Anda di halaman 1dari 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by eJournal of Sunan Gunung Djati State Islamic University (UIN)

Jurnal Agro 6(1), 2019

METODE INOKULASI BUATAN UNTUK MENGUJI INFEKSI Peronosclerospora maydis


PENYEBAB PENYAKIT BULAI TANAMAN JAGUNG

Artificial Inoculation Methods to Test The Infection of Peronosclerospora Maydis The


Causal Agent of Maize Downy Mildew

Satriyo Restu Adhi1, Fitri Widiantini2, Endah Yulia2


1
Program Studi Magister Agronomi Konsentrasi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Padjadjaran
2
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran,
Jatinangor, Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363

Korespondensi : fitri.widiantini@unpad.ac.id

Diterima 30 Desember 2018 / Disetujui 28 Mei 2019

ABSTRAK

Keberadaan penyakit bulai akibat Peronosclerospora maydis pada tanaman jagung mampu
menyebabkan kehilangan hasil hingga 100%. Pengendalian penyakit bulai dengan
menggunakan varietas tahan dinilai cukup efektif. Di dalam pengembangan varietas tahan,
seleksi ketahanan calon varietas baru harus dilakukan dan hal ini akan melibatkan inokulasi
buatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode inokulasi buatan
Peronosclerospora maydis yang efektif pada tanaman jagung pada skala rumah kaca.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman dan rumah kaca
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada
bulan Oktober hingga Desember 2018. Bahan tanaman yang diinokulasikan berupa kecambah
dan bibit tanaman jagung. Metode inokulasi buatan yang diujikan terdiri atas: (1) Sisip daun
terinfeksi bulai pada kecambah (SD), (2) Semprot suspensi konidia pada kecambah (SI), (3) Sisip
daun bergejala bulai + semprot suspensi konidia pada kecambah (SS), (4) Rendam kecambah
pada suspensi konidia (RS), (5) Semprot suspensi konidia pada bibit (SB), dan dua perlakuan
tanpa inokulasi (kontrol). Dari hasil percobaan metode sisip daun (SD) menyebabkan 83.3%
tanaman jagung terinfeksi bulai dan dinilai sebagai metode inokulasi buatan yang efisien.
Kata kunci: bulai, jagung, inokulasi buatan, Peronosclerospora maydis.

ABSTRACT

Downy mildew disease caused by Peronosclerospora maydis in maize plants can cause yield
loss up to 100%. Disease management of downy mildew by using resistant varieties is
considered quite effective. One of the steps to develop resistant varieties is resistance testing
of the new variety candidates that involve artificial inoculation. The purpose of this study was
to obtain an effective artificial inoculation method of Peronosclerospora maydis in maize

ISSN : 2407-7933 77

Cite this as: Adhi, S, R.Widhiantini, F. dan Yulia, E. (2019). Metode inokulasi buatan untuk
menguji infeksi Peronosclerospora maydis penyebab penyakit bulai tanaman jagung. Jurnal
Agro, 6(1), 77-86 https://doi.org/10.15575/4409
Jurnal Agro 6(1), 2019

plants in a greenhouse. The research was conducted at the Laboratory of Biotechnology of


Plant Protection and Glasshouse Department of Plant Pests and Diseases, Agriculture Faculty,
Universitas Padjadjaran from October to December 2018. The plant materials used for
inoculation were sprout and seedling of maize plant. The artificial inoculation methods tested
were (1) infected leaf insertion among the sprouts (SD), (2) conidia suspension spraying on the
sprouts (SI), (3) infected leaf insertion + conidia suspension spraying on the sprouts (SS), (4)
sprout soaking in conidia suspension (RS), (5) conidia suspension spraying on the seedling (SB),
and two treatments without inoculation (controls). The result showed that the insertion of
infected leaves among the sprouts (SD) treatment resulted to 83.3% of infected maize plants
by the downy mildew and was considered as the most efficient inoculation method.
Keywords: artificial inoculation, maize, downy mildew, Peronosclerospora maydis.

PENDAHULUAN Amir, 2015). Sumber inokulum


Peronosclerospora spp. dapat berupa
Jagung adalah salah satu sumber inokulum seksual (oospora) maupun
pangan penting setelah gandum dan padi. inokulum aseksual (konidia).
Ketiga sumber pangan tersebut mampu Gejala penyakit bulai yang ditimbulkan
memenuhi lebih dari setengah kebutuhan adalah berupa klorotik pada daun yang
kalori manusia (Perera & Weerasinghe, berkembang secara khas dengan kondisi
2014). Bahkan menurut FAO (2016), sejajar dengan tulang daun. Gejala lanjut
kebutuhan jagung dunia akan terus berupa daun tanaman jagung menjadi
meningkat hingga mencapai 3.3 miliar ton kerdil, tegak, dan tampak kering. Selain
pada tahun 2050. Produksi dan kualitas itu, tanda berupa propagul massa konidia
hasil tanaman jagung salah satunya yang mirip seperti tepung pada
dipengaruhi oleh infeksi patogen permukaan atas atau bawah daun dapat
tanaman. ditemukan terutama pada pagi hari
Beberapa patogen dilaporkan mampu (Rustiani, 2015; Rustiani dkk., 2015b).
menginfeksi tanaman jagung. Penyakit Keberadaan penyakit bulai yang sangat
bulai yang disebabkan oleh memengaruhi produksi pada pertanaman
Peronosclerospora spp. merupakan jagung tentunya memerlukan
penyakit penting pada tanaman jagung. pengembangan teknik pengendalian
Penyakit bulai dilaporkan mampu secara berkelanjutan. Pengendalian
menyebabkan kehilangan hasil hingga menggunakan varietas jagung yang tahan
100% pada pertanaman jagung di terhadap penyakit bulai dinilai sebagai
Indonesia (Surtikanti, 2013; Talanca, langkah pengendalian yang efektif karena
2013). Penyakit bulai jagung di Indonesia mampu menekan jumlah inokulum awal
dapat disebabkan oleh tiga spesies yaitu P. dan perkembangan penyakit (Pakki, 2017).
maydis, P. philippinensis, dan P. sorghi Tahapan awal untuk mengembangkan
(Rustiani dkk., 2015b; Muis et al., 2016). varietas tahan terhadap penyakit dapat
Peronosclerospora spp. merupakan dilakukan dengan cara menyeleksi aksesi
parasit obligat yang hanya hidup, atau calon varietas baru di rumah kaca
berkembang dan bertahan pada tanaman atau di lapangan dengan melakukan
hidup, dalam hal ini adalah tanaman teknik inokulasi penyakit buatan (Giri et
jagung (Radwan et al., 2011; Korlina & al., 2013).

78
Jurnal Agro 6(1), 2019

Keberhasilan inokulasi penyakit buatan jagung menunjukkan respons nilai


akan berperan dalam seleksi karakter kejadian penyakit yang berbeda.
ketahanan tanaman melalui ekspresi Keberhasilan proses inokulasi patogen
ataupun tingkat kejadian penyakit pada buatan dan munculnya penyakit sangat
genotip tanaman yang diuji ketahanannya. bergantung pada interaksi faktor inang,
Dengan demikian, metode inokulasi virulensi patogen, dan lingkungan (Agrios,
penyakit buatan yang efektif akan 2005). Oleh karena itu, tujuan penelitian
menentukan efisiensi berkembangnya ini adalah untuk mendapatkan metode
penyakit pada tanaman yang diinokulasi. inokulasi buatan isolat P. maydis pada
Metode evaluasi status varietas tahan tanaman jagung yang dinilai efisien. Hasil
tanaman sorghum menggunakan metode penelitian yang diperoleh akan
inokulasi buatan terhadap penyakit bulai berkontribusi dalam upaya
(P. sorghi) telah dilaporkan oleh Narayana pengembangan manajemen penyakit bulai
et al. (1995). Metode yang dilakukan pada seleksi ketahanan varietas jagung
adalah dengan menginokulasikan konidia terhadap P. maydis yang berkaitan dengan
pada kecambah dan bibit tanaman metode inokulasi buatan yang efisien.
sorghum. Inokulasi konidia dilakukan
melalui tiga cara yaitu (1) menyimpan BAHAN DAN METODE
kecambah di antara daun sorghum
bergejala bulai sistemik (sandwich), (2) Waktu dan lokasi penelitian
merendam kecambah dalam suspensi Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
inokulum, dan (3) menyemprot kecambah Bioteknologi Proteksi Tanaman dan rumah
dengan suspensi inokulum. Inokulasi pada kaca Departemen Hama dan Penyakit
bibit dilakukan dengan cara (1) Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
meneteskan suspensi inokulum pada bibit, Universitas Padjadjaran. Percobaan
(2) menyemprotkan suspensi inokulum dilakukan pada bulan Oktober hingga
pada bibit, dan (3) menaburkan propagul Desember 2018.
inokulum pada bibit. Berdasarkan hasil Sumber inokulum
yang didapatkan bahwa semua metode Sumber inokulum diambil dari
mampu membuat lebih dari 80% tanaman pertanaman jagung terinfeksi bulai di
sorghum terinfeksi. lapangan. Lokasi pengambilan sampel
Keberhasilan metode inokulasi buatan dilakukan di Kecamatan Jatinangor
yang dikembangkan Narayana et al. (1995) Kabupaten Sumedang dengan koordinat -
diperkirakan dapat diadopsi untuk metode 6o.92427778 LS dan 107o.759056 BT.
inokulasi buatan spesies Pengambilan daun tanaman terinfeksi
Peronosclerospora lain pada tanaman sebagai sumber inokulum di lapangan
inang lain. Namun demikian, perbedaan menggunakan metode purposive
tanaman inang dan spesies patogen sampling. Daun jagung yang dipilih adalah
mungkin akan memberikan keberhasilan antara daun pucuk hingga daun ke lima
inokulasi buatan yang berbeda. Bock et al. yang menunjukkan gejala sistemik dan
(2000) melaporkan bahwa uji terdapat propagul masa konidia di bawah
patogenesitas P. sorghi asal enam lokasi atau di atas permukaan daun.
dari wilayah Afrika pada 14 varietas

79
Jurnal Agro 6(1), 2019

Karakterisasi isolat Metode inokulasi buatan


Karakteristik morfologi isolat Percobaan inokulasi buatan dilakukan
Peronosclerospora dilakukan berdasarkan menggunakan dua jenis bahan tanam
pengamatan morfologi dan morfometri. yaitu kecambah dan bibit tanaman jagung.
Konidia dan konidiofor P. maydis untuk Kedua bahan tanam tersebut berasal dari
keperluan karakterisasi morfologi ini benih jagung tanpa perlakuan fungisida
diperoleh dengan cara melakukan induksi dan tidak memiliki sifat ketahanan
sporulasi buatan dengan metode yang terhadap penyakit bulai. Dalam penelitian
dimodifikasi dari Burhanuddin (2011). ini digunakan benih jagung varietas Bisma
Sporulasi buatan ini harus dilakukan untuk karena tidak memiliki sifat ketahanan
mendapatkan morfologi konidiofor dan terhadap penyakit bulai (Aqil dkk., 2012).
konidia Peronosclerospora yang utuh dan Agar dapat digunakan sebagai tanaman
mempermudah dalam pengamatan. inang, mula-mula benih jagung
Daun jagung dari lapangan dicuci dikecambahkan terlebih dahulu pada
dengan air mengalir untuk menghilangkan kotak plastik yang sudah dialasi dengan
kotoran dan material lain seperti kapas basah. Selanjutnya benih dibiarkan
konidiofor yang rusak dan kemudian berkecambah dengan kurun waktu 3-5
dikeringanginkan. Daun yang telah kering hari sampai plumula dan radikula muncul.
angin selanjutnya direndam ke dalam Bahan tanam bibit dipersiapkan dengan
larutan gula 2%, dengan posisi pangkal menanam benih jagung secara langsung
daun berada di dasar dan terendam 3 cm pada plastik polybag.
pada larutan gula. Selanjutnya daun Rancangan percobaan yang digunakan
disungkup menggunakan plastik bening PP adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
(poly propelene) untuk menjaga terdiri dari 2 perlakuan tanpa inokulasi
kelembapan. Daun yang direndam (kontrol kecambah dan kontrol bibit) dan
tersebut diletakkan pada area terbuka dan 5 perlakuan inokulasi buatan (Tabel 1).
gelap selama satu malam. Pada pagi hari Masing-masing perlakuan diulang 4 kali
berikutnya konidia dan konidiofor dipanen dengan 8 tanaman setiap ulangan
dari daun yang dikeluarkan dari dalam sehingga total tanaman setiap perlakuan
plastik sungkup. adalah 32 tanaman.
Daun yang menghasilkan konidia dan Empat metode inokulasi dilakukan
konidiofor dicirikan dengan adanya pada kecambah tanaman jagung (Tabel 1).
propagul mirip tepung berwarna putih. Metode pertama adalah sisip daun
Propagul tersebut diambil menggunakan terinfeksi (SD) dilakukan dengan
plastik berperekat (selotip) bening menyisipkan kecambah jagung di antara
kemudian ditempelkan pada gelas objek potongan daun jagung bergejala sistemik
yang sudah diberi satu tetes pewarna pada cawan petri yang sudah dialasi kertas
methylene blue 2%. Selanjutnya semua sisi tissue lembap. Metode semprot suspensi
pinggiran selotip diberi kuteks bening agar konidia (SI) dilakukan dengan
preparat dapat disimpan lebih lama menyemprotkan suspensi konidia
5
(Hikmawati dkk., 2011; Rustiani et al., kerapatan 10 konidia/ml pada kecambah
2015a; Widiantini et al.,, 2015). jagung yang ditempatkan pada cawan
petri yang diberi alas kertas tissue lembap.

80
Jurnal Agro 6(1), 2019

Metode rendam suspensi konidia (RS) morfologi dan morfometri dilihat


dilakukan dengan merendam kecambah berdasarkan bentuk konidia, dimensi
jagung pada 10 ml suspensi konidia konidia dan konidiofor, jumlah
kerapatan 105 konidia/ml. Semua percabangan, serta ketebalan dinding sel
perlakuan kecambah diinkubasi pada suhu (Widiantini dkk., 2017). Pengukuran
ruang (22 - 25oC) dan kelembapan 80 – dimensi konidia dan konidiofor dilakukan
90% dengan kondisi gelap selama 48 - 96 di bawah mikroskop dengan perbesaran
jam. Setelah periode inkubasi, kecambah 400x, dibantu kamera mikroskop dan
ditanam pada plastik polybag berisi tanah perangkat lunak ScopeImage 9.0.
dan ditempatkan di rumah kaca. Pengamatan kejadian penyakit
dilakukan setiap 2 hari sekali sampai 21
Tabel 1. Rancangan perlakuan metode hari setelah inokulasi (HSI) dan
inokulasi buatan selanjutnya persentase tanaman jagung
Bahan tanam Metode yang menunjukkan gejala penyakit bulai
Kecambah Sisip daun terinfeksi dapat dihitung (Narayana et al., 1995).
(SD)
Pengamatan dilakukan pada setiap daun
Semprot suspensi
konidia pada kecambah dengan melihat ada atau tidaknya gejala
(SI) klorotik (Gambar 2B) atau tanda berupa
Sisip daun terinfeksi + propagul masa konidia yang seperti
Semprot suspensi tepung pada permukaan daun. Jumlah
konidia pada kecambah tanaman jagung yang terinfeksi
(SS) dimasukkan ke dalam rumus kejadian
Rendam kecambah pada
penyakit (disease incidence). Selain itu,
suspensi konidia (RS)
suhu dan kelembapan relatif di rumah
Kontrol Kecambah (KK)
Bibit Semprot suspensi kaca diamati menggunakan alat
konidia pada bibit (SB) termohygrometer sebagai data
Kontrol bibit (KB) pendukung.

Metode inokulasi buatan pada bibit Kejadian penyakit =


jagung (Tabel 1) dilakukan dengan cara
menyemprotkan suspensi konidia (SB) Nilai persentase kejadian penyakit
dengan kerapatan 105 konidia/ml selanjutnya dianalisis menggunakan
menggunakan hand sprayer pada bibit analisis sidik ragam (Anova) yang diolah
tanaman jagung yang berumur 7 hari, menggunakan program SPSS 21.
metode ini dilakukan pada pagi hari pukul Kemudian jika hasil uji F yang diperoleh
06.00 - 07.00. Setelah disemprot tanaman menunjukkan adanya perbedaan nyata
disungkup menggunakan plastik bening maka dilakukan uji lanjut dengan uji
untuk menjaga kelembapan. Duncan taraf nyata 5%.

Pengamatan dan analisis data HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengamatan morfologi dan morfometri
dilakukan pada 30 buah konidia dan Karakteristik isolat
konidiofor. Parameter pengamatan Pengamatan karakteristik morfologi

81
Jurnal Agro 6(1), 2019

dan morfometri konidia dan konidiofor memiliki cabang 2 kali dan percabangan 2
isolat hasil induksi sporulasi ditunjukkan – 4 kali, rata-rata panjang 177.828 µm.
pada Tabel 2. Konidia memiliki bentuk Karakteristik morfologi dan morfometri
yang bulat (spherical) hingga agak bulat konidia dan konidiofor Peronosclerospora
(subspherical) (Gambar 1A), memiliki akan dipengaruhi oleh tanaman inang
dinding sel yang tipis (< 1 µm), dimensi atau jenis varietas dan kondisi lingkungan
konidia 10.116 x 7.730 – 21.636 x 14.312 (Yao et al., 1991; Telle et al., 2011; Runge
µm (P x L). Konidiofor hialin (Gambar 1C), et al., 2012).

A C

Gambar 1. Karakteristik morfologi isolat P. maydis di bawah mikroskop perbesaran 400x (25µm): (A) Konidia
dengan bentuk spherical dan subspherical, (B) Konidiofor dan konidia utuh, (C) Konidiofor yang
hialin.

Identifikasi spesies isolat Barat, Boyolali, Garut, Kediri, Klaten,


Peronosclerospora dibantu dengan Majalengka, Purwodadi, dan Sumedang
deskripsi pembanding berdasarkan (Muis et al., 2016; Widiantini et al., 2017).
literatur CIMMYT (2012) dan Rustiani
(2015). Karakteristik isolat yang Metode inokulasi
didapatkan (Tabel 2) mengarah pada Kejadian penyakit bulai (Gambar 2)
karakteristik spesies P. maydis dengan ciri- berdasarkan lima metode inokulasi buatan
ciri konidia yang berbentuk bulat berkisar antara 0 hingga 83.3% (Tabel 3).
(spherical) hingga agak bulat Persentase kejadian penyakit maksimum
(subspherical), konidiofor menggembung terjadi pada perlakuan sisip daun (SD)
dengan jumlah cabang sebanyak dua kali, dengan nilai 83.3%, semprot suspensi (SI)
jumlah percabangan 2 – 4 kali, dengan dan kombinasi sisip daun + semprot
panjang konidiofor berkisar antara 150 – suspensi (SS) dengan nilai masing-masing
550 µm. P. maydis lebih sering ditemukan 50.0%, semprot bibit (SB) 12.50%, dan
di Pulau Jawa seperti Bandung, Bandung rendam suspensi (RS) 0%.

82
Jurnal Agro 6(1), 2019

Tabel 2. Karakteristik morfologi dan morfometri isolat P. maydis


Parameter pengamatan Hasil
Konidia
Bentuk konidia Spherical – subspherical
Dinding sel Tipis (<1 µm)
Rataan panjang konidia 16.220 µm
Rataan lebar konidia 11.036 µm
Rentang dimensi P x L 10.116 x 7.730 – 21.636 x 14.312 µm
Konidiofor
Cabang 2 kali
Percabangan 2 – 4 kali
Rentang dimensi panjang 103.905 – 266.144 µm
Rataan panjang 177.828 µm
Spesies P. maydis

Penggunaan kecambah jagung sebagai mengalami penurunan (62.5%). Dengan


bahan tanaman inang pada 3 dari 4 metode demikian, perlakuan SI pada perlakuan
inokulasi buatan mampu menyebabkan 50.0 kombinasi ini diperkirakan telah
– 83.3% tanaman terinfeksi penyakit bulai. menurunkan tingkat efisiensi infeksi
Dalam percobaan ini, metode rendam patogen pada perlakuan SD ketika dilakukan
suspensi (RS) tidak menyebabkan tanaman secara tunggal. Keberadaan air pada
jagung terinfeksi. Pada uji bahan tanam perlakuan SI diduga memengaruhi kondisi
kecambah, perlakuan sisip daun (SD) sumber inokulum (konidia) secara kuantitas
menyebabkan kejadian penyakit tertinggi maupun kualitas sehingga berdampak pada
(83.3%), sedangkan kejadian penyakit proses terjadinya infeksi. Namun demikian,
terendah (50.0%) terjadi pada perlakuan secara statistik perlakuan kombinasi SD + SI
semprot suspensi (SI). Ketika perlakuan SD (SS) ini tidak berbeda nyata dengan
dan SI dikombinasikan (SS), hasilnya perlakuan SD, tetapi tidak berbeda nyata
menunjukkan bahwa kejadian penyakit juga dengan perlakuan SI.

A B

Tidak munculnya penyakit pada


Gambar 2. Kejadian penyakit bulai jagung: (A) Gejala pada daun tanaman muda, (B) Infeksi sistemik dengan
gejala khas klorotik memanjang sejajar tulang daun.
83
Jurnal Agro 6(1), 2019

perlakuan Rendam suspensi (RS) ditempatkan bersama dengan daun jagung


disebabkan karena sifat konidia P. maydis muda akan mempertahankan viabilitasnya
yang membutuhkan kondisi meskipun di simpan selama 20 jam. Dengan
ketidaktersediaan air untuk menginfeksi demikian, disimpulkan bahwa konidia
kecambah jagung. Hal ini sesuai dengan membutuhkan kondisi tidak jenuh air dan
pernyataan Bonde (1982) bahwa inkubasi terdapat sel tanaman inang muda pada
konidia selama 10 jam pada air di dalam kecambah jagung untuk mendukung proses
cawan petri membuat konidia kehilangan infeksi.
viabilitasnya, tetapi konidia yang

Tabel 3. Persentase kejadian penyakit bulai pada beberapa metode inokulasi buatan
Bahan Tanam Metode Kejadian Penyakit (%)
Kecambah Sisip daun (SD) 83,3 d
Semprot suspensi (SI) 50,0 c
Sisip daun + Semprot suspensi (SS) 62,5 cd
Rendam suspensi (RS) 0,0 a
Kontrol Kecambah (KK) 0,0 a
Bibit Semprot bibit (SB) 12,5 b
Kontrol bibit (KB) 0,0 a
Keterangan: Huruf yang sama pada satu kolom kejadian penyakit menunjukan hasil yang tidak berbeda
nyata pada setiap perlakuannya berdasarkan Uji Duncan taraf nyata 5%

Kemunculan penyakit juga sangat dan munculnya kejadian penyakit bulai


dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Pada berkisar 80% – 100% (Rustiani et al., 2015a).
perlakuan semprot bibit (SB) menunjukkan Rendahnya kondisi kelembapan di rumah
nilai pesentase kejadian penyakit di bawah kaca turut memengaruhi ekspresi
perlakuan SD, SI, dan SS. Hal ini disebabkan munculnya penyakit pada tanaman jagung.
adanya perbedaan kondisi suhu dan
kelembapan pada perlakuan. Suhu inkubasi SIMPULAN
perlakuan SD, SI, dan SS berada pada suhu
ruang (22 oC-25oC) dengan kelembapan 80% Keberhasilan inokulasi buatan akan
– 90% sebelum dipindah tanam ke dalam sangat dipengaruhi oleh interaksi antara
rumah kaca. Sementara itu, pada perlakuan tanaman inang, patogen, dan kondisi
SB masa inkubasi mengikuti kondisi lingkungan. Teknik inokulasi buatan P.
lingkungan di rumah kaca dengan suhu maydis dalam skala rumah kaca akan lebih
22,22 oC–34,3oC dan kelembapan 54% – efisien dan dapat dilakukan berulang
70%. Perbedaan kondisi suhu dan menggunakan bahan tanam kecambah
kelembapan akan sangat memengaruhi jagung dengan menggunakan metode sisip
proses infeksi penyakit bulai. daun (SD).
Bonde et al. (1992) menyatakan bahwa
infeksi sistemik P. maydis akan terjadi pada DAFTAR PUSTAKA
kisaran suhu 8oC – 36oC, namun semakin
tinggi suhu menyebabkan penurunan Agrios, G. N. (2005). Plant Pathology (5th
ed.). Pp: 79-80 Burlington USA:
kemampuan infeksi pada tanaman. Selain
Elsevier Academic Press.
itu, kelembapan yang mendukung infeksi

84
Jurnal Agro 6(1), 2019

Aqil, M., Rapar, C., & Zubachtirodin. (2012). Comparison of artificial inoculation
Deskripsi Varietas Unggul Jagung (7th methods for studying pathogenesis of
ed.). Halaman 17. Maros: Badan Alternaria brassicae (Berk.) Sacc on
Penelitian dan Pengembangan Brassica juncea (L.) Czern. (Indian
Tanaman Pertanian Kementrian mustard). African Journal of
Pertanian. Biotechnology, 12(18), 2422–2426.
https://doi.org/10.5897/AJB12.2803
Bock, C. H., Jeger, M. J., Mughogho, L. K.,
Cardwell, K. F., Mtisi, E., Kaula, G., & Hikmawati, Kuswinanti, T., Melina, &
Mukansabimana, D. (2000). Variability Pabendon, M. B. (2011). Karakterisasi
of Peronosclerospora sorghi isolates morfologi Peronosclerospora spp.,
from different geographic locations penyebab penyakit bulai pada
and hosts in Africa. Mycological tanaman jagung, dari beberapa daerah
Research, 104(1), 61–68. di Indonesia. Jurnal Fitomedika, 7(3),
https://doi.org/10.1017/S0953756299 159–161.
008965
Korlina, E., & Amir, A. M. (2015). Efektivitas
Bonde, M. R. (1982). Epidemiology of jenis fungisida terhadap penyakit bulai
downy mildew diseases of maize, (Peronosclerospora maydis) pada
sorghum and pearl millet. Tropical jagung. In Prosiding Seminar Nasional
Pest Management, 28(1), 49–60. Serealia, “Peningkatan Peran
https://doi.org/10.1080/09670878209 Penelitian dan Pengembangan
370674 Serealia dalam Mendukung
Swasembada Pangan” (pp. 443–448).
Bonde, M. R., Peterson, G. L., Kenneth, R.
Maros 30 April 2015.
G., Vermeulen, H. D., Sumartini, &
Bustaman, M. (1992). Effect of Muis, A., Nonci, N., & Pabendon, M. B.
temperature on conidial germination (2016). Geographical distribution of
and systemic infection of maize by Peronosclerospora spp., the causal
Peronosclerospora species. Ecology organism of maize downy mildew, in
and Epidemiology, 82(1), 104–109. Indonesia. AAB Bioflux, 8(3), 143–155.
https://doi.org/10.1094/Phyto-82-104
Narayana, Y. D., Mughogho, L. K., &
Burhanuddin. (2011). Identifikasi cendawan Bandyopadhyay, R. (1995). Evaluation
penyebab penyakit bulai pada of greenhouse inoculation techniques
tanaman jagung di Jawa Timur dan to screen sorghum for resistance to
Pulau Madura. Suara Perlindungan downy mildew. Euphytica, 86(1), 49–
Tanaman, 1(1), 21–25. 53. https://doi.org/10.1007
/BF00035938
CIMMYT. (2012). Downy mildew (extended
information). Retrieved August 24, Pakki, S. (2017). Kelestarian ketahanan
2018, from varietas unggul jagung terhadap
http://maizedoctor.org/downy- penyakit bulai Peronosclerospora
mildew-extended-information maydis. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan, 1(1), 37–44.
FAO. (2016). Save and grow in practice:
https://doi.org/10.21082/jpptp.v1n1.2
maize, rice and wheat. A guide to
017.p37-44
sustainable. Rome: Food and
Agriculture Organization. Perera, K. T. G. K., & Weerasinghe, T. K.
https://doi.org/10.1007/s13398-014- (2014). A study on the impacts of corn
0173-7.2 cultivation (Zea mays (L.) Family –
Poaceae) on the properties of soil.
Giri, P., Taj, G., & Kumar, A. (2013).
International Journal of Scientific and

85
Jurnal Agro 6(1), 2019

Research Publications, 4(7), 1–6. Telle, S., Shivas, R. G., Ryley, M. J., & Thines,
M. (2011). Molecular phylogenetic
Radwan, G. L., Perumal, R., Isakeit, T.,
analysis of Peronosclerospora
Magill, C., Prom, L. K., & Little, C. R.
(Oomycetes) reveals cryptic species
(2011). Screening exotic sorghum
and genetically distinct species
germplasm, hybrids, and elite lines for
parasitic to maize. European Journal of
resistance to a new virulent pathotype
Plant Pathology, 130(4), 521–528.
(P6) of Peronosclerospora sorghi
https://doi.org/10.1007/s10658-011-
causing downy mildew. Plant Healt
9772-8
Progress, 1(1), 1–16.
https://doi.org/10.1094/PHP-2011- Widiantini, F., Pitaloka, D. J., Nasahi, C., &
0323-01-RS.Abstract Yulia, E. (2017). Perkecambahan
Peronosclerospora spp. asal beberapa
Runge, F., Ndambi, B., & Thines, M. (2012).
daerah di Jawa Barat pada fungisida
Which morphological characteristics
berbahan aktiff metalaksil,
are most influenced by the host matrix
dimetomorf, dan fenamidon. Jurnal
in downy mildews? a case study in
Agrikultura, 28(2), 95–102.
Pseudoperonospora cubensis. PLoS
ONE, 7(11). https://doi.org/10.1371 Widiantini, F., Yulia, E., & Purnama, T.
/journal.pone.0044863 (2015). Morphological variation of
Peronosclerospora maydis, the causal
Rustiani, U. S. (2015). Keragaman dan
agent of maize downy mildew from
Pemetaan Penyebab Penyakit Bulai
different locations in Java-Indonesia.
Jagung di 13 Provinsi Indonesia.
Journal of Agricultural Engineering and
Repository Intitut Pertanian Bogor.
Biotechnology, 3(2), 23–27.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
https://doi.org/10.18005/JAEB030200
Rustiani, U. S., Sinaga, M. S., Hidayat, H., & 2
Wiyono, S. (2015a). Ecological
Yao, C., Magill, C. W., Frederiksen, R. A.,
characteristic of Peronosclerospora
Bonde, M. R., Wang, Y., & Wu, P.
maydis in Java, Indonesia.
(1991). Detection and identification of
International Journal of Science, 19(1),
P. sacchari in maize by DNA
159–167.
hybridiazation. Phytopathology, 81,
Rustiani, U. S., Sinaga, M. S., Hidayat, S. H., 901–905.https://doi.org/10.1094
& Wiyono, S. (2015b). Tiga spesies /Phyto-81-901
Peronosclerospora penyebab penyakit
bulai jagung di Indonesia. Berita
Biologi, 14(1), 29–37.
Surtikanti. (2013). Cendawan
Peronosclerospora sp. penyebab
penyakit bulai di Jawa Timur. Inovasi
Teknologi Pertanian, 1, 57–67.
Talanca, A. H. (2013). Status penyakit bulai
pada tanaman jagung dan
pengendaliannya. In Seminar Nasional
Inovasi Teknologi Pertanian “Peranan
dan Aplikasi Teknologi Pertanian
Mendukung Ketahanan Pangan
Nasional” (Vol. 1, pp. 76–87).
Banjarbaru, 26-27 Maret 2013.

86

Anda mungkin juga menyukai