Anda di halaman 1dari 13

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman pangan adalah jenis tanaman yang di dalamnya terdapat
karbohidrat dan protein sebagai sumber energi manusia. Tanaman pangan
memiliki beragam jenis antara lain: (1) serealia adalah sekelompok tanaman
yang bijinya sebagai sumber karbohidrat, termasuk dalam anggota suku padi-
padian. Tanaman serealia yang banyak dikonsumsi manusia antara lain padi,
jagung, gandum, gandum hitam, (2) biji-bijian adalah segala penghasil biji-
bijian yang didalamnya terkandung karbohidrat dan protein, yang sering kita
konsumsi antara lain; kedelai, kacang tanah dan kacang hijau, (3) umbi-umbian
adalah tanaman yang dipanen umbinya karena di dalam umbi terdapat
kandungan karbohidrat untuk sumber nutrisi bagi tubuh. antara lain seperti ubi
kayu (singkong), ubi jalar, talas, wortel, kentang, ganyong dan sebagainya, (4)
jenis tanaman lainnya yaitu tanaman pangan seperti sagu yang diambil
batangnya dan sukun yang diambil buahnya (A. Romadhon, 2016).
Menurut (R. Wibowo,2000), bahwa pembangunan tanaman pangan dan
hortikultura yang diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang maju, efisien
dan tangguh merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional.
Dalam pelaksanaan pembangunan tersebut dirancang suatu proses transformasi
struktur sektor pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, modal, iptek serta management modern. Perubahan struktur sektor
pertanain direfleksikan oleh perubahan-perubahannya dalam proses
pengelolaan sumberdaya ekonomi yang tidak lagi hanya berorientasi kepada
upaya peningkatan produksi tetapi juga kepada upaya peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan sektor pertanian yang maju,
efisien dan tangguh, beberapa peran pemerintah masih sangat diperlukan dalam
pembangunan antara lain: (1) menciptakan iklim yang kondusif bagi potensi
masyarakat untuk berkembang, (2) memperkuat daya saing yang dimiliki oleh

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masyarakat, dan (3) melindungi masyarakat tani dari persaingan yang tidak
seimbang.
Menurut (Susanto, 2004), pangan dan gizi bersifat pribadi dan individual
namun sangat penting untuk menyebarluaskan pengetahuan kepada
masyarakat di semua wilayah dan golongan etnik agar dapat menghargai,
menerima dan mengkonsumsi bahan dan jenis pangan setempat yang tersedia
guna menghindari ketergantungan terhadap satu atau dua jenis makanan
pokok. Sedangkan menurut (Gunawan.,2004), bahwa ketergantungan terhadap
beras dapat diperlonggar dengan penganekaragaman pangan melalui
perubahan citra bahan pangan pokok selain beras, sedangkan perbaikan gizi
sepenuhnya tergantung pada peningkatan pendapatan. Pengubahan citra bahan
pangan selain beras khusunya yang secara alami inferior harus dilakukan
melalui tahapan pengembangan produk atau pengolahan menjadi bentuk
komoditas baru yang lebih menarik, dan perlu diperkaya dengan nutrisi. Jika
sikap dan perilaku masyarakat tentang pangan tidak segera dibenahi, kesulitan
pangan yang lebih besar akan menghadang masa depan bangsa Indonesia.
Menurut (Sawi, 2000), pembangunan pangan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan.
Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan mengingat pangan merupakan
kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, upaya pemenuhan kebutuhan
pangan harus dilakukan secara adil dan merata buat kesejahteraan seluruh
penduduk Indonesia.
Seiring dengan kebijakan pertanian, pemerintah menargetkan
peningkatan diversifikasi pangan dengan menurunkan konsumsi beras sebesar
1,5 % per tahun serta diikuti peningkatan konsumsi umbi – umbian, pangan
hewani, buah – buahan dan sayuran. Penganekaragaman pangan atau atau
diversifikasi pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan
dengan prinsip gizi yang berimbang ( Bappenas, 2007). Pada dasarnya
diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan
yaitu diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi ketersediaan pangan dan
2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diversifikasi produksi pangan. Diversifikasi produksi pangan dilakukan dengan


meningkatkan produksi pangan pokok dengan bahan dasar selain beras
misalnya dengan memproduksi makanan pokok dengan bahan dasar dari ubi
jalar.
Terkait dengan diversifikasi pangan, ubi jalar sebagai komoditi sumber
karbohidrat harus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan pangan
masyarakat agar tidak tergantung pada beras.Ubi jalar selain mengandung
karbohidrat juga mengandung vitamin A,C dan mineral. Ubi jalar yang
umbinya berwarna orange atau kuning mengandung betakarotin ( Vitamin A)
yang tinggi. Sedangkan ubi jalar yang umbinya berwarna ungu, banyak
mengandung antosianin yang merupakan antioksidan bermanfaat bagi
kesehatan sebagai pencegah kanker dan mengikat radikal bebas di dalam tubuh
( B. Sarwono., 2008).
Menurut (Lingga., 2001), ubi jalar dapat dimanfaaatkan sebagai pengganti
makanan pokok karena merupakan sumber kalori yang tinggi. Selain sebagai
sumber kalori yang tinggi kandungan gizi yang terkandung di dalamnya sangat
bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Ubi jalar mempunyai potensi dan peluang
besar dikembangkan untuk program penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumberdaya lokal, sumber karbohidrat, zat gizi yang beragam serta
mempunyai resiko kegagalan relatif kecil, biaya produksi rendah , daya
adaptasi luas dan hasil olahannya sangat beragam.
Mengacu dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), pemerintah
Kabupaten Lamongan Tahun 2016-2021 yang tertuang dalam Rencana
Strategis (Renstra) tahun 2016-2021 Kabupaten Lamongan, Kawasan
peruntukan pertanian secara keseluruhan seluas 91.448,91 ha dengan rincian
pertanian lahan basah (sawah) seluas 79.320 ha dan pertanian lahan
kering/hortikultura (bukan sawah) seluas 12.138,91 ha. Sedangkan lahan irigasi
teknis seluas 45.841 ha atau 25,29 % ditetapkan sebagai lahan pangan
berkelanjutan. Sawah jenis ini tersebar di 20 Kecamatan. Adapun sawah tadah
hujan seluas 33.479 ha atau 18,47% tersebar diseluruh Kecamatan. Selain itu
didukung dengan potensi sumberdaya irigasi dengan sungai sepanjang kurang
3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lebih 855,5 km, waduk sebanyak 33 bauh seluas 2.389 ha dan rawa sebanyak
11 buah seluas 6.877 ha.
Berdasarkan potensi sumberdaya lahan pertanian di kabupaten Lamongan
maka pengembangan pertanian pangan unggulan (Renstra 2016-2021)
diarahkan untuk komoditas tanaman: padi, jagung, krdelai, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang hijau dan shorgum. Salah satu tanaman pangan unggulan
yang dikembangkan di kabupaten Lamongan yaitu ubi jalar. Dari 27
Kecamatan di Kabupaten Lamongan hanya ada 2 Kecamatan yaitu Kecamatan
Kalitengah dan Kecamatan Kedungpring. Jenis ubi jalar yang dikembangkan di
Kabupaten Lamongan adalah ubi jalar berwarna ungu (Varietas Antin 2),
berwarna merah (Varietas Sawentar), berwarna kuning (Varietas Papua
Solossa) dan berwarna putih (Varietas Sukuh).
Berdasarkan renstra diatas, usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan
masih mempunyai potensi untuk dikembangkan baik jangka pendek maupun
jangka panjang, agar produksi dan produktivitas semakin meningkat. Oleh
sebab itu pengembangan usahatani ubi jalar penting untuk diteliti. Ini yang
mendasari peneliti melakukan penelitian pengembangan usahatani ubi jalar
meliputi analisis kelayakan usahatani ubi jalar secara ekonomi apakah
usahatani ubi jalar menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, faktor –
faktor produksi apakah yang mempengaruhi produksi ubi jalar dan apakah
telah mencapai efisiensi teknis, efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis dan
faktor- faktor apakah yang mempengaruhi pengembangan usahatani ubi jalar
di Kabupaten Lamongan. Dengan pengembangan usahatani ubi jalar di
harapkan agar usahatani ubi jalar yang selama ini terpinggirkan menjadi
usahatani yang diminati dan dikembangkan oleh petani di Kabupaten
Lamongan.
B. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian dalam disertasi ini didasarkan penelusuran ( tracking )
dari penelitian-penelitian tentang ubi jalar dan posisi desertasi yang dilakukan
saat ini. Hasil Penelitian yang berkaitan dengan faktor sosial dan ekonomi
meliputi : (1) Hasil penelitian (Hepi Hapsari et al, 2019), didapatkan bahwa
4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

petani ubi jalar di Kec. Arjasari, rata-rata berusia 51 tahun dengan pekerjaan
utamanya adalah bertani ubi jalar. Mayoritas petani ubi jalar memiliki tingkat
pendidikan rendah (SD dan tidak tamat SD) dengan kepemilikan lahan seluas
0,11-0,5 Ha yang merupakan warisan turun temurun. Petani menanam ubi jalar
varietas kuningan putih dan ubi ungu. Pemupukan biasanya hanya dilakukan
sekali yaitu pada saat tanaman berusia sekitar 2 bulan dengan sistem
pembukaan tanah. Rata-rata produksi ubi jalar petani adalah 250-300 kg/100
m2. (2) Hasil penelitian (Asmarantaka et al, 2017), bahwa karakteristik petani
responden merupakan salah satu hal penting karena akan berhubungan
langsung dengan kegiatan usahatani. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui
rata-rata umur petani ubi jalar adalah 49 tahun, tingkat pendidikan pada
Sekolah Dasar (SD), rata-rata pengalaman usahatani 29 tahun, jumlah anggota
keluarga sebanyak 4 orang, mayoritas petani tidak tergabung ke dalam
kelompok tani. (3) Hasil penelitian (M.S.Hashmi et al, 2016), bahwa faktor
sosial yang menentukan yaitu petani ubi jalar tua lebih efisien daripada petani
muda, petani yang memiliki pendidikan S1 lebih efisien daripada yang
mempunyai pendidikan tingkat lain dan petani yang berpengalaman paling
efisien . Hasil Penelitian yang berkaitan dengan luas lahan meliputi : (4). Hasil
penelitian (Candra, 2013), bahwa luas lahan berpengaruh signifikan terhadap
produksi usahatani ubi jalar di manggasari, selain itu dapat dikatakan semakin
luas lahan akan berpengaruh jumlah produksi. (5). Hasil penelitian (Putu Dika
Arimbawa et al, 2017), menyatakan bahwa luas lahan, tehnologi dan
pelatihan memiliki pengaruh positip terhadap produktivitas petani ubi jalar,
(6). Hasil penelitian (Sudaryanto et al, 2003), menyatakan bahwa modal (
kredit) yang cukup , petani dapat mengoptimalkan sumberdaya usahataninya
guna meningkatkan keuntungan usaha yang pada gilirannya meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani ubi jalar, (7). Hasil penelitian
(Tjitropranoto., 2005), bahwa petani ubi jalar yang berhasil dapat menjadi
sumber informasi bagi petani lain karena kedekatan, keakraban, dan kesamaan
cara pandang mereka terhadap sesuatu masalah (8). Hasil penelitian
(Syaifuddin, 2008), menyatakan bahwa lingkungan pertanian seperti lahan,
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

modal dan modal sosial berpengaruh nyata terhadap kompetensi petani dan
pendapatan keluarga.(9). Hasil penelitian (Mulyandari et al, 2011),
menyatakan bahwa untuk mengelola usahataninya dengan baik memerlukan
pengetahuan dan informasi mengenai hasil penelitian, pengalaman petani lain
situasi mutakhir yang terjadi di pasar input, produk pertanian dan kebijakan
pemerintah .
Hasil penelitian yang berkaitan dengan faktor kebijakan pemerintah
meliputi : (10) Hasil penelitian (Liu , 2009), ditemukan bahwa kultur
(budaya) sangat mendukung secara intensif penyerapan inovasi atau teknologi.
(11) Hasil penelitian (Andriaty et al, 2011), menyatakan bahwa informasi yang
paling dibutuhkan adalah mengenai informasi teknologi produksi, diikuti
informasi pemasaran dan pasca panen. Media yang paling sering diakses untuk
memperoleh informasi adalah pertemuan, media elektronik, media cetak dan
faktor yang mempengaruhi akses infoamasi adalah: umur, kosmopolitan,
tingkat manfaat informasi.
Hasil penelitian yang berkaitan dengan pendapatan dan aspek ekonomi
meliputi :(12). Hasil penelitian (A. Habib, et al, 2017), perhitungan R/C Ratio
di Desa Hesa Perlompongan Kecamatan Teluk Kabupaten Asahan sebesar
2,35 > 1, hal ini menunjukkan bahwa nilai R/C lebih besar dari 1, artinya
usahatani ubi jalar di Desa Hesa Perlompongan Kecamatan Teluk Dalam
Kabupaten Asahan menguntungkan dan layak diusahakan, (13). Hasil
penelitian. (A. Leovita, et al, 2018), analisis R/C ratio usahatani ubi jalar di
kecamatan Ampek Angkek memiliki nilai R/C ratio lebih besar dari satu,
sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani ubi jalar layak untuk dilakukan,
(14). Hasil penelitian (S. El Yasin, et al, 2019), bahwa usahatani ubi jalar di
Desa Panti Kecamatan Panti kabupaten Jember menguntungkan dan layak
diusahakan dengan nilai R/C lebih besar dari 1 sebesar 2,15, (15). Hasil
penelitian (H. Hapsari, et al, 2019), menyatakan dengan nilai R/C lebih besar
satu artinya usahatani ubi jalar layak dilakukan. Nilai R/C sebesar 2,2 artinya
angka tersebut memiliki interpretasi bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan
oleh petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,2.-.
6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil penelitian yang berkaitan dengan peningkatan produksi dan


peningkatan produktivitas dilakukan oleh (14). Hasil penelitian (R. D. Sari, et
al, 2015), menyatakan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja,
lama pendidikan, pengalaman berusahatani dan tanggungan keluarga
berpengaruh nyata terhadap produksi taraf kepercayaan 90 %, dengan model
OLS, (16). Hasil penelitian ( E.N.Amengor et al., 2016), menyatakan bahwa
untuk meningkatkan produksi ubi jalar, budidaya ubi jalar harus menggunakan
mekanisasi, subsidi dalam bentuk pupuk dan input produksi lainnya harus
diberikan kepada petani, menggunakan pertanian modern dan lebih banyak
menggunakan tenaga kerja wanita, (17). Hasil penelitian (E. A. Martanto et al,
2016), bahwa untuk meningkatkan produksi ubi jalar perlakuan kombinasi
pupuk yang terbaik dengan menggunakan sekam dengan dosis 4 ton/ha dan abu
kulit ditambah kompos dengan dosis 6 ton/ha menghasilkan produksi ubi jalar
11,0 kg/plot (setara 18,33 ton/ha), dengan model OLS. (18). Hasil penelitian
(R.W Asmarantaka et al 2017), bahwa faktor produksi pendidikan, umur,
pendapatan, ikut kelompok tani, modal, varietas ubi jalar dan dummy irigasi
berpengaruh nyata pada inefisiensi teknis dengan model MLE. (19). Hasil
penelitian. (A. Leovita, et al, 2018), bahwa faktor produksi jumlah bibit, pupuk
organik, jumlah tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga berpengaruh
pada taraf 1%, sedangkan variabel jumlah pupuk anorganik berpengaruh pada
taraf 10 % dengan model MLE, (20). Hasil penelitian. (B. Simanjuntak et al,
2019), menyatakan faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk ponska,
berpengaruh nyata dan nilai produk marginal lebih besar dari satu artinya
penggunaan faktor produksi luas lahan, bibit, dan pupuk ponska belum efisien
dengan model OLS.
Hasil penelitian yang berkaitan dengan peluang pengembangan
penganekaragaman ubi jalar dilakukan oleh: (21). Hasil Penelitian (Heny
Sukesi.,2009), bahwa pengembangan penganekaragaman pangan berbasis
umbi-umbian dalam implementasinya harus didukung penuh oleh seluruh
pemangku kepentingan yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah,
petani/kelompok tani. (22). Hasil penelitian (Putri Suci Ariani et al ,2013),
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahwa strategi pengembangan diversifikasi pangan pokok sumber karbohidrat,


yaitu antara lain: (1) peningkatan jumlah produksi dan kualitas yang juga
diikuti perbaikan subsistem pengolahan, akses jaringan pasar, dan
pemberdayaan lembaga penunjang; (2) digiatkan pelatihan dan penyuluhan
usahatani terstruktur guna mengakslerasikan tranformasi teknologi dan
dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan-kebijakan pengembangan
pertanian yang sedang digalakkan; (3) penguatan posisi tawar petani melalui
peningkatan akses informasi dan jaminan pasar; dan (4) pembangunan
infrastruktur guna meningkatkan produktivitas dan daya saing petani, serta
pengoptimalan kelembagaan ekonomi/koperasi.
Hasil penelitian yang berkaitan dengan pemasaran ubi jalar :(22) Hasil
penelitian (Shohidal Farid.,2017), usahatani ubi jalar di Desa Mertajaya
Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya diketahui bahwa : 1. Terdapat
dua saluran pemasaran ubi jalar sampai ke tangan konsumen akhir yaitu :a.
Pola saluran pemasaran I ( Petani - Pedagang - Pengumpul - Konsumen
Industri). b. Pola saluran pemasaran II, (Petani - Pedagang pengumpul -
Pedagang pengecer - Konsumen). 2. Besarnya biaya, marjin dan keuntungan
pemasaran pada saluran pemasaran I sebagai berikut : (1) biaya pemasaran
sebesar Rp 240 per kilogram, (2) marjin pemasaran sebesar Rp 1.500 per
kilogram dan (3) keuntungan pemasaran sebesar Rp 1.260 per kilogram.
Sedangkan biaya, marjin dan keuntungan pada saluran pemasaran II sebagai
berikut : (1) biaya pemasaran sebesar Rp 762 perkilogram, marjin pemasaran
sebesar Rp 2.000 per kilogram dan (3) keuntungan pemasaran sebesar Rp
1.638 per kilogram. 3. Berdasarkan hasil penghitungan diketahui bahwa
Besarnya nilai farmer’r share atau bagian yang diterima petani pada saluran
pemasaran I adalah 62,50 persen dan efisiensi pemasarannya sebesar 6 persen.
Sedangkan pada saluran pemasaran II besarnya nilai farmer’r share adalah
55,50 persen dan efisiensi pemasarannya sebesar 16,93 persen. (23). Hasil
penelitian (Eufrasia Ngole Djo Dou et al .,2019), bahwa: (1)terdapat dua
saluran pemasaran di daerah penelitian, yaitu I: Petani – Konsumen (8 petani);
II: Petani – Pedagang Pengecer – Konsumen (39 petani), (2) Share tertinggi
8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diterima petani pada saluran I sebesar 100%, margin pemasaran terdapat pada
saluran II ditingkat petani dan pedagang pengecer soe sebesar Rp.4.859/kg, (3)
Strategi untuk meningkatkan pemasaran ubi jalar ialah strategi agresif atau SO
yaitu mengunakan peluang untuk memanfaatkan kekuatan yang ada.
Dari uraian keaslian penelitian diatas, bisa memperjelas posisi penelitian
disertasi ini yaitu penggunaan faktor produksi pupuk ZA dengan dianalisis
menggunakan fungsi produksi frontier stochastic menggunakan metode
Maximum Likelihood Estimation (MLE) dan penelitian tentang faktor – faktor
yang mempengaruhi pengembangan usahatani ubi jalar, sehingga memperjelas
posisi disertasi dalam penelitian ini. Kebaruan (Novelty) penelitian ini yaitu
memasukkan variabel faktor sosial, faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor
akses informasi dan faktor kebijakan pemerintah dalam model. Variabel ini
belum pernah digunakan dalam penelitian pengembangan usahatani ubi jalar.

C. Rumusan Masalah
Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat utama, setelah padi, singkong,
terigu dan jagung. Selain itu ubi jalar juga mempunyai peranan yang penting
dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak.
Masyarakat Indonesia sebagian besar mengkonsumsi ubi jalar sebagai
makanan tambahan dalam bentuk camilan sehingga perannya sebagai
penyedia gizi yang dapat dijangkau masyarakat pedesaan cukup tinggi
( Sasongko et al., 2009).
Tanaman umbi seperti ubi jalar dan ubi kayu sering digunakan sebagai
sumber pangan dan bahan baku industri . Pemanfaatan tanaman umbi-
umbian sebagai sumber pangan alternatif telah banyak dilakukan, umbi-
umbian yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi telah dikembangkan
untuk menghasilkan bahan pangan yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat luas.Tanaman umbi-umbian masih ditanam petani-petani di
Indonesia, karena masih tingginya kebutuhan makanan pokok maka masih
memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.

9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut (Sasongko et al, 2009), dalam pengembangan program


percepatan program diversifikasi konsumsi pangan, ubi jalar merupakan
salah satu komoditas pangan yang mempunyai keunggulan sebagai
penunjang program tersebut. Ubi jalar merupakan bahan yang baik karena
mengandung karbohidrat tinggi dan sumber vitamin A terutama pada
varietas yang mempunyai warna umbi kuning kemerah-merahan.
Menurut (Lingga et al, 2011), bahwa ubi jalar mempuyai manfaat yang
sangat besar sebagai pengganti makanan pokok karena merupakan sumber
kalori yang tinggi dan mempunyai kandungan gizi yang bermanfaat untuk
kesehatan tubuh. Ubi jalar sebagai komoditi sumber karbohidrat harus
dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat agar tidak
tergantung pada beras. Ubi jalar juga mempunyai potensi dan peluang besar
untuk dikembangkan sebagai program penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumber lokal, karena sebagai salah satu sumberkarbohidrat,
produktivitasnya tinggi, potensi diversifikasi produk beragam, zat gizi
beragam dan potensi permintaan lokal, regional dan eksport yang terus
meningkat. Ubi jalar juga memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan
tanaman pangan lain yaitu resiko kegagalan relatif kecil, biaya produksi
relatif rendah daya adaptasi luas dan hasil olahannya sangat beragam.
Secara geografis Kabupaten Lamongan dilalui oleh aliran Bengawan solo
yang memanjang dari barat ke timur sepanjang kurang lebih 63 km.
Bengawan solo mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha
pertanian di Kabupaten Lamongan. Secara administrasi Kabupaten Lamongan
terdiri dari 27 Kecamatan dan 474 desa/ kelurahan dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.338.800 juta orang, dimana sekitar 63,71% nya bergerak disektor
pertanian secara luas ( tanaman pangan, holtikultura, perkebunan). Luas
wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 km2 atau setara dengan 181.280 ha
luas potensi yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian sekitar 166.972 ha (
89.10%) terdiri dari lahan sawah seluas 87.650 ha. Lain – lain 10.048 ha.
Lahan bukan sawah 64.077 ha, lahan bukan pertanian 15.245 ha dan luas

10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lahan tersebut sedah termasuk lahan tambak seluas 684 ha (Renstra


Kabupaten Lamongan 2016 – 2021).
Berdasarkan potensi sumberdaya lahan pertanian di Kabupaten
Lamongan secara keseluruhan seluas 166.972 (89.10 %) baik lahan sawah
dan lahan kering digunakan untuk pengembangan tanaman pangan padi,
jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan shorgum.
Dari luas lahan tersebut hanya sekitar 451 ha luas lahan (0,20%) dengan
produksi 8.105 ton dan tingkat produktivitas 17,97 ton/ha yang digunakan
untuk usahatani ubi jalar (BPS Kabupaten Lamongan, 2017). Hal ini
menunjukkan bahwa komoditi ubi jalar mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan agar produksi dan produktivitasnya meningkat secara optimal.
Produksi ubi jalar di Kabupaten Lamongan terus mengalami penurunan,
karena petani enggan untuk mengusahakan usahatani ubi jalar, beralih pada
usahatani yang lain, padahal usahatani ubi jalar salama ini merupakan
usahatani yang sudah turun temurun diusahakan, hal ini berkaitan dengan
harga yang diterima di tingkat petani kurang cukup bagi petani dibandingkan
dengan harga komoditas lain. Selain itu produktivitas ubi jalar secara real di
Kabupaten Lamongan berkisar antara 17 - 19 ton / ha , hal ini dikarenakan
penggunaan faktor-faktor produksi yang kurang tepat, sehingga menyebabkan
produksi menurun, dengan produksi menurun maka produktivitas juga
menurun. Sedangkan produktivitas secara potensial menurut Balitkabi 27 - 30
ton/ ha, maka masih ada peluang untuk mengembangkan usahatani ubi jalar
dan meningkatkan produksinya. Produksi dan produktivitas ubi jalar masih
bisa di tingkatkan secara optimal. Untuk meningkatkan produktivitas ubi
jalar, petani dihadapkan pada masalah penggunaan faktor – faktor produksi
secara optimal. Dengan kata lain suatu kombinasi input dapat menciptakan
sejumlah produksi dengan cara yang lebih efisien. Masalah penggunaan
faktor – faktor produksi merupakan masalah utama yang dihadapi petani yang
berkaitan dengan keahlian petani dalam berusahatani.

11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan permasalahan tentang usahatani ubi jalar di Kabupaten


Lamongan maka sangat penting dilakukan penelitian tentang pengembangan
usahatani ubi jalar yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Usahatani ubi jalar apakah sudah menguntungkan dan layak
dikembangkan di Kabupaten lamongan.
2. Faktor – faktor produksi apakah yang mempengaruhi produksi ubi jalar di
Kabupaten Lamongan dan apakah sudah mencapai efisiensi teknis,
efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis.
3. Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi pengembangan usahatani ubi
jalar di Kabupaten Lamongan.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian
ini bertujuan :
1. Menganalisis usahatani ubi jalar apakah menguntungkan dan layak
dikembangkan di Kabupaten Lamongan.
2. Menganalisis faktor- faktor produksi yang mempengaruhi produksi ubi
jalar dan tingkat effisiensinya di Kabupaten Lamongan.
3. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan
usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan.
E. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian diharapkan memiliki implikasi terhadap
pengembangan usahatani ubi jalar dengan tercapainya beberapa hal sebagai
berikut :
1. Untuk pengembangan ilmu pertanian, penelitian ini menggunakan
beberapa variabel penting yang diambil dengan dasar pertimbangan
kondisi di lapangan, sehingga diharapkan akan sangat bermanfaat dari segi
keilmuan maupun praktek di lapangan.
2. Merupakan informasi bagi penelitian lanjutan, dapat dipakai sebagai
referensi dasar bagi peneliti yang mengambil topik penelitian tentang

12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengembangan usahatani ubi jalar sehingga produksi dan produktivitas


komoditi ubi jalar semakin meningkat.
3. Secara praktis penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran bagaimana
petani menganalisis kelayakan usahatani ubi jalar secara ekonomi apakah
menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, menganalisis faktor-
faktor produksi yang mempengaruhi produksi ubi jalar dan menganalisis
faktor - faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani ubi jalar
dapat membantu petani untuk meningkatkan keberhasilan petani dalam
mengembangkan usahatani ubi jalar di Kabupaten Lamongan.

13

Anda mungkin juga menyukai