Oleh:
• Morfologi /Bioekologi
Bactocera sp adalah hama utama secara ekonomi. (Alwood et.al., 1999). Serangga
dewasa tergolong gesit mirip lalat rumah, banyak ditemukan pada siang atau sore hari terbang
di sela-sela tanaman. Imago berukuran 5anjang sekitar 6 – 8 mm dan lebar 3 mm. Pada bagian
depan kepala terdapatsepasang spot hitam bundar berukuran medium, skutum hitam dengan
area bidang berwarna coklat merah sampai coklat muda dan di belakang 4 memiliki pita
postsutural lateral, mengelilingi sutura mesonotal, diantara cuping postpronal dan notopluera,
cuping postpronotal masuk ke dalam, cuping postpronotal dan notopluera berwarna kuning,
strip mesopleural menguat 5anjang tengah margin anterior dari notopleuron dan seta dorsal.
Torak berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat atau hitam. Pada lalat betina ujung
abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk
menembus kulit buah, sedangkan pada lalat jantan abdomen lebih bulat.
Gambar 1. Hama lalat buah
Siklus hidup di daerah tropis ± 25 hari. Serangga betina dapat meletakkan telur 1 – 40
butir /buah/hari, dan betina dapat menghasilkan telur 1200 – 1500 butir.Telur berwarna putih
bening sampai kuning krem, dan berubah menjadi lebih tua mendekati saat menetas.
Berbentuk bulat 6anjang seperti pisang dengan ujung meruncing, berukuran 6anjang 1,2 mm,
lebar 0,2 mm, berkelompok 2 – 15 butir di bawah kulit buah. Stadium telur 2 hari.
Larva terdiri dari 3 instar berbentuk belatung/bulat 6anjang dengan salah satu ujungnya
(kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3
ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih kekuning-kuningan dengan 6anjang sekitar 10
mm. Larva menetas di dalam buah tomat. Larva instar 3 mempunyai kemampuan meloncat
dan melenting keluar dari dalam buah dan menjatuhkan diri ke tanah, membentuk puparium
dari kulit larva terakhirnya dan menjadi pupa di dalam tanah. Stadium larva 6 – 9 hari.
Pupa (kepompong) lalat buah berwarna coklat, berbentuk oval dengan 6anjang sekitar 5
mm. Pupa berumur sekitar 10 hari, dan menjadi serangga dewasa. Hama ini tersebar dari
India, Sri Lanka, Nepal, Bhutan, Mynmar, China, Taiwan, Hong Kong, Thailand, Vietnam,
Colombia, Laos, Hawai, Mariana island, dan Thati, umumnya di daerah tropis dan 6anjang66.
Penyebaran lalat buah di Indonesia 6anjan di seluruh propinsi.
Gambar 2. Siklus hidup hama lalat buah
• Gejala Serangan
Gejala yang muncul akibat serangan lalat buah itu sendiri adalah buah tomat matang
sebelum waktunya, buah tomat membusuk, dan akhirnya gugur (Pracaya, 1998). Menurut
Drew dan Hancock (1994), kerugian hasil panen petani buah dan sayuran akibat serangan
lalat buah pada tanaman belimbing dapat mencapai 100%. Pada tanaman cabai kerugian
dapat mencapai 70%, sedangkan pada tanaman tomat mencapai 95%. Sifat khas lalat buah
adalah hanya dapat bertelur di dalam buah, larva (belatung) yang menetas dari telur tersebut
akan merusak daging buah, sehingga buah menjadi busuk dan gugur.
Lalat buah biasanya menyerang pada buah yang berkulit tipis, mempunyai daging yang
lunak. Gejala serangan pada daging buah membusuk dan terdapat larva. Serangan lalat buah
sering ditemukan pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan terlihatnya
noda–noda kecil berwarna hitam bekas tusukan ovipositor. Kemudian karena perkembangan
hama di dalam buah noda tersebut berkembang menjadi meluas.
Larva lalat memakan daging buah, sehingga buah busuk sebelum masak. Stadium lalat
buah yang paling merusak adalah stadium larva (Suputa et al. 2006). Apabila daging buah
dibelah terdapat larva-larva kecil. Pada daging buah terjadi perubahan warna dan pada
bagian yang terserang menjadi lunak. Buah akan gugur sebelum masak jika terserang lalat
ini. Buah yang gugur ini,apabila tidak segera dikumpulkan atau dimusnahkan bisa menjadi
sumber infeksi atau perkembangan lalat buah generasi berikutnya. Membusuknya buah
tersebut terjadi karena kontaminasi bakteri yang terbawa bersama telur (Antari et al., 2014).
Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik coklat kehitaman pada bagian pangkalnya,
tempat serangga dewasa memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak
tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan
permukaan agak kasar. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah
serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain, buah
menjadi busuk dan jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa.
• Tanaman Inang
Selain tomat, tanaman sayuran lainnya yaitu ketimun, cabai, gambas, paria, dan buah-
buahan seperti jambu air, jambu biji, belimbing, 8anja, 8anjan, jeruk, melon.
• Pengendalian
IV) Kultur teknis
Pencacahan (pembongkaran) tanah sekitar tanaman agar kepompong yang berada di
dalam tanah terkena sinar matahari, terganggu hidupnya dan akhirnya mati, Sanitasi buah
yang terserang baik yang gugur maupun yang masih berada di pohon, dikumpulkan dan
dimusnahkan dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam tanah.
b) Pengendalian fisik / mekanis
Penggunaan perangkap dengan atraktan Metil Eugenol (ME) atau minyak Melaleuca
brachteata (MMB) dengan dosis 1 ml / perangkap sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah
per 500 m2 yang dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap 2
minggu atraktan diganti.
c) Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid famili Braconidae (Biosteres sp., Opius sp.),
predator famili Formicidae (semut), Arachnidae (laba-laba), Staphylinidae (kumbang),
Dermaptera (cecopet).
d) Pengendalian kimiawi
Jika cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang
terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian
Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian bawah dan anak tulang daun menguning.
Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu dalam 2 – 3 hari setelah infeksi. Jika
tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang akan terlihat gejala cincin coklat dari berkas
pembuluh. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklatTempat luka infeksi tertutup hifa
yang berwarna putih seperti kapas. Pada tanaman muda, penyakit dapat menyebabkan
tanaman mati secara mendadak, karena kanker yang melingkar pada pangkal batang. Bila
serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman sudah maksimum, maka tanaman masih
dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan sudah sampai pada batang, maka buah kecil
akan gugur.
1. Lalat buah merupakan hama yang menyerang tanaman tomat. Serangan lalat buah
terjadi pada saat tanaman tomat memasuki fase pembuahan (umur 45 hari setelah
tanam) sampai masa awal panen pertama (umur 90 hari).
2. Gejala yang muncul akibat serangan lalat buah adalah buah tomat matang sebelum
waktunya, buah tomat membusuk, dan akhirnya gugur.
3. Fusarium oxysporum merupakan salah satu jenis patogen tular tanah (soil borne)
yang mematikan dan dapat bertahan hidup di tanah dalam jangka waktu yang lama.
4. Jamur F. oxysporum merusak sistem perakaran tanaman sehingga penyerapan unsur
hara di dalam tanah menjadi terganggudan kemudian tanaman menjadi layu dan mati.
5. Pengendalian terhadap lalat buah dan penyakit layu fusarium dapat dilakukan secara
kultur teknis, fisik, hayati dan kimiawi sebagai alternatif akhir.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Allwood, M.C. dan Kearney, M.C.J. (1998). Compatibility and Stability of Additives In
Parenteral Nutrition Admixture. Nutrition. 14, 9, 697–706.
Antari, D.M.N., K.I Sumiarti, N.Narmiati, dan P.I Sudirman, 2014 Uji Galur dan Varietas
Tanaman Hortikultura terhadap Serangan Hama Lalat Buah (Bactrocera doorsalis
Complex) di Dusun Sandan, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti. Kabupaten
Tabanan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 3 (2): 1-5.
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 36 hal.
Drew, R. A. I., dan D. L. Hancock. 1994. The Bactrocera Dorsalis Complex Fruit Flies
(Diptera : Tepritidae : Dacinae) in Asia. Bul of Entomol ReS upp (2): 68.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Suputa, Cahyaniati, Anik K., Madirena R., Issusilaningtyas U. H., Warastin P. M. (2006).
Pedoman Identifikasi Hama Lalat Buah. Jakarta: Direktorat Perlindungan
Tanaman Hortikultura Direktorat Jendral Hortikultura.
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.