Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

Alat Mesin Pertanian

(Alat Penyemprot Pestisida )

Oleh :

Kelompok 5 A

Nama Anggota : Cacuk Cahyadi (10307013)

Diva Sari Nur Fatimah (10307015)

Khoerun Nisa Safitri (10307023)

Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 2 Juni 2022

Waktu : 08.00 – 10.00 WIB

Dosen Penilai : Enceng Sobari, S.P., M.P.

LABORATORIUM ALAT MESIN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI
JURUSAN AGROINDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SUBANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya tanaman untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman
(OPT) pada umumnya menggunakan pestisida yang berbentuk cair dan tepung.
Pemberian pestisida cair untuk tanaman dapat menggunakan alat penyemprot
(sprayer) (Dharmawan & Soekarno, 2020). Penyemprot (sprayer) berfungsi untuk
memecah cairan atau larutan menjadi butiran-butiran dan mendistribusikannya
secara merata ke permukaan tanaman yang akan dilindungi dari hama. Pola
penyemprotan dan besarnya dimensi butiran semprot yang dihasilkan suatu alat
penyemprot dipengaruhi oleh nosel yang digunakan. Nosel memiliki beberapa jenis
untuk penyemprotan, setiap jenis nosel dapat menghasilkan pola penyemprotan dan
distribusi cairan yang berbeda. Penyemprotan sprayer ternyata tidak hanya
dipengaruhi oleh debut penyemprotan dari nosel, namun dari banyak faktor seperti
pola semprotan, arah penyemprotan, dinamika droplet dan pengaruh udara.

Sprayer atau yang biasa disebut pompa pada kalangan masyarakat menjadi
suatu hal yang wajib dimiliki petani dalam melakukan pemeliharaan di lahan
pertanian. Sprayer biasanya digunakan pada saat proses penyemprotan pestisida
untuk mencegah hama dan penyakit pada tumbuhan dan penyemprotan pupuk cair
pada tanaman. Terdapat juga knapsack sprayer adalah alat penyemprot punggung
dan merupakan jenis sprayer yang sering digunakan, kelemahan dari knapsack
sprayer apabila larutan ingin dikeluarkan dari tangki, diperlukan tenaga pompa
yang dihasilkan oleh gerakan tangan naik-turun untuk memompa, tekanan airnya
tidak stabil, serta membutuhkan waktu yang lama pada saat pengoperasiannya.

Pada umumnya penyemprotan dapat dilakukan di dua tempat yaitu didalam


ruangan dan diluar ruangan. Penyemprotan didalam ruangan dilakukan secara statis
sedangkan penyemprotan diluar ruangan secara dinamis. Butuh informasi untuk
proses penyemprotan sprayer yang mengenai unjuk kinerja sprayer agar
penyemprotan lebih efektif dan efisien saat pengaplikasian pada tanaman. Terdapat
beberapa metode pengujian untuk mengukur kinerja alat penyemprot atau sprayer,
diantaranya pengukuran diameter dan volume penyemprotan, pengukuran jumlah
dan diameter butiran semprot serta penghitungan keseragaman hasil penyemprotan.
Pengukuran parameter ini disebut dilakukan dengan menggunakan alat uji kinerja
penyemprotan sprayer.

1.2 Tujuan
Berikut tujuan dilaksanakannya praktikum kali ini adalah:

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengaplikasikan teknik


penyemprotan terhadap tanaman perkebunan dan holtikultura
2. Mengetahui kapasitas dari setiap alat penyemprot terhadap tanaman
perkebunan dan holtikultura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida
Dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian dapat menggunakan
pestisida kimia dan alami merupakan cara yang paling efektif bagi para petani untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman (Budi, 2009). Pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT) biasanya dapat dicegah dengan menggunakan
pestisida berbentuk cair dan tepung (Guntur et al., 2016). Pengendalian yang
dilakukan secara kimiawi merupakan pengendalian hama menggunakan bahan
kimia yang dapat menghambat laju pertumbuhan hama yang disebut herbisida.
Pengaplikasian herbisida dapat dilakukan secara penyemprotan (spraying),
pengapasan (fogging), penghembusan (dusting), pencelupan (dipping), injeksi,
penyiraman, dan penaburan. Untuk pemberian pupuk dan pestisida berbentuk padat
dapat dilakukan melalui akar tanaman (Djojosumarto, 2008).

2.2 Alat Penyemprotan (sprayer)


Pada sejarah lahirnya suatu ilmu-ilmu dalam lingkup teknologi pertanian
dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan dalam pengerjaan lahan pertanian secara
luas. Ilmu yang dapat dipelajari dalam bidang teknik pertanian mencakupi alat dan
mesin budidaya pertanian, mempelajari penggunaan, pemeliharaan dan
pengembangan alat dan mesin pertanian. Tujuan utama dalam penggunaan alat dan
mesin pertanian ini yaitu untuk meningkatkan produktivitas kerja petani dan dapat
membantu meringankan pekerjaan (Murt, 2016).

Pemberian pestisida cair pada tanaman dapat menggunakan alat penyemprot


(sprayer). Sprayer memiliki fungsi untuk memecah cairan atau larutan menjadi
butiran-butiran dan mendistribusikannya secara merata ke permukaan tanaman
yang dilindungi (Yuwana, 2014). Penyemprotan sprayer tidak hanya dapat
dipengaruhi oleh debit penyeprotan dari nosel, tetapi dari banyak faktor seperti
distribusi aliran/pola semprotan, arah penyemprotan, pengaruh udara, dan dinamika
droplet (Zhai et al., 2015). Pada proses penyemprotan sprayer memerlukan
informasi mengenai kinerja alat semprot (sprayer) agar penyemprotan lebih efektif
dan efisien saat pengaplikasian pada tanaman. Banyak petani masih percaya bahwa
penyemprotan dengan volume dan tekanan tinggi dapat memastikan tanaman
terproteksi dengan baik (Forque et al., 2012).

Melakukan penyemprotan sprayer pestisida, pengkabutan (atomizing) cairan


merupakan cara paling efektif dalam mendistribusikan pestisida pada permukaan
tanaman. Faktor lain adalah tekanan semprot, Perbedaan tekanan tersebut
mengakibatkan adanya perbedaan debit, panjang penyemprotan dan luas
penyemprotan (Rahman & Yamin, 2014). Aplikasi pestisida pada prinsipnya
tergantung dari formulasi yang digunakan. Aplikasi pestisida yang memakai pelarut
banyak kegagalan yang terjadi akibat kesalahan pemakaian alat dan kesalahan
melakukan kalibrasi. Serta kurangnya informasi yang didapat oleh petani mengenai
penyemprotan secara ideal (Susanto, 2011).

Pengujian kinerja penyemprotan sprayer dilakukan untuk menghindari


pemborosan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dengan volume tinggi dan
interval aplikasi penyemprotan yang pendek berakibat pada meningkatnya biaya
produksi usaha tani, meningkatkan pencemaran lingkungan, mempercepat
terjadinya resistensi OPT, dan kematian musuh-musuh alami (Budi, 2009).
Keberhasilan aplikasi pestisida menggunakan sprayer dapat diukur dengan tingkat
pengendalian hama yang secara ekonomi dapat diterima dengan dampak terhadap
lingkungan yang kecil (Prabaningrum, 2017)

Penyemprotan yang menggunakan alat sprayer gendong konvensional atau


dengan menggunakan tenaga listrik, masih tetap kurang efisien dalam waktu
penyemprotan. Sebagai negara yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti
perkembangan teknologi yang ada. Menurut data hasil penelitian yang dilakukan
oleh BPS tahun 2013 jumlah petani holtikultura di Indonesia adalah sejumlah 11,95
juta petani. Seiring dengan perkembangan teknologi, prinsip efisiensi dan
efektifitas kerja sangat diutamakan (Priyatmoko et al., 2020).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Sprayer Swan SA- 14, digunakan untuk pengujian manual.
2. Sprayer Cosmec 767 M-4, digunakan untuk pengujian menggunakan motor
bakar.
3. Meteran, digunakan untuk mengukur jarak.

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Air.

3.2 Prosedur Percobaan


Praktikum pengukuran kapasitas sprayer dapat dilakukan dengan beberapa
tahapan. Adapun tahap pengujiannya tersaji pada Gambar 3.1

Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Dimasukkan air sebanyak 3 liter ke dalam sprayer manual dan


motor bakar.

Dilakukan pengukuran terhadap panjang dan lebar semprotan. Air


yang ada dihabiskan.

Dimasukkan air sebanyak 3 liter ke dalam sprayer manual dan


motor bakar.
Dilakukan penghitungan waktu berdasarkan volume air yang keluar.

Diamati dan dicatat hasilnya.

Gambar 3.1 Diagram alir pengukuran karakteristik sprayer


BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil pengukuran kapasitas sprayer
Pengukuran Waktu
Tekanan
Kapasitas pengeluaran
No Alat penyemprotan Panjang Lebar
(liter) 3 liter air
(kg/cm2) (meter) (meter)
(menit)
Sprayer
1 2-6 14 4,2 1,5 2,45
manual
Sprayer
2 motor 25-30 20 5,3 1,7 1,1
bakar
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum Alat Mesin Pertanian kali ini yaitu mengenai pengukuran
karakteristik sprayer. Sprayer yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
sprayer manual (Swan SA- 14) dan sprayer motor bakar (Cosmec 767 M-4).
Pengukuran karakteristik dilakukan guna mengetahui jarak penyemprotan
maksimal dan kecepatan pengeluaran bahan.

Berdasarkan tabel 4.1 didapati hasil bahwa sprayer motor bakar memiliki
jarak penyemprotan terpanjang dan terlebar. Hal tersebut disebabkan oleh tenaga
motor bakar yang membuat penyemprotan menjadi lebih bertenaga. Sprayer ini
merupakan hasil modifikasi dari sprayer konvensianal yang sudah ada sebelumnya,
penerapan teknologi digunakan untuk menunjang kerja para petani. Menurut
Priyatmoko et al., (2016) penggunaan teknologi tepat guna merupakan salah satu
upasa untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi para petani, dengan begitu
tingkat produktifitaspun meningkat. Mesin 4 tak yang digunakan mampu
memberikan tenaga hingga 25-30 kg/cm2 sehingga jangkauan yang diberikan
sangatlah luas. Tekanan yang luas tersebut berpengaruh terhadap jangkauan yang
akan dihasilkan dan jatuhnya pestisida di permukaan tumbuhan. Keunggulan
tersebut harus dibayar dengan penggunaan bahan bakar yang tentunya tidak ramah
lingkungan. Hasil pembakaran yaitu CO2 berbahaya apabila terhirup oleh operator
secara berturut. Kapasitas sebesar 20 liter memungkinkan operator untuk
melakukan penyemprotan secara lebih efektif karena tidak harus mengisis pestisida
secara berulang, tetapi hal tersebut tidak berlaku konstan karena penyesuaian
tekananan dapat mempengaruhi kecepatan keluarnya air. Panjang semprotan dan
lebar yang dihasilkn jika dibandingkan dengan sprayer manual (tabel 4.1) akan jauh
lebih luas, hal tersebut dikarenakan inti dari mekanisme penyemprotan yang
menggunakan mesin motor bakar dan telah dijelaskan dalam uraian sebelumnya.

Jika dibandingkkan dengan sprayer motor bakar, hasil yang didapatkan pada
sprayer manual kapasitas yang dihasilkannya lebih rendah (tabel 4.1), hal ini
disebabkan oleh mekanisme kerjanya yang masih manual menggunakan pompa
mekanik sederhana dan masih membutuhkan tenaga manusia. Hal tersebut
membuat sprayer ini lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan polusi
udara. Menurut (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementrian
Pertanian tahun 2012). Ukuran hand sprayer lebih kecil dan teknologi yang
digunakan sederhana sehingga memudahkan petani dalam penggunaan maupun
perawatan terhadap hand sprayer itu sendiri serta harganya relatif murah. Maksimal
tekanan yang dapat dikeluarkan hanya sebesar 6 kg/cm 2, sangat rendah karena
pompa mekanik yang ada tidak dapat dikalibrasi. Hal tersebut menyebabkan
jangkauan kapasitas penyemprotan yang lebih rendah. Karena menggunakan mesin
pompa sederhana, perawatan sprayer ini relatif lebih mudah. Kapasitas tangki yang
ada disesuaikan dengan kecepatan air yang dapat dikeluarkan yang dimana 3 liter
air dapat dikeluarkan dengan waktu kurang dari tiga menit.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini dapat ditarik beberapa kesimpulan. Adapun
kesimpulannya adalah:

1. Penggunaan sprayer motor bakar lebih dianjurkan untuk industri sedang-


besar karena kapasitas kerjangan yang lebih tinggi, tetapi biaya yang
dibutuhkan cukup besar.
2. Penggunaan sprayer manual lebih dianjurkan untuk perkebunan rumahan
karena biaya yang dibutuhkan lebih rendah dan kapasitas rendah yang
sesuai dengan kebutuhan.
3. Penggunan sprayer membutuhkan penyesuaian dengan mekanisme kerja
sprayer tersebut.

6.2 Saran
Perlu dilakukannya praktikum penggunaan sprayer yang lainnya, dengan
begitu pemahaman penggunaan dari spreyer dapat bertambah serta hasil kapastitas
kerja dari setiap sprayer lebih bervariasi. Pengaplikasian sprayer terbatas pada
pengukuran kapasitas kerja, dalam praktikum selanjutnya seharusnya dilakukan
pengukuran kapasitas kerja sprayer secara langsung pada tumbuhan perkebunan.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, G. P. (2009). Beberapa Aspek Perbaikan Penyemprotan Pestisida Untuk


Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka.

Dharmawan, A., & Soekarno, S. (2020). Uji Distribusi Semprotan Sprayer Pestisida
Dengan Patternator Berbasis Water Level Detector. Jurnal Teknik Pertanian
Lampung (Journal of Agricultural Engineering), 9(2), 85.
https://doi.org/10.23960/jtep-l.v9i2.85-95

Direktorat Jenderal Prasaran dan Sarana Pertanian, Kementrian Pertanian. (2012).


Keunggulan Hand Sprayer.

Djojosumarto, P. (2008). Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: PT Agromedia


Pustaka.

Guntur, A. P., Iqbal, & Sapsal, T. (2016). Uji Kinerja Knapsack Sprayer Tipe Pb 16
Menggunakan Hollow Cone Nozzle dan Solid Cone Nozzle, 9(1), 163–168.

Murti, U. Y., Iqbal, & Daniel. (2016). Uji Kinerja dan Analisis Biaya Traktor Roda
4 Model AT 6504 dengan Bajak Piring (Disk Plow) pada Pengolahan Tanah
Usrah. Jurnal AgriTechno, 9(1), 63–69.

Prabaningrum, L. (2017). Pengaruh Arah Pergerakan Nozzle dalam Penyemprotan


Pestisida Terhadap Liputan dan Distribusi Butiran Semprot dan Efikasi
Pestisida pada Tanaman Kentang. Jurnal Hortikultura, 27(1), 113.

Priyatmoko, A., Widodo, S., & Salahudin, X. (2016). Analisis Tekanan Tangki
Sprayer dengan Variasi Besar Diameter Roda dan panjang Tuas Engkol
Peluncur dengan Menggunakan Satu Pompa Pada Sprayer Semi Otomatis.
Jurnal Wahana Ilmuwan, 1(1), 33–54.

Rahman, M. N., & Yamin, M. (2014). Modification of Spraying System For Weed
Control Utilize With Knapsack Electric Sprayer. Jurnal Keteknikan
Pertanian, 02(1), 39–46.
Susanto. (2011). Pengaruh Tekanan Penyemprotan, Nosel, dan Ketinggian
Terhadap Ukuran dan Jumlah Butiran Semprot Pada Hand Sprayer Merk
SWAN Tipe A-14/1. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yuwana, N. A. (2014). Desain dan Kontruksi Grid Patternator untuk Pengujian


Kinerja Penyemprotan Sprayer. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN

Berikut dokumentasi praktikum:

Gambar 1. Proses pengukuran kapasitas kerja sprayer manual

Gambar 2. Merek sprayer manual yang digunakan

Gambar 3. Merek sprayer motor bakar yang digunakan


LEMBAR KONTRIBUSI

Cacuk Cahyadi : BAB III, BAB IV, BAB V, BAB VI

Diva Sari Nur Fatimah : BAB I, BAB II, BAB V, BAB VI

Khoerun Nisa Safitri : BAB II, BAB III, BAB V, BAB VI

Anda mungkin juga menyukai