Mekanisme kerja dari alat ini adalah tekanan udara yang dihasilkan dari gerakan
pompa aplikator akan menyebabkan larutan keluar menuju tabung udara karena
tekanan di dalam tabung meningkat. Sehingga, larutan pestisida dalam tangki dipaksa
keluar melalui klep dan diarahkan menuju nozzle bidang sasaran semprot (Harnata,
2018). Kelebihan dari knapsack sprayer lebih ringan dan murah dibandingkan
knapsack motor. Selain itu, proses pengaplikasian knapsack sprayer tidak
menggunakan bahan bakar dan oli sebagai pencampur. Kekurangan dari alat ini
adalah kekuatan air yang keluar dari nozzle tidak dapat diatur dan lebih pendek
dibandingkan knapsack motor, membutuhkan banyak tenaga dan waktu dalam
menggunakannya, kapasitas tangki yang kecil (Yuliyanto, dkk., 2017).
Cara kerja dari knapsack motor hampir sama dengan knapsack sprayer dimana
tekanan udara akan membuat larutan pestisida keluar melalui noozle. Perbedaan yang
terlihat pada knapsack sprayer dan knapsack motor adalah pompaan yang dihasilkan
dari mesin, bukan dari tenaga manusia (Harnata, 2018). Kelebihan dari knapsack
motor adalah kekuatan air yang dapat diatur dengan jangkauan air yang panjang.
Selain itu, efisien terhadap waktu dan tenaga karena tidak menggunakan pompa, serta
kapasitas tangki yang lebih besar. Kekurangannya adalah alat yang cukup berat, dan
penggunaan bahan bakar dan oli sebagai pencampur. Selain itu, knapsack motor
memiliki harga yang cukup mahal (Yuliyanto, dkk., 2017).
Mist blower adalah alat untuk h memecah cairan yang disemprotkan menjadi tetesan-
tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikannya secara merata pada permukaan
tanaman. Mekanisme kerja dari alat ini adalah gaya gravitasi dan putaran pinggiran
yanng terdapat pada nosel untuk mengeluarkan cairan dalam tangki kemudian ditekan
oleh mekansime penghembus (blower) kemudian mendorong tetesan cairan melewati
nosel sehingga terbentuk droplet yang halus. Kelebihan alat ini adalah lebih praktis
karena mesin lebihkarena dapan menembus gulma di semak-semak yang dalam.
Sedangkankekurangan dari alat ini adalah harganya yang mahal serta alat lebih berat
(Muhlizah, 2018).
Soil injector merupakan alat untuk aplikasi pestisida yang berada dalam tanah.
Mekanisme kerja alat ini adalah pestisida yang berbentuk cairan akan disuntikan ke
dalam tanah, biasanya digunakan untuk membunuh serangga hama tanah.
Kekurangan alat ini adalah cara kerja yang masih bersifat manual, sehingga masih
membutuhkan banyaknya waktu dan tenaga dalam mengaplikasikan alat ini.
Kelebihan alat ini, yaitu dapat secara langsung membunuh organisme pengganngu
yang berada dalam tanah. (Djojosumarto, 2000).
Drone merupakan salah satu teknologi pesawat tanpa awak yang dikontrol melalui
remot dan dapat digunakan sebagai alat menyemprot pestisida pada tanaman. Drone
bekerja dengan cara nozel yang dikendalikan dari transmitter dan dapat mengeluarkan
cairan berupa pupuk dan pestisida dalam kondisi mengkabut pada setiap nozzle,
sehingga pupuk dan pestisida dapat terdistribusi secara baik dan merata pada lahan.
Drone dapat terbang dengan jelajah maksimal menggunakan transmitter sejauh 500
meter, jarak ini dapat menjadi tidak terbatas jika menggunakan grondstation dengan
kendali titik GPS. Pengabutan yang terjadi pada drone harus disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman berdasarkan pengalaman dan masukan dari petani (Fatahillah,
dkk., 2020). Kekurangan dari alat ini adalah pengontrolannya yang sangat rumit
karena penyemprotan menggunakan tangki sehingga penyemprotan terjadi secara
tidak merata. Kelebihan dari alat ini adalah dapat menyiram dengan cepat serta tenaga
yang dibutuhkan tidak banyak dan cairan pestisida tidak dapat mengenai aplikator
jika dilakukan secara tepat (Hakmi, dkk., 2019).
Djojosumarto, P., 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Fatahillah., Yahya, M., Rauf, B.A., Mappaloteng, A.M., dan Novitasari, E. 2020.
Aplikasi Teknologi Pesawat Tanpa Awak Berbasis Drone Hexacopter dalam
Mengefisiensikan Proses Penyemprotan Tanaman Padi di Kabupaten Pinrang
Sulawesi Selatan. SEMNAS Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. 843-851
Guntur, A.P., Iqbal., dan Sapsal, T. 2016. Uji Kinerja Knapsack Sprayer Tipe Pb 16
Menggunakan Hollow Cone Nozzle dan Solid Cone Nozzle. Jurnal AgriTechno. Vol.
9 (2): 107-113
Hakim, V.A.A., Wibowo, A., dan Wibowo, H. 2019. Analisa Pengembangan Drone
Penyemprotan Hama Tanaman dengan Jenis Nosel dan Ketinggian untuk Mengetahui
Luas Semprotan. Jurnal Bidang Teknik.Vol. 10 (2): 64-69
Harnata, H.D. 2018. Rancang Bangun Alat Semprot Hama Berbasis Panel Surya 100
WP (Perawatan dan Perbaikan). Skripsi. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang
Muhlizah, M.W. 2018. Kinerja Knapsack Power Sprayer dan Mist Blower pada
Pengendalian Gulma Lahan Kering Menggunakan Mobile Sprayer Machine. Skripsi.
Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
Priyatmoko, A., Widodo, S., Salahudin, X. 2016. Analisis Tekanan Tangki Sprayer
dengan Variasibesar Diameter Roda dan Panjang Tuas Engkol Peluncur dengan
Menggunakan Satu Pompa pada Sprayer Semi Otomatis. Jurnal Wahana Ilmuwan.
Vol 1 (1): 33-54
Yuliyanto., Kesuma, N.W., dan Sinuraya, R. 2017. Efektivitas dan Efisiensi
Penggunaan Knapsack Sprayer dan Knapsack Motor pada Penyemprotan Gulma di
Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Citra Widya Edukasi. Vol. 9 (1): 80-92
No. Nama Prinsip Kerja Foto Keterangan
Alat
1 Knapsack Pompaan 1. Nozzle
sprayer tangan akan 2. Stik nozzle
mengubah 3. Tutup tangki
cairan 4. Tali gendong
pestisida 5. Tangki
menjadi 6. Stik pompa
droplets 7. Selang
akibat tekanan
dalam tabung
2 Knapsack Pompaan 1. Tutup tangki
motor mesin akan 2. tangki
mengubah 3. stik nozzle
cairan 4. tangki bahan
pestisida bakar
menjadi 5. mesin
droplets 6. selang
akibat tekanan 7. tali gendong
dalam tabung
3 Mist Kipas 1. nosel
blower menghasilkan 2. pipa
udara yang penghembus
akan 3. pipa saluran
memecah air cairan
saat 4. tutup tangki
bertabrakan 5. tangki
6. tangki bahan
bakar
7. mesin
8. blower
4 Soil Menyuntikan 1. Pegangan
injector cairan 2. Tangki
pestisida ke 3. Injector
dalam tanah
3
Di era modern ini, dunia pertanian mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Meningkatnya sumber daya manusia yang begitu pesat di berbagai belahan dunia
menjadikan sektor pertanian mengalami persaingan yang semakin ketat.
Produktivitas, mutu, efisiensi, dan kontinuitas yang selalu meningkat menjadi salah
satu ciri pertanian modern. Berbagai macam peralatan diciptakan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian agar memiliki daya saing.
Sebagai negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang ada
(Priyatmoko, dkk., 2016).
Namun sejauh ini, produk yang dihasilkan oleh perindustrian dapat dikatakan belum
memenuhi kebutuhan petani secara keseluruhan. Harga alat yang sangat mahal
sehingga belum terjangkau oleh petani menjadi salah satu penyebabnya, mengingat
petani di Indonesia rata-rata termasuk kalangan menengah kebawah. Sehingga perlu
adanya pembelajaran, modifikasi, dan pengembangan teknologi untuk dapat
menciptakan peralatan yang mampu dijangkau oleh kalangan petani secara umum.
Peralatan yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja petani,
sehingga dapat mempersingkat kerja petani dan meningkatkan produktifitasnya.
Teknologi tepat guna menjadi suatu solusi yang tepat untuk menjawab kebutuhan
tersebut (Priyatmoko, dkk., 2016).