Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK BIOTEKNOLOGI

Anggota
Kelompok 5 01 FADHILLAH MARTUA 2001208

02 DIMAS DWIRANDA 2001126

03 ELPIANNA BR GINTING 2001127


PENGARUH PEMBERIAN CENDAWAN
ENDOFIT TERHADAP TANAH KELAPA
SAWIT YANG TERINFEKSI GANODERMA
SPP.
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Tetapi produktivitasnya masih
lebih rendah daripada negara lain. Serangan penyakit busuk pangkal batang (BPB), yang
disebabkan oleh jamur Ganoderma spp., yang menyerang tanaman kelapa sawit selama
tahap produksi dan juga selama tahap pembibitan, merupakan salah satu hambatan
yang menghalangi peningkatan produksi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir.
Ganoderma merupakan patogen tular tanah yang merupakan parasite fakultatif dengan
kisaran inang yang luas dan mempunyai kemampuan saprofit yang tinggi. Patogen ini
tergolong ke dalam cendawan akar putih (white rot fungi) yang mampu mendegradasi
lignin, selulosa, dan polisakarida lainnya. Upaya pengendalian dengan menggunakan
fungisida sintetik harus dibatasi, karena telah menimbulkan banyak dampak negatif,
seperti munculnya ras-ras baru dari patogen yang mempunyai daya virulensi yang lebih
tinggi sehingga menjadi lebih tahan terhadap fungisida, terbunuhnya musuh alami yang
bersifat menguntungkan serta tersebarnya banyak jenis bahan pencemar dilingkungan
hidup sehingga kualitasnya menurun(Tambunan et al., 2014). Salah satu Teknik
pengendalian yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan cendawan endofit.
Cendawan endofit adalah mikroorganisme yang hidup didalam jaringan tanaman tanpa
menimbulkan efek negatif, dan penghasil enzim yang dapat berpotensi sebagai
biocontrol (Berg, 2009). Senyawa bioaktif yang berasal dari cedawan endofit ada yang
berpotensi sebagai antimikroba (menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba -
mikroba patogen), contohnya senyawa taksol, zat pengatur tumbuh, serta penghasil
enzim hidrolitik seperti amilase, selulase, xilanase, ligninase, dan kitinase. Berdasarkan
uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan cendawan
endofit pada pembibitan kelapasawit dalam mengendalikan penyakit busuk pangkal
batang.
BAB I Pendahuluan
Lanjutan….
Salah satu Teknik pengendalian yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan
cendawan endofit. Cendawan endofit adalah mikroorganisme yang hidup didalam
jaringan tanaman tanpa menimbulkan efek negatif, dan penghasil enzim yang dapat
berpotensi sebagai biocontrol (Berg, 2009). Senyawa bioaktif yang berasal dari cedawan
endofit ada yang berpotensi sebagai antimikroba (menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroba - mikroba patogen), contohnya senyawa taksol, zat pengatur
tumbuh, serta penghasil enzim hidrolitik seperti amilase, selulase, xilanase, ligninase,
dan kitinase. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
menggunakan cendawan endofit pada pembibitan kelapasawit dalam mengendalikan
penyakit busuk pangkal batang.

Tujuan Penelitian
Untuk melakukan penelitian menggunakan cendawan
endofit pada pembibitan kelapa sawit dalam
mengendalikan penyakit busuk pangkal batang.

Hipotesis Penelitian
Cendawan endofit asal tanaman yang mampu
menghambat perkembangan penyakit busuk pangkal
batang pada kelapa sawit.
BAB II Tinjauan Pustaka
Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.)

Kingdom : Myceteae Basidiokarp yang dibentuk awalnya


berukuran kecil, bulat, berwarna putih,
Divisio : Eumycophyta
dengan pertumbuhan yang cepat hingga
Class : Basidiomycetes membentuk basidiokarp dewasa yang
memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang
Ordo : Aphyllophorales
variatif. Umumnya basidiocarp

Famili : Ganodermataceae berkembang sedikit di atas dan


mengelilingi bagian pangkal batang yang
Genus : Ganoderma sakit. Ukuran basidiokarp yang
bertambah besar menunjukkan
Spesies : Ganoderma spp.
perkembangan penyakit semakin lanjut
dan akhirnya menyebabkan kematian
pada tanaman (Ariffinet al., 2000).
BAB II Tinjauan Pustaka
Siklus hidup Ganoderma

Ganoderma merupakan cendawan Basidiomycota yang bersifat


tular tanah dan sebagai penyebab utama penyakit akar putih pada
tanaman berkayu dengan menguraikan lignin. Sebagian besar
siklus Ganoderma ada didalam tanah atau jaringan tanaman.
Penularan penyakit busuk pangkal batang melalui tiga cara, yaitu
kontak akar tanaman dengan sumber inokulum Ganoderma, udara
dengan basidiospora, dan inokulum sekunder berupa tunggul
tanaman atau inang alternatif (Susanto, 2013).
BAB II Tinjauan Pustaka
Gejala serangan Ganoderma

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma merupakan penyakit yang penting
dalam industri kelapa sawit. Umumnya, gejala dari BPB akan terlihat setelah 6 sampai 12 bulan setelah
infeksi. Pangkal batang kelapa sawit yang terinfeksi akan membusuk sehingga akan tumbang sebelum masa
produktif berakhir. Pada daerah endemik, penyakit ini dapat menyerang tanaman dengan umur dua tahun.
Penyebab penyakit BPB kelapa sawit di beberapa negara dilaporkan berbeda-beda, yaitu beberapa spesies
Ganoderma saprofitik dari kelompok Basidiomycota (Bretonet al.,2006). Gejala serangan penyakit pada
daun bibit kelapa sawit terjadi setelah munculnya tubuh buah pada bulan pertama, sebagian besar bibit
menunjukkan pertumbuhan tubuh buah pada pangkal batang yang diikuti dengan nekrosis (kematian
jaringan) pada pertulangan daun akibat kurangnya unsur hara yang diangkut dari akar menuju daun,
sehingga proses fotosintesis, sintesis klorofil, transfer asimilat terganggu, dan dapat menyebabkan kematian
pada bibit kelapa sawit (Susanto et al., 2013). Secara umum, pada tanaman muda daun pada pelepah tua
berwarna kekuningan, kadangkala di pucuk daun menjadi kering atau nekrotik. Akhirnya seluruh daun dan
pelepah menjadi layu dan kering. Tanaman yang terserang menunjukkan pertumbuhan yang lemah dan
terhambat pertumbuhannya (Idris danAriffin, 2003).
BAB II Tinjauan Pustaka
Faktor - faktor yang mempengaruhi serangan Ganoderma

Penyebaran penyakit BPB telah dilaporkan berlaku pada tanaman kelapa sawit yang ditanam di semua jenis
tanah, yaitu tanah pantai, pedalaman, dan gambut. Kejadian dilaporkan lebih serius pada tanaman kelapa
sawit yang ditanam di tanah bekas tanaman kelapa sawit dimana tunggul-tunggul dibiarkan tetap berada di
lahan tanpa dilakukannya pembongkaran. Sisa jaringan kelapa sawit tertinggal didalam tanah yang berasal
dari tanaman(Idris dan Ariffin, 2003). Serangan Ganoderma pada kelapa sawit meningkat sejalan dengan
semakin tuanya umur tanaman. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa umurtanaman mempengaruhi
tingkat perkembangan penyakit. Umur tanaman yang semakin dewasa, akan membuat sistem perakarannya
semakin panjang sehingga tingkat probabilitas terjadinya inokulasi dengan inoculum semakin tinggi.Selain
itu kerusakan tanaman akibat serangan patogen akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya daur
pertanaman dalam suatu kebun. Hal ini terjadi karena substrat bagi Ganoderma akan semakin tersedia atau
inoculum semakin tinggi populasinya (Susanto, 2002).
BAB II Tinjauan Pustaka
Pengendalian Ganoderma

Pengendalian penyakit busuk pangkal batang harus dilakukan melalui pendekatan ekologis. Hal ini terbukti
dari perbaikan kesehatan tanah melalui teknik budidaya kelapa sawit dengan menggunakan pupuk organik
dan kimia secara berimbang memperpanjang produktivitas kelapa sawit dan mencegah melemahnya
kekuatan fisik kelapa sawit. Bahkan perbaikan tanah disekitar tanaman yang sakit dapat memulihkan
kembali tanaman tersebut dan dapat kembali memberikan hasil yang diharapkan. Nampaknya perawatan
yang intensif dapat memperpanjang usia ekonomis kelapa sawit yang tadinya terinfeksi. Aplikasi agens
biokontrol seperti Trichoderma, Gliocladium, dan cendawan endofit lainnya juga dapat membantu
menghambat perkembangan penyakit tersebut (Priyatno, 2012). Faktor lainnya adalah semua kondisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan jamur seperti suhu, kelembaban, substrat, pH dan nutrisi makanan dan aspek
lainnya tidak memenuhi, kekurangan salah satu persyaratan ini akan menghalangi pertumbuhan suatu jamur.
Kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan endofit maupun patogen. Mikroorganisme dapat hidup pada
kisaran kelembapan udara 70-90%. Derajat keasaman lingkungan, pH substrat sangat penting untuk
pertumbuhan jamur, karena enzim-enzim tertentu hanya akan menguraikan suatu substrat sesuai dengan
aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya jamur dapat tumbuh pada pH di bawah 7 (Gandjar et al.,2006).
BAB II Tinjauan Pustaka
Potensi cendawan endofit
Salah satu organisme penghasil antibiotik salah satunya adalah cendawan endofit. Cendawan endofit
biasanya terdapat dalam suatu jaringan seperti daun, ranting atau akar tumbuhan. Cendawan ini dapat
menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta
antibiotika. Kelompok endofit mampu memproduksi senyawa antibiotik yang aktif melawan bakteri maupun
jamur. Asosiasi beberapa endofit dengan tumbuhan inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari
beberapa patogen virulen, baik bakteri maupun jamur (Purwanto, 2008). Cendawan endofit hidup berasosiasi
secara simbiosis mutualisme dengan tumbuhan inangnya dan mampu menginfeksi tumbuhan sehat pada
jaringan tertentu tanpamenimbulkan tanda adanya infeksi, kemudian menghasilkan enzim danmetabolit
sekunder yang dapat bermanfaat bagi fisiologi dan ekologi tumbuhan inang, mikotoksin, dan juga antibiotik
yang dimanfaatkan tumbuhan inang untuk melawan penyakit yang ditimbulkan oleh patogen tumbuhan.
Sebaliknya, cendawan endofitdapat memperoleh nutrisi untuk melengkapi siklus hidupnya dari tumbuhan
inangnya (Pratiwi,2014). Pengendalian hayati dengan pemanfaatan mikroorganisme antagonis merupakan
alternatif sebagai pengendalian penyakit tanaman. Pengendalian hayati merupakan perlindungan tanaman
dari patogen termasuk penyebaran mikroorganisme antagonis pada saat setelah atau sebelum terjadinya
infeksi patogen. Introduksi agens hayati antagonis berpotensi mengendalikan patogen tular tanah, yaitu
menekan inokulum, mencegah kolonisasi, melindungi perkecambahan biji dan akar tanaman dari infeksi
patogen. Selain itu secara langsung dapat menghambat patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi
terhadap ruang atau nutrisi, menginduksi proses ketahanan tanaman (Agrios, 2005
Bahan dan alat
BAB III
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit tanaman kelapa
sawit berumur 4 bulan varietas DxP unggul yang berasal dari PT.
Socfindo, isolate cendawan endofit, biakan murni Ganoderma,media Malt

Metode Penelitian
Agar, Potat Dextrose Agar (PDA), Rubber Wood Block (RWB), polibeg
ukuran 10 kg,dan methyl blue.

Alat yang digunakan adalah meteran, timbangan analitik,hot plate,


mikroskop campound,autoclave, oven, inkubator, dan laminar air flow
(LAF). Metode penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Tempat dan waktu penelitian Kelompok (RAK) non factorial yaitu :
Penelitian dilaksanakan diRumah Kaca FakultasPertanian, R0 = kontrol (tanpa cendawan endofit)
Universitas Sumatera Utara, Medandengan ketinggian tempat ±25 Ra = Aspergillus sp1 + Ganoderma
meterdiatas permukaan lautmulai bulanJuni 2015sampai dengan Rb = Aspergillus sp2 + Ganoderma
Januari 2016. Rc = Rhopalomyces sp + Ganoderma
Rd = Chrysosporium sp+ Ganoderma
Re = Gongronella sp1 + Ganoderma
Rf = Gongronella sp2 + Ganoderma
Sehingga diperoleh 7 taraf perlakuan :
R0 Ra Rb Rc Rd Re
Rf
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Ukuran polibeg : 45 cm x 15 cm
Jumlah tanaman/polibeg :1tanaman
Jumlah tanamans eluruhnya : 21tanaman
Jarak antar polibeg : 40 cm
Jarak antar blok : 50 cm
BAB III
Metode Penelitian
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
dengan model linear aditif sebagai berikut :
Yij = μ + Ti + εij;i = 1,2,3,4 ; j = 1,2,3,4,5,6

Dimana:
Yij : Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan jenis jamur
endofit ke-i dan ulangan ke-j.
μ : Nilai tengah umum
Ti : Pengaruh perlakuan ke-i
εij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data hasil penelitian dianálisis secara statistik dengan


menggunakan sidik ragam. Terhadap sidik ragam yang nyata,
maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan UJGD
(Uji Jarak Berganda Duncan) dengan taraf 5 %
.
Daftar Pustaka
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Fifth Edition. Elsevier Academic Press. USA. 922 p.

Ariffin D., Idris AS., dan Singh G. 2000. Status of Ganoderma in oil palm. Di dalam: Flood J,
Bridge PD, Holderners M. (Editor), Ganoderma Disease of Perenial Crops.

Berg G. 2009. Plant-microbe interactions promoting plant growth and health: perspectives for controlled use of microorganisms in
Agriculture.

Breton F, Hasan Y, Hariadi S, Lubis Z, dan De Franqueville H, 2006.Characterization Of Parameters For The Development Of AnEarly
Screening Test For Basal Stem Rot Tolerance In Oil PalmProgenies. Journal Of Oil Palm Research (Special Issue, April2006)

Gandjar I., Samsuridjal W dan Detrasi A. 2006. Mikologi dasar dan terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Ghimire SR dan Hyde KD. 2004. Fungal Endophyte. In. A.Varma, L. Abbott, D.Werner, R.Hampp Eds. Plant Surface Microbiology. Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.
Idris AS danAriffin D. 2003. Ganoderma : Penyakit Reput Pangkal Batang dan

Kawalannya. Unit Pembangunan Pekebun Kecil dan Pemindahan Teknologi, Bahagian Biologi, Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Bangi

Priyatno TP. 2012. Balai besar penelitian dan pengembangan Bioteknologi dan sumberdaya Genetik Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Purwanto R. 2008. Peranan Mikroorganisme Endofit sebagai PenghasilAntibiotik. www.kabarindonesia.com. Diakses 8 Agustus 2015.

Risanda D. 2008. Pengembangan teknik inokulasi buatan Ganoderma Boninense Pat. Pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.).
Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Daftar Pustaka
Simarmata R. 2007. Isolasi MikrobaEndofitik dari Tanaman Obat Sambung Nyawa GynuraProcumbens) dan Analisis
Potensinya sebagai Antimikroba.
Susanto A. 2002. Kajian pengendalian hayati Ganoderma boninense Pat. Penyebab

Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanto A., Prasetyo AE dan Wening S. 2013. Laju Infeksi Ganoderma pada Empat Kelas Tekstur Tanah. Jurnal
Fitopatologi Indonesia.

Wuryanti. 2008. Pengaruh Penambahan Biotin Pada Media PertumbuhanTerhadap


Produksi Sel Aspergillus Niger. Bioma. Jurusan Kimia FMIPA UNDIP. Vol. 10, No. 2. 46-50.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai