Anda di halaman 1dari 11

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

OBSERVASI LAHAN KACANG PANJANG

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Mita Dwi Novitasari 20170210009

Adwin Wijaya 20170210022

Delvika Siti Nuraeni 20170210031

Danang Budiarso 20170210034

Muhammad ‘Ammar Su’ud 20170210043

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2018
I. KASUS
Pak Mujiono seorang petani yang memiliki lahan di daerah Sleman tepatnya di
Jalan Tempel-Seyegan, Sumberjo, Tempel, Daerah Istimewa Yogyakarta seluas 1200 m2
menanam dengan pola tanam tumpang sari (kacang panjang, cabai, dan kacang tanah).
Mas Kris selaku anak dari pak mujiono mengatan bahwa perlakuan untuk tanaman
kacangnya hanyalah perlakun biasa seperti yang dilakukan banyak petani lainnya
sehingga hasil yang didapatkan pun relative standar sesuai dengan potensi tanaman yang
ditanam. namun menurut penuturan pak mujiono lahannya pernah mengalami masalah
yang mungkin akan terus berulang, beberapa kali bunga pada tanaman kacang panjang
miliknya selalu gugur, dan terdapat karat pada daun. yang dapat mengakibatkan lahan
pertanian pak Mujiono berkurang hasilnya.

II. ANALISIS KASUS


Berdasarkan kasus diatas diperkirakan bahwa lahan pak mujiono mengalami
gangguan serangan populasi hama berupa ulat penggerek polong yang ditandai dengan
kerontokan bunga dan lubang pada kacang panjang, ditemui adanya karat pada mayoritas
permukaan daun, serta adanya banji pada batang kacang panjang.

III. TINJAUAN PUSTAKA


A. Kacang Panjang
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim dengan
tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau
dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-
4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai
silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau.
Menurut Haryanto (2007), tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk
Vigna sinensis ssp. Sesquipedalis
Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang
kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu,
berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna
putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm,
dan berwarna ungu. Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-
25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat
muda (Hutapea et al., 1994).
Kacang panjang (V. sinensis) merupakan tanaman sayuran semusim. Kacang
panjang merupakan jenis sayuran yang dapat di kosumsi dalam bentuk segar maupun
diolah menjadi sayur Tanaman kacang panjang memiliki kandungan gizi yang cukup
lengkap (protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C).
Kandungan protein nabati pada sayuran kacang panjang berkisar 17-21% (Rasyid Panji
2012).
B. Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari Amerika Selatan,
diperkirakan dikawasan sekitar Bolivia, Brasil dan Peru. Tanaman kacang tanah telah
dibudidayakan sejak tahun 1500 sebelum masehi, terutama oleh orang Indian di Amerika
Selatan (sumarno 1986). Menurut Rukmana (2007), taksonomi tanaman kacang tanah
adalah Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae,
Classis:Dicotyledoneae, Ordo: Rosales, Familia: Leguminoceae, Genus: Arachis,
Species:Arachis hypogaea L. Kacang tanah mempunyai dua tipe pertumbuhan yang
berbeda yaitu tipe tegak dan menjalar. Tipe tegak lebih disenangi oleh petani karena
berumur genjah yaitu 100-120 hari dan saat panen lebih mudah. Sedangkan tipe menjalar
berumur panjang yaitu 5-6 bulan dan ginofornya menyebar menurut arah menyebarnya
cabang tanaman (Somaatmaja, 1990).
C. Cabai
Tanaman cabai (Capsicum sp.) berasal dari benua Amerika. Ditemukan pertama
kali oleh Christophorus Columbus pada tahun 1490. Saat itu tanaman ini sudah
dibudidayakan oleh suku Indian untuk keperluan memasak sejak tahun 7000 SM.
Semenjak tahun 1502 tanaman cabai mulai diperkenalkan ke benua lain, dan kini sudah
menyebar ke seluruh dunia sebagai salah satu bahan utama masakan (Nugraheni & Hera,
2005). Capsicum annum L merupakan salah satu jenis cabai yang banyak digunakan
sebagai bahan bumbu masakan (Ashari, 2006).
Klasifikasi secara umum tanaman cabai merah menurut Prajnanta (2001) dalam
Asmara (2014) adalah sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Ke/as : Dicotyledonae
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Capsicum
Jenis : Capsicum annum L.
Nama umum/dagang : Cabe merah
D. Mulsa
Menurut Suwardjo dan Dariah (1995) mulsa adalah berbagai macam bahan seperti
jerami, sebuk gergaji, lembaran plastik tipis, tanah lepas-lepas dan sebagainya yang
dihamparkan di permukaan tanah dengan tujuan untuk melindungi tanah dan akar
tanaman dari pengaruh benturan air hujan, retakan tanah, kebekuan, dan penguapan dan
erosi.
Menurut Hakim et al. (1986) mulsa adalah setiap bahan yang dipakai di permukaan
tanah untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan atau untuk menekan
pertumbuhan gulma. Bahan mulsa antara lain sisa tanaman, pupuk kandang,
limbah industri kayu (serbuk gergaji), kertas, dan plastik.
E. Penyakit Karat
Salah satu gangguan penyakit yang cukup mengganggu adalah karat daun yang
disebabkan oleh Puccinia arachidis. Biasanya penyakit ini disertai penyakit bercak daun
yang disebabkan oleh Cercospora arachidicola. Kedua penyakit ini sering dapat
menurunkan hasil akibat pengisian polong tidak optimal (Adie dkk., 1995). Penyebaran
jamur karat ini terjadi melalui uredospora pada sisa brangkasan atau polong
terkontaminasi yang terbawa angin. Salim (1989) dalam Saleh dan Hadiningsih (1996)
melaporkan bahwa perkecambahan uredospora paling banyak terjadi pada suhu 35°C
dengan kelembaban relatif 90%.
F. Banji
Menurut Hidajati (2013), terdapat dua hama utama yang menyerang tanaman
kacang panjang yaitu Kutu Aphids croccivora, sering menyerang tanaman kacang
panjang berwarna hitam. Kutu ini bergerombol di balik daun, sehingga daun mengeras
dan menggulung ke dalam, disertai timbulnya embun jelaga.
Aphid (Aphis craccivora Koch; Homoptera: Aphididae) merupakan hama utama
pada kacang panjang (Mudjiono, Trustinah dan Kasno, 1999). Kehilangan hasil akibat
hama aphid yang tidak dikendalikan dapat mencapai 65.87% (Prabaningrum, 1996).
Selain menyebabkan kerusakan secara langsung, aphid juga berperan sebagai vektor
beberapa virus penyebab penyakit mosaik, sehingga kerusakan yang dapat diakibatkan
kedua sumber ini bisa lebih tinggi lagi. Masalah lainnya aphid juga menghasilkan embun
madu (honeydew) dan menyebabkan pertumbuhan jamur embun jelaga yang
menghambat fotosintesis (Stoll, 1988).
Kutu daun A. craccivora menyerang tanaman kacang panjang mulai awal
pertumbuhan sampai masa pertumbuhan bunga dan polong. Serangan A. craccivora
menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian tanaman yang masih muda, misalnya tunas-
tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih muda (Darsono 1991). Pada saat
tanaman kacang panjang masih muda, aphid menyerang bagian dari sulur yang masih
muda (pucuk), dan seiring perkembangan tanaman, aphid akan menyebar ke bagian
lainnya. Umumnya aphid menyerang bagian pucuk-pucuk muda, batang, bunga, daun,
dan polong. Aphid muda dan aphid dewasa memperoleh makanan dengan menghisap
cairan sel tanaman. Telur berkembang di dalam induk dan keluar dalam bentuk nimfa.
Dalam beberapa hari nimfa mencapai stadia reproduksi. Imago dapat menghasilkan 2-20
keturunan per hari pada kondisi yang sesuai (Hadiastono, 2004). Hal ini menyebabkan
kepadatan populasi aphid meningkat secara cepat. Pada awal-awal infestasi aphid dewasa
tidak mempunyai sayap dan bergerombol. Aphid bersayap muncul pada generasi
selanjutnya dan menyebar ke tanaman lainnya. Di daerah tropis reproduksi aphid terjadi
tanpa perkawinan dan sebagian besar koloni terdiri dari aphid betina (Schreiner, 2000;
Ulrichs, 2001).
G. Ulat
Ulat penggerek polong Maruca restualis, ulat ini berwarna hijau, warna ulat
berangsur-angsur menjadi coklat kehitaman. Hama ini menyerang polong dengan cara
melubangi kulit polong, kemudian memakan daging buah dan biji-biji muda yang ada di
dalamnya. Pengendalian hama yang biasa dilakukan petani dengan menggunakan
insektisida kimia sintetis, umumnya belum sesuai dengan kaidah pengendalian yang
bijaksana. Seperti dosis yang terlalu tinggi, frekuensi yang terlalu tinggi, dan
pencampuran beberapa jenis pestisida yang digunakan bersamaan.
Larva M. testulalis pada umumnya menyerang kuncup bunga, bunga, dan polong.
Singh et al.(1990) melaporkan bahwa kehilangan hasil biji kacang tunggak akibat
serangan M. testulalis berkisar antara 20 - 80%.
H. Rumput Teki
Gulma mengganggu pertumbuhan tanaman karena bersaing dalam mendapatkan
air, nutrisi dan cahaya. Gulma merupakan sumber inang untuk hama dan penyakit yang
dapat merugikan tanaman kacang panjang (Saleh 2003). Kehadiran gulma disebabkan
oleh adanya seed bank yaitu terakumulasinya benih gulma dalam tanah yang kemudian
tumbuh menjadi gulma. Biji gulma memiliki masa dormansi sangat panjang hingga
puluhan tahun. Dormansi dapat terpecahkan oleh perubahan lingkungan (Fadhly dan
Tabri 2009). Pengendalian gulma pada budidaya kacang panjang dapat dilakukan secara
mekanis, kultur teknis, dan kimia maupun gabungan ketiganya (Harsono 1993).
Pengendalian secara mekanis dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma
dengan tangan atau alat. Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan
pengolahan tanah atau pendangiran. Pengendalian dengan olah tanah selain dapat
berpengaruh terhadap perakaran tanaman utama juga dapat menurunkan sifat fisik tanah
dan merangsang pertumbuhan gulma yang lebih banyak. Pengolahan tanah dapat
mengangkat biji-biji gulma yang dorman ke permukaan tanah sehingga dormansi bisa
terpatahkan, salah satunya karena pengaruh cahaya (Zimdahl 2007).
Dalam tatanama atau sistematik (taksonomi) tumbuhan, klasifikasi rumput teki
menurut Tjitrosoepomo (1994) adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Clasis : Monocotyledonae
Ordo : Cyperales
Familia : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
Pengendalian secara kultur teknis yaitu dengan menggunakan varietas tahan.
Pengendalian secara mekanis membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya yang lebih besar.
Alternatif pengendalian gulma yang lebih efisien adalah menggunakan herbisida yang
dapat diaplikasikan pada pra atau purna tumbuh gulma. Herbisida dapat diaplikasikan
melalui daun gulma atau ke tanah. Aplikasi herbisida pada tanah dilakukan untuk
mencegah pertumbuhan biji, bertunasnya umbi, rhizome dan stolon. Penggunaan
herbisida juga dapat mengurangi risiko kerusakan akar dan polong akibat penyiangan dan
pembumbunan. Gulma digolongkan menjadi tiga yaitu kelompok gulma berdaun lebar
(broad leaves), rumputan (grasses) dan teki (sedges). Ketiga jenis gulma tersebut dapat
berkembang pada satu hamparan lahan dan menekan pertumbuhan tanaman kacang
tanah. Periode kritis tanaman kacang tanah terhadap gangguan gulma adalah pada umur
21–50 hari setelah tanam (HST). Pada periode tersebut tanaman kacang tanah memasuki
fase generatif yaitu fase berbunga hingga pembentukan polong.
IV. PENYELESAIAN KASUS
Masalah yang terjadi pada lahan Pak Mujiono dapat diatasi dengan cara
perlindungan yang dilakukan melalui cara preventif (mencegah OPT masuk ke
pertanaman) atau dengan cara kuratif (mengendalikan OPT yang telah ada pada
pertanaman). Perlindungan tanaman terhadap OPT dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai taktik pengendalian secara terpadu, dengan memperhatikan terhadap kelestarian
lingkungan hidup, sosial, ekonomik, dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian taktik
pengendalian hama dengan pestisida merupakan pilihan terakhir apabila taktik
pengendalian lain tidak mampu membendung laju populasihamaatau tingkat kerusakan
tanaman. Sebagai dasar penggunaan pestisida adalah Ambang Ekonomi, atau Ambang
Kendali.

1. Pengendalian pada Karat Daun


a) Pengendalian secara Alami
 Fungisida nabati yang dapat mengendalikan penyakit karat pada kacang
panjang adalah minyak cengkeh “CEKA”. Minyak cengkeh terbuat dari
daun cengkeh yang disuling dan mengandung bahan aktif eugenol. Selain
menghambat perkembangan penyakit karat, minyak cengkeh juga
berkhasiat menghambat perkembangan beberapa macam penyebab
penyakit seperti Fusarium oxysporuM pada vanili, Rhizoctonia solani,
Phytophthora capsicidan Sclerotium rolfsii pada lada.
 Menanam varietas tahan seperti Nuri, Manyar (Anonymous, 1993).
b) Pengendalian dengan Pestisida
 Menggunakan fungisida Dithane M45 atau Bayleton.
2. Pengendalian pada Banji
a) Pengendalian secara Alami
Pengendalian alami dapat dilakukan oleh kompleks predator terhadap hama Aphis
spp., terbukti dari adanya koeksistensi antara kedua organisme tersebut. Salah
satu jenis predator yang telah dikaji potensinya adalah kumbang koksinelid
Menochilus sexmaculatus Fabricius. Hasil kajian Wagiman et al. (2009)
membuktikan bahwa predator ini prospektif dikembangkan sebagai agensi
pengendalian hayati hama kutu daun kacang panjang, di antaranya Bemisia tabaci,
M. persicae, dan A. gossypii
b) Pengendalian secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan memusnahkan banji
menggunakan tangan.
3. Pengendalian pada Ulat
a) Pengendalian dengan cara penyemprotan fungisida, misalnya dithane M-45.
b) Pengendalian secara kultur teknis, melalui:
 Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang,
 Tanam serempak dengan selisih waktu antara tanam awal dan tanam akhir
tidak lebih dari 10 hari,
 Penanaman tanaman perangkap imago dan telur S. litura, menggunakan
kedelai MLG 3023.
c) Pengendalian fisik dan mekanik
Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mematikan kelompok telur,
ulat stadia 1−2 yang masih berkelompok dan ulat stadia 4−6 yang terletak pada
permukaan bawah daun pada bagian atas tanaman.
d) Pengendalian secara hayati
Musuh alami berperan penting untuk mengatur dan mempertahankan
keberadaan hama di bawah ambang yang tidak merugikan, diantara beberapa jenis
musuh alami yang dapat digunakan sebagai agensi hayati adalah Nuclear
Polyhedrosis Virus (NPV). Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus
(SlNPV) merupakan salah satu virus yang dapat menyerang ulat.
KESIMPULAN

Penanaman tanaman yang dilakukan memerlukan perhatian sehingga bisa menghasilkan


produktivitas yang tinggi. Penurunan angka produktivitas misalnya terjadi karena adanya
organisme pengganggu tanaman. OPT yang menyerang tanaman kacang panjang ini yaitu
penyakit karat daun, hama banji, hama ulat penggerek polong, beserta adanya gulma rumput teki.
Pengendaliannya pada OPT yaitu bisa dilakukan dengan cara preventif ataupun secara kuratif.,
adapun pengendalian lainnya bisa dilakukan dengan pengendalian secara mekanis, secara alami,
maupun dengan penggunaan agensi hayati dan pestisida.

SARAN

Intensifikasi yaitu meningkatkan produksi pertanian per satuan luas. Intensifikasi


dilakukan melalui beberapa usaha sebagai berikut : (1) Pemilihan bibit unggul yang
berpenghasilan tinggi, sedapat mungkin yang tahan terhadap hama dan penyakit; (2) Penggunaan
pupuk berimbang dan rasional; (3) Mengusahakan irigasi yang teratur; (4) Meningkatkan teknik
bercocok tanam yang lebih menguntungkan; (5) Pengendalian terhadap OPT melalui higenis
pertanaman, dan penggunaan bahan kimia pestisida yang rasional. Upaya deversifikasi dilakukan
dengan meningkatkan keragaman pertanaman,
DAFTAR PUSTAKA
Adie, M. M; T. Adisarwoto, & Sumarno. 1994. OFR Kacang Tanah untuk Identifikasi Teknologi
Budidaya Kacang Tanah di Tabel 2. Komponen hasil dan serangan penyakit pada
tanaman kacang tanah di Lahan Kering. Puslitbang Tanaman Pangan. Balittan Malang. 26
hal.

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta.

Haryanto, E., T. Suhartini, dan E, Rahayu. 2007. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III), Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Nugraheni, M., & T. Hera W.H. 2005. Diversifikasi Cabai Merah Kering sebagai Alternatif
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Penerapan IPTEKS.

Rasyid Panji. 2012. Manfaat Kacang Panjang Bagi Tubuh.


http://makanansehat123.blogspot.com/2012/10/7-manfaat-kacang-panjang-bagi-
tubuh.html. Akses Tanggal 7 Oktober 2018.
Saleh, N dan Hardiningsih, S. 1996. Pengendalian Penyakit Bercak Daun dan Karat pada Kacang
Tanah. Risalah Seminar Nasional Prospek Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah di
Indonesia. Edisi Khusus Balitkabi Malang No. 5. Hal 339-351.

Schreiner, I.. 2000. Cowpea Aphid (Aphis craccivora Koch). Agricultural Pest of the Pasific, 6,
ADAP, Guam.

Stoll, G.. 1988. Natural Crop Protection in the Tropics. Arecol, Switzerland. Ulrichs, C.. 2001.
Cowpea Aphid, Aphis craccivora Koch, Sternorrhyncha : Aphididae, AVRDC, Taiwan.

Wagiman, F.X., Laksminiwati Prabaningrum, & Dahlia Simanjuntak. 2009. Eksplorasi,


Karakterisasi, dan Potensi Musuh Alami Hama Bemisia tabaci di Ekosistem Cabai.
Laporan Akhir Kegiatan Penelitian KKP3T. 47 p.

Anda mungkin juga menyukai