OLEH:
ISI…………………………………………………………………………….
Hama Tungau (Acariformes) ....................................................................
Taksonomi Tungau (Acariformes) ............................................................
Gejala Serangan Tungau (Acariformes)....................................................
7 Teknik Pengendalian Hama Tungau (Acariformes)...............................
kekerabatannya (Setiawan,2020)
Tungau merupakan hama yang berukuran kecil yaitu umumnya antara 0,3-
0,5 mm. Ukuran tungau yang kecil memudahkan tungau untuk berpindah tempat
dan beradaptasi cepat dengan keadaan lingkungan, serta mampu menghindar dari
tanaman pepaya di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Utara
pertanian di Indonesia. Pada umumnya pengendalian tungau ini dilakukan secara kimiawi
terjadinya resistensi terhadap akarisida dalam beberapa tahun. Selain tanaman pepaya,
menyerang pepaya pada bagian permukaan bawah daun sehingga menyebabkan daun-daun
terbanyak yang ditemukan pada contoh daun pepaya yang berada di pulau
Lombok dengan jumlah 7157 individu yang tersebar di daerah dataran rendah,
sedang dan tinggi. Tungau P. citri termasuk dalam Famili Tetranychidae yang
merupakan salah satu pepaya yang unggul dan memiliki harga yang relatif stabil
Produktivitas pepaya Indonesia tahun 2012, 2013 dan 2014 berturut-turut adalah
899.358, 871.257, dan 830.491 ton (BDSP, 2017). Dalam budidaya tanaman
serangan hama. Salah satu hama yang banyak menyerang tanaman pepaya
adalah tungau. Beberapa jenis tungau yang menyerang pepaya termasuk dalam
bagian bawah dan pertulangan daun. Imago betina paling banyak ditemukan
pada pepaya varietas Arum Bogor (Hermawan, 2006). Tungau Tetranychus sp.
juga menyerang tanaman pepaya yang ditanam bersamaan dengan cabai dan
semua fase tungau Tetranychus sp. dapat ditemukan. Selain Tetranychus sp.
2006). Populasi tungau Tetranychus sp. di lahan pepaya monokultur lebih tinggi
Hal ini dapat merugikan pada populasi predator yang ada pada pertanaman
(Hermawan, 2006).
antena, tidak memiliki sayap, tubuhnya hanya terbagi atas gnathosoma dan
merupakan rahang atas, kelisera merupakan alat mulut khas yang terdiri atas tipe
menusuk, menghisap dan menggigit serta palpus merupakan embelan indra yang
Idiosoma terdiri atas bagian anterior atau propodosoma dan bagian posterior atau
histerosoma. Idiosoma pada dasarnya tidak beruas, meskipun ada yang keras
karena dilindungi oleh perisai-perisai yang tersklerotisasi atau lunak karena tidak
Tungau dewasa bertungkai empat pasang dan pada stadia larva bertungkai tiga
bagian bawah dan pertulangan daun. Imago betina paling banyak ditemukan pada
pepaya varietas Arum Bogor. Tungau Tetranychus sp. juga menyerang tanaman
Tetranychus sp. dapat ditemukan. Selain Tetranychus sp. ditemukan juga tungau
serangannya bisa mencapai 14-43%. Gejala awal dari serangan tungau merah
yaitu timbulnya bintik-bintik berwarna putih pada daun pepaya. Lantas pada
tingkat serangan yang berat, bintik-bintik putih ini akan meluas ke semua
Tungau sangat cepat berkembang biak dan dalam waktu singkat dapat
menyebabkan kerusakan yang berat. Menyerang bagian tangkai, daun dan buah.
Tangkai yang diserang akan berwarna seperti perunggu. Pada permukaan atas
daun terdapat bercak berwarna kuning atau coklat yang dapat meluas dan
menyebabkan seluruh daun menjadi kuning yang kemudian menjadi merah karat.
diperlambat sampai 10 hari. Keluar malai tidak normal (tidak keluar penuh), dan
terjadi distorsi pada daun . Saat menuju pematangan, buah tidak mengis dan
kondisi tanaman yang sehat merupakan modal utama bagi tanaman untuk dapat
lebih baik dalam bertahan dari deraan abiotik maupun biotik, termasuk dari
yang sehat dan daya dukung lahan yang optimal, yang meliputi kesuburan tanah
dan pengairan yang cukup bagi tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi
secara optimal. Salah satu usaha untuk mendapatkan tanaman sehat adalah
calon varietas unggul pepaya tidak ada yang menunjukkan sifat ketahanan yang
hal utama yang harus dilakukan. Gejala kerusakan awal serangan tungau daun
biasanya terjadi pada beberapa tanaman yang berdekatan dan akan dapat
menyebar luas secara cepat. Pengamatan secara visual terhadap gejala yang
ditimbulkan pada tanaman yang terserang harus dilakukan secara berkala. Untuk
dapat melakukan monitoring dengan cepat dan benar, maka informasi sebaran di
dalam tanaman dan di hamparan dari tungau ini harus diketahui. Pada umumnya,
abamectin dan dicofol (Berke et al., 2003), serta penggunaan tungau predator,
mencari varietas wijen yang tahan tungau dan aplikasi bubur kalifornia
(campuran antara kapur tohor dan belerang) pada tanaman jarak pagar,Teknik-
Pegendalian hama secara budi daya pada umumnya merupakan suatu keterpaduan dari
sistem budi daya yang dilakukan. Salah satu teknik pengendalian hama secara budi daya yang
banyak dikembangkan adalah pengaturan sistem tanam dengan menerapkan sistem tumpang sari.
Pada suatu agroekosistem dengan keragaman tanaman yang tinggi, misalnya pada pertanaman
tumpang sari, mempunyai peluang adanya interaksi antarspesies yang tinggi, sehingga
menciptakan agroekosistem yang stabil dan akan berakibat pada stabilitas produktivitas lahan dan
rendahnya fluktuasi populasi spesies-spesies yang tidak diinginkan (van Emden dan Williams,
1974). Penambahan keragaman tanaman dengan sistem tanam berjalur (strip cropping) dan sistem
tumpang sari lainnya dilaporkan dapat meningkatkan populasi predator. Predator merupakan
musuh alami yang efektif dalam mengendalikan populasi Hama (Anderson dan Yeargan, 1998).
Tanaman Pepaya dapat ditanam secara tumpang sari dengan jagung, kacang hijau, atau
kacang tanah (Soenardi dan Romli, 1994). Sistem budi daya tumpang sari ini selain
menguntungkan dari segi ekonomi dan mengurangi risiko kegagalan, termasuk tungau daun, yaitu
pengendalian secara alami ol.eh predatornya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem
tumpang sari yang optimal dalam produktivitas lahan yang maksimal dalam mendukung
perkembangan populasi predator yang berfungsi sebagai faktor pembatas perkembangan populasi
pertanaman diketahui, yaitu jika pada sekelompok tanaman yang berdekatan telah
pada tanaman yang lain. Penyebaran tungau dapat melalui peralatan pertanian
maupun pakaian. Oleh karena itu hindari memasuki pertanaman yang belum
tungau. Tindakan sanitasi ini berpeluang untuk diterapkan pada pertanaman wijen
di daerah endemik tungau daun jika gejala serangan awal yang masih terjadi pada
telah diimplementasikan pada beberapa komoditas, baik di lapang maupun di rumah kaca
(Monteiro, 1994). Selain itu juga dilaporkan penggunaan beberapa spesies tungau
jarak pagar di Jawa Timur maupun dari P. Lombok (Sujak, tidak dipublikasikan). Tungau
predator ini juga ditemukan berasosiasi dengan tanaman wijen di Asembagus (Nurindah,
tidak dipublikasikan). Kedua kenyataan ini menunjukkan adanya peluang untuk dapat
digunakannya tungau predator dalam program pengendalian hayati pada wijen. Sebelum
tentang adaptasi tungau predator pada agroekosistem tanaman yang merupakan habitat
diproduksi secara massal dan dijual secara komersial sebagai agens hayati tungau terutama untuk
tanaman hortikultura. Di Indonesia, tungau predator yang telah dikomersialkan ini telah
diintroduksi dari Belanda dan dilepas secara massal (inundasi) untuk mengendalikan tungau dan
trips pada stroberi dan paprika (Ir. Ihsan Nugroho, M.Sc., Badan Karantina Tumbuhan, Deptan –
komunikasi pribadi). Pengendalian hayati secara klasik (dengan introduksi) yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa pengembangan teknik pengendalian hayati untuk tungau pada wijen
mempunyai peluang yang besar, karena pada ekosistem wijen di Indonesia juga ditemukan
predator tungau yang dapat dikembangkan dan digunakan sebagai agens hayati (Laoh,2015).
5. Pengendalian Secara Kimiawi
pengendalian tungau daun dan tungau laba-laba, berbahan aktif dari derivat
Insektisida ini kurang memberikan hasil efektif yang konsisten terhadap tungau, tetapi
Daun, bunga, ranting, buah atau biji tumbuhan yang akan digunakan sebagai
udara tanpa terkena cahaya matahari langsung. Setelah kering, masing-masing bagian
tanaman tersebut digiling dengan menggunakan alat grinder. Bahan tumbuhan yang
pelarut metanol (polar). Pada tahap pertama, 500 g serbuk masing-masing tanaman
dimasukkan ke dalam baker glass dan direndam dalam 2.500 ml larutan metanol selama
minimal 72 jam. Kemudian cairan ekstrak disaring menggunakan corong kaca (diameter
9 cm) beralaskan kertas saring. Hasil saringan ditampung dalam labu penguap, kemudian
diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 50°C dan tekanan 400-450 mmHg
sehingga diperoleh ekstrak kasar dalam bentuk gel. Ekstrak dalam bentuk gel yang
diperoleh disimpan di dalam lemari es pada suhu ± 4°C sampai digunakan untuk
pengujian(Hasyim,2013)
7.Penyemprotan Pestisida Orgnanik
kali mulai umur 25, 35, dan 45 hari setelah tanam. Untuk penetapan pelarut
handsprayer adalah 1 liter air dalam waktu 6 menit per plot. Adapun ekstrak
Anderson, A.C. and K.V. Yeargan. 1998. Influence of soybean canopy closure on
predator abundances and predation on Helicoverpa zea (Lepidoptera:
Noctuidae) eggs. Environmental Entomology 27:1488–1495.
Baehaki, S.E., Imam, M. 2015. Status Hama Tungau Pada Tanaman pepaya Dan
Pengendaliannya. Padi Buku 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Dina WM. 2017. Persebaran dan Keanekaragaman Spesies Tungau Hama Pada
Tanaman Pepaya Di Pulau Lombok. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Gondim, M.J.C., Jr., G.J. Moraes, J.V. Oliveira, R. Baros, and J.L.L. Pereira.
1996. Biologia de Nesoiulus anonymus (Acari: Phytoseiidae). Annal
Society of Entomology Brazil 25:451—455.
hama Tungau, Erionota thrax (L.) yang disebabkan oleh parasitoid. Jurnal
Hermawan RF. 2016. Tungau Merah Pada Tanaman Pepaya: Biologi dan
Jepson, L.R., H.H. Keifer, and E.W. Baker. 1975. Mites injurious to economics
plants. University of California Press, Berkeley. 614p.
Rice-Mahr, E.S., R.A. Cloyd, D.L. Mahr, and C.F. Sadof. 2016. Biological