ZAIDUL KHAER
NIM : C1L 017 063
Ada empat faktor utama yang memungkinkan hama dan penyakit dapat berkembang
dengan baik, yaitu adanya tanaman inang (tanaman hutan) yang rentan dalam jumlah cukup,
adanya hama dan patogen yang ganas, kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
hama dan penyakit tersebut, dan manusia yang ikut mendukung timbul atau tidaknya suatu
hama-penyakit. Hama-penyakit menyerang tanaman hutan mulai dari biji, bibit di
persemaian, tanaman muda di lapangan, tegakan siap tebang, sampai pada hasil hutan yang
berada dipenyimpanan.
Penyebab penyakit karat tumor pada sengon ialah jenis fungi Uromycladium
tepperianum (Sacc.) McAlpine. Jenis fungi karat umumnya masuk dalam divisi
Basidiomycotina, kelas Urediniomycetes, ordo Uredinales, famili Pileolariaceae. Seperti
patogen karat yang lain maka Uromycladium juga bersifat parasit obligat yang hanya
dapat hidup apabila memarasit jaringan hidup. Pada U. tepperianum, spora yang
memegang peran penting dalam pembiakan dan pemencarannya adalah teliospora yang
dibentuk dalam jumlah besar. Penularan penyakit dapat terjadi melalui penyebaran
teliospora dengan bantuan air (embun), angin, serangga dan manusia.
Setelah tujuh hari inokulasi, hifa vegetatif karat tumor ini berkembang menjadi
piknia sebagai pustul coklat yang memecah epidermis. Infeksi dapat terjadi pada biji,
semai maupun tanaman dewasa di lapangan. Semua bagian tanaman meliputi pucuk
daun, daun, tangkai daun, cabang, batang, bunga dan biji dapat terinfeksi oleh fungi
patogen tersebut. Pada semai sengon, batanglah yang merupakan bagian tanaman yang
paling rentan terhadap serangan fungi karat.
1. Setiap tanaman (pohon uji) dibersihkan dari karat tumor dengan cara pemangkasan
(wiwil),
2. Karat tumor dikumpulkan dan dimasukkan dalam lubang kemudian lubang ditutup.
3. Pemberian perlakuan di atas dengan cara melabur pada seluruh permukaan batang
utama dan penyemprotan pada seluruh permukaan pohon.
4. Perlakuan dilakukan setiap dua minggu sekali, penghitungan jumlah karat tumor
pada setiap pohon dilakukan satu bulan sekali.
2. Bercak daun
Ciri dan gejala penyakit daun (bercak daun) pada umumnya sama pada setiap
tanaman yaitu terbentuknya daerah yang mati pada daun (nekrosis). Luas daerah nekrosis
bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar, dengan bentuk dari yang tidak
beraturan sampai yang beraturan. Begitu pula dengan warna bercak atau daerah nekrosis,
beragam mulai dari kuning, coklat hingga hitam.
Gejala penyakit bercak daun pada bibit nyatoh diawali dengan munculnya bercak-
bercak berbentuk agak bulat dengan warna coklat dengan tepi agak kekuning-kuningan,
bercak-bercak ini dapat menyatu menjadi bercak yang lebar dalam jangka waktu yang
relatif singkat. Bercak yang sudah melebar berwarna coklat merah kehitam-hitaman.
Letak bercak pada permukaan daun dimulai dari tepi menuju ke bagian tengah daun.
Apabila daun yang terserang disentuh, maka daun tersebut gugur, apabila dibiarkan lama
kelamaan daun menjadi kering dan rontok
Ada beberapa cara yang digunakan dalam pengendalian penyakit ini yakni:
3. Busuk akar
Busuk akar adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh patogen jamur yang
menyerang bagian akar sehingga akar-akar tanaman membusuk. Gejala penyakit busuk
akar adalah menguningnya daun, sampai kelayuan yang diikuti kematian mendadak.
Penyebaran busuk akar dapat melalui penyiraman dengan air yang membawa patogen.
Patogen penyebab busuk akar antara lain jamur Phytophthora parasitica, Phellinus spp.
dan Ganoderma spp. Pada pohon Acacia mangium busuk akar menyebabkan kematian
dengan tingkat serangan antara 3,2-28,2% sedangkan pada selada busuk akar dapat
menurunkan hasil sampai dengan 70%.
Tanaman yang terkena busuk akar biasanya kecil karena pertumbuhan terhambat.
Tanaman kurang kokoh, dan ketika tanaman dicabut rambut akar akan tertinggal dan
menyisakan akar utama, selain itu dapat ditemukan benang (hifa) berwarna putih dan
tercium bau busuk. Daun yang dihasilkan sedikit atau kecil, dibandingkan dengan
tanaman sehat dengan usia sama. Pembungaan dapat tertunda ketika akar membusuk
sehingga kualitas tanaman tidak seragam. Terdapat banyak jamur penyebab busuk akar,
biasanya nama penyakit mengikuti nama jamur penyebabnya, nama penyakit tersebut
antara lain
Pengendalian yang dapat dilakukan pada penyakit pohon satu ini adalah:
Gejala penyakit embun tepung didahului oleh bercak putih pada daun bagian bawah.
Bercak putih tersebut seperti tepung yang merupakan kumpulan konidia dan konidiofor
cendawan penyebabnya (Gambar 1A dan 1B). Bercak putih akan meluas ke seluruh
daun, bahkan pada varietas rentan, polong dan batang juga memutih. Penyakit yang
menyerupai tepung tersebut adalah konidifor dan konidia cendawan penyebab embun
tepung. Faktor yang mempengaruhi penyakit embun tepung antara lain suhu,
kelembaban, dan sinar matahari.
Penyakit embun tepung dapat dikendalikan dengan cara mekanis, kultur teknis,
penanaman varietas tahan, biofungisida, dan fungsisida kimia. Pengendalian secara
mekanis adalah memetik semua daun-daun yang terinfeksi cendawan penyebab penyakit
embun tepung. Cara ini tidak efektif dan tidak efisien karena tepung cendawan bisa saja
tercecer atau terbawa angin dan membutuhkan banyak tenaga kerja.
Ada beberapa cara dalam pengendalian penyakit yang satu ini yakni:
Gulma asterase P. spicatus (A), dan H. indicum (B) yang terinfeksi cendawan embun
tepung di lapangan
1. Untuk pengendalian penyakit layu bakteri dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
cara biologi, cara kimiawi, dan cara silvikultur. Untuk serangan pada masa
persemaian, cocok dilakukan pengendalian dengan cara biologi dan kimiawi.
Adapun untuk kasus serangan pada tanaman yang sudah ada di lapangan, maka cara
silvikultur lebih efektif dan aman.
2. Cara biologi, dilakukan dengan menggunakan bakteri antagonis Pseudomonas
fluorescens dengan konsentrasi 108 cfu/ml dengan dosis 15 – 25 ml/pot semai,
disemprotkan ke seluruh permukaan tanaman dan sekitar perakaran. Hasil uji coba
Pseudomonas fluorescens efektif menekan bakteri patogen P. Tectonae, dengan
meningkatnya persen tumbuh bibit dari 70% menjadi 100%.
3. Kimiawi, menggunakan bakterisida, disemprotkan ke seluruh permukaan tanaman
dan sekitar perakaran.
4. Cara silvikultur, dilakukan dengan menyediakan lingkungan tempat tumbuh tanaman
hutan sehingga dapat diperoleh tanaman sehat dengan produktivitas tinggi. Aplikasi
silvikultur untuk penanganan penyakit layu bakteri adalah dengan memperbaiki
drainase lahan dan pengaturan jenis tumpang sari pada tanaman pokok jati. Kedua
langkah tersebut perlu dilakukan agar dapat diperoleh zona perakaran jati yang
sarang, tidak jenuh air, sebuah persyaratan yang dibutuhkan bagi budidaya jati yang
sehat. Perbaikan drainase lahan dilakukan dengan pembuatan parit-parit drainase
khususnya di daerah-daerah dengan topografi datar. Jenis tumpangsari jati – padi
cenderung menciptakan lingkungan tempat tumbuh yang buruk bagi tanaman pokok
jati.
Infeksi awal kanker batang biasanya terjadi pada batang yang masih hijau, terutama
pada pangkal percabangan dekat daun jarum. Infeksi patogen menyebabkan bercak-
bercak pada batang yang bentuknya tidak teratur yang mengluarkan eksudat berupa resin.
Daun-daun jarum yang berdekatan dengan lokasi infeksi terlihat menguning dan
akhirnya kering (berwarna cokelat). Pada pohon yang telah dewasa, infeksi biasanya
dimuali disekeliling kerucut tajuk, kemudian berkembang beberapa meter ke atas dan
mencapai cabang. Infeksi disekeliling cabang biasanya menghasilkan kanker yang cukup
besar.
6. Penyakit Busuk Hati (Heart Rot) oleh jamur Phellinus sp. dan P. Npxius.
Gejala serangan penyakit ini dapat dibagi dalam enam tingakatan, yaitu busuk
kantung (pocket rot), dimana pada potongan melintang batang terlihat kayu teras yang
berwarna merah jambu (pink) seperti bunga karang yang terlihat di dalam kantung.
Kedua yaitu busuk balok (blocky rot), bagian dalam kayu berwarna cokelat pucak
samapai putih, jaringan kayu mudah runtuh, dan pecah apabila dipotong dengan pisau.
Ketiga yaitu busuk serabut (stringy rot), bagian dalam kayu berwarna putih pucat, kuning
sampai putih, berserat, dan pecah sepanjang tepinya. Keempat yaitu busuk bunga karang
(spongy rot), dimana bagian hati kayu berwarna kunging sampai putih, berbentuk bunga
karang, kering, da pecah menjadi serpihan-serpihan kecil. Kelima yaitu busuk berair
(wateru rot), bagian hati kayu berwarna cokelat sangat basah, berserat seperti spon dan
berbau busuk. Keenam yaitu hollow (kosong), dimana terdapat lubang-ubang kosong
dengan tanda pembususkan. Gejala tingakt empat samai dengan 6 merupakan stadium
lanjut dari penyakit busuk hati. Gejala akan berkembang, sejalan dengan bertambahnya
umur tanaman.
8. Penyakit Mati Pucuk (Die Back) oleh jamur Phoma sp. Pada Jati
Gejala mati pucuk terlihat jelas pada musim hujan, maka pada awal musim hujan
pucuk-pucuk yang menunjukkan gejala serangan penyakit harus dipotong untuk
menghilangkan sumber inokulum disertai dengan pemupukkan untuk memacu
pertumbuhan tanaman.
Pada musim hujan perlu dilakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung untuk
mengurang kelembapan, sedangkan pada musim kemarau, pemangkasan terhadap
tanaman pelindung tidak perlu dilakukan atau hanya dilakukan pemangkasan ringan saja
agar kelembapan lingkungan tetap terjamin. Tanaman jati yang menunjukkan gejala mati
pucuk harus diberi tanda dan diprioritaskan untuk ditebang pada saat penjarangan
tanaman.
Gejala serangan berupa prolepsis, yaitu munculnya kallus yang menumpuk mirip
bola-bola kecil yang bergerombol pada batang, terutama di ketiak cabang. Gejala ini
dapat berkembang sangat intensif dan pada kallus yang masih segar sering tumbuh daun
berwarna hijau muda, kecil dan kaku. Gejala ini banyak terjadi pada tanaman yang
berasal dari cabutan alam, sedangkan tanaman yang berasal dari stek pucuk jarang
menunjukkan gejala tersebut. Gejala ini dapat mengakibatkan pertuubuhan tanaman
menjadi terhambat dan tidak dapat tumbuh normal meskipun umurnya telah mencapai
beberapa tahun.
Tumor batang sering berasal dari luka pada kulit batang atau mulai pada bekas
patahan cabang yang mati yang kemudian menyebar kesekelilingnya. Pohon dapat hidup
terus dan menahan meluasnya kanker dengan jalan membentuk kalus di sekitar kanker.
Tetapi bila kanker berkembang lebih cepat dari pada pembentukan jaringan pertahanan,
maka tidak akan ada kalus yang terbentuk hingga kanker akna meluas dengan cepat dan
menyerang kalus yang baru terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, I. (2012). PENYAKIT KARAT TUMOR PADA SENGON DAN HAMA. Bogor.
Anggraini, I., & Dendang, B. (2009). PENYAKIT BERCAK DAUN PADA SEMAI
NYATOH (Palaquium sp.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman , 99-108.
Sylvester'08. (2011, April 28). Dipetik Maret 7, 2010, dari API Blogger:
sylvesterunila.blogspot.com/2011/05/penyakit-tanaman-perlindungan-hutan.html?
m=1