Oleh
Rizki Afriliyanti
1314121155
Kelompok 2
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
II.2Prosedur Praktikum
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pertama tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diperhatikan dan dicatat penjelasan tentang pengenalan penyakit tanaman
utama di Lampung oleh asisten.
3. Diamati dan difoto spesimen yang telah disiapkan.
4. Dikumpulkan kertas catatan untuk diacc oleh asisten.
III.
N
o.
1.
Foto/gambar
Gambar
Tangan
Keterangan
Penyakit:Busuk
pangkal
batang sawit
Patogen :
Ganoderma
boninense
Gejala
2.
: warna daun
menjadi hijau
pucat dan
busuk pada
batang
tanaman,pen
guningan
tanaman dan
nekrosis.
Penyakit:Jamur akar
putih pada
karet
Patogen :
Rigidoporus
lignosus
Gejala
: daun layu,
menguning,
kemudian
gugur, dan
pada akar
busuk dan
kemudian
kering.
Penyakit: Kanker
batang
kakao
Patogen :
Phytophthora
palmivora
Gejala
3.
: Bagian
batang /
cabang
menggembun
g berwarna
lebih gelap /
kehitaman,
permukaan
kulit retakretak.
: mula-mula
terdapat
bercak
berwarna
coklat
kehitaman
kemudian
buah menjadi
busuk.
4.
Penyakit:Layu
fusarium
pisang
Patogen : Fusarium
oxysparum
Gejala
5.
: terdapat
bercak pada
pelepah, daun
menguninga
dari bagian
bawah,
batang semua
akan pecah
dan
menghitam
Penyakit:Layu
bakteri
pisang
Patogen : Ralstonia
sp.
Gejala
: terdapat
bercak pada
empulur atau
hati, pada
tandan akan
muncul ose
bakteri. Daun
mongering
dari atas
6.
Penyakit:Bunchy Top
Virus
Patogen : Pentalonia
nigonervosa
Gejala
7.
: bagian daun
tegak keatas
dan sempit,
terdapat
banyak
pelepah, daun
tidak
membuka
Penyakit:Busuk
pangkal lada
Patogen :
Phytophtora
capsici
Gejala : terdapat
bercak daun
dan pangkal
membusuk
Penyakit: Bulai
Jagung
Patogen :
Peronoscleros
pora maydis
Gejala
: Ada bercak
berwarna
klorotik
memanjang
searah tulang
daun dengan
batas yang
jelas,
biasanya
terdapat
tepung pada
daun
Penyakit :Hawar
Daun
Bakteri pada
Padi
Patogen :
Xanthomonas
campestris
Gejala : Daun
berwarna
kuning dan
bagian
pinggir
daun
berwarna
coklat. Daun
mengering
dan kropos
apabila
dipegang.
10
.
Penyakit:Tungro pada
padi
Patogen : rice tungro
bacilliform
virus (RTBV)
dan rice
tungro
spherical viru
s (RTSV)
Gejala
: Daun
kuning, kerdil,
gabah sedikit
11
.
12
.
Penyakit: Gosong
bengkak
pada jagung
Patogen : Ustilago
maydis
Gejala
13
.
: Masuknya
cendawan ini ke
dalam biji pada
tongkol sehingga
terjadi
pembengkakan
dan
mengeluarkan
kelenjar,
pembengkakan
ini menyebabkan
pembungkus
rusak dan spora
tersebar.
: Daun akan
berwarna kuning
yang ditutupi
bedak atau noda
yang tampak
pada permukaan
bagian bawah
daun
III.2 Pembahasan
III.2.1 Kelapa Sawit
Penyakit Busuk Pangkal Batang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu sumber
minyak nabati yang menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di
Indonesia. Pertumbuhan kelapa sawit sering terkendala akibat pengelolaannya
belum optimal sehingga mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit
(Djaenuddin, 1992).
Salah satu kendala pada perkebunan kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal
batang yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Ganoderma boninense lebih
cepat menyerang tanaman kelapa sawit di lahan gambut karena tunggul-tunggul
kelapa sawit yang masih tersisa dalam tanah merupakan sumber infeksi yang
paling kuat di kebun peremajaan (bekas kelapa sawit). G. boninense dapat
menyerang kelapa sawit pada tahap produksi dan pembibitan. Penyebaran
penyakit yang paling utama adalah dengan kontak antara akar tanaman sehat dan
sakit. Penyebaran yang kedua melalui basidiospora langsung ke tanaman kelapa
sawit, serta yang ketiga melalui inokulum sekunder yaitu basidiospora tumbuh
pada tunggul tanaman dan selanjutnya terjadi kontak akar antara tanaman sehat
dan sumber inokulum tersebut. Pada saat ini banyak dilaporkan bahwa pada tanah
yang relatif miskin unsur hara cenderung mempunyai kejadian penyakit yanglebih
besar (Semangun, 2008).
Gejala awal penyakit sulit dideteksi karenaperkembangannyayanglambatdan
dikarenakan gejala eksternal berbeda dengan gejala internal. Sangat mudah untuk
mengidentifikasi gejala di tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh buah,
konsekuensinya, penyakit jadi lebih sulit dikendalikan. Gejala utama penyakit
adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat dan busuk
pada batang tanaman. Padatanamanbelummenghasilkan,gejala awal ditandai
dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti
dengannekrosisyangmenyebarkeseluruh daun. Pada tanaman dewasa, semua
pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak
membuka (terjadinya akumulasi daun tombak)dansuatusaattanamanakanmati
(Purba,1993).
Ganoderma boninense tergolong ke dalam filum Basidiomycota dan famili
Ganodermataceae. Jamur mempunyai basidiokarp yang sangat bervariasi ; ada
yang dimidiate atau stipitate, ada yang bertangkai atau tidak, tumbuh horizontal
atau vertikal, ada yang rata atau mengembung, dan ada yang
terbentuklingkarankonsentris.Basidiokarp dapat mencapai 17 cm, jari-jari 12 cm
dengan tebal 2 cm. Konveks atau permukaan atas licin seperti pernis dengan
warna kehitaman sampai cokelat. Dalam pertumbuhannya daerah perbatasan akan
berwarna oranye kuning sertaputihpadaujungnya (Purba,1993).
Pengendalian penyakit busuk pangkal batang diperlukan teknik yang tepat
terutama pengendalian yang bersifat ramah lingkungan. Salah satu adalah
pemanfaatan Trichoderma sp. SBJ8, isolat lokal yang dibuat menjadi biofungisida
Ganofend, dan telah dimanfaatkan untuk pengendalian G. boninense selama tahap
produksi dilahan gambut (Semangun, 2008).
III.2.2 Karet
Penyakit Akar Putih
Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat
miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang menempel kuat dan sulit
dilepaskan. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan
berwarna cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus
lignosus yang membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan
tunggul tanaman. Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan
lubang-lubang kecil di bagian bawah tempat spora. Jika sudah tua, badan buah
tersebut akan mengering dan berwarna cokelat (Chatarina, 2012).
Gejala-gejala serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun-daun
dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam. Daun-daun tersebut selanjutnya gugur dan
ujung rantingnya mati. Sebagai upaya mempertahankan diri, tanaman yang sakit
akan menumbuhkan daun, bunga, dan buah sebelum waktunya.
Pengendalian untuk penyakit ini bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mengobati tanaman muda yang menunjukkan gejala-gejala terserang penyakit
akar putih dengan cara membuka tanah di sekitar pangkal batang. Kedalaman
lubang tergantung dari batas serangan jamur. Miselia jamur yang menempel
di akar kemudian dikerok dan bekas kerokan diolesi ter. Akar yang sudah
terlanjur busuk dipotong. Selanjutnya keseluruhan akar yang terluka diolesi
izal 5% dan dioles ulang menggunakan obat pelindung akar. Setelah lukanya
mengering, lubang ditutup tanah lagi.
b. Membongkar tanaman sakit yang sudah parah, ditandai dengan gugurnya
daun dan membusuknya akar tunggang. Bekas galian kemudian kemudian
ditaburi 200 gram serbuk belerang. Jika akan disulam, bibit yang digunakan
harus berupa stum tinggi dan di sekitar bibit kembali ditaburi serbuk belerang
sebanyak 100 gram.
(Catharina, 2012).
III.2.3 Kakao
III.2.4 Pisang
a. Layu Fusarium
Mencabut tanaman yang sakit dan membakarnya atau dibuang di tempat yang
jauh dari areal pertanian.
Mengurangi sumber penularan.
Perbaikan kultur teknis.
Penggunaan varietas yang resisten terhadap penyakit.
Menggunakan bibit yang diambil dari tanaman yang sehat.
Membongkar tanah di sekeliling tanaman yang sakit dan dikeluarkan dari
kebun.
Melakukan pemupukan yang berimbang.
Tidak menanam pisang di tempat bekas bongkaran tanaman pisang yang telah
terserang penyakit ini.
Menanam bibit dari rumpun yang sehat.
(Cahyono, 1995).
b. Layu Bakteri
Penyebab penyakit kerdil (Bunchy Top) adalah virus. Virus ini dikenal sebagai
virus kerdil pisang (Bunchy Top Virus). Penyebaran virus ini dapat ditularkan oleh
kutu daun (Pentalonia nigronervosa coq). Gejala awal tanaman pisang yang
menderita penyakit kerdil dapat dilihat pada pangkal daun no. 2 atau no. 3 dengan
penyinaran cahaya yang menembus, maka akan tampak adanya garis-garis
berwarna hijau sempit yang terputus-putus dalam garis pendek dan titik. Garisgaris tersebut terdapat diantara tulang-tulang daun dan sejajar dengan tulangtulang daun sekunder. Selanjutnya, daun tersebut dapat mengering sepanjang
tepinya, rapuh, dan mudah dipatahkan. Akhirnya, tanaman tumbuh kerdil dan
daun-daunnya membentuk roset pada ujung batang palsu (Cahyono, 1995).
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
daerah lain.
Menanam bibit dari rumpun yang sehat.
Memberantas kutu daun dengan insektisida.
Hindarkan penanaman pisang yang terlindung oleh pepohonan besar
disekitarnya.
(Cahyono, 1995).
III.2.5 Lada
Busuk Pangkal Batang Lada
Penyakit BPB disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici (sinonim: P.
palmivora var. Piperis). Selain di Indonesia, penyakit BPB juga menjadi kendala
utama produksi lada di Malaysia dan India. Sebagai produk ekspor, issue dalam
perdagangan lada intenasional saat ini adalah meningkatnya kekhawatiran
konsumen akan adanya residu pestisida dan kontaminasi mikroba penghasil
aflatoksin, di samping itu dituntut mampu meningkatkan efisiensi produksi dan
mutu agar dapat bersaing dalam dunia perdagangan internasional
(Mulya et al., 2003).
Jamur P. capsici dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari
pembibitan sampai tanaman produktif. Serangan yang paling membahayakan
adalah pada pangkal batang atau akar karena menyebabkan kematian tanaman
dengan cepat. Gejala berupa kelayuan tanaman secara mendadak (daun tetap
berwarna hijau) akan nampak apabila terjadi serangan patogen pada pangkal
batang. Pangkal batang yang terserang menjadi berwarna hitam, pada keadaan
lembab akan nampak lendir yang berwarna kebiruan. Serangan pada akar,
menyebabkan tanaman layu dan daun-daun menjadi berwarna kuning
(Mulya et al., 2003).
Serangan pada daun menyebab-kan gejala bercak daun pada bagian tengah, atau
tepi daun. Bercak berwarna hitam dengan tepi bergerigi seperti renda yang akan
nampak jelas apabila daun diarahkan ke cahaya. Gejala khas tersebut hanya
nampak pada bercak yang belum lanjut dan terjadi pada keadaan lembab (banyak
hujan). Pengamatan lebih lebih lanjut pada lapisan air yang ada di permukaan
bawah bercak daun, tampak adanya sporangia patogen. Biasanya daun-daun yang
terinfeksi ini merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang yang berada
di dekatnya. Apabila selama waktu hujan disertai terjadinya angin, maka propagul
P. capsici dapat terbawa dan menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Serangan
pada buah menyebabkan buah berwarna hitam, dan busuk; gejala ini biasanya
banyak ditemukan pada buah yang letaknya dekat permukaan tanah. Pengendalian
penyakit BPB telah diusahakan dengan berbagai cara, yaitu menggunakan varietas
tahan, praktek budidaya yang dikombinasi dengan aplikasi fungisida, dan mikroba
antagonistik.(Manohara et al., 1996).
Jamur P. capsici berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual. Secara
aseksual membentuk spora-ngium. Pada keadaan lingkungan yang sesuai, lembab
dan suhu berkisar antara 25o C, sporangium yang telah masak dapat langsung
berkecambah memben-tuk tabung kecambah atau membentuk zoospora yang
berflagella sehingga dapat bergerak. Lama geraknya ditentukan oleh suhu air;
pada suhu 20 - 24o C zoospora dapat bergerak selama 9 jam, sedang pada suhu
28o C dan 32o C masing-masing selama 5 jam dan 1 jam. Tiga puluh menit
setelah zoospora berhenti bergerak, akan terjadi per-kecambahan bila lingkungan
mengun-tungkan; sebaliknya apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan,
maka akan dibentuk struktur istirahat yaitu berbentuk kista (Manohara, 1988).
Miselia yang berasal dari perkecambahan zoospora dapat langsung menginfeksi
tanaman melalui luka, lubang alami (stomata misalnya) atau menginfeksi secara
langsung setelah meningkatkan potensial ino-kulumnya terlebih dahulu.
Kemampuan patogen bertahan hidup pada sisa tanaman lada yang ada di
permukaan maupun di dalam tanah mempunyai peranan penting sebagai sumber
inokulum. Propagul jamur P. capsici dapat bertahan hidup selama 20 minggu di
dalam tanah dengan kelengasan 100% kapasitas lapang, tanpa adanya tanaman
inang. Di dalam jaringan tanaman terinfeksi seperti daun dan batang, jamur
tersebut dapat bertahan hidup masing-masing selama 11 13 minggu dan 8 10
minggu (Manohara, 1988).
III.2.6 Jagung
a. Penyakit Bulai
Penyakit bulai disebabkan oleh Peronosclerospora maydis . Jamur dapat bertahan
hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber
inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk
jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke
titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor dan konidia
terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya
yang terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum
berasal dari spora, daun kotiledon tetap sehat. (Endah, 2002).
Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar
tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna
hijau normal. Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas
bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun
yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku. Tanaman menjadi terhambat
pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol
sama sekali. Tanaman yang terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan
biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan daundaun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang
berlebihan dan daun sobek-sobek.
Teknologi pengendalian penyakit bulai pada jagung yang umum diterapkan
adalah:
(Endah, 2002).
b. Penyakit Gosong
III.2.7 Padi
a. Penyakit Blas
Penyakit blas ini disebabkan oleh jamur Pyricularia grisera penyakit ini awalnya
hanya menyerang budidaya tanaman padi gogo tetapi akhir-akhir ini sudah mulai
menyerang di lahan sawah irigasi. Serangan dari penyakit ini dapat
mengakibatkan leher malai patah dan busuk sehingga pengisisan bulir terganggu
dan bulir menjadi hampa. Serangan blas ini dapat mengakibatkan tanaman
menjadi puso dan hal ini sering terjadi di daerah endemik (Semangun, 2008).
Jamur Pyricularia grisera akan menginfeksi tanaman padi dalam satu siklus.
Yakni dengan dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu
bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi dan
menyebarkan spora baru melalui udara terjadi dalam sekitar 1 minggu. Penyakit
ini lebih menyukai kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22290 C. pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan juga dapat menyebabkan
penyakit ini berkembang dengan cepat (Semangun, 2008).
Pengendalian penyakit blas ini dapat dilakukan dengan teknik budidaya.
Dianataranya penanaman benih sehat, perendaman benih, cara pelapisan dengan
menggunakan fungisida pada dosis tertentu untuk setiap 1 kg gabah basah dan
kemudian dikocok sampai merata. Cara penaman juga harus diperhatikan yakni
jangan terlalu rapat atau dengan sistem legowo dan menggunakan sistem
pengairan secara berselang. Pemupukan juga harus dilakukan dengan dosis yang
sesuai agar tanaman menjadi tahan terhadap penyakit blas. Selain dengan cara
tersebut pengendalian juga dapat dilakukan dengan penanaman varietas tahan dan
penggunaan fungisida melalui penyemprotan (Semangun, 2008).
b. Virus Tungro
al. 1977, dalam Praptana, 2008). Di dalam suatu populasi di lapangan, terdapat
wereng hijau sebagai penular aktif (active transmitter) dan nonaktif (non active
transmitter). Keberadaan populasi penular aktif di pertanaman akan meningkatkan
efisien dan efektivitas penularan virus tungro. Inang alternatif virus tungro adalah
E. Crusgali dan Oryzae nivara .
Infeksi tungro pada tanaman padi khususnya varietas peka akan menimbulkan
gejala kerdil, jumlah anakan berkurang. Daun menguning, menggulung keluar dan
agak sedikit terpuntir. Tanaman yang kerdil pada ruas daun kedua memendek.
Karena adanya perpanjangan pelepah daun baru maka daun yang membuka
kadang-kadang pelepahnya terjepit. Akar tanaman berkurang dan gabah yag
dihasilkan kecil dan sering tidak sempurna. Gejala penyakit tungro pada tanaman
yang terinfeksi virus mulai dapat dilihat pada umur 7 10 hari sesudah
diinokulasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa N. virescens dapat menularkan
kedua macam virus tersebut secara bersamaan atau masing-masing sendiri-sendiri
dari tanaman yang terinfeksi oleh kedua virus tersebut. Tanaman yang terinfeksi
oleh kedua virus tersebut menunjukkan gejala yang serius, yang terinfeksi oleh
RTSV saja tidak menunjukkan gejala yang jelas, konsentrasi RTBV yang tinggi
dalam jaringan tanaman akan menyebabkan gejala berwarna orange pada daun
Tungro tidak dapat ditularkan melalui biji ataupun secara mekanik, tetapi harus
ada serangga penular (vektor) yaitu wereng hijau (Nephotettix spp.) atau wereng
loreng ((Recilia dorsalis). Sifat penularan virus oleh vektornya bersifat semi
persisten artinya periode akuisisi minimum 5-30 menit dan periode inokulasi
minimum 7-30 menit. Masa inkubasi virus pada tanaman 6-10 hari, virus dapat
ditularkan melalui semua stadia serangga, yaitu nimfa dan imagonya, jantan dan
betina, tapi tidak melalui telur.
Berbagai usaha pengendalian telah dilakukan, di antaranya dengan
penerapan teknologi pengendalian penyakit tungro secara terpadu yang
bertujuan untuk mencegah ataumenghindarkan pertanaman dari ancaman
tungro (escape strategy) dengan komponen utama waktu tanam tepat,
penggunaan varietas tahan, dan pergiliran varietas tahan. Namun demikian,
tidak semua komponen dapat diterapkan, waktu tanam tepat kurang sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Afriyeni, Y., Nasril N., Periadnadi, Jumjunidang. 2013. Jenis-Jenis Jamur pada
LAMPIRAN