Anda di halaman 1dari 13

Makalah Praktikum Teknologi Perlindungan Tanaman

HAMA LALAT BUAH (Bractosera spp.) DAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM


(Fusarium oxysporum) PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill)

Oleh:

RIZKA INDA MEUTIA


2105201010002

PROGRAM STUDI MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2021
BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Tomat sampai sekarang masih menjadi salah satu pilihan utama petani dalam bercocok
tanam. Berbagai perbaikan dalam hal budidaya tomat masih perlu dilakukan oleh para petani
untuk memperoleh hasil panen yang optimal. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
merupakan tanaman sayuran yang dapat ditanam sepanjang tahun serta tergolong salah satu
sayuran yang sangat populer di daerah tropis dan termasuk kedalam keluaraga Solanaceae.
Kebutuhan tomat di Indonesia meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2015 jumlah
konsumsi tomat yaitu sebanyak 1.065,42 juta ton, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak
1.149,16 juta pertahun (Badan Pusat Statistik, 2016). Berdasarkan data Pusat Statistik
Tanaman Hortikultura Indonesia pada tahun 2014, tomat menduduki peringkat kelima setelah
cabai dan bawang merah dalam kontribusi produksi sayuran nasional dengan luas panen
59.008 ha, produksi sebanyak 915.987 ton dengan rata-rata hasil sebesar 15,52 ton per hektar
(Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian, 2015). Sentra produksi tomat di
Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 434.202 ton atau sekitar 40,47
persen dari total produksi nasional. Namun, berdasarkan Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jendral Hortikultura Tahun 2016 produktivitas tomat di Indonesia mengalami penurunan pada
Tahun 2016 yaitu sebanyak 4,86 persen dari tahun 2015.
Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi tanaman pertanian dan perkebunan
adalah masalah hama dan penyakit tanaman. Disamping menurunkan produksi, serangan
hama juga dapat menurunkan kualitas tanaman (Sembel, 2010). Organisme pengganggu
tanaman yang menjadi hambatan pada pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat adalah
lalat buah dan patogen penyebab penyakit layu fusarium. Lalat buah merupakan salah satu
dari sekian banyak hama yang menyerang tanaman tomat. Serangan lalat buah itu terjadi pada
saat tanaman tomat memasuki fase pembuahan (umur 45 hari setelah tanam) sampai masa
awal panen pertama (umur 90 hari). Dikemukakan oleh Kardinan (2003), bahwa larva hama
lalat buah merupakan hama potensial bagi berbagai tanaman dan mengakibatkan kerusakan
dan kerontokan buah sehingga dapat menurunkan kuantitas dan kualitas buah. Keberadaan
larva di dalam buah akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada buah sehingga
penggunaan pestisida menjadi tidak efektif selain itu juga dapat menimbulkan residu pada
buah serta memberikan dampak negatif bagi lingkungan, musuh alami dan konsumen.
Penyakit layu fusarium merupakan penyakit yang dapat menyebabkan matinya tanaman
dan gagal panen/puso, selain itu penularan penyakit berlangsung cepat terutama pada lahan
yang bertopografi lereng karena penyebab penyakit ditularkan melalui aliran air. Fusarium
oxysporum merupakan salah satu jenis patogen tular tanah (soil borne) yang mematikan dan
dapat bertahan hidup di tanah dalam jangka waktu yang lama (Semangun, 2001). Pada tingkat
serangan tinggi, penyakit layu fusarium bisa menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi
pada musim hujan dan areal pertanaman mudah tergenang air.
Pada tanaman yang masih muda dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak
karena pada pangkal batang terjadi kerusakan Pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan jamur dapat bertahan hidup dalam bagian tanaman, baik di lapangan maupun
selama masa penyimpanan. Saat kondisi lingkungan menguntungkan, jamur akan tumbuh dan
berkembang pada bagian tanaman dan menular kebagian tanaman lainnya (Djaenuddin et. al,
2011).
Dalam mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman, penggunaan pestisida sintetik
merupakan cara yang 3anjang karena sifat kerjanya yang cepat dan efektifitasnya tinggi.
Namun 3anjang3 telah diketahui secara umum banyak menimbulkan berbagai masalah bagi
lingkungan dan manusia (Untung, 2006). Akibat dampak 3anjang3 dari pestisida kimia, saat
ini telah dikembangkan jenis insektisida yang aman bagi lingkungan dan memiliki selektifitas
tinggi terhadap serangga non target yaitu golongan insect growth regulator (IGR) (Untung,
2006).
Upaya yang telah dilakukan untuk menggantikan peran pestisida sintetik adalah
menggunakan 3anjan Pengendalian Hama Terpadu. Pemerintah telah menetapkan PHT
sebagai kebijakan dasar bagi setiap program perlindungan tanaman. Dasar hukum penerapan
dan pengembangan PHT di Indonesia adalah Instruksi Presiden No. 3 tahun 1986 dan UU
No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Berdasarkan konsepsi PHT,
pestisida sintetik hanya digunakan jika memang benar-benar diperlukan serta
penggunaannya juga harus dengan sangat hati-hati.
1.2 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui informasi mengenai hama lalat buah pada tanaman tomat dan teknik
pengendaliannya.
2. Untuk mengetahui informasi mengenai 4anjang4 penyebab penyakit layu fusarium pada
tanaman tomat dan teknik pengendaliannya.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.)


• Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Spesies : Bactrocera dorsalis

• Morfologi /Bioekologi
Bactocera sp adalah hama utama secara ekonomi. (Alwood et.al., 1999). Serangga
dewasa tergolong gesit mirip lalat rumah, banyak ditemukan pada siang atau sore hari terbang
di sela-sela tanaman. Imago berukuran 5anjang sekitar 6 – 8 mm dan lebar 3 mm. Pada bagian
depan kepala terdapatsepasang spot hitam bundar berukuran medium, skutum hitam dengan
area bidang berwarna coklat merah sampai coklat muda dan di belakang 4 memiliki pita
postsutural lateral, mengelilingi sutura mesonotal, diantara cuping postpronal dan notopluera,
cuping postpronotal masuk ke dalam, cuping postpronotal dan notopluera berwarna kuning,
strip mesopleural menguat 5anjang tengah margin anterior dari notopleuron dan seta dorsal.
Torak berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat atau hitam. Pada lalat betina ujung
abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk
menembus kulit buah, sedangkan pada lalat jantan abdomen lebih bulat.
Gambar 1. Hama lalat buah

Siklus hidup di daerah tropis ± 25 hari. Serangga betina dapat meletakkan telur 1 – 40
butir /buah/hari, dan betina dapat menghasilkan telur 1200 – 1500 butir.Telur berwarna putih
bening sampai kuning krem, dan berubah menjadi lebih tua mendekati saat menetas.
Berbentuk bulat 6anjang seperti pisang dengan ujung meruncing, berukuran 6anjang 1,2 mm,
lebar 0,2 mm, berkelompok 2 – 15 butir di bawah kulit buah. Stadium telur 2 hari.
Larva terdiri dari 3 instar berbentuk belatung/bulat 6anjang dengan salah satu ujungnya
(kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3
ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih kekuning-kuningan dengan 6anjang sekitar 10
mm. Larva menetas di dalam buah tomat. Larva instar 3 mempunyai kemampuan meloncat
dan melenting keluar dari dalam buah dan menjatuhkan diri ke tanah, membentuk puparium
dari kulit larva terakhirnya dan menjadi pupa di dalam tanah. Stadium larva 6 – 9 hari.
Pupa (kepompong) lalat buah berwarna coklat, berbentuk oval dengan 6anjang sekitar 5
mm. Pupa berumur sekitar 10 hari, dan menjadi serangga dewasa. Hama ini tersebar dari
India, Sri Lanka, Nepal, Bhutan, Mynmar, China, Taiwan, Hong Kong, Thailand, Vietnam,
Colombia, Laos, Hawai, Mariana island, dan Thati, umumnya di daerah tropis dan 6anjang66.
Penyebaran lalat buah di Indonesia 6anjan di seluruh propinsi.
Gambar 2. Siklus hidup hama lalat buah

• Gejala Serangan
Gejala yang muncul akibat serangan lalat buah itu sendiri adalah buah tomat matang
sebelum waktunya, buah tomat membusuk, dan akhirnya gugur (Pracaya, 1998). Menurut
Drew dan Hancock (1994), kerugian hasil panen petani buah dan sayuran akibat serangan
lalat buah pada tanaman belimbing dapat mencapai 100%. Pada tanaman cabai kerugian
dapat mencapai 70%, sedangkan pada tanaman tomat mencapai 95%. Sifat khas lalat buah
adalah hanya dapat bertelur di dalam buah, larva (belatung) yang menetas dari telur tersebut
akan merusak daging buah, sehingga buah menjadi busuk dan gugur.
Lalat buah biasanya menyerang pada buah yang berkulit tipis, mempunyai daging yang
lunak. Gejala serangan pada daging buah membusuk dan terdapat larva. Serangan lalat buah
sering ditemukan pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan terlihatnya
noda–noda kecil berwarna hitam bekas tusukan ovipositor. Kemudian karena perkembangan
hama di dalam buah noda tersebut berkembang menjadi meluas.
Larva lalat memakan daging buah, sehingga buah busuk sebelum masak. Stadium lalat
buah yang paling merusak adalah stadium larva (Suputa et al. 2006). Apabila daging buah
dibelah terdapat larva-larva kecil. Pada daging buah terjadi perubahan warna dan pada
bagian yang terserang menjadi lunak. Buah akan gugur sebelum masak jika terserang lalat
ini. Buah yang gugur ini,apabila tidak segera dikumpulkan atau dimusnahkan bisa menjadi
sumber infeksi atau perkembangan lalat buah generasi berikutnya. Membusuknya buah
tersebut terjadi karena kontaminasi bakteri yang terbawa bersama telur (Antari et al., 2014).
Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik coklat kehitaman pada bagian pangkalnya,
tempat serangga dewasa memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak
tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan
permukaan agak kasar. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah
serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain, buah
menjadi busuk dan jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa.

Gambar 3. Buah tomat terserang hama lalat buah

• Tanaman Inang
Selain tomat, tanaman sayuran lainnya yaitu ketimun, cabai, gambas, paria, dan buah-
buahan seperti jambu air, jambu biji, belimbing, 8anja, 8anjan, jeruk, melon.
• Pengendalian
IV) Kultur teknis
Pencacahan (pembongkaran) tanah sekitar tanaman agar kepompong yang berada di
dalam tanah terkena sinar matahari, terganggu hidupnya dan akhirnya mati, Sanitasi buah
yang terserang baik yang gugur maupun yang masih berada di pohon, dikumpulkan dan
dimusnahkan dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam tanah.
b) Pengendalian fisik / mekanis
Penggunaan perangkap dengan atraktan Metil Eugenol (ME) atau minyak Melaleuca
brachteata (MMB) dengan dosis 1 ml / perangkap sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah
per 500 m2 yang dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap 2
minggu atraktan diganti.
c) Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid famili Braconidae (Biosteres sp., Opius sp.),
predator famili Formicidae (semut), Arachnidae (laba-laba), Staphylinidae (kumbang),
Dermaptera (cecopet).
d) Pengendalian kimiawi
Jika cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang
terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian

IV.2 Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)


• Morfologi / Daur Penyakit
Cendawan mempunyai 3 alat reproduksi, yaitu mikrokonidia (terdiri dari 1 sel),
makrokonidia (2–6 septa), dan klamidospora (merupakan pembengkakan pada hifa).
Stadium terakhir merupakan stadium yang tahan pada segala cuaca. Cendawan menginfeksi
akar terutama melalui luka, menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Setelah jaringan
pembuluh mati dan keadaan udara lembab, cendawan membentuk spora yang berwarna putih
keunguan pada akar yang terinfeksi. Patogen ini merupakan 9anjang9 tular tanah.
Penyebaran dapat terjadi melalui angin, air pengairan dan alat pertanian. Layu total dapat
terjadi antara 2–3 minggu setelah terinfeksi.
• Gejala Serangan
Gejala awal penyakit layu Fusarium tomat berupa pucatnya tulang daun, terutama daun
sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai, dan akhirnya tanaman menjadi
layu secara keseluruhan. Seringkali kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama
daun bagian bawah. Kelayuan dapat terjadi sepihak.
Pada batang kadang terbentuk akar adventif. Jamur ini akan merusak 9anjan perakaran
tanaman sehingga menyebabkan penyerapan unsur hara di dalam tanah menjadi terganggu
dan kebutuhan tanaman tidak dapat terpenuhi, karena daun tidak dapat melakukan fotosintesis
yang lama-kelamaan menyebabkan tanaman menjadi layu kemudian mati.
Gambar 4. Tanaman tomat terserang layu fusarium

Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian bawah dan anak tulang daun menguning.
Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu dalam 2 – 3 hari setelah infeksi. Jika
tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang akan terlihat gejala cincin coklat dari berkas
pembuluh. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklatTempat luka infeksi tertutup hifa
yang berwarna putih seperti kapas. Pada tanaman muda, penyakit dapat menyebabkan
tanaman mati secara mendadak, karena kanker yang melingkar pada pangkal batang. Bila
serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman sudah maksimum, maka tanaman masih
dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan sudah sampai pada batang, maka buah kecil
akan gugur.

Gambar 5. Batang tanaman tomat terserang layu fusarium


• Tanaman Inang
Selain pada tomat, layu Fusarium antara lain dapat menyerang kacang 11anjang,
kentang, kubis dan ketimun.
• Pengendalian
IV) Kultur teknis
Penggunaan benih sehat, pergiliran tanaman, perbaikan drainase, agar tidak terjadi
genangan air dan kelembaban yang tinggi, Sanitasi dengan mengeradikasi tanaman terserang
dengan cara dicabut dan dimusnahkan.
b) Pengendalian hayati
Pemanfaatan agens hayati Trichoderma spp. Dan Gliocladium spp. Yang diaplikasikan
pada kantong pesemaian sebanyak 5 gram per kantong, 3 hari sebelum penanaman benih
atau bersamaan dengan penanaman benih.
c) Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan serangan penyakit, dapat digunakan fungisida
yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian.
III. SIMPULAN

1. Lalat buah merupakan hama yang menyerang tanaman tomat. Serangan lalat buah
terjadi pada saat tanaman tomat memasuki fase pembuahan (umur 45 hari setelah
tanam) sampai masa awal panen pertama (umur 90 hari).
2. Gejala yang muncul akibat serangan lalat buah adalah buah tomat matang sebelum
waktunya, buah tomat membusuk, dan akhirnya gugur.
3. Fusarium oxysporum merupakan salah satu jenis patogen tular tanah (soil borne)
yang mematikan dan dapat bertahan hidup di tanah dalam jangka waktu yang lama.
4. Jamur F. oxysporum merusak sistem perakaran tanaman sehingga penyerapan unsur
hara di dalam tanah menjadi terganggudan kemudian tanaman menjadi layu dan mati.
5. Pengendalian terhadap lalat buah dan penyakit layu fusarium dapat dilakukan secara
kultur teknis, fisik, hayati dan kimiawi sebagai alternatif akhir.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Allwood, M.C. dan Kearney, M.C.J. (1998). Compatibility and Stability of Additives In
Parenteral Nutrition Admixture. Nutrition. 14, 9, 697–706.

Antari, D.M.N., K.I Sumiarti, N.Narmiati, dan P.I Sudirman, 2014 Uji Galur dan Varietas
Tanaman Hortikultura terhadap Serangan Hama Lalat Buah (Bactrocera doorsalis
Complex) di Dusun Sandan, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti. Kabupaten
Tabanan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 3 (2): 1-5.

Direktorat Perlindugan Hortikultura Kementrian Pertanian. Layu Fusarium.


http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php/page/index/opt-sayur-tomat-
fusarium/sayur/Tomat. (diakses pada 1 Desember 2021).

Direktorat Perlindugan Hortikultura Kementrian Pertanian. Lalat Buah.


http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php/page/index/opt-sayur-tomat-
lalat-buah/Sayur/Tomat. (diakses pada 1 Desember 2021).

Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 36 hal.

Drew, R. A. I., dan D. L. Hancock. 1994. The Bactrocera Dorsalis Complex Fruit Flies
(Diptera : Tepritidae : Dacinae) in Asia. Bul of Entomol ReS upp (2): 68.

Kardinan. 2003. Tanaman Pengendali Lalat Buah. Agromedia Pustaka, Tangerang.

Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Kanisius, Yogyakarta.

Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Sembel, T. D. 2010. Pengendalian Hayati. Andi, Yogyakarta.

Suputa, Cahyaniati, Anik K., Madirena R., Issusilaningtyas U. H., Warastin P. M. (2006).
Pedoman Identifikasi Hama Lalat Buah. Jakarta: Direktorat Perlindungan
Tanaman Hortikultura Direktorat Jendral Hortikultura.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai