Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
Jagung adalah salah satu komoditas pangan yang banyak disukai oleh
manusia. Jagung dapat diolah menjadi berbagai macam makanan. Mulai dari
makanan untuk lauk makan, cemilan, hingga makanan penutup atau dessert. Rasa
Selain itu tanaman jagung banyak sekali gunanya, hampir seluruh bagian
tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain batang
dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua setelah panen untuk
pupuk hijau dan kompos, batang dan daun kering untuk kayu bakar, batang jagung
untuk lanjar (turus), batang jagung untuk pulp (bahan kertas), buah jagung muda
untuk sayuran, bergedel, bakwan, biji jagung tua sebagai pengganti nasi,
brondong, roti jagung, tepung, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri
utama dan sangat penting, karena apabila menyerang pada tanaman jagung,
khususnya umur muda dan varietas rentan, maka dapat menyebabkan kerusakan
GRAMINICOLA)
A. Penyebab penyakit
penularan sporanya pada tanaman jagung terbawa oleh angin dipagi hari (CABI,
2004; CIMMYT 2004). Menurut Wakman dan Djatmiko (2002) dan CIMMYT
B. Tanaman inang
spesies cendawan yang tergolong dalam tiga genus yaitu 7 spesies dari genus
C. Gejala penyakit
variasi yang cukup besar dalam gejala, yang hampir selalu berkembang sebagai
akibat dari infeksi sistemik. Gejala bervariasi sesuai dengan ketahanan inangnya,
serta kondisi lapangan atau lingkungan tempat terjadinya infeksi sistemik ini,
biasanya diamati sejak 6 hari setelah tanam. Gejala sistemik umumnya muncul
pada daun kedua, dan sesekali munculnya (jadi tidak secara bersamaan),
dilanjutkan pada semua daun berikutnya dan malai juga menggambarkan gejala,
mengatasi atau tahan terhadap infeksi tersebut (Singh dan Raja, 1988). Penyakit
ini juga dapat muncul pada daun pertama ketika infeksi sudah parah
perkembangannya.
Gejala daun dimulai dengan proses klorosis di dasar lamina daun dan
yang lebih besar dengan gejala daun. Gejala daun yang terinfeksi, ditandai dengan
daerah bagian daun yaitu basal sakit dan menyebar ke ujung. Dalam kondisi
kelembaban tinggi, luas daun terinfeksi akan mendukung terjadinya klorosis dan
menyebarnya sebagian besar spora, umumnya pada permukaan abaxial dari daun,
memberi mereka penampilan berbulu halus pada daun. Jika gejala terjadi mulai
awal, tanaman akan sangat kerdil dan klorosis dan selanjutnya akan mati, jika
gejala yang tertunda, kekerdilan mungkin belum terjadi hal tersebut dikarenakan
Istilah ‘Telinga hijau’ berasal dari penampilan malai yang berwarna hijau karena
sebagai virescence (Arya dan Sharma, 1962). Dalam kasus-kasus tertentu, telinga
hijau adalah satu-satunya manifestasi dari jamur ini. Gejala yang jarang terlihat
sebagai lesi lokal atau bintik-bintik terisolasi pada bilah daun (Saccas, 1954;
Girard, 1975). Tempat bervariasi dalam bentuk dan ukuran dan berada pada
graminicola.
E. Pengelolaan penyakit
Pestisida saat ini diperlukan tetapi bukan solusi jangka panjang untuk
kesehatan tanaman. Selain nontarget mereka efek, berbahaya bagi alam dan
strain yang resisten. Pembiakan untuk resistensi, sebagai metode yang paling
praktis dan layak untuk mengelola pabrik penyakit, tidak mampu menjaga
agen biokontrol dalam manajemen terpadu mutiara millet downy mildew adalah
persyaratan era saat ini untuk menghindari semua efek buruk yang melekat yaitu,
ketidakefektifan biaya dll, yang disebabkan oleh terus menggunakan bahan kimia.
III. PENUTUP
produktivitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ummu, S., Meity, S., Sri, H., dan Suryo, W. 2015. TREE SPECIES OF
PERNOSCLEROSPORA AS A CAUSE DOWNY MILDEW ON MAIZE IN
INNDONESIA. 14 (1).
http://forageresearch.in/wp-
content/uploads/2016/06/44-47.pdf
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0007153680800180
https://media.neliti.com/media/publications/68939-ID-none.pdf
https://link.springer.com/article/10.1007/s00425-007-0484-4