietas,
di mana pun selama tanaman inangnya tersedia. faktor lingkungan, serta sistem pengelolaan hama.
Beberapa tanaman inang ulat grayak yang telah Pusdatin Pertanian (2017) menginformasikan
diketahui adalah tanaman kacang-kacangan, bahwa sebaran wilayah terserang ulat grayak sangat
tembakau, jarak, cabai, tomat, kapas, bunga beragam. Dalam lima tahun terakhir (2016-2020),
matahari, bayam, tebu, kubis, kedelai, kacang tanah, wilayah dengan luas serangan konsisten tinggi
jagung, buncis, terung, kangkung, pisang, dan adalah Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
tanaman hias (Marwoto dan Suharsono, 2008; Yadav Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Daerah-daerah
et al. 2012), mulberry, okra, cowpea, dan ubijalar ini termasuk wilayah yang perlu mendapat
(Narvekar et al. 2018). Oleh karena itu, perlu perhatian dalam budidaya, khususnya dalam
dihindari penanaman secara polikultur tanaman pemilihan varietas dan musim tanam. Akan tetapi,
inang serangga untuk menghindari kehilangan hasil tidak menutup kemungkinan terjadi peningkatan
yang besar. luas serangan di wilayah Indonesia lainnya.
Penambahan wilayah penyebaran ulat grayak dapat
Kehilangan Hasil melalui produk hasil pertanian dan bahan
Serangan ulat grayak umumnya tinggi pada akhir perbanyakan tanaman. Data serangan hama ulat
bulan Juli atau pertengahan Agustus hingga Oktober, grayak di Indonesia disajikan pada Tabel 1.
dimana umumnya suhu udara meningkat dan Persentase wilayah terserang semakin menurun
kelembaban udara rendah. Suhu sangat mem- dari tahun 2016-2020 dibanding tahun 2015 (Tabel
pengaruhi perilaku, distribusi, perkembangan, 1). Hal ini dapat dilihat dari data luas lahan
kelangsungan hidup, dan reproduksi serangga. pengendalian di beberapa wilayah lebih tinggi
Serangan pada tanaman inang utama menyebabkan dibanding luas lahan terserang (Gambar 1).
kehilangan hasil 10-40% (Sundar et al. 2018).

Gambar 1. Lahan terserang dan luas pengendalian ulat grayak pada tanaman kedelai tahun 2014–2020. Sumber:
Pusdatin (2016) dan Pusdatin (2020) (data diolah).

66
BULETIN PALAWIJA VOL. 19 NO. 1, MEI 2021

Tabel 1. Jumlah dan persentase provinsi di Indonesia yang Spodoptera litura


terdampak serangan ulat grayak Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV)
pada tahun 2014-2020
Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) merupakan
Tahun Jumlah provinsi Persentase provinsi virus serangga, anggota genus Baculovirus
(%/tahun) (Maramorosch 2007). Virus masuk ke dalam tubuh
inang melalui mulut saat aktivitas makan, dan tertelan
2014 19 55,8
menuju ke sel midgut atau dapat menembus
2015 24 70,5
haemocol. Organ utama yang terinfeksi yaitu trakea,
2016 21 61,7
sel lipid, epidermis, dan sel darah. Infeksi akan
2017 14 41,1
optimal pada kondisi alkalis, sehingga terjadi replikasi
2018 25 71,4
2019 18 51,4
jutaan partikel virus infektif baru dalam tubuh inang
2020 19 54,2
dan mulai menguasai jaringan-jaringan usus,
sehingga haemolimfa berubah menjadi lebih keruh
Sumber: Pusdatin (2016 dan 2020), data diolah. karena didominasi oleh cairan NPV. Cairan NPV
dalam haemocoel merupakan partikel-partikel virion
Pengelolaan dan pengembangan teknologi tetap baru yang mulai aktif menginfeksi dan menyebabkan
perlu dikaji dengan tujuan untuk menghambat lisis sel. Lisis sel akan mengakibatkan aktifitas makan
munculnya biotipe hama baru yang lebih agresif, dan pergerakan serangga menurun dan
mencegah penyebaran ke wilayah yang belum menyebabkan kematian (Bedjo 2005).
terkena dampak, dan menjaga agar persentase
Partikel virus infektif dilepaskan dari tubuh inang
serangan ulat grayak tetap berada pada batas
melalui cairan lisis yang keluar dari tubuh serangga
ambang yang tidak merugikan secara ekonomi. Oleh
akibat pecahnya integumen. Cairan ini jatuh pada
karena itu, berbagai komponen pengendalian yang
permukaan daun tanaman dan dimakan oleh
dapat mendukung penyelesaian permasalahan
serangga lainnya, sehingga siklus infeksi berulang
tersebut sangat penting untuk diketahui, dengan
(Ramanujam et al. 2014). Larva yang terinfeksi
tetap memperhatikan keberlanjutan sistem petanian
umumnya berpindah ke bagian atas daun tanaman
yang aman bagi ekosistem.
dengan warna tubuh berubah ke arah merah muda,
Teknologi Ramah Lingkungan mengkilap, dan membengkak. Larva yang mati akan
Pengendalian Ulat Grayak ditemukan menggantung pada daun menggunakan
kedua kaki semu dengan posisi terbalik dan mati
Ketergantungan terhadap penggunaan pestisida membusuk pada 3-12 hari setelah inokulasi (HSI)
sintetik sangat tinggi karena kemampuan membunuh dan menghasilkan aroma khas yang sangat
yang lebih cepat, efektif waktu dan tenaga. menyengat (Sharma dan Srivastava 2013;
Pengendalian yang tidak tepat dapat menimbulkan Ramanujam et al. 2014). Kiranasasi et al. (2013)
kerugian baik secara ekonomi maupun ekologis. melaporkan bahwa larva instar II-III ditemukan mati
Pengendalian organisme pengganggu tanaman 4-5 hari setelah inokulasi. Tingkat kematian larva
(OPT) yang ramah lingkungan merupakan penerap- bergantung pada konsentrasi larutan SlNPV, waktu
an perlindungan tanaman yang dilakukan sesuai aplikasi, stadia inang, instar larva saat aplikasi dan
dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) suhu (Ramanujam et al. 2014).
yakni dengan memadukan beberapa cara pengen-
Infeksi SlNPV lebih efektif pada larva instar awal
dalian yang lebih diarahkan pada cara pendekatan-
I-IV, sedangkan pada larva instar V-VI kurang efektif.
pendekatan yang mengandalkan peran agro-
Larva instar V-VI memiliki daya tahan yang lebih
ekosistem. Pengendalian OPT ramah lingkungan
tinggi karena larva mulai mengurangi aktivitas makan
tentang sistem budidaya pertanian berkelanjutan
dan akan memasuki masa pembentukan pupa
tertuang dalam UU No. 22/2019 Bab IX pasal 48
(Syahroni dan Haryadi 2019). Kematian akan
ayat (1), sedangkan PP No. 6/1995 Bab I pasal 3
terlihat pada stadia pupa dan imago, yakni
ayat (1) tentang perlindungan tanaman, dan UU
membusuknya pupa, sedangkan sayap ngengat akan
No. 13/2010 Bab VI pasal 32 ayat (1d) tentang
nampak mengeriting (Bedjo 2005). Beberapa isolat
hortikultura bahwa perlindungan tanaman dilakukan
SlNPV yang efektif dalam membunuh ulat grayak
sesuai dengan sistem PHT.
yaitu isolat SlNPV JTM 97c dan JTM 02-5 (isolat
Beberapa teknologi pengendalian ulat grayak asal Jawa Timur) dengan potensi membunuh 50%
yang ramah lingkungan diantaranya pemanfaatan pada larva instar III. Isolat ini mudah ditemukan
agens hayati, pestisida nabati, tanaman perangkap pada ulat grayak yang mati terinfeksi SlNPV, dan
dan varietas tahan. dapat diperbanyak pada serangga inang itu sendiri

67
UGE ET AL. : PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN ULAT GRAYAK SPODOPTERA LITURA FABRICIUS PADA KEDELAI

(Bedjo 2017). Perlu diperhatikan saat aplikasi agar Tahapan infeksi cendawan entomopatogen yaitu
NPV tetap aktif walau terpapar sinar UV. Hasil penempelan, perkecambahan konidia, diferensiasi,
penelitian Kiranasasi et al. (2013) pada isolat SlNPV dan penetrasi. Proses infeksi terjadi ketika konidia
LB 06a dengan uji penyinaran selama 72 jam cendawan menempel pada permukaan sel inang.
menunjukkan tingginya persentase larva berhenti Cendawan mengeluarkan enzim (protease, kitinase,
makan dan larva mati, yang juga menghambat quitobiase, upase dan lipoxygenase) untuk men-
pembentukan pupa dan imago. SlNPV memiliki sifat degradasi kutikula serangga dan secara mekanis
yang sangat spesifik terhadap inang, sehingga tidak penetrasi dibantu apresorium. Cendawan yang telah
membunuh parasitoid dan predator lain. menginvasi dalam tubuh serangga akan berkembang
Keunggulan lainnya yaitu tahan terhadap faktor- menghasilkan hifa yang menyebar hingga ke
faktor abiotik seperti kekeringan, kelembaban, suhu, haemocoel dan jaringan tubuh lainnya seperti otot,
dan asam (Kiranasasi et al. 2013). lemak, mitokondria dan hemosit, sehingga
Biopestisida NPV dapat diproduksi sendiri secara menyebabkan kematian larva (Singh et al. 2017a).
sederhana. Bedjo (2005) merekomendasikan 1500 Larva yang terinfeksi berubah menjadi hitam,
ekor larva terinfeksi SlNPV dengan volume semprot mengecil, dan mengeras serta ditumbuhi miselium
300 L untuk pengendalian pada luasan lahan 1 ha. cendawan. Hasil penelitian efektivitas cendawan
Perbanyakan secara massal yaitu mengumpulkan entomopatogen dalam pengendalian S. litura
larva instar III dan IV dari lahan pertanaman kedelai, disajikan pada Tabel 2.
kemudian dimasukkan ke dalam toples untuk Kondisi lingkungan tumbuh sangat diperlukan
pembiakan. Jumlah larva disesuaikan dengan untuk perkembangan dan pembentukan konidia,
ukuran toples untuk mencegah terjadinya saling salah satunya tingkat kelembaban yang tinggi.
menggigit antarlarva. Larva diberi pakan daun Populasi ulat grayak cenderung menurun karena
kedelai yang telah dicelupkan ke dalam larutan adanya infeksi B. bassiana pada kondisi kelembaban
SlNPV, dan dibiarkan sampai mati. Bangkai larva tinggi pada musim hujan (Sundar et al. 2018).
dapat langsung digunakan untuk pengendalian S. Aplikasi B. bassiana 8 g/100 ml (kerapatan konidia
litura di lapang dengan cara dihancurkan, disaring, 3,6 x 108 konidia/g) efektif membunuh larva S.litura
dilarutkan dalam air dan disemprotkan ke tanaman 100% pada 10 HSI dibandingkan dosis yang lebih
kedelai. rendah (Indriyanti et al. 2017). Indrayani et al. (2013)
Biopestisida SlNPV dalam berbagai formula (cair menyatakan bahwa N. rileyi membutuhkan tingkat
dan tepung) diaplikasikan sebagaimana insektisida kelembaban 95-100% untuk bersporulasi, sedang-
sintetik yaitu dengan melihat tingkat serangan di kan suhu untuk berkecambah dan penetrasi berkisar
lapang, dilakukan pada sore hari dan menggunakan 20-30 °C. Oleh karena itu, aplikasi suspensi cenda-
penyemprot. Pengendalian sebaiknya dilakukan wan entomopatogen sebaiknya dilakukan pada sore
sedini mungkin yaitu sejak ditemukan adanya hari sehingga mengurangi paparan sinar matahari.
kelompok telur atau larva instar awal. Bedjo (2005) Cendawan entomopatogen mudah ditemukan di
membuktikan bahwa SlNPV dengan volume alam, pada permukaan bawah tanah, tanaman atau
semprot 300 l/ha dan penambahan bahan pem- dari bangkai larva atau serangga yang terinfeksi.
bawa tween 80 maupun kaolin sebanyak 40% dapat Trizelia et al. (2015) mengisolasi isolat Beauveria,
membunuh larva 70-82%. SlNPV layak digunakan Metarhizium dan Aspergillus pada tanaman sayuran.
dalam skala luas untuk mengendalikan serangan Kemampuan cendawan entomopatogen mem-
ulat grayak pada tanaman kedelai di Indonesia. produksi konidia mempunyai arti sangat penting
karena konidia merupakan propagul infektif bagi
Cendawan Entomopatogen cendawan yang berperan dalam proses infeksi. Hasil
Cendawan entomopatogen merupakan salah penelitian pengaruh kerapatan konidia cendawan
satu agens pengendali hayati hama yang potensial. entomopatogen dan efektivitasnya, serta kandungan
Kelebihan cendawan entomopatogen yaitu: 1) toksin dan enzim dari masing-masing cendawan
spesifisitas tinggi, 2) mudah dalam produksi massal, entomopatogen ditampilkan pada Tabel 3 dan 4.
3) relatif aman bagi serangga non target, 4) serta Hingga saat ini ketersediaan cendawan entomo-
aman bagi lingkungan, manusia dan hewan (Singh patogen di pasaran masih terbatas, namun per-
et al. 2017a). Beberapa cendawan entomopatogen banyakannya dapat dilakukan dengan teknik
yang telah diteliti adalah Beauveria bassiana, sederhana. Perbanyakan dilakukan dengan meng-
Metarhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, dan isolasi cendawan dari bangkai larva yang terinfeksi.
Lecanicillium lecanii. Cara perbanyakan cendawan entomopatogen di
lapang mengikuti panduan Lubis et al. (2020) pada

68
BULETIN PALAWIJA VOL. 19 NO. 1, MEI 2021

Tabel 2. Hasil penelitian pemanfaatan cendawan entomopatogen dalam pengendalian ulat grayak

Cendawan entomopatogen Stadia larva ulat grayak Mortalitas ulat grayak (%) Referensi
Beauveria bassiana Instar II 82 Rosmiati et al. (2018)
Instar III 95 Nurhayati et al. (2017)
Instar II 93 Tobing et al. (2015)
Metarhizium anisopliae Instar IV & V 86 Aryo et al. (2017)
Instar II 100 Tobing et al. (2015)
Instar II & III 41&35 Asi et al. (2013)
Nomuraea rileyi Instar II & III 93 Lemtur et al. (2017)
Instar II dan III 93 Moanaro et al. (2017)
Instar III 69&92 Bhargavi et al. (2018)
Lecanicillium lecanii Instar II & III 25&13 Asi et al. (2013)
Instar III 83 Suhairiyah (2013)
Instar II 40 Masyitah et al. (2017)

Parasitoid dan Predator


cendawan N. rileyi. Ciri-ciri larva yang terinfeksi N. Parasitoid merupakan salah satu dari beberapa
rileyi yaitu tubuh kaku, seluruh permukaan tubuh pengendali hayati yang telah digunakan dalam
tertutup miselium berwarna putih, dan terdapat pengendalian hama yang ramah lingkungan.
konidia berwarna hijau gelap. Bangkai larva di- Beberapa diantaranya adalah Telenomus remus
sterilisasi dalam kloroks 1,25% selama satu menit, Nixon (Hymenoptera: Scelionidae), Tetrastichus sp.,
kemudian dibilas dengan aquades. Selanjutnya Trichogramma japonicum, Peribaea orbata
konidia N. rileyi diambil dengan jarum ose dan Wiedemann (Diptera: Tachinidae), Eriborus argen-
dibiakkan pada media potato dextrose agar (PDA) teopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneu-
dan inkubasi pada suhu 23-25 °C selama kurang monidae), dan Microplitis manilae (Hymenoptera:
lebih 14 hari. Biakan yang tidak terkontaminasi yang Braconidae). Beberapa parasitoid ini diketahui
dipilih sebagai sumber inokulum. Biakan ini dapat sebagai parasit telur dan parasit larva. Parasit telur
langsung digunakan atau dapat juga diperbanyak diantaranya adalah Telenomus, Tetrastichus, dan
pada media beras dan jagung pecah untuk Trichogramma, sedangkan parasit larva yaitu
penggunaan berikutnya. Adapun cara perbanyakan Eriborus, Peribaea dan Microplitis. Penelitian
cendawan pada media jagung pecah dan beras pemanfaatan parasitoid dan peningkatan manfaat-
adalah sebagai berikut: jagung dan beras direndam nya di lapang untuk pengendalian OPT belum
dalam air bersih selama satu malam, lalu ditiriskan. banyak dilakukan, sehingga masih sangat besar
Selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik kedap peluang untuk mempelajarinya.
udara dan disterilisasi pada suhu 121 °C selama 15 Keberhasilan hubungan inang dengan parasitoid
menit. Media yang telah steril dapat didinginkan dipengaruhi berbagai hal, yaitu lokasi habitat inang,
dan secara aseptik ditambahkan konidia, kemudian lokasi inang, penerimaan inang, dan kesesuaian
ditutup plastik hingga rapat. Diamkan pada suhu inang. Nelly et al. (2011) menemukan bahwa
ruang dan amati pertumbuhan koloni hingga menjadi semakin tua umur instar ulat grayak maka semakin
hijau. Kurang lebih satu minggu biakan siap rentan terhadap parasitasi. Namun demikian ke-
digunakan. tersediaan parasit di lahan sangat penting. Oleh
Aplikasi cendawan entomopatogen di lapang karena itu kapasitas reproduksi imago parasitoid
dapat dilakukan seperti pada aplikasi insektisida sangat dibutuhkan (Akbar dan Buchory 2012).
sintetik, dengan memperhatikan serangan hama di Anggara et al. (2015) menguji tingkat kemapanan
lapang. Hal yang perlu diperhatikan agar teknik parasitoid T. remus, dan mendapatkan bahwa pada
pengendalian ini efektif adalah meningkatkan agroekosistem kompleks tingkat parasitasi terhadap
kemampuan mengidentifikasi jenis hama yang akan hama akan lebih tinggi dibandingkan pada agro-
dikendalikan, aplikasi dilakukan pada sore hari ekosistem sederhana. Hal ini mengindikasikan bahwa
(setelah jam 4 sore) dengan konsentrasi konidia kualitas lingkungan sangat mendukung kemampuan
minimal 107/ml. Aplikasi dilakukan sebanyak tiga parasitasi dan lama hidup parasitoid.
kali dan ditambahkan perekat dan pembawa pada Parasitoid Telenomus sp., Tetrastichus sp., dan
suspensi konidia sebelum aplikasi (Prayogo 2005). Trichogramma japonicum diketahui memarasit telur
Scirpophaga incertulas dengan tingkat parasitasi

69
UGE ET AL. : PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN ULAT GRAYAK SPODOPTERA LITURA FABRICIUS PADA KEDELAI

Tabel 3. Kerapatan konidia dan efektivitas cendawan entomopatogen dalam pengendalian Spodoptera litura

Jenis cendawan entomopatogen Kerapatan konidia (konidia/ml) Efektivitas (%) Referensi


Beauveria bassiana 108 93 Tobing et al. (2015)
1.47× 109 51 Budi et al. (2013)
1010 82 Rosmiati et al. (2018)
Metarhizium anisopliae 108 93-100 Tobing et al. (2015)
Nomuraea rileyi 3.4 × 109 93 Maonaro et al. (2017)
Lecanicillium lecanii 107–109 80-85 Masyitah et al. (2017)

Tabel 4. Kandungan toksin dan enzim dari masing-masing cendawan entomopatogen

Isolat Kandungan toksin dan enzim Referensi


Beauveria Beaurerisin, beauverolit, bassianolit, isorolit, dan asam oksalat Kouvelis et al. (2011)
bassiana yang menyebabkan kenaikan pH, penggumpalan dan terhentinya Rohlfs dan Churchill (2011)
peredaran darah
Metarhizium Enzim kitinase dan protease. Protease Pr 1 dan Dtxs. Pr 1 Wang et al. (2012)
anisopliae menguraikan kutikula dan melemahkan pertahanan serangga, Petlamul dan Prasertsan
sedangkan Dtxs memiliki aktivitas insektisida. (2012)
Nomuraea rileyi Enzim kitinase, protease, amilase, dan lipase Prayogo (2017)
Lecanicillium Toksin cyclosporin A., dipicolinic acid, hydroxycarboxylic acid, dan Prayogo (2012)
lecanii cyclodepsipeptide yang berfungsi mengganggu sistem syaraf

29,54; 13,02; dan 2,05% (Hidrayani et al. 2013), lain konservasi dengan cara sistem tanam yang lebih
sedangkan pada hama ulat grayak kemampuan beraneka ragam, baik bunga maupun tanaman
parasitasi sangat rendah. Hasil penelitian yang men- inang predator, manipulasi habitat dan menjaga
dukung potensi parasitoid Spodoptera sp. dilapor- kondisi suhu mikro sesuai bagi predator, menekan
kan bahwa spesies T. remus mampu menekan penggunaan pestisida sintetik, produksi massal dan
populasi S. exigua 48% (Buchori et al. 2008), dan karakterisasi molekuler strain spesies predator (Singh
60,19% pada populasi S. frugiperda di China (Liao et al. 2017b). Salah satu contoh penerapan paket
et al. 2019). teknologi budidaya yang efisien berbasis konservasi
Predator adalah serangga yang hidup bebas musuh alami telah dilakukan pada tanaman kapas
dengan memakan atau memangsa serangga lainnya, yakni dengan penggunaan varietas unggul,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agens perlakuan benih dengan imidakloprit 10 g/kg benih
pengendali hayati. Rao et al. (2011) menyatakan sebelum tanam, aplikasi molases (10 ml/l air), dan
bahwa terdapat tujuh ordo hymenoptera dan dua penerapan konsep ambang kendali dengan
ordo diptera merupakan parasitoid S. litura, mempertimbangkan keadaan predator. Penerapan
sedangkan kelompok predator umumnya berasal konsep ini diketahui sangat efisien dalam budidaya
dari spesies laba-laba. Di ekosistem sawah ditemukan dan bersifat ramah bagi predator dan musuh alami,
berbagai predator, dan yang termasuk dalam serta mampu meningkatkan pendapatan petani
kelompok predator penting adalah Pheropsophus 21,6-42,6% dibandingkan dengan cara petani
occipitalis, Paederus fuscipes, Coccinella arcuata, (Nurindah 2014).
Pardosa pseudoannulata, Oxyopes sp., P. sumatrana, Peningkatan populasi predator dan parasitoid juga
Verania lineata, Broscus sp, dan Chelisoches sp. dapat dilakukan dengan introduksi, yaitu menambah
(Khodijah et al. 2012). Arobi et al. (2013) atau memasukkan populasi musuh alami yang
menemukan bahwa Cocopet (Forficula auricularia) digunakan dalam jumlah banyak. Keberhasilan
memiliki potensi membunuh larva instar II hingga introduksi bergantung pada kemampuan ber-
96%. Potensi ini dapat dimanfaatkan dan dijaga adaptasi terhadap inang dan iklim, serangan musuh
kelestariannya, salah satunya dengan mengurangi alami lokal, dan ketepatan teknik pelepasan (Herlina
penggunaan pestisida sintetik. 2011). Di samping itu, predator dan parasitoid juga
Aplikasi predator dan parasitoid di lapang dapat dapat dilakukan dengan augmentasi, yaitu upaya
dilakukan di awal budidaya sebagai tindakan peningkatan jumlah dan pengaruh musuh alami yang
preventif. Adapun beberapa strategi yang dapat sebelumnya telah berfungsi di ekosistem tersebut,
digunakan dalam perbanyakan predator ini antara baik dengan cara pelepasan sejumlah tambahan

70
BULETIN PALAWIJA VOL. 19 NO. 1, MEI 2021

baru maupun dengan cara memodifikasi ekosistem dilaporkan mampu membunuh larva hingga 76%
sehingga jumlah dan daya mangsa predator dapat (5 × 109 JI/ml) (Radhakrishnan dan Shanmugam
ditingkatkan. 2017).

Nematoda Entomopatogen NEP dapat diisolasi dari tanah dan dibiakkan


secara massal. Tanah (tekstur berpasir) diambil pada
Kelompok nematoda entomopatogen (NEP) kedalaman 10-15 cm kemudian dimasukkan ke
telah diketahui manfaatnya dalam pengendalian dalam plastik. Sampel tanah dipindahkan ke dalam
hayati serangga hama. Nematoda entomopatogen botol plastik yang sebelumnya telah diisi larva ulat
yang diketahui efektif adalah Steinernema Tenebrio molitor. Larva yang terinfeksi akan mati
(Steinernematidae) dan Heterorhabditis (Heteror- dan mengalami perubahan warna. Apabila berwarna
habditidae) (Radhakrishnan dan Shanmugam 2017). coklat tua kemerahan kemungkinan terinfeksi
Selain itu, sifat polifagnya dapat membantu untuk Heterorhabditis, dan berubah menjadi coklat tua
berkembang biak dan bertahan di alam. Larva yang kehijauan kemungkinan terinfeksi Steinernema.
terinfeksi mengalami kerusakan pada saluran Namun demikian, perlu diperhatikan kemungkinan
pencernaan. adanya gejala infeksi yang meragukan, misalnya
Siklus hidup NEP diawali dari tahap telur, dan warna khas infeksi tidak merata dan berbau busuk
selanjutnya tahap juvenil. Juvenil infektif melakukan (Woodring dan Kaya 1988). Larva yang terinfeksi
penetrasi secara aktif melalui trakea ke dalam tubuh NEP dibilas dengan air steril dan diinkubasi. Inkubasi
serangga (haemocoel), selanjutnya melepaskan dapat dilakukan dengan menggunakan cawan
bakteri simbion yang mengeluarkan toksin yang berdiamer 15 cm berisi air keran setinggi 0,5 cm.
dapat membunuh inang dengan sangat cepat. Pada tengah cawan diletakkan tutup cawan petri
Jaringan hancur, lisis, terlihat adanya perubahan berdiameter 5 cm yang telah diberi alas kertas tisu
warna kutikula menjadi lebih pucat, dan lembab, selanjutnya diletakkan bangkai larva. Cara
mengeluarkan cairan. Pada S. exigua menyebabkan inkubasi ini sesuai untuk mengisolasi Juvenil infektif
perubahan warna tubuh menjadi coklat kehitaman. (JI) Steinernema. Cara isolasi JI Heterorhabditis
Umur juvenil infektif yang umum digunakan dalam yakni tutup cawan petri ditelungkupkan pada tengah
pengendalian adalah instar II (Kamariah 2013). cawan yang berisi air, kemudian kertas tisu diletakkan
Agensia ini mudah diperbanyak dengan cara di atasnya dan ujung tisu dipastikan menyentuh air,
membiakkannya pada serangga inang. Nematoda dan bangkai larva diletakkan di atasnya. Perangkap
akan memanfaatkan nutrisi dalam tubuh larva untuk ditempatkan pada ruang dengan suhu kamar dan
berkembang biak, selanjutnya bermigrasi dengan kondisi gelap. Inkubasi berlangsung selama 10-20
cara keluar dari tubuh larva dan mencari inang lain. hari. Pemanenan dilakukan dengan memindahkan
Nematoda dapat berkembang biak dalam tubuh cairan dalam cawan ke dalam gelas erlemeyer. Juvenil
inang dan menghasilkan dua sampai tiga generasi, infektif dicuci dengan air keran sebanyak tiga kali,
sehingga populasinya bertambah. Nematoda selanjutnya JI disimpan dalam 25-30 ml air. Juvenil
entomopatogen dengan konsentrasi yang tinggi, infektif yang terkumpul dapat diinokulasikan kembali
pada kondisi kelembaban udara yang tinggi dan pada larva untuk menaikkan populasinya (Woodring
suhu optimal sangat efektif membunuh serangga dan Kaya 1988; Chaerani et al, 2007).
hama (Laznik et al. 2012). Aplikasi nematoda di lapang dapat dilakukan
S. carpocapsae, S. longicaudum, Steiner- dengan penyemprotan pada permukaan tanah
n e m a sp. dan H. indica mampu menyebabkan dengan mencampurkan NEP dengan surfaktan atau
kematian larva S. litura >90% pada 48 jam setelah gel, sehingga lebih efisien per satuan luas (Shapiro-
inokulasi (JSI) (Yan et al. 2019). Acharya et al. (2020) Ilan et al. 2012). Yan et al. (2019) menguji kesesuaian
membuktikan bahwa beberapa isolat H. indica, S. suhu terhadap virulensi NEP, dan diketahui bahwa
carpocapsae, dan S. longicaudum juga mampu NEP memiliki kesesuaian suhu yang beragam yakni
menekan pertumbuhan S. litura. Aplikasi 10-30 °C bergantung pada jenis isolat. Erdiansyah
Steinernema 800 JI/2 ml air dan 1000 JI/2 ml air (2016) menunjukkan bahwa formulasi cair S.
menghasilkan mortalitas larva instar III S. exigua carpocapsae lebih efektif membunuh larva 83%
87% dan 95% pada enam hari setelah aplikasi dibandingkan formula bubuk 51%. Potensi NEP
(Kamariah 2013). Hasil uji NEP famili Steinerne- dalam mengendalikan S. litura cukup besar, namun
matidae juga dilaporkan Afifah et al. (2013) di mana aplikasi di lapang belum banyak dikaji. Berbagai
isolat (konsentrasi 200 JI/1,5 ml) yang ditemukan kajian terbaru akan sangat membantu memberikan
pada tanaman kedelai efektif membunuh ulat grayak informasi terkait pemanfaatan NEP dalam
34% pada larva instar III. Isolat H. indica juga pengendalian S. litura.

71
UGE ET AL. : PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN ULAT GRAYAK SPODOPTERA LITURA FABRICIUS PADA KEDELAI

Pestisida Nabati Cara pembuatan pestisida nabati sangat


sederhana, dan dapat dilakukan menggunakan
Beragam jenis senyawa metabolit sekunder bahan tanaman yang basah atau kering. Daun segar
tumbuhan telah dimanfaatkan untuk mengendalikan dihaluskan dan dilarutkan dalam air dan didiamkan
serangga hama. Senyawa metabolit sekunder beberapa jam, kemudian ditambahkan perekat dan
berperan penting dalam pengendalian hama langsung diaplikasikan. Indiati dan Marwoto (2008)
tanaman. Potensi pemanfaatan senyawa metabolit menjelaskan cara pembuatan ekstrak biji mimba
sekunder sebagai pestisida nabati untuk pengenda- yaitu biji dikeringanginkan, kemudian digiling, diayak
lian ulat grayak telah banyak diteliti (Tabel 5). dan dilarutkan dalam pelarut (25-50 g dalam 1 liter
Cara kerja pestisida nabati dengan mem- air dan ditambahkan 1 ml alkohol 70%), selanjutnya
pengaruhi aktivitas makan, gangguan pada sistem direndam selama 12 jam. Hasil rendaman disaring
reproduksi, dan bersifat mengusir hama (Tabel 6). dan ditambahkan 0,5 ml perata atau 1 g deterjen
Selain itu, aktivitas senyawa metabolit sekunder dan siap disemprotkan. Cara lain pembuatan
dapat mengganggu sistem reproduksi serangga, pestisida dari bagian daun segar dilaporkan oleh
mempengaruhi sistem saraf otot, keseimbangan Rahmawati et al. (2019) dengan menggunakan daun
hormon, reproduksi, penolak, penarik dan anti tanaman sirsak. Daun sirsak segar dicuci dengan
makan (Mediantie dan Cahyono 2012).
Tabel 5. Jenis dan bagian tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati dan efektivitas terhadap ulat grayak Spodoptera
litura

Jenis tanaman Stadia hama Kandungan senyawa Keefektifan pestisida nabati


yang diamati
Biji mimba Larva instar II, Fenol Efektif membunuh 98% telur dan
(Azadirachta indica) pupa dan imago (Nahak dan Sahu 2011) 100% larva, pupa dan imago
S.litura (Gadi 2017)
Daun bintaro Larva instar II Fenol, flavonoid, alkaloid, Konsentrasi 2% efektif
(Cerbera odollam) tannin, antosianin, dan menghambat pertumbuhan dan
glikosida (Saho dan Marar perkembangan S. litura
2018) (Sa’diyah et al. 2013)
Ekstrak daun, biji sirsak Larva instar III Daun sirsak: Asetogenin & Pengaruh ekstrak daun sirsak
(Annona muricata) Annonain (Moghadamtousi terhadap waktu berhenti makan
dan biji mahoni et al. 2015) lebih tinggi yaitu sebesar 33,3%.
(Swietenia mahagoni) Biji Mahoni: limonoid Persentase kegagalan
(Fowles et al. 2012) pembentukan pupa dan imago
terbaik pada aplikasi ekstrak biji
mahoni sebesar 70% dan
76,7%. (Yanuwiadi et al. 2013)
Daun melinjo
(Gnetum gnemon L.) Larva instar III Fenolik dan antioksidan Konsentrasi 20% berpengaruh
(Wazir et al. 2011) dalam menekan aktivitas makan
larva uji (Moniharapon dan
Moniharapon 2014)
Daun mindi Larva instar III alkaloid, tanin, saponin, Metode maserasi Jazzar dengan
(Melia azedarach L.) fenolik, triter penoid, dan konsentrasi 20% efektif
flavonoid membunuh larva (Amin et al.
2016)
Buah mahkota dewa Larva instar II alkaloid, tannin, flavonoid, Konsentrasi 5% menghasilkan
(Phaleria papuena Warb.) fenol, saponin, lignan, nilai LC50 yaitu 7,9% pada 8
minyak atsiri, dan sterol hari setelah aplikasi (HSA)
(Batubara et al. 2012) (Zestyadi et al. 2018)
Daun mimba Larva insar III Saponin, alkaloid Konsentrasi ekstrak 20% efektif
(Azadirachta indica) (Krishna dan Krishnaiah membunuh hama (Manoe et al.
2014) 2018)
Bunga kembang bulan Larva instar II flavonoid dan terpenoid Konsentrasi 8% efektif
(Tithonia diversifolia (Alkandahri dan Subarnas membunuh larva (Azwana
A.Gray) 2017) et al. 2019)

72
BULETIN PALAWIJA VOL. 19 NO. 1, MEI 2021

Tabel 6. Kandungan senyawa metabolit sekunder tanaman dan mekanisme penghambatan pada larva (Spodoptera litura)

Senyawa metabolit Mekanisme penghambatan Referensi


Azadirachtin, salanin, Mengganggu proses pergantian kulit, menurunkan nafsu Indiati dan Marwoto (2008)
meliantriol makan, dan menghalau hama
Flavonoid Mengganggu proses makan, bersifat racun, dan menolak War et al. (2012)
hama untuk meletakkan telur
Asetogenin & annonain Repellen (penolak serangga) dan anti-feedent Moghadamtousi et al. (2015)
(penghambat makan)
Limonoid Anti-feedent (penghambat makan) Fowles et al. (2012)
Saponin steroid Saponin steroid berperan sebagai anti-feedent Hussain et al. (2019)
dan toksin pada serangga
Tanin Mengikat protein sehingga mengakibatkan proses Yuan (2020)
penyerapan protein yang terjadi dalam sistem
pencernaan menjadi terganggu dan mengganggu
aktivitas makan serangga, serta aktivitas enzim
detoksifikasi larva
Minyak atsiri Bersifat menghambat aktivitas enzim acetylcholin Jankowska et al. (2018)
esterase yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan serangga

air mengalir, dikeringanginkan dan ditimbang sesuai utama, menarik organisme menguntungkan,
kebutuhan. Dalam 1 kg daun sirsak dibutuhkan mengurangi penggunaan input eksternal,
pelarut (air) sebanyak 1 liter (1:1). Daun dihaluskan meningkatkan keanekaragaman hayati, dan mem-
dengan cara ditumbuk dan ditambahkan air. pertahankan produktivitas.
Campuran bahan disaring untuk mendapatkan Tanaman perangkap yang dipilih umumnya
ekstrak. Hasil saringan dapat diencerkan dan mempunyai nilai ekonomis, sehingga mudah
ditambahkan sedikit deterjen sebagai perekat, diadopsi petani. Populasi tanaman perangkap yang
selanjutnya disimpan kurang lebih selama 24 jam ditanam harus lebih rendah dibandingkan tanaman
sebelum siap digunakan. Aplikasi pestisida nabati budidaya. Pola penanaman tanaman perangkap
dapat dilakukan seperti pada pestisida sintetik, yakni berlajur satu atau dua baris di antara petakan
dengan melihat kejadian di lapang. Aplikasi tanaman budidaya, contoh 2 baris tanaman
sebaiknya dilakukan pada sore hari, sehingga tidak perangkap di antara 8 baris tanaman utama. Waktu
mudah terdegradasi dan efektif bertahan di tanaman. tanam antara tanaman perangkap dan tanaman
Pestisida nabati merupakan salah satu dari beberapa budidaya perlu diperhatikan. Pada tanaman
komponen PHT, sehingga produk-produk ini dapat perangkap yang berumur lebih panjang dari
dikombinasikan dengan beberapa pengendalian lain tanaman budidaya, maka sebaiknya penanaman
sehingga dapat mencapai target pengendalian yang tanaman perangkap dilakukan lebih awal dari
diharapkan. tanaman budidaya, sedangkan pada tanaman yang
Tanaman Perangkap berumur sama dengan tanaman budidaya dapat
ditanam bersamaan, untuk mencegah keterlambatan
Tanaman perangkap merupakan strategi tolak panen (Nurindah et al. 2009). Dengan pengaturan
tarik (push-pull strategy) yang prinsipnya me- waktu tanam, diharapkan nilai ekonomis dari
ngendalikan secara non toksik, yang secara tidak tanaman perangkap dan nilai kemanfaatannya
langsung dapat meningkatkan peran musuh alami sebagai perangkap OPT dapat optimal.
(Midega et al. 2014). Tanaman perangkap ditanam Tanaman perangkap menghasilkan bahan kimia
untuk memikat dan menjauhkan hama dari tanaman atau volatil yang menarik hama untuk singgah.
utama atau tanaman komersial, sehingga tanaman Spesies tanaman dan kultivar tertentu menghasilkan
utama terlindung dari serangan hama. Hama senyawa volatil yang berbeda. Nuridah et al. (2009)
diusahakan untuk menjauhi tanaman utama dan melaporkan bahwa populasi S. litura pada tanaman
terkonsentrasi pada tanaman perangkap. Prinsip tembakau dapat ditekan dengan penggunaan
penanaman tanaman perangkap bergantung pada tanaman perangkap kacang hijau (Vigna radiata L.)
preferensi hama, spesies tanaman, kultivar, dan fase dan jagung (Zea mays L.) dengan persentase
pertumbuhan tanaman. Keunggulan dari tanaman penekanan masing-masing 50% dan 25%. Zhou
perangkap yakni mengurangi kerusakan tanaman

73
UGE ET AL. : PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN ULAT GRAYAK SPODOPTERA LITURA FABRICIUS PADA KEDELAI

et al. (2010) melaporkan beberapa jenis tanaman bahkan pada beberapa tanaman dapat meng-
perangkap yang dapat digunakan untuk pengendal- hasilkan senyawa kimia yang dapat menarik predator
ian S. litura pada tembakau seperti jarak kepyar atau parasit hama (Hare 2011; Clavijo McCormick
(Ricinus communis), talas (Colocasia esculenta), et al. 2012). Beberapa varietas diketahui memiliki
kacang tanah (Arachis hypogaea), dan ubijalar kerapatan trikoma daun yang tinggi seperti varietas
(Ipomoea batatas). Namun dari semua jenis tanaman Kipas Merah dan mengalami peningkatan kerapatan
ini, jarak kepyar diketahui memerangkap lebih seiring bertambahnya umur tanaman (Hendrival
banyak larva dan berhasil mengurangi serangan et al. 2013). Karakter morfologi trikoma ini lebih
pada tanaman tembakau. Hasil penelitian Zhou et berperan dibandingkan dengan karakter lainnya
al. (2011) menemukan bahwa aplikasi tanaman untuk pengendalian S. litura (Adie et al. 2012).
perangkap C. esculenta dan SlNPV efektif menekan Mekanisme antibiosis melibatkan karakter sintetik
populasi larva dan meningkatkan kepadatan dan fisika dalam perkembangan dan proses fisik
predator dibandingkan dengan pengendalian serangga (Oki et al. 2012). Pengukuran kepekaan
dengan pestisida sintetik. larva terhadap mekanisme antibiosis dapat dilakukan
Kajian tanaman perangkap dalam mengendali- dengan mengamati abnormalitas larva, mortalitas,
kan S. litura pada tanaman kedelai masih terbatas. perkembangan pupa, dan berat larva. Suharsono
Bedjo (2015) merekomendasikan genotipe kedelai dan Suntono (2007) melaporkan bahwa Balitkabi
MLG 3023 sebagai perangkap S. litura pada telah memperoleh dua galur introduksi (IAC-100
tanaman kedelai, karena adanya sifat kerentanan dan IAC-80596-2 dari Brazilia) yang tahan terhadap
kultivar terhadap serangan S. litura. Pemilihan hama pengisap polong dan ulat grayak. Turunan
tanaman sebagai perangkap sebaiknya mempertim- persilangan IAC banyak dikembangkan untuk
bangkan efektivitas dan nilai ekonomisnya. Jarak memperoleh galur-galur baru berdaya hasil tinggi
kepyar direkomendasikan dalam pengendalian S. dan tahan serangan ulat grayak. Salah satunya
litura pada tanaman kedelai karena efektif me- adalah G100H yang merupakan turunan per-
merangkap larva, dan umur panen lebih panjang silangan antara IAC dengan Himeshirazen, yang
(110-121 hari) (Santoso et al. 2014) dibandingkan mempunyai tingkat ketahanan tinggi terhadap ulat
tanaman kedelai, sehingga dapat melindungi grayak. Hasil persilangan lainnya dengan meng-
tanaman kedelai selama fase pertumbuhannya. gunakan IAC 100 sebagai tetua diperoleh galur
harapan kedelai yang tergolong agak tahan hingga
Varietas Tahan tahan terhadap ulat grayak yaitu galur IAC-100/
Varietas unggul tahan hama merupakan salah Kaba-G-80, IAC100/Kaba-G-67, IAC-100/
satu komponen penting dalam pengelolaan hama Burangrang-P-95, IAC-100/Kaba-G-47, dan IAC-
terpadu (PHT). Dalam budidaya tanaman kedelai, 100/Burangrang-G-119 (Sundari dan Sari 2015).
penggunaan varietas tahan telah dilakukan untuk Krisnawati et al. (2017) melaporkan adanya sifat
menghindari kehilangan hasil akibat serangan hama ketahanan antixenosis dan antibiosis dari genotip
dan penyakit utama. Varietas tahan ulat grayak harus kedelai G511H/Anj-1-4 terhadap ulat grayak.
menjadi pilihan utama ketika hendak melakukan Ketahanan antixenosis dari genotip kedelai G511H/
budidaya di lahan yang telah diketahui merupakan Anj-1-4 berupa trikoma pendek dan kepadatan
wilayah endemik serangan ulat grayak. Penggunaan trikoma, sedangkan ketahanan antibiosis berupa
varietas tahan dapat menekan tingkat kerusakan kandungan senyawa yang ada dari tanaman yang
tanaman, mengurangi atau menghilangkan aplikasi dapat diukur berdasarkan parameter perkembangan
pestisida, tidak merusak lingkungan dan menekan larva. Galur-galur ini perlu untuk dikaji dan
kehilangan hasil. Salah satu cara yang dapat dikembangkan untuk mendukung percepatan
digunakan adalah identifikasi plasma nutfah ketersediaan varietas tahan ulat grayak. Hingga saat
berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi yaitu ini pembentukan varietas kedelai tahan ulat grayak
sifat antixenosis dan antibiosis tanaman terhadap masih terus dilakukan. Balitkabi sejak 2016 hingga
serangga hama (Krisnawati et al. 2017). 2019 telah melepas beberapa varietas dengan sifat
tahan dan agak tahan terhadap ulat grayak di
Mekanisme ketahanan antixenosis dan antibiosis antaranya Dering 3 (tahan), Dena 2, Dering 2,
merupakan sifat pertahanan alami tanaman terhadap Demas 3, Derap 1, Deja 1 (agak tahan) (Balitkabi
kerusakan yang disebabkan oleh hama, seperti 2016; Balitkabi 2021). Diharapkan varietas-varietas
pertahanan fisik atau kimia yang menyebabkan ini dapat diadopsi petani, sehingga dapat
serangga menolak untuk tinggal. Pertahanan fisik mengurangi kejadian serangan di lapang dan
dapat berupa duri, trikoma, sedangkan pertahanan meningkatkan produksi kedelai.
kimia dapat berupa racun atau enzim pencernaan,

74
BULETIN PALAWIJA VOL. 19 NO. 1, MEI 2021

KESIMPULAN Afifah L, Rahardjo BT, Tarno H. 2013. Eksplorasi


nematoda entomopatogen pada lahan tanaman
Pengendalian ramah lingkungan merupakan jagung, kedelai dan kubis di Malang serta virulensinya
penerapan perlindungan tanaman yang sesuai terhadap Spodoptera litura Fabricius. Jurnal Hama
dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dan Penyakit Tumbuhan 1(2): 1-9
dengan memadukan pendekatan-pendekatan yang Ahmad M, Gaffar A, Rafig M. 2013. Host plants of leaf
mengandalkan peran agroekosistem. Pengendalian worm Spodoptera litura (Fabricius) (Lepideoptera:
ulat grayak bersifat ramah lingkungan merupakan Noctuidae) in Pakistan. Asian Journal of Agriculture
potensi yang menjanjikan karena sangat efisien, Biology 1(1):23-28
mudah diperoleh di alam, aman bagi kesehatan Akbar ME, Buchory D. 2012. Pengaruh lama ketiadaan
lingkungan dan makluk hidup di sekitarnya. inang terhadap kapasitas reproduksi parasitoid
Beberapa cara pengendalian yang telah diketahui Snellenius manilae Ashmead (Hymenoptera:
keefektifannya adalah penggunaan agens hayati Braconidae). Jurnal Entomologi Indonesia 9(1): 14-
SlNPV, cendawan entomopatogen B.bassiana, M. 22
anisopliae, N. rileyi dan L. lecanii. Parasitoid dan Alkandahri MY, Subarnas A. 2017. Kandungan senyawa
predator Forficula auricularia, nematoda sintetik dan aktivitas farmakologi ekstrak daun
entomopatogen famili Steinernematidae, pestisida kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A.
nabati, tanaman perangkap (jarak kepyar, kacang Gray) sebagai antimalaria. Farmaka 15(3): 170-186
hijau, kacang tanah, talas, ubijalar), dan varietas Amin ZA, Wardhani T, Pratamaningtyas S. 2016.
tahan. Beberapa agens pengendalian ini dapat Pengaruh metode maserasi jazzar dan balafif dalam
diperbanyak secara mandiri dan sederhana. memperoleh ekstrak air daun mindi (Melia
Komponen pengendalian ini memiliki kelemahan, azedarachL.) sebagai insektisida botani pada ulat
salah satunya adalah kecepatan membunuh yang grayak (Spodoptera litura F.). Jurnal Ilmu-Ilmu
lebih lambat dibandingkan pestisida sintetik. Oleh Pertanian 10(2): 110-12
karena itu, perlu perpaduan teknologi dalam satu Anggara AW, Buchori D, Pudjianto. 2015. Kemapanan
sistem pengendalian hama terpadu sehingga lebih parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera:
efektif dan efisien. Scelionidae) pada agroekosistem sederhana dan
kompleks. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan 3(3):
DAFTAR PUSTAKA 111-125
Abou-Taleb, Hamdy HK, Barrania AA, Attia MA. 2015. Arobi Y, Oemry S, Zahara F. 2013. Daya predasi cecopet
Comparative effectiveness of fipronil and other (Forficula auricularia) (Dermaptera: Nisolabididae)
insecticide treatments against cotton leafworm and pada berbagai instar larva ulat grayak (Spodoptera
role of two detoxification enzymes. Alexandria Science litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) di laboratorium.
Exchange Journal 36(4) : 342-348 Jurnal online Agroekoteknologi 1(2): 296-303
Acharya R, Su YS, Shim JK, Lee KY. 2020. Virulence of Aryo K, Purnomo, Wibowo, Aeny TN. 2017. Virulensi
four entomopathogenic nematodes against the beberapa isolat Metarhizium anisopliae terhadap ulat
tobacco cutworm Spodoptera litura Fabricius. grayak (Spodoptera litura F.) di laboratorium. Jurnal
Biological Control, 150. https://doi.org/10.1016/ Agrotek Tropika 5(2): 96-101
j.biocontrol.2020.104348 (Diakses 10 Feb 2021) Asi MR, Bashir MH, Afzal M, Zia K, Akram M. 2013.
Adie MM. 2007. Panduan pengujian individual, Potential of entomopathogenic fungi for biocontrol
kebaruan, keunikan, keseragaman dan kestabilan of Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera:
kedelai. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. Noctuidae). The Journal of Animal and Plant Sciences
Departemen Pertanian Republik Indonesia. 12 hlm 23(3): 913-918
Adie MM, Krisnawati A, Mufidah AZ. 2012. Derajat Azwana, Mardiana S, Zannah RR. 2019. Efikasi
ketahanan genotipe kedelai terhadap hama ulat insektisida nabati ekstrak bunga kembang bulan
grayak. Hlm. 29-36. Dalam: Rahmiana AA et al (eds). (Tithonia diversifolia A.Gray) terhadap hama ulat
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman sawi di
Kacang dan Umbi 2012. Balai Penelitian Tanaman laboratorium. Jurnal Biolink 5(2): 131-141
Aneka Kacang dan Umbi Babu SR, Dudwal R, Meena PK, Rokadia P. 2018.
Adie M, Krisnawati A, Baliadi Y. 2020. Evaluation for Estimation of avoidable lossses due to defoliators
soybean resistance to army worm Spodoptera litura (semilooper complex and common cutworm,
(Lepidoptera: Noctuidae). pp: 1-8. IOP Conf Ser: Earth Spodoptera litura Fab.) in different varieties of
Environ Sci 484. International Conference on soybean. International Journal of Current Microbiology
Sustainable Cereals and Crops Production Systems and Applied Science 7(8): 3078-3085
in the Tropics 23-25 September 2019. Makassar City
Indonesia

75
UGE ET AL. : PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN ULAT GRAYAK SPODOPTERA LITURA FABRICIUS PADA KEDELAI

Balai penelitian tanaman aneka kacang dan umbi Direktorat Jendral Tanaman Pangan [Dirjentan]. 2019.
[Balitkabi]. 2016. Deskripsi varietas. http:// Laporan Kinerja. Direktorat Jenderal Tanaman
balitkabi.litbang.pertanian.go.id/publikasi/deskripsi- Pangan Kementerian Pertanian. Jakarta, Hal: 46
varietas. (Diakses 15 Apr 2021) Dudhbale C, Surpam A, Kothikar R, Koche M. 2017.
Balai penelitian tanaman aneka kacang dan umbi Bio-efficacy of chemical insecticides against
[Balitkabi]. 2021. Deskripsi varietas terbaru. http:// Spodoptera litura infesting soybean. American Journal
balitkabi.litbang.pertanian.go.id/informasi/deskripsi- of Entomology1(1): 16-18
varietas-terbaru. (Diakses 15 Apr 2021) Dwi H. 2011. Sedikit Tentang Pestisida. http://
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan dinkesjatengprov.go.id/index.php?opyion=
[BPTP Sulsel]. 2015. Laporan hasil penelitian dan com_content&view=article&id=48%3Asedikittentang-
pengkajian. Badan Litbang Pertanian. Kementerian pestisida&catid=42%3Apl&lang=en (Diakses 1 Juni
Pertanian 2011)
Batubara I, Kotsuka S, Yamauchi H, Kuspradini T, Erdiansyah I. 2016. Pemanfaatan formula nematoda
Mitsunaga, Darusman LK. 2012. TNF-á production entomopatogen Steinernema carpocapsaes untuk
inhibitory activity, phenolic, flavonoid and tannin mengendalikan hama ulat Spodoptera litura pada
contents of selected Indonesian medicinal plants. pertanaman kedelai. Jurnal Ilmiah Inovasi 16(1): 33-
Research Journal of Medicinal Plant 6(6):406-415 40
Bedjo. 2005. Pemanfaatan Spodoptera litura Nuclear Fattah A, Ilyas A. 2016. Siklus hidup ulat grayak
Polyhedrosis Virus (SlNPV) untuk pengendalian ulat (Spodoptera litura F) dan tingkat serangan pada
grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada tanaman beberapa varietas unggul kedelai di Sulawesi Selatan.
kedelai. Buletin Palawija 7(8): 1-9 Hlm 834-842. Dalam Muslimin et al (eds). Prosiding
Bedjo. 2015. Pengendalian larva ulat grayak (Spodoptera Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
litura) dengan virus SlNPV. Info Teknologi, Balai Banjarbaru 2016. BPTP Balitbangtan Kalimantan
penelitian tanaman aneka kacang dan umbi 13 Selatan
Agustus 2015. http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/ Fowles RG, Mootoo BS, Ramsewak RS, Khan A. 2012.
infotek/pengendalian-larva-ulat-grayak-spodoptera- Toxicity-structure activity evaluation of limonoids from
litura-dengan-virus-slnpv/ (Diakses 11 Feb 2021) Swietenia species on Artemia salina. Pharmaceutical
Bedjo. 2017. The potential of various isolates of Biology 50(2): 264-267
Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Viruses from Gadi N. 2017. Effect of Azadirachta indica extracts on
East Java (Indonesia) to control Spodoptera litura oriental leafworm, Spodoptera litura (Lepidoptera:
on soybean. Biodiversitas 18(2): 582-588 Noctuidae). Chronicle of The New Researcher 2(1):
Bhargavi GB, Manjula K, Rao R, Reddy BR. 2018. 1-5
Efficacy of oil based formulations of Nomuraea rileyi Hare JD. 2011. Ecological role of volatiles produced by
(Farlow) samson against Spodoptera litura in vitro. plants in response to damage by herbivores insects.
International Journal of Current Microbiology and Annual Review of Entomology 56:161-180
Applied Science 7(10): 3413-3422 Hendrival, Latifah, Hayu R. 2013. Perkembangan
Buchori D, Herawati E.D, Sari A. 2008. The effectiveness Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) pada
of Telenomus remus (Nixon) (Hymenoptera: kedelai. Jurnal Floretek 8: 88-100
Scelionidae) for controling welsh onion pest Herlina L. 2011. Introduksi parasitoid, sebuah wacana
Spodoptera exigua Hübner (Lepidoptera: Noctuidae) baru dalam pengendalian hama kutu putih pepaya
(in Indonesian). Jurnal Entomologi Indonesia 5(2): Paracoccus marginatus di Indonesia. Jurnal Litbang
81-95 Pertanian 30(3): 87-97
Budi AS, Afandhi A, Puspitarini RD. 2013. Patogenesitas Hidrayani, Rusli R, Lubis YS. 2013. Keanekaragaman
jamur entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo spesies parasitoid telur hama Lepidoptera dan
(Deuteromycetes: Moniliales) pada larva Spodoptera parasitasinya pada beberapa tanaman di kabupaten
litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal Hama Solok, Sumatera Barat. Jurnal Natur Indonesia
dan Penyakit Tumbuhan 1(1):57-65 15(1):9-14
Chaerani, Suryadi Y, Priyatno TP, Koswanudin D, Rahmat Hussain M, Debnath B, Qasim M, Bamisile BS, Islam
U, Sujatmo, Yusuf, Griffin CT. 2007. Isolasi nematoda W, Hammed MS, Wang L, Qiu D. 2019. Role of
patogen serangga steinernema dan heterorhabditis. saponins in plant defense against specialist herbivores.
Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 7(1):1- Molecules 24:1-21
9
Indiati SW, Marwoto. 2008. Potensi ekstrak biji nimba
Clavijo Mc Cormick A, Unsicker SB, Gershenzon J. 2012. sebagai insektisida nabati. Buletin Palawija 15: 9-14
The specificity of herbivore-induced plant volatiles in
attracting herbivore enemies. Trends in Plant Science
17: 303–310

76
BULETIN PALAWIJA VOL. 19 NO. 1, MEI 2021

Indrayani IGAA, Prabowo H, Mulyaningsih S. 2013. Lemtur M, Kumari, A, Choudhary JS, Pan RS, Maurya
Patogenisitas dua isolat lokal jamur Nomuraea rileyi S. 2017. Natural incidence of Nomuraea rileyi an
(Farlow) Samson terhadap Helicoverpa armigera entomopathogenic fungus on Spodoptera litura
Hubner (Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal Penelitian infesting groundnut in eastern region of India. The
Tanaman Industri 19 (1):8-14 Bioscan 12(2):843-846
Indriyanti DR, Mahmuda S, Slamet M. 2017. Effect of Liao YL, Yang B, Xu MF, Lin W, Wang DS, Chen KW,
Beauveria bassiana doses on Spodoptera litura Chen HY. 2019. First report of Telenomus remus
mortality. International Journal of Scientific and parasitizing Spodoptera frugiperda and its field
Technology Research 6(9): 206-210 parasitism in southern China. Journal of
Jankowska M, Rogalska J, Wyszkowska J, Stankiewicz Hymenoptera Research 73: 95-102
M. 2018. Molecular targets for components of essential Lubis AAN, Anwar R, Soekarno BPW, Istiaji B, Sartiami
oils in the insect nervous system. Molecules 23(24):1- D, Irmansyah, Herawati D. 2020. Serangan ulat
20 grayak jagung (Spodoptera frugiperda) pada tanaman
Kamariah, Nasir B, Pangeso J. 2013. Efektifitas berbagai jagung di desa Petir kecamatan Daramaga kabupaten
konsentrasi nematoda entomopatogen (Steinernema Bogor dan potensi pengendaliannya. Jurnal Pusat
sp.) terhadap mortalitas larva Spodoptera exiqua Inovasi Masyarakat 2(6):931-939
Hubner. eJurnal Agrotekbis 1(1): 2338-3011 Manoe BL, Harini TS, Nahas AE. 2018. Uji efikasi ekstrak
Khodijah, Herlinda S, Irsan C, Pujiastuti Y, Thalib R. kasar daun nimba terhadap mortalitas ulat grayak
2012. Artropoda predator penghuni ekosistem Spodoptera litura F di laboratorium. Agrisa 7(2):346-
persawahan lebak dan pasang surut Sumatera 352
Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal 1(1): 57-63 Maonaro, Kumari A, Choudhary JS, Pan RS, Maurya S.
Kim KH, Kabir El, Jahan SA. 2017. Exposure to 2017. Natural incidence of Nomuraea rileyi an
pesticides and the associated human health effects. entomopathogenic fungus on Spodoptera litura
Science of The Total Environment 575:525-535 infesting groundnut in eastern region of India. The
Bioscan 12(2):843-846
Kiranasasi AD, Chailani SR, Afandhi A, Bedjo. 2013.
Persistensi tiga isolat Spodoptera litura Nuclear Maramorosch K. 2007. Viruses, vectors, and vegetation:
Polyhedrosis Virus (SlNPV) asal Nusa Tenggara Barat an autobiography. Advances in Virus Research 70:1-
dan Jawa Timur untuk mengendalikan larva 31
Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) Marwoto, Suharsono. 2008. Strategi dan komponen
pada tanaman kedelai (Glycine max L). Jurnal Hama teknologi pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura
dan Penyakit Tumbuhan 1(4):59-66 Fabricius) pada tanaman kedelai. Jurnal Litbang
Kouvelis VN, Wang C, Skrobek A. 2011. Assessing the Pertanian 27(4) : 131-136
cytotoxic andmutagenic effects of secondary Masyitah I, Sitepu SF, Safni I. 2017. Potensi jamur
metabolites produced by severalfungal biological entomopatogen untuk mengendalikan ulat grayak
control agents with the Ames assay and the vitotox(w) Spodoptera litura F. pada tanaman tembakau in vivo.
test. Mutation Research/Genetic Toxicology and Jurnal Agroekoteknologi FP USU 5(30): 484-493
Environmental Mutagenesis 722(1):1–6 Mediantie S, Cahyono S. 2012. Preferensi species lalat
Krishna PG, Krishnaiah GM. 2014. Chemical buah terhadap atraktan metil eugenol dan cue-lure
composition of the leaves of Azadirachta indica Linn dan populasinya di Sumatera Barat dan Riau. Journal
(Nemm). International Journal of Advancement in of Horticulture 18(2):227-233
Engineering Technology Management and Applied Midega CAO, Jonsson M, Khan ZR, Ekbom B. 2014.
Science 1(5): 21-31 Effects of landscape complexity and habitat
Krisnawati A, Bayu MSYI, Adie M. 2017. Identification management on stemborercolonization, parasitism
of soybean genotypes based on antixenosis and and damage to maize. Agriculture Ecosystems
antibiosis to the armyworm (Spodoptera litura). Environment 188: 289-293
Nusantara Bioscience 9(2): 164-169 Moanaro, Kumari A, Choudhary JS, Pan RS, Maurya.
Laba IW. 2010. Analisis empiris penggunaan insektisida 2017. Natural incidence of Nomuraea rileyi an
menuju pertanian berkelanjutan. Pengembangan entomopathogenic fungus on Spodoptera litura
Inovasi Pertanian 3(2): 120"137 infesting groundnut in eastern region of India. The
Laznik Z, Vidrih M, Trdan S. 2012. Effect of different Bioscan 12(12): 843-846
fungicides on viability of entomopathogenic nematodes Moghadamtousi SZ, Fadaeinasab M, Nikzad S, Mohan
Steiner nemafeltiae (Filipjev), S. carpocapsae (Weiser) G, Ali HM, Kadir HA. 2015. Annona muricata
and Heterorhabditis downesi (Stock, Griffin and (Annonaceae): a review of its traditional uses, isolated
Burnell) (Nematoda: Rhabditida) under laboratory acetogenins and biological activities. International
conditions. Chilean Journal of Agricultural Research Journal of Molecular Science 16(7): 15625-658
72: 62-67

77
UGE ET AL. : PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN ULAT GRAYAK SPODOPTERA LITURA FABRICIUS PADA KEDELAI

Moniharapon DD, Moniharapon M. 2014. Ekstrak etanol Disampaikan pada Seminar Internal Balitkabi, 4 Juni
daun melinjo (Gnetum gnemon l.) sebagai anti feedant 2012. http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/berita/
terhadap larva ulat grayak (Spodoptera litura fab.) bio-lec-alternatif-pengganti-insektisida-sintetik/
pada tanaman sawi (Brassica sinensis L.). Jurnal (Diakses 14 Jan 2021)
Budidaya Pertanian 1(2): 100-104 Prayogo Y. 2017. Biopestisida untuk pengendalian hama
Nahak G, Sahu RK. 2011. Evaluation of antioxidant dan penyakit kedelai. Dalam Nugrahaeni N et al (eds),
activity of flower and seed oil of Azadirachta indica A Bunga rampai teknik produksi benih kedelai (75-94).
juss. Journal of Applied and Natural Science 3(1):78- Malang: IAARD Press
81 Pusat Data dan Informasi [Pusdatin]. 2016. Statistik
Narvekar PF, Mehendale SK, Karmarkar MS, Desai SD, Iklim OPT dan DPI. Direktorat tanaman pangan
Golvankar GM. 2018. Effect of BT on Third instar Kementerian Pertanian. Jakarta, hal: 37
larvae against Spodoptera litura (Fab.) on different Pusat Data dan Informasi [Pusdatin]. 2017. Statistik
host plants under laboratory condition. International Iklim OPT dan DPI. Direktorat tanaman pangan
Journal of Chemical Studies 6(6): 899-901 Kementerian Pertanian. Jakarta, hal: 37
Nelly N, Yusniman, Rahmawatu Y. 2011. Pengaruh instar Pusat Data dan Informasi [Pusdatin]. 2020. Statistik Iklim
larva inang Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: OPT dan DPI. Direktorat tanaman pangan
Nocctuidae) terhadap keberhasilan hidup parasitoid Kementerian Pertanian. Jakarta, hal: 37
Eriborus argenteopilosus Cameron
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri [PPPDN].
(Hymenoptera:Ichneumonidae). Jurnal Entomology
2019. Analisis perkembangan harga bahan pangan
Indonesia 8(1):36-44
pokok di pasar domestik dan internasional.
Nurazizah I, Basit A, Murwani I, Prabowo H. 2018. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Evaluasi efek campuran fipronil dan diafentiuron Jakarta, hal: 66
dalam mengendalikan hama ulat grayak (Spodoptera
Radhakrishnan S, Shanmugam S. 2017. Bioefficacy of
litura Fabricius) pada tanaman tembakau (Nicotiana
entomopathogenic nematodes against Spodoptera
tabacum L.). Jurnal Folium 1(2): 79-87
litura (Lepidoptera: Noctuidae) in Bhendi.
Nurhayati, Sayuthi, Husni. 2017. The effectiveness of International Journal of Current Microbiology and
entomopatogen fungi of Beauveria bassiana Ferr for Appied Science 6(7): 2314-2319
handling the Spodoptera litura F. caterpillar on
Rahmawati R, Syarief M, Jumiatun, Djenal. 2019.
soybean plant (Glycine max L. Merr). Journal of
Potensi ekstrak daun sirsak (Anona muricata) pada
Pharmacy and Biological Sciences 12(4):73-86
pengendalian hama pengisap polong (Riptortus
Nuridah, Sunarto DA, Sujak. 2009. Tanaman perangkap linearis) tanaman kedelai. Agriprima, Journal of
untuk pengendalian serangga hama tembakau. Applied Agricultural Sciences 3(1):22-29
Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak
Ramaiah M, Maheswari TU. 2018. Biology studies of
Industri 1(2): 55-68
tobacco caterpillar, Spodoptera litura Fabricius.
Nurindah. 2014. Konservasi musuh alami mendukung Journal of Entomology and Zoology Studies
budi daya tanaman kapas tanpa penyemprotan 6(5):2284-2289
insektisida. Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan
Ramanujam B, Rangeshwaran R, Sivakmar G, Mohan
Minyak Industri 6(2):99-107
M, Yandigeri MS. 2014. Management of insect pests
Oki N, Komatsu K, Sayama T, Ishimoto M, Takahashi by microorganisms. Proceedings of the Indian National
M, Takahashi M. 2012. Genetic analysis of antixenosis Science Academy. 80(2): 455471
resistance to the common cutworm (Spodoptera litura
Rao GVR, Wightman JA, Rao DVR. 2011. World review
Fabricius) and its relationship with pubescence
of the natural enemies and diseases of Spodoptera
characteristics in soybean (Glycine max (L.) Merr.)
litura (F.) (Lepidoptera: Noctuidae). International
Breeding Science 61: 608-617
Journal of Tropical Insect Science 14(3): 273-284
Petlamul W, Prasertsan P. 2012. Evaluation of strains of
Rohlfs M, Churchill ACL. 2011. Fungal secondary
Metarhizium anisopliae and Beauveria bassiana against
metabolites as modulatorsof interactions with insects
Spodoptera litura on the basis of their virulence,
and other arthropods. Fungal Genetics and Biology
germination rate, conidia production, radial growth
48: 23–34
and enzyme activity. Mycobiology 40 (2): 111-116
Rosmiati A, Hidayat C, Efrin F, Setiati Y. 2018. Potensi
Prayogo Y. 2005. Potensi kendala dan upaya
Beauveria bassiana sebagai agens hayati Spodoptera
mempertahankan keefektifan cendawan
litura Fabr pada tanaman kedelai. Jurnal Agrikultura
entomopatogen untuk mengendalikan hama tanaman
29(1):43-47
pangan. Buletin Palawija 10: 53-65
Sa’diyah NA, Purwani KI, Wijayawati. 2013. Pengaruh
Prayogo Y. 2012. Bio-lec: Biopestisida untuk
ekstrak daun bintaro (Cerbera odollam) terhadap
pengendalian hama dan penyakit utama kedelai.

78
BULETIN PALAWIJA VOL. 19 NO. 1, MEI 2021

perkembangan ulat grayak (Spodoptera litura F.). Tobing SSL, Marheni, Hasanuddin. 2015. Uji efektivitas
Jurnal Sains dan Seni Pomits 2(2):111-115 Metarhizium anisopliae Metch. dan Beauveria
Saho A, Marar T. 2018. Phytochemical analysis, bassiana Bals. terhadap ulat grayak (Spodoptera litura
antioxidant assay and antimicrobial activity in leaf F.) pada tanaman kedelai (Glicyne max L.) di rumah
extracts of Cerbera odollam Gaertn. Pharmacognosy kassa. Jurnal Agroteknologi 4(1): 1659-1665
Journal 10(2):285-292 Trizelia, Armon N, Jaelani H. 2015. Keanekaragaman
Samosir K, Setiani O, Nurjazuli. 2017. Hubungan cendawan entomopatogen pada rizosfer berbagai
pajanan pestisida dengan gangguan keseimbangan tanaman sayuran. Hlm 998-1004. Dalam: Setyawan
tubuh petani hortikultura di kecamatan Ngablak AD et al (eds). Prosiding seminar nasional masyarakat
kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan Lingkungan biodiversitas Indonesia 1(5) 2015. Masyarakat
Indonesia 16(2): 63-69 Biodiversitas Indonesia
Santoso BB, Sudika IW, Jaya IKD, Aryana IGPM. 2014. Wang B, Kang Q, Lu Y, Bai L, Wang C. 2012. Unveiling
Hasil biji kadar minyak jarak kepyar lokal beaq amor the biosynthetic puzzle of destruxins in Metarhizium
(Ricinus communis L) pada berbagai umur species. Proceedings of the National Academy of
pemangkasan batang utama. Jurnal Agronomi Sciences of the United States of America 109: 1287–
Indonesia 42(3): 244-249 1292
Shapiro Ilan DI, Han R, Dolinksi C. 2012. War AR, Paulraj MG, Ahmad T, Buhroo AA, Hussain B,
Entomopathogenic nematode production and Ignacimuthu S, Sharma HC. 2012. Mechanisms of
application rechnology. The Journal of Nematology plant defense against insect herbivores. Plant Signaling
44(2):206-217 and Behavior 7: 1306–1320
Sharma N, Srivastava R. 2013. In vitro production of Wazir D, Ahmad S, Muse R, Mahmood M, Shukor MY.
nuclear polyhedrosis virus of Helicoverpa armigera. 2011. Antioxidant actitities of different parts of
Persian Gulf Crop Protection 2: 18-31 Gnetum gnemon L. Journal of Plant Biochemistry
and Biotechnology 20 (2):234-240
Singh D, Raina TK, Singh J. 2017a. Entomopathogenic
fungi: an effective biocontrol agent for management Woodring JL, Kaya HK. 1988. Steinernematid and
of insect populations naturally. Journal of Heterorhabditid nematodes: a handbook of biology
Pharmaceutical Science. and research 9(6): 830-839 and techniques. Southern Cooperative Series Bulletin
331. Arkansas Agricultural Experiment Station,
Singh KN, Rachana RR, Jhonson T, Varatharajan R.
Fayetville, Arkansas
2017b. Conservation of insect predators for pest
management. International Journal of Tropical Yadav DS, Kamte AS, Jadhav RS. 2012. Bio-efficacy of
Agriculture 35(4): 921-929 cyantraniliprole a new molecule against Scelodonata
strigicollis Montschulsky and Spodoptera litura
Suhairiyah. 2013. Pengaruh pemberian cendawan
Fabricius in grapes. Pest Management in Horticultural
Lecanicillium lecanii terhadap mortalitas ulat grayak
Ecosystems 18: 128-134
(Spodoptera litura) secara In Vitro. Lentera Bio 2(3):
253-257 Yan X, Arain MS, Lin Y, Gu X, Zhang L, Li J, Han R.
2019. Efficacy of entomopathogenic nematodes
Suharsono, Suntono. 2007. Efektivitas beberapa jenis
against the tobacco cutworm, Spodoptera litura
insektisida sintetik dan galur tahan untuk
(Lepidoptera: Noctuidae). Journal of Economic
mengendalikan hama perusak daun. Hasil Penelitian
Entomology 113(1):64-72
Tahun 2005. Balitkabi, Malang. Hal: 7
Yanuwiadi B, Amin SL, Hiasinta GH, Bedjo. 2013.
Sundar B, Rashmi V, Sumith HK, Sandhya. 2018. Study
Potensi ekstrak daun sirsak, biji sirsak dan biji mahoni
the incidence and period of activity of Spodoptera
untuk pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura
litura on soybean. Journal of Entomology and Zoology
L.). Natural B 2 (1): 88-93
Studies 6(5): 331-333
Yuan Y, Li Lusha, Zhao J, Chen M. 2020. Effect of
Sundari T, Sari KP. 2015. Perbaikan ketahanan kedelai
tannic acid on nutrition and activities of detoxification
terhadap hama ulat grayak. Iptek Tanaman Pangan
enzymes and acetylcholinesterase of the fall webworm
10(1):19-28
(Lepidoptera: Arctiidae). Journal of Insect Science
Syahroni MNG, Haryadi NT. 2019. Uji efektivitas 20 (1):1-7
konsentrasi Spodoptera litura-nuclear polyhedrosis
Zestyadi IRS, Solikhin, Yasin N. 2018. Toksisitas ekstrak
virus (SlNPV) JTM97C formulasi bubuk terhadap
buah mahkota dewa (Phaleria papuena Warb.)
larva Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera:
terhadap ulat grayak (Spodoptera litura F.) di
Noctuidae) pada tanaman kedelai. Jurnal
laboratorium. Jurnal Agrotek Tropika 6(1):21-25
Pengendalian Hayati 2(2): 46-52

79
UGE ET AL. : PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN ULAT GRAYAK SPODOPTERA LITURA FABRICIUS PADA KEDELAI

Zhou Z, Chen Z, Fu Xu Z. 2010. Potential of trap crops Zhou ZS, Fu Xu Z, Chen ZP. 2011. Co efficacy of trap
for integrated management of the tropical armyworm crop, Colocasia esculenta (L) Schott and biological
Spodoptera litura in Tobacco. Journal of Insect agent, Spodoptera litura nuclear polyhedral virus on
Science 10 (17): 1-11 the tobacco caterpilar, Spodoptera litura (Fabricius
in the Tobacco Field. Pakistan Journal of Zoology
43(4):689-699

80

Anda mungkin juga menyukai