Anda di halaman 1dari 20

BUKU SAKU HAMA DAN

PENYAKIT TANAMAN
HORTIKULTURA

DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN


PROVINSI KALIMANTAN UTARA
PENDAHULUAN
Tanaman hortikultura merupakan tanaman
yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Dalam budidaya tanaman hortikultura yang
menjadi kendala penting adalah adanya
serangan organisme pengganggu tanaman
yaitu serangan hama dan penyakit. Hama yang
menyerang tanaman sayuran dalam
pembudidayaannya dapat berupa serangga
atau hewan lain.
Kendala utama budidaya tanaman
hortikultura adalah kurang tersedianya benih
bermutu, kesuburan tanah yang semakin
menurun, dan ancaman serangan hama dan
penyakit. Kehilangan hasil panen tanaman
hortikultura yang diakibatkan serangan hama
berkisar antara 46 sampai 100% atau gagal
panen. Karena ketakutan petani terhadap
serangan hama dan penyakit, petani
hortikultura sangat menggantungkan diri pada
penggunaan insektisida dan fungisida.
Hama dan Penyakit adalah organisme
pengganggu tanaman yang menjadi salah satu
faktor penyebab rusaknya pertumbuhan dan
produksi tanaman. Bahkan, dapat
menyebabkan kematian bagi tanaman
sehingga menimbulkan kerugian yang besar
bagi petani.
ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN CABAI
A. Layu Fusarium (Fusarium
oxysporum f.sp)

Daun yang terserang mengalami kelayuan


mulai dari bagian bawah, menguning dan
menjalar ke atas ke ranting muda. Bila infeksi
berkembang tanaman menjadi layu. Warna
jaringan akar dan batang menjadi coklat.
Tempat luka infeksi tertutup hifa putih seperti
kapas. Bila serangan terjadi pada saat
pertumbuhan tanaman maksimum, maka
tanaman masih dapat menghasilkan buah.

Namun bila serangan sudah sampai pada batang, maka buah kecil akan
gugur. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida serta lahan tanaman yang terserang harus ditaburi dengan
kapur dan tidak boleh ditanami dengan tanaman yang dapat menjadi
inang Pseudomonas selama dua tahun, karena bakteri ini dapat
bertahan selama dua tahun dalam tanah.

B. Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Collectrotichum


gloeospoiroides)
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak
mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan
coklat. Warna hitam merupakan struktur dari cendawan (mikro skelerotia
dan aservulus), apabila kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan
berwarna orange atau merah muda. Dalam waktu yang tidak lama buah
akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk, ledakan
penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Serangan yang berat
menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering.
Pengendalian:
*Mengatur jarak tanam
*Melakukan pemangkasan
secara teratur,
*Merendam benih dgn air
hangat (suhu 55 °C)
*Aplikasi fungisida sistemik
secara teratur
C. Penyakit Virus kuning (Gemini Virus)

Helai daun mengalami vein clearing dimulai


dari daun pucuk berkembang menjadi
warna kuning jelas, tulang daun menebal
dan daun menggulung ke atas. Infeksi
lanjut dari gemini virus menyebabkan daun
mengecil dan berwarna kuning terang,
tanaman kerdil dan tidak berbuah.
Pengendalian pada virus ini dapat dilakukan dengan:
• pemilihan varietas tahan atau toleran terhadap virus kuning dan
vektor pembawanya yaitu kutu kebul
• Sebelum melakukan persemaian, tempat pesemaian disterilkan
dengan cara disemprot dengan insektisida dan lokasi persemaian
agak jauh dari lahan yang terserang penyakit.
• Memasang perangkap kuning untuk memantau Bemisia tabaci
sampai populasi nol

D. Penyakit bercak daun (Cercospora sp.)


Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada daun, batang dan akar.
Gejala serangan penyakit ini mulai terlihat dari munculnya bercak bulat
berwarna coklat pada daun dan kering, ukuran bercak bisa mencapai
sekitar 1 inci. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna
tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang.
Bercak daun mampu menimbulkan kerugian ekonomi yang besar pada
budidaya cabai, daun yang terserang akan layu dan rontok. Serangan
berat meyebabkan tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya,
kondisi ini akan mempengaruhi kemampuan cabai dalam menghasilkan
buah.
Pengendalian yaitu:
• menghilangkan atau memotong bagian
pohon yang sudah terinfeksi.
• menanam bibit yang bebas penyakit pada
lahan yang tidak terkontaminasi penyakit.
• menyemprotkan fungisida.
E. Thrips (Thrips parvispinus Karny)
(Thripidae:Thysanoptera)
Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan
permukaan bawah daun. Serangan ditandai dengan adanya bercak
keperak-perakkan. Daun yang terserang berubah warna menjadi
coklat tembaga, mengeriting atau keriput dan akhirnya mati. Pada
serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk menggulung
ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor, pertumbuhan tanaman
terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati. Hama ini
merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting.
Pengendaliannya yaitu:
• Menggunakan tanaman perangkap seperti
kenikir kuning
• Menggunakan mulsa perak
• melakukan pergiliran tanaman atau
mengosongkan areal penanaman lebih
kurang satu bulan untuk memutus siklus
hama
• menyemprotkan insektisida secara teratur.

F. Lalat Buah (Bactrocera sp.)


Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang masih muda
maupun buah yang sudah matang. Buah yang terserang akan
membusuk dan kemudian jatuh ke tanah. Gejala awal terlihat dari
adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada pangkal
buah muncul karena aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan
telurnya pada buah cabai. Telur tersebut akan menetas dan berkembang
di dalam buah cabai. Larva yang terdapat di dalam buah menimbulkan
kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna kuning pucat dan layu.

Pengendalian yaitu
• Pemasangan mulsa plastik dapat menekan larva
berubah menjadi pupa dan akhirnya mengurangi
populasi serangga dewasa.
• Menggunakan perangkap lem kuning atau lem
tikus bening yang dicampur dengan sedikit metyl
eugenol untuk menangkap lalat buah dewasa.
• Memanfaatkan musuh alami baik parasitoid,
predator atau patogen
.
ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN TOMAT
A. Penyakit Busuk Daun)
Gejalanya adalah bercak basah berwarna abu-
abu dengan bentuk yang tidak beraturan. Bercak
berkembang cepat pada keadaan lembab, dan
kapang putih nampak pada pinggiran.
Perkembangan penyakit dipacu oleh kondisi
yang basah dan dingin dan biasanya terjadi di
dataran tinggi.
Pengendaliannya yaitu:
• Menggunakan plastik mulsa,
• menjaga kebersihan lahan dengan membuang serta memusnahkan
buah yang terserang penyakit.
• Serta melakukan penyemprotan fungisida untuk mencegah munculnya
hama penyakit.
• menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil

B. Penyakit Bercak Kering Alternaria


Penyakit ini disebabkan oleh patogen cendawan
Alternaria solani. Patogen ini dapat menyerang
bibit dan tanaman muda. Pada bibit, bercak gelap
terbentuk pada daun hipokotil, batang dan daun.
Hipokotil dapat mati dan batang yang terserang
akan terkulai. Pada tanaman yang dewasa, gejala
serangannya berupa bercak cokelat dengan garis-
garis yang melingkar berwarna lebih gelap. Bercak
pada batang dan tangkai tanaman tampak lonjong
memanjang dan membesar, yang dikenal dengan
nama “busuk leher”. Buah yang terserang penyakit
ini menunjukkan gejala permukaan buah menjadi
sedikit kentot dan pecah-pecah serta ukurannya
dapat bertambah besar.
Pengendalian yaitu
• Melakukan rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit
• Pada musim hujan, bedengan dibuat lebih tinggi agar tanaman tomat
tidak tergenang air saat hujan turun
• Tanaman yang terinfeksi dicabut dan dimusnahkan dengan cara dibakar.
• Jarak tanam tidak terlalu rapat, terutama pada musim hujan
• Dimusim hujan sebaiknya menggunakan mulsa plastik untuk menjaga
kelembaban tanah tetap stabil
• Penyemprotan fungisida bahan aktif mancozeb, propineb, karbendazim,
C. Penyakit Layu Fusarium

Penyebab penyakit ini adalah bakteri.


Gejala serangan ditandai dengan tanaman
layu secara tiba-tiba pada sebagian
daunnya yang berlanjut ke seluruh daun,
lalu mengering, dan akhirnya mati. Bila
pangkal batang dibelah akan terlihat warna
pembuluh yang menjadi kecoklat-coklatan
karena terserang cendawan.
Pengendalian:
• Sanitasi kebun untuk menjaga kelembaban areal pertanaman.
• Penyiangan secara rutin terhadap gulma atau tanaman penggangu.
• menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif benomil, metalaksil
• Pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pada pH mendekati
normal, cendawan tidak begitu aktif menyerang.
• Pengolahan lahan dengan pencangkulan dan pembalikan tanah, agar
bibit penyakit terkena sinar matahari.

D. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)


Ngengat berwarna agak gelap dengan
garis putih pada sayap depannya.
Telurnya berwarna putih. Gejala serangan:
Pada daun yang terserang oleh larva yang
masih kecil terdapat sisa-sisa epidermis
bagian atas dan tulang-tulang daun saja.
Larva yang sudah besar merusak tulang
daun. Gejala serangan pada buah
ditandai dengan timbulnya lubang tidak
beraturan pada buah tomat.
Pengendalian:
• melakukan pemangkasan daun yang terserang
• melakukan penyemprotan dengan insektisida sesuai dengan
dosis.
• Sanitasi lahan dari gulma dan pengolahan tanah yang
intensif.
• Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat di
tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu
E. Lalat Pengorok Daun
(Liriomyza huidobrensis
Blanchard)

Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar


2 mm. Larva merusak tanaman dengan cara mengorok
daun, sedangkan serangga dewasa merusak tanaman
dengan cara tusukan ovipositor pada saat oviposisi
dan dengan menusuk dan menghisap cairan tanaman.
Hal tersebut menganggu proses fotosintesis tanaman
dan dapat menimbulkan kematian atau gugur daun
sebelum waktunya
ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN BAWANG MERAH
A. Ulat bawang

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh ulat bawang


ditandai oleh adanya lubang-lubang pada daun mulai dari
tepi daun permukaan atas atau bawah. Tanaman inang
antaranya lain asparagus, kacang-kacangan, bit, bawang
putih, bawang merah, cabai, kentang, lobak, bayam dan
tomat.
Pengendalian:
• mengumpulkan kelompok telur dan ulat
bawang (nguler) lalu dibakar atau
dimusnahkan.
• Penggunaan lampu perangkap/light trap.
• Pengendalian secara kimiawi dilakukan
dengan insektisida.
• Pengendalian kultur teknis meliputi
sanitasi, pengolahan tanah, pengelolaan
air, pengaturan jarak tanam.

B. Orong orong

Umumnya menyerang tanaman


bawang merah pada penanaman
kedua dan tanaman muda (1-2
minggu masa tanam). Gejala
serangan ditandai dengan
layunya tanaman, karena akar
tanaman rusak.

Pengendalian:
• Penggunaan pupuk kandang yang telah matang dan menjaga
kebersihan lahan (sanitasi) lahan pertanaman dari gulma.
• Pemasangan umpan beracun yang diformulasikan dari 10kg dedak
dicampur dengan 10 ml insektisida yang dianjurkan. Formulasi
disebar pada bedengan pertanaman bawang merah pada waktu
sore hari.
C. Thrips (Thrips tabaci)

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh ulat bawang Gejala yang


ditimbulkan adalah daun mula-mula bernoda putih mengkilat seperti
perak, kemudian menjadi kecoklat-coklatan dengan bintik hitam.
Biasanya serangan akan hebat apabila hujan rintik-rintik dan suhu di
atas normal dengan kelembaban di atas 70 persen. Pada musim
hujan lebat atau suhu yang dingin sekali, hama ini akan musnah
dengan sendirinya. Tanaman bawang yang terserang berat, seluruh
daun memperlihatkan warna putih, sehingga hama ini sering disebut
hama putih. Tanaman bawang yang terserang akan menyebabkan
umbi yang kecil dengan kualitas rendah.

Pengendalian:
• Penggunaan plastik mulsa perak (dataran tinggi)
dapat memantulkan cahaya matahari,dapat
menghalau lalat thrips
• Pengunaan mulsa jerami yang sudah kering pada
musim kemarau
• Penggunaan musuh alami: Beauveria bassian,
Metharhizum anisopliae, Laccanicillium lecanii
• penyemprotan dilakukan secara rutin mulai tanaman
1 bulan dengan interval 1 minngu sekali
D. Penggorok daun (Liriomyza
chinensis)

Serangga dewasa berupa lalat kecil


berukuran sekitar 2 mm Larva merusak
tanaman dengan cara mengorok daun,
sedangkan serangga dewasa merusak
tanaman dengan cara menusuk dan
mengisap cairan daun Gejala serangan
ditandai adanya bintik-bintik putih dan alur
korokan pada daun
Pengendalian:
• Penggunaan plastik mulsa perak (dataran tinggi) dapat
memantulkan cahaya matahari dan dapat menghalau lalat pengorok
daun.
• Konservasi musuh alami dengan penanaman refugia
• Pengunaan perangkap lampu 40 buah per ha dipasang sejak pukul
18,00 - 24.00
• Kain perangkap yang terlebih dahulu dicelupkan kedalam larutan
perekat, kemudian dibentangkan dibeberapa bedengan dengan
menggunakan tiang bambu ( ketinggian kain kurang lebih 0,6 meter
dari permukaan bedengan )

B. Penggorok daun (Liriomyza chinensis)


Pengendalian:
• Penggunaan pupuk kandang yang telah matang dan
menjaga kebersihan lahan (sanitasi) lahan pertanaman dari
gulma.
• Pemasangan umpan beracun yang diformulasikan dari
10kg dedak dicampur dengan 10 ml insektisida yang
dianjurkan. Formulasi disebar pada bedengan pertanaman
bawang merah pada waktu sore hari.
ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN SEMANGKA
A. Penyakit Bercak Daun

Penyebabnya adalah dari jamur dan bakteri patogen yang


menyerang daun tanaman akibat dari kelembaban lingkungan
yang tinggi.
Gejala yang tampak pada penyakit bercak daun yakni daun
semangka akan memiliki bercak baik warna kuning atau hitam.
Lama-kelamaan bercak tersebut akan meluas dan mematikan
daun tanaman semangka. Hal ini berakibat pada berkurangnya
fotosintesis tanaman akibat banyak klorofil daun yang rusak

Pengendalian:
• Menggilir masa tanam dan menjaga masa tanam dan
menjaga kondisi lingkungan
• Sebelum penanaman melakukan perendaman benih
dengan fungisida.
• Menanam semangka pada lokasi baru
• Melakukan penyemprotan fungisida dengan berskala.
B. Penyakit Antranoksa

Penyakit antraknosa juga merupakan penyakit tanaman


semangka yang aktif menyerang di musim penghujan
karena penyebabnya ialah cendawan (jamur) patogen.
Ciri khasnya yakni bercak kehitaman pada daun atau lesi
busuk pada buah dengan bentuk melingkar mirip sarang
laba-laba. Antraknosa akan mudah menyebar melalui
percikan air hujan sehingga penyakit ini menjadi momok
bagi petani semangka di musim hujan.

Pengendalian:
• Melakukan sanitasu kebun dan lahan.
• Mekaukan penyemprotan dengan fungsida
B. Kutu Daun

serangga kecil ukurannya berkisar 0,5 hingga 2 mm dan.


Mereka menggunakan bagian mulutnya yang panjang
untuk menembus jaringan tanaman yang lunak dan
menghisap cairan. Dalam jumlah kecil hingga sedang tidak
akan merusak tanaman. Setelah serbuan awal pada akhir
musim semi atau awal musim panas, populasi kutu daun
biasanya berkurang secara alami karena ada musuh-
musuh alamiah. Beberapa spesiesnya membawa virus-
virus tanaman yang dapat menyebabkan perkembangan
penyakit lain.

Pengendalian:

• Membersihkan tanaman yang terserang hama


• Melakukan saninatsi secara teratur.
• Melakukan penyemprotan pestisida dengan baik
C. Watermelon virus (WMV)

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh


Aphids dan Thrips. Gejala penyakit ini adalah daun
melepuh, belang-belang, berubah bentuk, dan mengerut.
Tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhannya terganggu
dan terdapat rekahan membujur pada batang.
Pengendaliannya adalah dengan memusnahkan tanaman
yang terinfeksi dengan cara dicabut dan dibakar, merotasi
tanaman, menjaga sanitasi kebun,), dan mengendalikan
hama Aphids dan Thrips.

Pengendalian:

• Memusnahkan tanaman terinfeksi


• Menjaga sanitasi kebun
• Menerapkan penggunaan mulsa plastik hitam perak
(MPHP)
• Melakukan rotasi tanaman
• Mengendalikan aphids dan thrips sebagai vektornya
dengan penyemprotan insektisida .
D. Thrips

Hama berukuran kecil ramping, warna kuning pucat


kehitaman, mempunyai sungut badan Beruas-ruas. Hama
ini juga sebagai vektor virus. Cara penularan, hama
mengembara di malam hari, menetap dan berkembang
biak.
Gejala serangan: daun-daun muda atau tunas-tunas baru
menjadi keriting. Tanaman keriting dan kerdil (yang
kemungkinan disebabkan virus) serta tidak dapat
membentuk buah secara normal.

Pengendalian:

• Menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman


basah dan merata
• Musnahkan tanaman yang terserang hama dengan
cabut tanaman dan bakar.

Anda mungkin juga menyukai