(TANAMAN HORTIKULTURA)
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)
Oleh
Andino Nurponco G.
1414121026
Kelompok 5
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Kerusakan ini dapat terjadi baik di
lapangan maupun setelah panen. Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut
yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan
kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat juga dapat berkembang dengan
cepat dan menjadi epidemi yang berat. Penyakit tanaman ini dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, maupun jamur (Suliyansyah, 2013).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui jenis penyakit penting tanaman hortikultura
2. Mengetahui gejala dan tanda penyakit
FOTO
GAMBAR
KETERANGAN
Kerdil pisang disebut
juga Bunchy Top
Virus. Vektornya
Pentalonia
nigronervosa.
2
Virus kuning pada
cabai atau virus
gemini. Dibawa oleh
vektor kutu kebul
(Bemisia tabaci).
3
Antraknosa pada
cabai disebabkan oleh
jamur Colletotrichum
capsici.
Antraknosa pada
sansivera disebabkan
oleh jamur
Colletotrichum
sansivieria.
5
Layu bakteri pisang
dibabkan oleh
Pseudomonas
solanacearum.
6
Antraknosa pada
bawang putih
disebabkan oleh
jamur Colletotrichum
gloesporiodes.
Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur
menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun
dan batang, kelak dapat menginfeksi buah - buah. Jamur hanya sedikit sekali
mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk
bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan
diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin
(Pusposendjojo 1985).
Gejala dan Tanda Penyakit :
Gejala serangan Jamur Colletotrichum capsici pada tanaman cabai mula-mula
membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak.
Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok
seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah
mengering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah
menjadi berwarna seperti jerami. Jika cuaca kering jamur hanya membentuk
bercak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik, karena
kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan
berkembang dengan cepat (Triharso, 2004).
Pengendalian :
Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman cabai yang terserang
Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan
benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan Trichoderma dan Gliocladium
serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan.
atau gulma. Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul
antara lain tomat, cabai, kentang, mentimun, terung, kubis, buncis, selada, bunga
potong Gerbera, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada; dan tanaman liar
yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides).
Siklus Hidup :
Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang,
berukuran panjang antara 0,2 - 0,3 mm. Telur biasanya diletakkan di permukaan
bawah daun, pada daun teratas (pucuk). Serangga betina lebih menyukai daun
yang telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan
telurnya daripada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada
daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14
butir. Lama stadium telur rata-rata 5,8 hari.
Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih,
berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak.
Nimfa instar ke - 2 dan ke - 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya
hanya melekat pada daun. Stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.
Imago atau serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil antara (1 - 1,5 mm),
berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung.
Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan
bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih.
Lama siklus hidup (telur - nimfa - imago) pada tanaman sehat rata-rata 24,7 hari,
sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.
Gejala dan Tanda Penyakit :
Serangan yang disebabkan oleh B. tabaci dibagi atas 3 tipe:
(1) kerusakan langsung, (2) kerusakan tidak langsung, dan (3) penularan virus
(Berlinger, 1986). Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan
nimfa yang menghisap cairan daun (Deptan, 2007a) mengakibatkan daun tanaman
mengalami klorosis, layu, gugur daun dan mati (Mau and Kessing, 2007).
Pengendalian :
Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan virus, terutama tanaman yang bukan
famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti
mentimun. Sanitasi lingkungan terutama mengendalikan gulma berdaun lebar
seperti babadotan dan ciplukan yang berpotensi menjadi inang virus. Penggunaan
tanaman yang resisten merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama
terpadu untuk menekan populasi kutu putih. Namun saat ini belum ditemukan
varietas tembakau yang resisten terhadap B. tabaci (Berlinger, 1986).
sepanjang tepingya. Daun-daun rapuh dan bila dipatahkan akan patah dengan
renyah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset
pada ujung batang palsu.
Pengendalian :
Jangan membawa tanaman pisang atau Heliconia keluar dari daerah yang
terjangkit kerdil pisang. Rumpun yang sakit dibongkar bersih dan dicincang
menjadi potongan-potongan kecil. Hanya menanam bibit yang diambil dari
rumpun yang benar sehat. Menyemprot tanaman pisang dengan insektisida
sistemik untuk memberantas Pentalonia, khusus di pembimbitan (jika ada).
memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan situs adhesi lebih beragam
dan mulai membangun matriks yang memegang biofilm bersama-sama. Tahap
akhir pembentukan biofilm dikenal sebagai pembangunan, dan tahap di mana
biofilm didirikan dan hanya dapat berubah dalam bentuk dan ukuran.
Perkembangan biofilm memungkinkan untuk koloni sel agregat (ies) menjadi
semakin resisten antibiotik. Formasi biofilm ini akan mengirimkan sinyal ke sel
inang. Setelah proses pembentukkan biofilm, sel inang mengirimkan sinyal
sitokinesis kepada bakteri ini yang kemudian menghasilkan sinyal adanya
molekul metabolit sekunder.
Gejala dan Tanda Penyakit :
Beberapa daun muda layu dan daun tua sebelah bawah menguning. Apabila
bagian tanaman yang terinfeksi (batang, cabang, dan tangkai daun) dibelah akan
tampak pembuluh berwarna coklat, demikian juga empulur sering berwarna
kecoklatan. Pada penyakit stadium lanjut apabila batang dipotong, akan keluar
lendir bakteri berwarna putih susu. Lendir ini dapat dipakai untuk membedakan
penyakit layu bakteri dengan layu Fusarium.
Pengendalian :
Ada beberapa cara untuk mengendalikan virus ini :
1. Gunakan pupuk kandang yang telah masak. Pupuk kandang yang belum
masak dapat memacu perkembangan bakteri ini memalui kenaikan suhu tanah
yang disebabkan oleh proses fermentasi pupuk organik.
2. Kurangi penggunaan urea, Kalau perlu gunakan NPK saja. Penggunaan urea
yang berlebihan akan menyebabkan tanaman sukulen dan mudah terserang
penyakit.
3. Gunakan benih varietas yang tahan terhadap penyakit ini.
4. Pergiliran tanaman menggunakan tanaman selain famili solanaceae (terungterungan).
5. Hindari mengocor NPK maupun pupuk kimia lain pada akar tanaman.
Pengocoran pupuk kimia akan menyebabkan luka pada akar tanaman
6. Pencelupan bibit sebelum tanam menggunakan larutan bakterisida
7. Mencabut tanaman yang telah terserang penyakit layu bakteri ini.
8. Hindari mengairi lahan dengan menggenangi lahan terlalu tinggi, kalau perlu
jangan digenangi.
ini kelak dapat menjadi 2 lubang. Daun-daun yang terserang berat akan mudah
gugur, sehingga ranting-ranting tanaman menjadi gundul (Sunanto,2002).
Pengendalian :
Penyemprotan fungisida dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan
(preventif) yang dilaksanakan pada saat pembentukan daun-daun baru (flush)
setelah mencapai 10 % dengan daun pertama kira-kira berumur satu minggu
(panjang daun 5 cm). Interval penyemprotan 7 hari atau disesuaikan dengan
munculnya daun-daun baru. Fungisida yang digunakan adalah yang berbahan aktif
prokloras dengan konsentrasi 0,1% formulasi atau fungisida berbahan aktif
karbendazim dengan konsentrasi 0,2% formulasi. Penyemprotan dimulai pada
awal musim hujan menggunakan alat Knapsack Sprayer atau Mist Blower dengan
volume 200-300 liter per ha. Pada waktu flush besar dilakukan 2 kali
penyemprotan fungisida sistemik, misalnya benomil, karbendazim, metil tiofanat,
miklobutanil, atau prokloraz dengan interval 10 hari. Pada waktu flush lainnya
dilakukan 3 kali penyemprotan dengan fungisida kontak, antara lain mankozeb
atau oksiklorida tembaga, 9 dengan interval 7 hari. Penyemprotan dapat dilakukan
dengan mist blower atau power sprayer, dengan memakai air 200 liter/ha.
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Penyakit tumbuhan yang diamati pada praktikum ini penyebabnya berasal
dari jamur dan mikoorganisme.
2. Tanaman dikatakan tidak sehat apabila kondisi fisiologisnya cacat dan
pertumbuhan tidak wajar.
3. Penyakit yang disebabkan oleh virus biasanya dibawa oleh vektor serangga.
4. Ukuran jamur lebih besar daripada bakteri dan virus, sehingga lebih mudah
diamati daripada yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Berlinger, M.S., 1986. Host plant resistance to Bemisia tabaci. Hirano, K.,
Budiyanto, E and S. Winarni., 2006. Biological characteristic and
forecastingoutbreak of whitefly B. tabaci a vector of virus disease in
soybean field.
Dwidjoseputro,D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Mau, R.F.L and Kessing J.L.M., 2007. Bemisia tabaci. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.
Nakamura M, Ohzono M, Iwai H,dan Arai K. 2006. Anthracnose of Sansevieria
trifasciata caused by Colletotrichum sansevieriae sp. nov. Journal of
General Plant Pathology. (72): 253256.
Pusposendjojo, N. Dan B.A. Rasyid (1985), Perkembangan Colletrichum capsici
pada berbagai tingkat umur buah lombok (Capsicum annuum).Kongr.Nas
VIII PFI, Cibubur, Jakarta.
Setiadi, 2000. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University.
Yogyakarta.
Setiawati. 2003. Pengenalan dan pengendalian hama penting pada Tanaman Cabai
Merah. Materi TOT Litkaji PTT Cabai Merah. 26 halaman.
Suliyansyah. 2013. Gejala Akibat Penyakit pada Tanaman. Gajah Mada
University. Yogyakarta.
Sunanto, H. 2002. Cokelat, Budidaya, Pengolahan Hasil Studi dan Aspek
Ekonominya. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Pentalonia nigronervosa
Bemisia tabaci
Colletotrichum capsici
Colletotrichum sansivieria
Pseudomonas
solanacearum
Colletotrichum gloesporiodes