PENDAHULUAN
Selain itu, beberapa produk pasca panen yang mudah rusak dapat diperkecil
kehilangan pasca panennya dengan cara pemrosesan, seperti misalnya
pengeringan, pembekuan, atau pengalengan. Akan tetapi, umumnya produk hasil
panen buah dan sayur (terutama kubis) mempunyai masa hidup yang relatif
pendek. Oleh karenanya, perlu dilakukan penanganan pasca panen dengan cepat
dan tepat, dan hal ini akan membutuhkan tambahan biaya, yang nantinya tentu
saja mampu meningkatkan nilai jual produk tersebut.
Penyakit yang menyerang hasil panen dari komoditas kubis, tidak hanya
berasal dari patogen biotik melainkan juga dapat disebabkan oleh patogen abiotik,
yaitu salah satunya akibat pengaruh suhu ekstrem. Beberapa produk pasca panen,
khususnya yang berasal dari daerah tropika, sangat peka terhadap pengaruh suhu
simpan. Suhu yang terlalu rendah akan dapat merusak produk pasca panen yang
disimpan.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit pasca panen yang
menyerang komoditas kubis, maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut supaya
dapat membantu dalam meminimalisasi kerugian selama masa penyimpanan
maupun setelah dikeluarkan dari gudang penyimpanan yang disebabkan oleh
infeksi patogen pasca panen tersebut. Berat atau ringannya penyakit dapat
diklasifikasikan dalam tiga kriteria utama, yaitu insidensi penyakit
(diseasesinsident), severitas penyakit (diseasesinsident), dan kehilangan hasil
panen (croploss). Kehilangan hasil panen dapat dilakukan dengan cara mengukur
insidensi penyakit dan intensitas penyakit pada tanaman. Kerugian yang
ditimbulkan dari penyakit pasca panen kubis sangat besar nilainya. Terkadang
serangannya sangat hebat sehingga terjadi gagal panen. Oleh sebab itu, diperlukan
pengetahuan lebih lanjut terkait penyakit - penyakit pasca panen pada kubis
sehingga dapat meminimalkan serangan penyakit dan komoditas tersebut masih
segar saat sampai ke tangan konsumen. Untuk mengetahui tentang penyakit-
penyakit yang biasa menyerang komoditas kubis saat pasca panen akan dibahas
lebih lanjut pada makalah ini.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang menyerang komoditas kubis saat
pasca panen dan solusi untuk mengendalikan penyakit tersebut.
2. PEMBAHASAN
2. Busuk hitam
Penyakit busuk hitam (bahasa Inggris : black rot) atau busuk coklat atau
bakteri hawar daun atau bakteriosis (Djatnika 1993) merupakan penyakit
penting di Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia (Semangun 1989). Di
Indonesia, daerah pencar penyakit ini adalah di Pulau Jawa, Sumatera, dan
Sulawesi. Tanaman kubis dan hampir semua anggota familia Cruciferae dapat
menjadi tumbuhan inang X. campestris pv. campestris (Semangun 1989).
a. Penyebab penyakit
Penyebab penyakit busuk hitam adalah bakteri Xanthomonas
campestris pv. campestris (Pamm.). Pada waktu ini masih lebih banyak
dikenal sebagai Xanthomonas campestris (Pamm.). Dowson (Semangun
1989). Bakteri ini mempunyai banyak sinonim, yaitu Bacillus campestris
Pamm., Pseudomonas campestris (Pamm.) E.F. Sm., Bacterium campestre
(Pamm.) Chester, dan Phytomonas campestris (Pamm.) Bergey et al.
Bakteri ini berbentuk batang, berukuran (0,7-3,0) m x (0,4-0,5) m,
membentuk rantai, berkapsula, tidak berspora, dan bergerak dengan satu
flagelum polar.
b. Daur hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
Menurut Semangun (1989), bakteri ini mempertahankan diri dari
musim ke musim pada biji-biji kubis, dalam tanah, pada tumbuhan inang
lain, atau dalam sisa-sisa tanaman sakit. Bakteri ini masuk ke dalam
tanaman kubis melalui pori air (hidatoda, emisaria) yang terdapat pada
ujung-ujung berkas pembuluh di tepi-tepi daun. Bakteri ini terbawa masuk
bersama-sama air gutasi yang terisap kembali ke dalam pembuluh melalui
piri air pada pagi hari. Infeksi melalui mulut kulit jarang terjadi.
c. Gejala penyakit dan akibat serangan
Menurut Semangun (1989), gejala serangan X. campestris pv.
campestris pada tanaman kubis adalah mula-mula terdapat daerah-daerah
yang berwarna kuning dan pucat di tepi-tepi daun, kemudian meluas ke
7
bagian tengah. Di daerah ini tulang-tulang daun berwarna coklat tua atau
hitam. Pada tanaman kubis dewasa, gejala khas yang terserang X.
campestris pv. campestris ialah adanya bercak kuning yang menyerupai
huruf V di sepanjang pinggir daun mengarah ke tengah daun (Djatnika
1993). Pada serangan yang berat, seluruh daun menguning dan mudah luruh
(gugur) sebelum waktunya (Gambar 2).
d. Pengendalian
8
3. KESIMPULAN
3.1 Kesimupulan
10
3.2 Saran
1. Menjaga kondisi tanaman tetap sehat, dapat mengaplikasikan PGPR
sebelum tanam agar terbentuk sistem ketahanan tanaman terhadap berbagai
macam patogen yang menyerang.
2. Menjaga kelembapan tanaman baik dilahan pertanian maupun
lingkungan di gudang penyimpanan.
3. Perlunya sanitasi alat pertanian dan alat pengangkutan yang digunakan
agar patogen yang menyerang tidak mudah menyebar.
4. Diusahakan ketika proses panen menghindari luka pada kubis untuk
mencegah patogen melakukan penetrasi ke dalam jaringan tanaman kubis.
DAFTAR PUSTAKA
Addy, H.S. 2007. Pengaruh sumber mineral terhadap penekanan Erwinia
carotovora oleh pseudomonas pendar-fluor secara in vitro. J. Hama dan
Penyakit Tumbuhan Troprika 7(2):117-124.
Agrios, G. W. 2005. Plant Pathology Fourth Edition. New York: Academik Press.
11