Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MIKROBIOLOGI PANGAN

“ Penyakit Pada Pisang “

Pembimbing :
Irene
Di susun oleh :
Sayla Rizki
Sindy Oktavia
Siti Mahmudah Nim : B32190743
Shabri Farrel Maulana
Tety Nur Cahyani

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman penting di Indonesia karena sebagian besar petani
menanamnya. Petani umumnya menanam pisang dengan cara sederhana di sekitar kebun atau tempat
lainnya sebagai tanaman pengisi atau sela dalam lahan kosong. Banyak juga pisang yang ditanam di
pematang sawah. Petani hampir tidak mengeluarkan biaya produksi pisang. Mereka menggunakan bibit
dan pupuk organik milik sendiri atau dari tetangganya. Dengan cara budidaya yang demikian, petani
dapat mendapatkan pendapatan tambahan ( Hadiwiyono, 2010:19)

Terlepas dari arti penting dan potensi ekonomi pisang, akhir-akhir ini Indonesia menghadapi masalah
serius adanya berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman pisang. Pertumbuhan
tanaman pisang selalu diganggu oleh serangan organisme penganggu tanaman , baik di pembibitan
maupun di lapangan. Adanya penyakit pada daun dapat mengurangi fotosintesis. Sehingga menganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman Kistler dan Smith (dalam Soesanto et al .,2012:36).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas , maka permasalahan yang dibahas dalam
makalah ini adalah tentang berbagai macam-macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman
pisang serta pengendalianya.

1.3 TUJUAN PENULISAN

a. Mengetahui berbagai macam hama dan penyakit pada tanaman pisang

b. Mengetahui cara mengatasi dan mencegah hama dan penyakit yang menyerang tanaman pisang

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 HAMA TANAMAN PISANG

Tanaman pisang selain buahnya sebagai bahan makanan juga serat dan daunnya pun sangat berguna.
Buah pisang juga banyak digemari karena disamping buah segarnya langsung dapat dikonsumsi, juga
sebagai bahan pangan lainnya setelah diolah atau dimasak terlebih dahulu. Beberapa hama yang
menyerang tanaman pisang yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pisang,
diantaranya ulat penggulung daun (Erionata thrax L.), penggerek bonggol (Cosmopoliest sordidus
germar), penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv), thrips (Chaetanaphotrips signipennis) dan burik
pada buah (Nacolea octasema) (PPSDM Pertanian, 2014).

2.1.1 Ulat penggulung (Erionata thrax L.)

Di antara jenis hama pada tanaman pisang, ulat penggulung daun, Erionota thrax (L.) merupakan hama
yang serangan dan kepadatannya cukup tinggi (Hasyim et al , 2003:102)

Hama ini juga termasuk hama utama pisang. Ulat yang baru menetas segera menyobek pinggiran daun,
menggulungnya, hidup dalam gulungan, dan makan jaringan daun dari dalam gulungan. Serangan paling
parah terjadi pada musim hujan.(Trubus, 2008:25). Jika makanan atau daun cukup tersedia maka larva
dapat hidup terus sampai membentuk pupa dalam satu gulungan daun. Bila populasi hama ini tinggi
dapat menyebabkan semua daun dimakan habis dan yang tertinggal hanya tulang daun. Hama ini dapat
menyebabkan kerusakan secara ekonomi, karena daun tanaman dimakan habis maka fotosintesis akan
berkurang. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama penggulung daun pisang bervariasi antara 10-
30% Emlias et al (dalam Hasyim et al, 2003:102-103)

Berdasarkan penelitian Hasyim et al (2003:108) Hama penggulung daun pisang mempunyai dua jenis
parsitoid telur yaitu P. Erionotae dan O. erionotae dua jenis parasitoid larva yaitu Casinaria sp. dan C.
erionotae yang menyerang larva pada instar 2, dan empat jenis parasitoid pupa yaitu B. thracis dan B.
lasus (parasitoid gregarious), serta X. gampsura dan T. ze bra-ze bra (parasitoid soliter).

2.1.2 Penggerek bonggol (Cosmopoliest sordidus germar)

Proses yang dilakukan penggerek bonggol untuk menyerang tanaman pisang yaitu, Larva menggerek
bonggol masuk dengan cara membuat terowongan-terowongan pada bonggol pisang. Terowongan yang
dibuat oleh larva merupakan tempat unuk masuknya patogen lain seperti Fusarium, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan dan busuknya jaringan bonggol pisang. Pada serangan berat, bonggol pisang
dipenuhi lubang gerekan yang kemudian menghitam dan membusuk (Deptan.go.id, 2014).
Pengendalian sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang
telah disucihamakan (BPP Litbang, 2012)

Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini menyebabkan tanaman muda mati, lemahnya sistem
perakaran, transportasi zat makanan terhambat, daun menguning dan ukuran tandan berkurang
sehingga produksi menurun (Deptan.go.id, 2014).

2.1.3 Penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv)

Gejala hama ini Mudah dikenal karena moncongnya yang panjang (snot)Bentuk prothoraxnya agak pipih
berukuran 16 mm.Telur diletakkan pada pelepah pisang, kemudian bila telur telah menetas, larva akan
menggerak batang pisang bagian atas pupa akan membentuk cocon pada batang tanaman. Serangga
dewasa dapat terbang secara aktif pada siang hari dan tertarik pada sisa batang tanaman yang telah
dipanen (BP4K Kabupaten Sukabumi, 2014).

Menurut (Susniahti et al,2005) Gejala serangan, tanaman pisang layu, apabila batangnya dibelah maka
terlihat adanya lubang gerek yang memanjang. Larva dan imagonya merusak batang pisang. Tanaman
inangnya pisang, Manila henep. Pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan : 1.Sanitasi kebun
pisang dengan memotong sampai permukaan tanah, potion pisang yang telah

diambil; 2.buahnya kermudian memotong kecil-kecil batang pisang tersebut dan dimasukkan kedalam
tanah. ; 3.Konservasi musuh alami yaitu predator P1aesius javanicus Er yang dapat menekan larva
maupun Kumbang tersebut.; 4. Penyemprotan insektisida granular diazinon 10 % (Diazenon 10 g) yang
dtabur disekitar batang pisang.

2.1.4 Thrips (Chaetanaphotrips signipennis)

Hama ini menyerang bunga dan buah muda, akibatnya terdapat bintik-bintik dan goresan pada kulit
buah yang telah tua. Cara pengendaliannya yaitu dengan membungkus tandan buah saat bunga akan
mekar dan penyaputan tangkai tandan dengan insektisida berbahan aktif monocrotophos.( BP4K
Kabupaten Sukabumi, 2014)

2.1.5 Burik pada buah (Nacolea octasema)

Serangan hama yang menyebabkan burik buah menyebabkan perkembangan buah menjadi terhambat,
menimbulkan kudis pada buah sehingga menurunkan kualitas buah. Hama ini meletakkan telurnya
diantara pelepah bunga dan segera setelah bunga muncul dari tanaman pisang. Hama langsung
menggerek pelepah bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi oleh pelepah buah.
Cara pengendaliannya yaitu dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar. (PPSDM
Pertanian, 2014).
2.2 PENYAKIT TANAMAN PISANG

Beberapa penyakit yang sering berjangkit pada tanaman pisang yaitu penyakit panama, penyakit bercak
daun yellow sigatoka, penyakit layu bakteri, penyakit darah, serta penyakit akibat virus.(Trubus, 2008:26)

2.2.1 Penyakit Panama ( Fusarium)

Saat ini, fusarium yang sering disebut penyakit panama disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp.
cubense (Foc) sudah menjadi masalah yang utama di berbagai pertanaman pisang dunia. Penyakit
tersebut telah meluas baik pada pertanaman pisang perkarangan maupun perkebunan. Kerugian yang
diakibatkan oleh patogen tersebut cukup tinggi (Susanna, 2006:114) . Hasil pengamatan Sulyo (dalam
Susanna, 2006:114 ) di Kabupaten Lebak beribu-ribu tanaman pisang mati akibat terjangkit layu.

Penyakit ini menyerang hampir semua varietas pisang komersil. Kerusakan perkebunan pisang dunia
mencapai 100.000 ha sedangkan di Indonesia kerusakan akibat penyakit layu tersebut luar biasa .
Perkebunan pisang di Halmahera menderita kerugian sampai rp 3 milyar setiap musim panen akibat
serangan penyakit ini (Nurhayati, 2012:39). Dilaporkan oleh Sudarma dan Suprapta (dalam Nurhayati,
2012:39) Fusarium oxysporum. merupakan salah satu patogen tular tanah yang dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang sangat significan di Indonesia. Serangan penyakit ini pada pisang menunjukkan
gejala menguningnya daun pisang mulai dari yang tua. Penguningan ini mulai dari pinggir daun, diikuti
oleh pecah batang dan perubahan warna pada saluran pembuluh, ruas daun pendek serta perubahan
warna pada bonggol pisang. Batang yang terserang patogen ini biasanya mengeluarkan bau busuk.
Patogen masuk melalui akar dan masuk ke dalam bonggol dan merusak pembuluh sehingga tanaman
layu dan akhirnya mati. Penyakit dapat menyebar melalui air ke tanaman yang sehat dengan cepat Ploetz
(dalam Nurhayati, 2012:39).

Selama ini pengendalian penyakit menggunakan bahan kimia yang tidak saja berbahaya bagi lingkungan
tetapi juga berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan bahan kimia yang semakin meningkat mengakibatkan
beberapa pengaruh negatif seperti: timbulnya agensia yang reisten Anitha dan Rabeeth (dalam
Nurhayati, 2012;39). Akhir-akhir ini telah banyak dikembangkan pengendalian untuk menekan
pertumbuhan patogen dengan menggunakan beberapa agensi hayati. Pengendalian dengan cara ini
mendapat perhatian yang luas karena selain tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan juga
mempunyai prospek cerah dimasa yang akan datang Ramesh et al (dalam Nurhayati, 2012:39).
Penerapan pola atau landasan pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
sangat lah diperlukan, salah satu diantara landasan tersebut adalahmenjaga produksi pertanian dari
gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) serta memperhatikan faktor-faktor ekologi yang
diemban oleh keanekaragama hayati pertanian, seperti faktor faktor jasa pengendali hayati Vanitha and
Umesha (dalam Nurhayati, 2012:39)
2.2.2 Penyakit bercak daun yellow sigatoka

Gejala pertama penyakit bercak daun Mycosphaerella, yang dikenal sebagai "penyakit Sigatoka", adalah
pada daun ke-3 dan ke-4 dari puncak, yang ditandai dengan bintik memanjang, berwarna kuning pucat
atau hijau kecoklatan, panjangnya 1-2 mm atau lebih, arahnya sejajar dengan tulang daun, dan
berbentuk tidak teratur. sebagian bintik tersebut berkembang menjadi beccak [sick!] berwarna coklat tua
sampai hitam, berbentuk jorong atau bulat panjang, yang panjangnya 1 cm atau lebih, lebarnya kurang
sepertiga dari panjangnya Goodwin dan Crous (dalam Soesanto,2012;45)

Penyakit ini tidak mematikan tanaman, tetapi menyebabkan daun lebih cepat kering yang
memungkinkan terganggunya proses fotosintesis, sehingga dapat mengganggu proses pengisian buah
dan pembentukan anakan (Sulyanti et al,2011:52)

2.2.3 Penyakit layu bakteri

Penyakit layu bakteri pisang atau penyakit moko disebabkan oleh bakteri Pseudamonas
solanacearum. Serangan terjadi terutama ketika pisang menjelang berbunga. Tanaman tiba-tiba layu
tanpa didahului mengguningnya daun. Pada bonggol terdapat lendir (Trubus,2009;26)

Gejala khas penyakit layu bakteri juga banyak ditemukan pada semua stadia tanaman pisang, Gejala
ditandai dengan perubahan warna pada ibutulang daun dimana terlihat garis-garis coklat kekuning-
kuningan ke arah tepi daun dimulai dari pucuk daun sampai ke semua daun tua. Kondisi ini berlangsung
lama hingga buah menjelang masak kemudian mendadak semua daun menguning dan akhirnya menjadi
coklat (Gambar 2.1). Apabila batang yang terserang dipotong, maka akan terlihat adanya pembusukan
(Gambar 2.2), sedangkan buahyang terserang jika dibelah maka akan tampak (Sulyanti et al,2011:51)

2.2.4 Penyakit Darah

Penyakit darah merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman pisang di Indonesia. Bakteri
endofit berpotensi sebagai kandidat agensia pengendalian hayati penyakit darah, sebab bakteri endofit
melakukan kolonisasi pada relung ekologi yang sama dengan patogen tanaman (Marwan et al,
2011:113). Penyakit darah ini menjadi kendala utama pada produksi pisang di beberapa daerah, antara
lain Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Lombok, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
Kerusakan tanaman pisang yang disebabkan oleh penyakit tersebut berkisar antara 27 – 80% Hermanto
et al (dalam Asrul ,2008:98)

Berdasarkan hasil penelitian (Marwan et al, 2011:119), Hasil seleksi bakteri endofit terhadap penyakit
darah diperoleh 4 isolat bakteri endofit potensial untuk mengendalikan penyakit darah pada tanaman
pisang yaitu : EAL15, EKK10, EKK20, dan EKK22 dengan tingkat penekanan kejadian penyakit sebesar
66,67 - 83,33%.
2.2.5 Penyakit akibat brunchy top virus ( penyakit kerdil)

Pisang yang terserang brunchy top virus (BTV) berkerut-kerut daunnya, pucuk daun bergulung seperti
cambuk dan membentuk setrip-setrip hijau tua pada urat daunnya. Tanaman tumbuh kerdil.
Penularannya lewat kutu daun (Pentalonia nigronervosa) (Trubus, 2009:26)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman pisang sangatlah banyak. Pembahasan tentang hama dan
penyakit yang telah dipaparkan adalah hama dan penyakit yang dominan dan sering menyerang
tanaman pisang. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman pisang tidak hanya dengan
menggunakan bahan-bahan kimia berupa pestisida, karena penggunaan bahan-bahan kimia merusak
struktur tanah dan mengurangi unsur hara yang terkandung dalam tanah, belum lagi resiko hilangnya
organisme-organisme yang membantu dalam proses pertumbuhan tanaman pisang. Untuk itu , kita
harus menerapkan sistem pertanian berkelanjutan agar alam kita terjaga dan hasilnya maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Asrul, 2008. Uji sensivitas koloni BDB (Blood Disease Bacterium) terhadap pemberian bahan kimia secara
in vitro. J. Agroland 15 (2): 198 – 203

BPP Litbang. (n.d). Pisang. Diakses 10 Desember 2014, dari http:// google Seacrh Penyakit penggorok
pisang.

BP4K Kabupaten Sukabumi. (n.d). Pengenalan penyakit utama pada pisang. Diakses 22 november 2014,
dari http://bp4kkabsukabumi.net

Deptan.go.id. (n.d). penggerek Bonggol. Diakses 10 Desember 2014, dari


cybex.deptan.go.id/penyuluhan/ penggerek-bonggol
Hadiwiyono,. 2010. Insiden penyakit layu bakteri darah dan layu fusarium pisang di sambung macan
sragen danmTawangmangu karanganyar. Agrosains 12(1):19-23

Hasyim, A., Kamisar, Nakamura. R. 2013. Mortalitas Sta dia Pradewasa Hama Penggulung Daun Pisang
Erionota thrax (L) yang Disebabkan oleh Parasitoid. J.Hort 13(2):114-119

Marwan, H., Sinaga, S.M.,Giyanto, & Nawangsih, A.A. 2011. Isolasi dan seleksi bakteri endofit untuk
pengendalian penyakit darah pada tanaman pisang. J. HPT Tropika. 11(2): 113 – 121

Nurhayati, Umayah, A., & Juharto. 2012. Antagonism of Pseudomonas fluorescens Migule asal tanah
Rhizospheres pisang, cabe dan jagung terhadap Fusarium oxysporum f.sp. cubense ( E.F.Sm) sdny
penyebab penyakit layu pada pisang. Majalah Ilmiah Sriwijaya 12 (15): 35-46

PPSDM Pertanian. (n.d). Penyuluhan hama utama tanaman pisang dan cara pengendaliannyanya.
Diakses 22 November 2014, dari cybex.deptan.go.id/

Soesanto, L.,Mugiastuti, E.,Ahmad, F., & Wtjaksono. 2012. Diagnosis lima penyakit utama karena jamur
pada 100 kultivar bibit pisang. J.HPT Tropika 12(1): 36-45

Soesanto, L., Mugiastuti, E., & Rahayuniati F.R. 2010. Kajian Mekanisme Antagonis Pseudomonas
fluorescens P60 terhadap Fusarium oxysporum pada tanaman tomat in vivo. J. HPT Tropika 10(2): 108-
115

Sulyanti, E., Liswarni, Y. & Indri. 2011.Inventarisasi penyakit tanaman pisang(Musa paradisiaca Linn.)
berdasarkan gejala di kabupaten Tanah datar .Manggara 12 (2):49-54

Susanna .2006. Pemanfaatan Bakteri antagonis sebagai agen biokontrol penyakit layu (Fusarium
oxysporum f.sp. Cubense) pada tanaman pisang . J. Floratek 2 :114 – 121

Susniahti, N., Sumeno, & Sudarjat. 2005. Bahan ajar ilmu hama tumbuhan. Yogyakarta

Trubus, Redaksi. 2002. 193 Praktisi Tanamn Buah dan Sayuran. Jakarta : Majalah Trubus

Trubus, Redaksi. 2008.Berkebun Pisang Secara Intensif. Jakarta : Penebar Swadaya

Yanti, Y. 2011. Aktivitas peroksidase mutan pisang kepok dengan Ethyl Methane Sulphonate (EMS) secara
In Vitro. Jurnal Natur Indonesia 14(1): 32-36

Anda mungkin juga menyukai