Anggota
Kelompok 5 01 FADHILLAH MARTUA 2001208
Tujuan Penelitian
Untuk melakukan penelitian menggunakan cendawan
endofit pada pembibitan kelapa sawit dalam
mengendalikan penyakit busuk pangkal batang.
Hipotesis Penelitian
Cendawan endofit asal tanaman yang mampu
menghambat perkembangan penyakit busuk pangkal
batang pada kelapa sawit.
BAB II Tinjauan Pustaka
Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.)
Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma merupakan penyakit yang penting
dalam industri kelapa sawit. Umumnya, gejala dari BPB akan terlihat setelah 6 sampai 12 bulan setelah
infeksi. Pangkal batang kelapa sawit yang terinfeksi akan membusuk sehingga akan tumbang sebelum masa
produktif berakhir. Pada daerah endemik, penyakit ini dapat menyerang tanaman dengan umur dua tahun.
Penyebab penyakit BPB kelapa sawit di beberapa negara dilaporkan berbeda-beda, yaitu beberapa spesies
Ganoderma saprofitik dari kelompok Basidiomycota (Bretonet al.,2006). Gejala serangan penyakit pada
daun bibit kelapa sawit terjadi setelah munculnya tubuh buah pada bulan pertama, sebagian besar bibit
menunjukkan pertumbuhan tubuh buah pada pangkal batang yang diikuti dengan nekrosis (kematian
jaringan) pada pertulangan daun akibat kurangnya unsur hara yang diangkut dari akar menuju daun,
sehingga proses fotosintesis, sintesis klorofil, transfer asimilat terganggu, dan dapat menyebabkan kematian
pada bibit kelapa sawit (Susanto et al., 2013). Secara umum, pada tanaman muda daun pada pelepah tua
berwarna kekuningan, kadangkala di pucuk daun menjadi kering atau nekrotik. Akhirnya seluruh daun dan
pelepah menjadi layu dan kering. Tanaman yang terserang menunjukkan pertumbuhan yang lemah dan
terhambat pertumbuhannya (Idris danAriffin, 2003).
BAB II Tinjauan Pustaka
Faktor - faktor yang mempengaruhi serangan Ganoderma
Penyebaran penyakit BPB telah dilaporkan berlaku pada tanaman kelapa sawit yang ditanam di semua jenis
tanah, yaitu tanah pantai, pedalaman, dan gambut. Kejadian dilaporkan lebih serius pada tanaman kelapa
sawit yang ditanam di tanah bekas tanaman kelapa sawit dimana tunggul-tunggul dibiarkan tetap berada di
lahan tanpa dilakukannya pembongkaran. Sisa jaringan kelapa sawit tertinggal didalam tanah yang berasal
dari tanaman(Idris dan Ariffin, 2003). Serangan Ganoderma pada kelapa sawit meningkat sejalan dengan
semakin tuanya umur tanaman. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa umurtanaman mempengaruhi
tingkat perkembangan penyakit. Umur tanaman yang semakin dewasa, akan membuat sistem perakarannya
semakin panjang sehingga tingkat probabilitas terjadinya inokulasi dengan inoculum semakin tinggi.Selain
itu kerusakan tanaman akibat serangan patogen akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya daur
pertanaman dalam suatu kebun. Hal ini terjadi karena substrat bagi Ganoderma akan semakin tersedia atau
inoculum semakin tinggi populasinya (Susanto, 2002).
BAB II Tinjauan Pustaka
Pengendalian Ganoderma
Pengendalian penyakit busuk pangkal batang harus dilakukan melalui pendekatan ekologis. Hal ini terbukti
dari perbaikan kesehatan tanah melalui teknik budidaya kelapa sawit dengan menggunakan pupuk organik
dan kimia secara berimbang memperpanjang produktivitas kelapa sawit dan mencegah melemahnya
kekuatan fisik kelapa sawit. Bahkan perbaikan tanah disekitar tanaman yang sakit dapat memulihkan
kembali tanaman tersebut dan dapat kembali memberikan hasil yang diharapkan. Nampaknya perawatan
yang intensif dapat memperpanjang usia ekonomis kelapa sawit yang tadinya terinfeksi. Aplikasi agens
biokontrol seperti Trichoderma, Gliocladium, dan cendawan endofit lainnya juga dapat membantu
menghambat perkembangan penyakit tersebut (Priyatno, 2012). Faktor lainnya adalah semua kondisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan jamur seperti suhu, kelembaban, substrat, pH dan nutrisi makanan dan aspek
lainnya tidak memenuhi, kekurangan salah satu persyaratan ini akan menghalangi pertumbuhan suatu jamur.
Kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan endofit maupun patogen. Mikroorganisme dapat hidup pada
kisaran kelembapan udara 70-90%. Derajat keasaman lingkungan, pH substrat sangat penting untuk
pertumbuhan jamur, karena enzim-enzim tertentu hanya akan menguraikan suatu substrat sesuai dengan
aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya jamur dapat tumbuh pada pH di bawah 7 (Gandjar et al.,2006).
BAB II Tinjauan Pustaka
Potensi cendawan endofit
Salah satu organisme penghasil antibiotik salah satunya adalah cendawan endofit. Cendawan endofit
biasanya terdapat dalam suatu jaringan seperti daun, ranting atau akar tumbuhan. Cendawan ini dapat
menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta
antibiotika. Kelompok endofit mampu memproduksi senyawa antibiotik yang aktif melawan bakteri maupun
jamur. Asosiasi beberapa endofit dengan tumbuhan inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari
beberapa patogen virulen, baik bakteri maupun jamur (Purwanto, 2008). Cendawan endofit hidup berasosiasi
secara simbiosis mutualisme dengan tumbuhan inangnya dan mampu menginfeksi tumbuhan sehat pada
jaringan tertentu tanpamenimbulkan tanda adanya infeksi, kemudian menghasilkan enzim danmetabolit
sekunder yang dapat bermanfaat bagi fisiologi dan ekologi tumbuhan inang, mikotoksin, dan juga antibiotik
yang dimanfaatkan tumbuhan inang untuk melawan penyakit yang ditimbulkan oleh patogen tumbuhan.
Sebaliknya, cendawan endofitdapat memperoleh nutrisi untuk melengkapi siklus hidupnya dari tumbuhan
inangnya (Pratiwi,2014). Pengendalian hayati dengan pemanfaatan mikroorganisme antagonis merupakan
alternatif sebagai pengendalian penyakit tanaman. Pengendalian hayati merupakan perlindungan tanaman
dari patogen termasuk penyebaran mikroorganisme antagonis pada saat setelah atau sebelum terjadinya
infeksi patogen. Introduksi agens hayati antagonis berpotensi mengendalikan patogen tular tanah, yaitu
menekan inokulum, mencegah kolonisasi, melindungi perkecambahan biji dan akar tanaman dari infeksi
patogen. Selain itu secara langsung dapat menghambat patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi
terhadap ruang atau nutrisi, menginduksi proses ketahanan tanaman (Agrios, 2005
Bahan dan alat
BAB III
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit tanaman kelapa
sawit berumur 4 bulan varietas DxP unggul yang berasal dari PT.
Socfindo, isolate cendawan endofit, biakan murni Ganoderma,media Malt
Metode Penelitian
Agar, Potat Dextrose Agar (PDA), Rubber Wood Block (RWB), polibeg
ukuran 10 kg,dan methyl blue.
Dimana:
Yij : Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan jenis jamur
endofit ke-i dan ulangan ke-j.
μ : Nilai tengah umum
Ti : Pengaruh perlakuan ke-i
εij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Ariffin D., Idris AS., dan Singh G. 2000. Status of Ganoderma in oil palm. Di dalam: Flood J,
Bridge PD, Holderners M. (Editor), Ganoderma Disease of Perenial Crops.
Berg G. 2009. Plant-microbe interactions promoting plant growth and health: perspectives for controlled use of microorganisms in
Agriculture.
Breton F, Hasan Y, Hariadi S, Lubis Z, dan De Franqueville H, 2006.Characterization Of Parameters For The Development Of AnEarly
Screening Test For Basal Stem Rot Tolerance In Oil PalmProgenies. Journal Of Oil Palm Research (Special Issue, April2006)
Gandjar I., Samsuridjal W dan Detrasi A. 2006. Mikologi dasar dan terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Ghimire SR dan Hyde KD. 2004. Fungal Endophyte. In. A.Varma, L. Abbott, D.Werner, R.Hampp Eds. Plant Surface Microbiology. Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.
Idris AS danAriffin D. 2003. Ganoderma : Penyakit Reput Pangkal Batang dan
Kawalannya. Unit Pembangunan Pekebun Kecil dan Pemindahan Teknologi, Bahagian Biologi, Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Bangi
Priyatno TP. 2012. Balai besar penelitian dan pengembangan Bioteknologi dan sumberdaya Genetik Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
Purwanto R. 2008. Peranan Mikroorganisme Endofit sebagai PenghasilAntibiotik. www.kabarindonesia.com. Diakses 8 Agustus 2015.
Risanda D. 2008. Pengembangan teknik inokulasi buatan Ganoderma Boninense Pat. Pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.).
Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Daftar Pustaka
Simarmata R. 2007. Isolasi MikrobaEndofitik dari Tanaman Obat Sambung Nyawa GynuraProcumbens) dan Analisis
Potensinya sebagai Antimikroba.
Susanto A. 2002. Kajian pengendalian hayati Ganoderma boninense Pat. Penyebab
Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Susanto A., Prasetyo AE dan Wening S. 2013. Laju Infeksi Ganoderma pada Empat Kelas Tekstur Tanah. Jurnal
Fitopatologi Indonesia.