3
5. Penyakit Bakteri Bergaris
(Xanthomonas campestris pv.orizae (=xanthomonas oryzae)
a. Gejala serangan
Penyakit hawar daun disebabkan oleh bakteri yang terdapat disawah setiap waktu.
Bakteri tersebut menginfeksi tanaman melalui luka atau bagian lain yang terbuka,
kemudian tumbuh didalam system jaringan pengangkutan tanaman yang mirip pembuluh
darah manusia. Pertumbuhan bakteri menyumbat saluran tersebut sehingga air dan zat
makanan tidak dapat masuk kedalamatau keluar dari ujung daun. Hal ini menyebab kan
gejala kekuningan, layu dan mati pada ujung daun.
Pada persemaian gejala tersebut menyebabkan daun menjadi kuning, kering dan
mati.bentuk gejala bakteri ini disebut “kresek”. Penyakit ini dapat merusak semua
tanaman yang telah datanam di sawah. Seluruh daun muda akan tampak menguning dan
mengering dapat disangka sebagai kerusakan karena serangan sundep atau penggerek
batang.
Pada tanaman tua, bagian tepi ujung daun menjadi kuning dan menguningnya jaringan
tersebut meluas kedaun bagian bawah bagian bawah. Akhir nya ujung daun menjadi
kering dan berwarna putih. Gejala kuning tersebut pertama terjadi sekitar fase bunting
sampai malai keluar. Suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan yang tinggi
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bakteri hawar daun.
b. Pencegahan.
Cara pengendalian penyakit bakteri hawar daun yang paling praktis hanya lah dengan
menanam varietas tahan. Tangapan varietas berubah dalam waktu tertentu karena
bakteri juga berubah. Varietas yang sangat tahan terhadap terhadap bakteri hawar
daun akhirnya akan terserang berat bila digunakan dalam beberapa tahun. Ini adalah
suatu cirri bahwa setiap jasad hidup beradaptasi secara turun-temurun terhadap
lingkungannya.
Hal ini menyadarkan pada kita untuk melakukan pemantauan guna mengamati
4
perubahan ketahanan varietas dari musim ke musim.
Sanitasi dan benih yang bersih dapat mengurangi sumber infeksi bakteri ini dilapangan.
Jerami-jerami tua yang terinfeksi dibakar, dibersihkan atau dibenam dalam tanah.
Setelah angin topan dan hujan akan terlihat penyakit kresek yang banyak. Hujan dan
angin dapat melukai tanaman dan bakteri penggerak disekitar akan menyerang
tanaman. Tiga atau empat hari setelah angin atau hujan, penyakit itu akan mulai
terlihat dilapanganapabila sedang terjadi infeksi.
6. Virus Tungro
a. Gejala serangan
Virus tungro dapat ditularkan dari tanaman satu ketanaman yang lain, dan dari suatu
lahan kelahan lainnya oleh wereng hijau, yang disebut sebagai “vector”. Wereng hijau
dapat memperoleh virus hanya dari tunbuhan yang terinfeksi virus, dan harus makan
untuk waktu yang pendek sekitar 30 menit sebelum WH dapat menularkan pada
tanaman yang lain.
WH hanya dapat menularkan virus pada tanaman lain hanya setelah ia mengandung
virus tersebut, dan makan pada tanaman yang hendak ditularkan. Apabila WH dalam
fase nimfa, mereka mengandung virus, kemudian setelah nimfa berganti kulit
(menjadi fase yang lebih besar) nimfa tidak lagi mengandung virus tersebut karena
virus tersebut hilang pada saat nimfa berganti kulit. Nimfa bekerja seakan sebagai
suntikan yang menyuntikan virus dari tanaman ke tanaman yang lain.
Setelah menyuntikan partikel virus tongro, virus memerlukanwaktu 2 minggu untuk
bertambah hingga mencapai jumlah yang cukupuntuk menyebabkan gejala.watu yang
diperlukan dari saat infeksi sampai menunjukan gejala tergantung ketahanan dan
umur tanaman. Semakintua tanaman seamkin kurang kepekaannya terhadap virus.
Pada kenyataannya bila tanaman terinfeksi setelah membentuk anakan maksimum,
hampir tidak ada pengaruh terhadap tanaman. Dengan adanya tenggang waktu
menyebabkan kita tak mampu melihat bahwa sebenarnya tanaman telah terinfeksi,
5
disebabkan karena gejalanya belum nampak.
Virus menyebabkan tanaman menjadi kuning. Biasanya hanya satu tanaman sampai
beberapa dari satu rumpun terinfeksi sehingga pada rumpun tanaman terlihat
kombinasi warna hijau dan kuning.warna kuning mulai dari ujung meluas kebawah.
Bila infeksi awal dan berat berlangsung tumbuhan akan terlihat sangat kerdil, dengan
sedikit anakan dan mungkin tidak menghasilkan malai.
Virus tinggal disinggang tanaman sampai setelah panen. Singgang merupakan satu
tempat penting dari virus untuk dapat bertahan di suatu daerah. Pertumbuhan
kembali singgang memberikan habitat terbaik bagi tumbuhan tungro. Dari tempat
tersebut vector dapat menularkankelahan tanaman baru dan menyebabkan infeksi.
b. Pencegahan.
Tungro merupakan penyakit sporadic pada padi. Tungro jarang bertahan di suatu
lahan secara terus menerus. Dinamika infeksi tungra tidak diketahui dengan baik. Ada
banyak cara untuk mengurangi kemunculan virus.
Pertama, dengan menggunakan varietas tahan terhadap tungro diwilayah tertentu.
Cara ini memerlukan pemantauan dan pengujian varietas. Bila tungro umum disuatu
daerah, strategi tersebut merupekan strategi yang terbaik dan sangat ekonomis.
Kedua, mengandalikan vector nya, yaitu wereng hijau. Bila virus tungro sangat umum,
cara pengendalian vector ini sangat penting. Ambang pengendalian memang sangat
rendah, tapi diperlukan hanya sampai tanaman berumur 30 – 40 hari setelah tanam.
Ketiga, sanitasi sangat diperlukan disetiap tempat. Setelah panen, sisa tunggul
tanaman harus dibersihkan tanaman perlu dibersihkan dari sawah dengan cara
membajak, membakar atau memindahkan ketempat lain. Sebab tempat-tenpat ini
menjadi sumber utama virus tungro.
7. Virus Hampa dan Kerdil Rumput
a. Gejala serangan
Virus kerdil hampa mudah dikenal oleh adanya daun yang memutar tepi daun yang
6
tak teratur, serta tanaman kerdil. Virus kerdil rumput juga mudah dikenal karena
sangat kerdil, perkembangan daun kaku dan sempit, pembentukan ankanyang
berlebihan, dan adanya bercak coklat dan merah pada daun. Penyakit ini tidak akan
terjadi kecuali bila terdapat banyak wereng coklat, sehingga adanya wereng coklat
juga merupakan bukti.
Virus kenyataannya ditemukan pada wereng batang dan tanaman. virus dihisap dari
tanaman yang terinfeksi oleh wereng batang. Kemudian virus berkembang biak dalam
tubuh wereng batang.ini berarti bahwa begitu virus ada didalam wereng, untuk
selanjutnya wereng akan selalu dapat menginfeksi tanaman dengan virus.
b. Pencegahan.
Virus kerdil hampa dan kerdil rumput dapat dicegah dengan mudah dengan tidak
membuat terjadi nya ledakan wereng batang coklat. Letusan dapat disebabkan oleh
perusakan populasi musuh alami ketika pestisida digunakan. Anda supaya melihat
kembali bagian wereng batang coklat dengan musuh alami. Supaya pestisida hanya
digunakan bila memang sangat diperlukan.
Untuk pengendalian hama disamping telah dijelaskan diatas pengendalian dilakukan
dengan beberapa cara seperti penggunaan varietas tahan, pergiliran varietas antar
musim, pergilran varietas dalam satu musim, untuk menjaga keorganikan produk
hindari penggunaan pestisida kimia sintetis
C. RANGKUMAN
1. Jenis- jenis penyakit penting pada tanaman padi
a. Hawar daun bakteri ( Xanthomonas campestris pv. oryzae)
b. Bakteri daun bergaris (X.c. pv. oryzicola)
c. Blas (Pyricularia grisea)
d. Hawar pelepah daun (Rhizoctonia solani/Thanatephorus cucumeris )
e. Busuk batang (Sclerotium oryzae, Magnoporthe salvii, Helminthosporium sigmoideum)
f. Busuk pelepah daun bendera (Sarocladium oryzae)
7
g. Hawar daun jingga
h. Tungro (Virus)
i. Kerdil rumput (Virus)
j. Kerdil hampa (Virus)
2. Gejala serangan,Bioekologi dan pengendaliannya
a. HAWAR DAUN BAKTERI
(Xanthomonas campestris pv. Oryzae)
1). Gejala serangan;
Pada tepi daun terjadi bercak kuning sampai putih, diawali dgn terbentuknya
garis lebam berair. Bercak bisa mulai dari salah satu atau kedua tepi daun yg rusak
dan berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun.
2). Bioekologi
Bakteri masuk melalui kerusakan mekanik atau melalui lubang alami.
Infeksi terbatas pada helaian daun
Hujan dan angin membantu penye baran penyakit.
Stadia tanaman yg rentan adlh fase anakan sampai pematangan.
Pada serangan berat kehilangan hasil mencapai 30%.
3). Pengendalian
Sanitasi : bersihkan tunggul terinfeksi
Gunakan dosis N sesuai anjuran
Kompos jerami pastikan sudah matang
Atur jarak tanam
Berakan tanah setelah panen
b. HAWAR PELEPAH DAUN
(Rhizoctonia solani/Thanatephorus cucumeris)
1). Bio ekologi
Infeksi terjadi secara periodik/ hanya pada waktu tertentu saja, misalnya :
8
Ketika suhu udara dan kelembaban tinggi,
Pemberian pupuk N melebihi dosis anjuran
2). Pengendalian
Kultur teknis :
tanaman jangan terlalu rapat
ketika anakan maksimum, sawah di keringkan
bajak yang dalam agar sisa tanaman terkubur
rotasi tanaman dengan kacang-kacangan
Sanitasi :
gulma dan tanaman sakit dimusnahkan
Kimiawi :
gunakan fungisida : heksakonazol (Anvil), karbendazim (Derosal, Delsene),
belerang (Kumulus), difenoconozal (Score), dll.
c. BUSUK BATANG (Sclerotium oryze, Magnaporthe salvini,
Helminthosporium sigmoideum
1). Gejala serangan:
Awalnya berupa bercak kehitam-hitaman
Bentuknya tdk teratur pd sisi luar pelepah daun dan secara bertahap
membesar.
Akhirnya, cendawan menembus batang padi, anakan mati dan selanjutnya
tanaman rebah.
2). Eko biologi
Awalnya berupa bercak kehitam-hitaman
Bentuknya tdk teratur pd sisi luar pelepah daun dan secara bertahap
membesar.
Akhirnya, cendawan menembus batang padi, anakan mati dan
selanjutnya tanaman rebah.
9
3). Pengendaliaanya
Sanitasi :
Tunggul padi sesudah panen dibakar atau didekomposisi.
Kultur teknis :
- Keringkan lahan, biarkan sampai retak baru diairi.
- Aplikasi pupuk berimbang.
- Pemberian pupuk K cenderung menekan serangan patogen.
Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan
Kimiawi : fungisida dengan bahan aktif belerang (Kumulus) dan difenokonazol
(Score)
c. Tungro
Virus tungro ditularkan oleh Wereng hijau (Nephotettix virescens)
1). Gejala Serangan
Terjadi bercak pada daun, buku, leher malai, bulir bahkan pelepah daun.
Bercak berbentuk belah ketupat, tengahnya berwarna abu-abu dan tepinya
coklat.
Tangkai malai jg dpt terserang dan menyebabkan malai hampa.
2). Eko Biologi
Serangga penular dapat mengandung virus sekitar 5 – 6 hari.
Penularan yang intensif oleh nympha.
Penularan meningkat pada suhu 10 – 300C dan turun pada suhu 310C - 380C
Penularan lebih mudah pada tanaman muda daripada tanaman tua.
3). Penyebaran tungro bergantung pada :
Serangga penular
Varietas padi
Faktor lingkungan
10
2.Gejala serangan
a. HAWAR DAUN BAKTERI
(Xanthomonas campestris pv. Oryzae)
Gejala serangan;
Pada tepi daun terjadi bercak kuning sampai putih, diawali dgn terbentuknya garis lebam
berair. Bercak bisa mulai dari salah satu atau kedua tepi daun yg rusak dan berkembang
hingga menutupi seluruh helaian daun.
Pengendalian:
Sanitasi : bersihkan tunggul terinfeksi
Gunakan dosis N sesuai anjuran
Kompos jerami pastikan sudah matang
Atur jarak tanam
Berakan tanah setelah panen
b. HAWAR PELEPAH DAUN
(Rhizoctonia solani/Thanatephorus cucumeris)
Gejala serangan:
Infeksi terjadi secara periodik/ hanya pada waktu tertentu saja, misalnya :
Ketika suhu udara dan kelembaban tinggi,
Pemberian pupuk N melebihi dosis anjuran
Pengendalian:
Kultur teknis :
tanaman jangan terlalu rapat
ketika anakan maksimum, sawah di keringkan
bajak yang dalam agar sisa tanaman terkubur
rotasi tanaman dengan kacang-kacangan Sanitasi
gulma dan tanaman sakit dimusnahkan
11
Kimiawi :
gunakan fungisida : heksakonazol (Anvil), karbendazim (Derosal, Delsene), belerang
(Kumulus), difenoconozal (Score), dll.
c. BUSUK BATANG (Sclerotium oryze, Magnaporthe salvini, Helminthosporium
sigmoideum
Gejala serangan:
Awalnya berupa bercak kehitam-hitaman
Bentuknya tdk teratur pd sisi luar pelepah daun dan secara bertahap membesar.
Akhirnya, cendawan menembus batang padi, anakan mati dan selanjutnya tanaman
rebah.
Pengendaliaanya:
Sanitasi :
Tunggul padi sesudah panen dibakar atau didekomposisi.
Kultur teknis :
o Keringkan lahan, biarkan sampai retak baru diairi
o Aplikasi pupuk berimbang.
o Pemberian pupuk K cenderung menekan serangan patogen.
Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan
Kimiawi : fungisida dgn bahan aktif belerang (Kumulus) dan difenokonazol (Score)
d. Tungro
Virus tungro ditularkan oleh Wereng hijau (Nephotettix virescens)
Gejala:
Terjadi bercak pada daun, buku, leher malai, bulir bahkan pelepah daun.
Bercak berbentuk belah ketupat, tengahnya berwarna abu-abu dan tepinya coklat.
Tangkai malai jg dpt terserang dan menyebabkan malai hampa.
12
Penyebaran tungro bergantung pada :
Serangga penular
Varietas padi
Faktor lingkungan
F. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2008. Masalah Lapang Hama, Penyakit, Hara pada Padi. Puslitbang Tanaman Pangan,
Kementrian Pertanian RI. Bogor.
2. Novizan, 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta.
3. Nur Tjahjadi, 1996. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
4. Sudarmo Subiyakto, 1990. Pestisida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
5. Suprihatno Bambang, dkk, 2010. Diskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Padi . Kementrian
Pertanian. Sukamandi Jawa Barat.
13