Anda di halaman 1dari 15

PENGENALAN ALAT APLIKASI PESTISIDA

(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)

Oleh
Novi Kurnia
1514121081
Kelompok 5

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mengendalikan hama dan penyakit tidak cukup dengan mengetahui ilmu
dan konsep pengendaliannya. Berdasarkan kajian ilmu hama dan penyakit setelah
dilihat dari berbagai aspek kehidupan maka ditemukan berbagai alat yang
digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman baik sekala
kecil ataupun perusahaan.

Penggunaan pestisida sebagai pengendali hama dan penyakit dengan alasan dapat
diaplikasikan dengan mudah, dapat dilakukan disetiap tempat dan waktu, hasilnya
dapat dilihat dalam waktu singkat, dapat diaplikasikan dalam areal yang luas
dalam waktu singkat, dan mudah diperoleh. Namun penggunaan pestisida kini
mulai banyak dikurangi akibat dampak negatifnya. Penggunaan pestisida
merupakan alternatif terakhir dalam pengendalian hama terpadu. Penggunaan
pestisida harus memperhatikan tiga hal, yaitu tepat waktu, tepat sasaran dan tepat
dosis.

Penggunaan pestisida ini ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh


hama, namun lebih dititikberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa
hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Keberhasilan
penggunaan pestisida sangat ditentukan oleh teknik aplikasi yang tepat, yang
menjamin pestisida tersebut mencapai jasad sasaran dimaksud, selain juga oleh
faktor jenis, dosis dan saat aplikasi yang tepat. Dengan kata lain tidak ada
pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan
tepat.
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu, sebagai berikut :


1. Mengenal macam-macam alat aplikasi pestisida.
2. Mengetahui bagian masing-masing alat aplikasi pestisida.
3. Mengetahui mekanisme kerja masing-masing alat aplikasi pestisida.
II. METODODLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis dan beberapa alat
aplikasi pestisida seperti Semi-Automatic Sprayer, Automatic Sprayer, Swingfog
dan lainnya.

Bahanbahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tidak ada dikarenakan
hanya pengenalan contoh alatnya saja.

2.2 Prosedur Percobaan

Tahapan prosedur dalam melakukan praktikum ini yaitu sebagai berikut :


1. Digambar secara mekanis masing-masing alat aplikasi pestisida dan diberi
keterangan masing-masing bagiannya. Dicermati bentuk tangki maupun dasar
tangki, tipe pompa dan nozzle.
2. Dijelaskan tentang mekanisme kerja, kegunaan, kelebihan dan kelemahannya
masing-masing alat aplikasi pestisida.
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data hasil


pengamatan sebagai berikut:
No Gambar Keterangan

1. SemiAutomatic Spayer 1. Nozel


2. Laras
3. Pemompa
4. Kran
5. Selang
6. Talipunggung
7. Tabung cairan

2. Automatic Sprayer 1. Tangki


2. Unit pompa
3. Tangki pompa,
4. Saluran penyemprot (kran,
selang karet, katup serta pipa).
5. Manometer
6. Sabuk penggendong
7. Selang karet
8. Piston pompa
9. Katup pengatur aliran cairan
10. Katup pengendali aliran cairan
11. Laras pipa penyalur aliran
cairan
12. Nozzle

3. Blower Sprayer 1. Tangki larutan racun


2. Air blower
3. Tangki bahan bakar
4. Mesin penggerak
5. Stang pengontrol
6. Kepala penghembus

4. Mist Blower 1. Tuas penghambat


2. Tuas penutup
3. Pipa penyemprot
4. Katup pengatur

5. Swing Fog 1. Soket pipa pengabut


2. Pipa larutan bahan kimia
3. Kran
4. Pipa tekanan udara
5. Pompa
6. Busi
7. Karburator
8. Katup udara
9. Tanki bahan bakar
10. Tanki larutan bahan kimia
11. Nozel
12. Tabung batu baterai
13. Pipa pendingin dan resonator
14. Tabung pengabut

6. Micron Ulva 1. Carry handle


2. On/off switch
3. Feed nosel
4. Backpack

7. Soil Injection 1. Pegangan


2. Tangki
3. Pipa runcing / injector

8. Emposan Tikus 1. Handel pemutar


2. Straing
3. Belerang
4. Jerami
5. Kipas penghasil angin
3.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan berikut pembahasan dari setiap alat
aplikasi pestisida:

3.2.1 SemiAutomatic Sprayer

Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang
menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian
pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman.
Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan
proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic
atomization), yakni tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai
tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat
pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir
melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi
partikel-partikel yang sangat halus (Djojosumarto, 2004).

Mekanisme kerjanya yaitu dengan memasukkan cairan yang akan digunakan


kedalam tangki lalu menutupnya dengan rapat lalu memompa cairan dengan tuas
pompa sehingga cairan keluar lalu mengarahkan laras kebawah atau pada bagian
tanaman yang akan disemprot dengan membuka kran atau pelatuk maka cairan
akan keluar (Novizan, 2002).

3.2.2 Automatic Sprayer

Prinsip kerja alat ini yaitu memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang
menyerupai kabut yakni menggunakan proses pembentukan partikel dengan
menggunakan tekanan (hydraulic atomization). Tekanan disimpan dalam tangki.
Cairan bertekanan tinggi mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut
dan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus (Mahfud, 1998).
Mekanisme kerja alat ini yaitu tangki diisi dengan cairan dan disisakan kira kira
1/5 bagian ruangan tangki untuk udara. Setelah diisi cairan, tangki dipompa
kurang lebih sebanyak 50 80 kali pemompaan. Guna mengetahui intensitas
tekanan udara di dalam tangki dapat diamati melalui manometer. Beberapa
persyaratan yang lain yaitu bahan konstruksi dibuat dari plat tahan karat, bagian
konstruksi pompa mudah dilepas buat dibersihkan, selang terbuat dari bahan karet
atau plastik, nosel dapat dilepas dan dapat diganti baik tipe maupun ukuran
lubangnya. Syarat lain yang berhubungan pada efektivitas aplikasi pestisida dalam
pengoperasian alat penyemprot adalah kondisi kecepatan angin tidak melebihi 10
km/jam (Widianto, 2001).

3.2.3 Blower Sprayer

Umumnya setiap alat aplikasi pestisida memiliki kegunaan yang sama yaitu untuk
menyemprotkan pestisida secara merata terhadap sasaran dalam mengendalikan
OPT yang menyerang tanaman. Prinsip kerja dari alat ini yaitu memecah cairan
menjadi butiran partikel halus seperti kabut. Sasaran utama penggunaan alat ini
yaitu tanaman perkebunan (Djojosumarto, 2008).

Mekanisme kerja dari Blower Sprayer yaitu alat ini dijalankan dengan memutar
engkol. Geraka engkol akan memutar kipas melalui roda gigi. Alat pengaduk di
dalam tangki ikut berputar karena terpasang pada batang pengaduk yang
berhubungan dengan batang engkol. Tangkinya dapat memuat sekitar 400 g bahan
pestisida. Bahan pestisida yang dimasukkan dalam tangki atau wadah berbentuk
powder dan ketika engkol diputar serbuk akan keluar dalam bentuk debu (Mujim,
2009).

3.2.4 Mist Blower

Prinsip kerja alat ini adalah menghembuskan cairan seperti pestisida menjadi
butir-butir kecil (droplet) oleh bantuan tenaga angin yang kuat dari blower,
sehingga dapat dikatakan bahwa mesin itu adalah mesin penyemprot dengan
sistem tekanan angin. Karena dapat menghembuskan cairan yang lebih sedikit dan
lebih efektif, maka dapat menghemat tenaga kerja dan efesiensi pemberantasan
hama yang lebih besar (Djojosumarto, 2008).

Mekanisme kerja alat ini yaitu dijalankan dengan memutar engkol. Gerakan
engkol akan memutar kipas melalui roda gigi. Alat pengaduk di dalam tangki ikut
berputar karena terpasang pada batang pengaduk yang berhubungan dengan
batang engkol. Tangkinya dapat memuat sekitar 400 g bahan pestisida. Bahan
pestisida yang dimasukkan dalam tangki atau wadah berbentuk powder dan ketika
engkol diputar serbuk akan keluar dalam bentuk debu (Djojosumarto, 2008).

3.2.5 Swingfog

Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan cepat,
sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga
bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai
dimana pembawa virus tumbuh sendiri. Swing fog ini bekerja berdasarkan prinsip
semburan berpulsa (Sudarmo, 2001).

Mekanisme kerja dari mesin pengabut swingfog dengan bahan bakar bensin yang
dikembangkan oleh MOTAN, bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa.
Campuran bahan bakar bensin dan udara secara berseri dibakar dalam ruang
pembakaran yang berbentuk khusus pada getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas
hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran.
Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas, kemudian pecah
menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal.
Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara
40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan
kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5 mili detik. Oleh sebab
itu bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai (Sudarmo, 2001).
3.2.6 Micron Ulva

Prinsip kerja Micron Ulva yaitu komponen utamanya adalah piringan atau cakram
yang berputar. Cairan semprot dialirkan ke nozzle pada cakram tersebut.
Selanjtunya cakram yang berputar itu akan memecah cairan menjadi droplet oleh
gaya sentrifugal. Pola semprotan berupa lingkaran, ukuran dropletnya bervariasi
tergantung pada kecepatan putaran cakram. Ukuran droplet untuk mikron ulva
sangat halus dan seragam. Enzimnya menggunakan baterai 1,5 volt memenuhi
sepanjang pipa ( 6 buah). Setelah saklar dihidupkan maka dinamo akan berputar
sehingga kincir juga berputar dan cairan keluar. Bahan untuk aplikasinya adalah
ULV yaitu bahan aktif langsung, tanpa air tetapi bentuknya sudah berupa cairan
(Djojosumarto, 2004).

Mekanisme kerjanya adalah larutan mengalir dari tangki melalui selang menuju
nozzle, diterima oleh putaran piringan bergerigi (spining disc), dan disebarkan ke
arah bidang sasaran. Putaran piring digerakan oleh dinamo dengan sumber tenaga
bater 12 volt. Putaran piringan sebesar 2.000 rpm dan butiran yang keluar seragam
dengan ukuran 250 mikron. Ukuran 250 mikron merupakan ukuran optimal untuk
membasahi permukaan gulma (Endah, 2005).

3.2.7 Soil Injector

Alat ini diaplikasikan ke dalam tanah langsung bisa diguanakan untuk pestisida
dengan formulasi EC. Fungsi penggunaan alat ini yaitu untuk fumigasi tanah, atau
memberikan nematisida yang berbentuk cair dan bersifat fumigan pada
perkebunan yang tidak luas. Prinsip kerjanya yakni seperti jarum suntik, namun
yang menjadi objek bidikan adalah tanah yang terkena hama yang terdapat dalam
tanah (Pracaya, 2008).

Mekanisme kerja dari Soil Injector ini yaitu mula-mula cairan pestisida
dimasukkan ke dalam tangki. Kemudian kepala penusuk tanah dimasukkan ke
dalam tanah sampai lubang pengatur dalamnya injeksi. Selanjutnya kenop injeksi
ditekan ke bawah, sehingga cairan keluar dari lubang nozzle (Pracaya, 2008).
3.2.8 Emposan Tikus

Emposan Tikus dengan bahan bakar dari sabut kelapa dilembutkan kemudian
dimasukkan didalam tabung dibakar asap yang yang dihasilkan dikipas sehingga
tekanan angin mendorong asap keluar melalui cerobong dan dimasukkan disarang
tikus. Biasanya dipakai untuk gropyokan di sawah di pematang yang lebar
sehingga memudahkan dalam mengendalikan hama tikus. Alat ini tahan terhadap
panas (Djojosumarto, 2004).

Alat ini digunakan untuk hama tikus yang mempunyai rumah dengan membuat
lubang di tanah. Mekanisme kerja alat ini adalah ujung alat kita masukkan ke
dalam lubang/rumah tikus. Dalam mekanismenya, lubang tikus ditutupi salah satu
lubang dengan lumbur (Djojosumarto, 2004).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Aplikasi pestisida menggunakan beberapa alat seperti Semi-Automatic
Sprayer, Automatic Sprayer, Blower Sprayer, Mist Blower, Swing Fog,
Micron Ulva, Soil Injection dan Emposan Tikus.
2. Alat aplikasi pestisida bertujuan untuk memudahkan dalam pengaplikasian
pesisida dengan penyemprotan yang merata.
3. Mekanisme kerja suatu alat aplikasi pestisida dipengaruhi oleh prinsip kerja
yang dimiliki suatu alat, tujuan pengaplikasian dan jenis pestisida yang
digunakan.
4. Keuntungan dari alat-alat aplikasi pestisida tersebut adalah mudah dalam
aplikasi, lebih efektif dan efisien terhadap tenaga dan waktu, dan menghemat
biaya.
5. Kerugian dari alat-alat aplikasi pestisida tersebut adalah masih mahal dan
jarang untuk alatnya, memerlukan ketelitian ilmu dalam menggunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.


Yogyakarta

Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Endah. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Mahfud, M.C., E. Korlina, A. Budijono, Soleh dan A. Surjadi. 1998. Uji Aplikasi
Komponen PHT untuk mengendalikan penyakit karat daun. Laporan
pengkajian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Perkebunan. Bogor.

Mujim, Subli. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan (Buku Ajar).


Universitas Lampung. Lampung.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta


Selatan.

Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman. USU Press. Medan.

Sudarmo, S. 2001. Pestisida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Widianto, R. 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai