Anda di halaman 1dari 4

PENTINGNYA DIVERSIFIKASI PANGAN

UNTUK MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN INDONESIA

Disusun oleh:
Aninda Dyah Nugrahaini

(15/385433/TP/11302)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

Indonesia merupakan negara agraris, negara yang mayoritas penduduknya


mengandalkan beras sebagai bahan pangan pokok sehari-hari, bahkan sampai ada yang
mengatakan bahwa orang Indonesia belum bisa dikatakan sudah makan apabila belum makan
nasi. Maka bisa dikatakan bahwa peran beras di Indonesia ini sangat penting. Hal ini menjadi
catatan tersendiri bahwa diversifikasi pangan sangat dibutuhkan oleh Indonesia untuk
mengurangi jumlah konsumsi beras. Saat ini pemerintah telah menetapkan berbagai instrumen
untuk tercapainya diversifikasi pangan seperti telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor
22, 2009 tentang Kebijakan Percepatan penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumberdaya Lokal dan tindak lanjutnya oleh Kementerian Pertanian melalui Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 43, 2009. (Ariani, 2010)
Menurut KBBI (2015) diversifikasi merupakan penganekaan usaha untuk menghindari
ketergantungan pada ketunggalan kegiatan, produk, jasa, atau investasi.
Sedangkan diversifikasi di bidang pangan memiliki dua makna, yaitu diversifikasi tanaman
pangan dan diversifikasi konsumsi pangan. Kedua bentuk diversifikasi tersebut masih
berkaitan dengan upaya untuk mencapai ketahanan pangan. Apabila diversifikasi tanaman
pangan berkaitan dengan teknis pengaturan pola bercocok tanam, maka diversifikasi
konsumsi pangan akan mengatur atau mengelola pola konsumsi masyarakat dalam rangka
mencukupi kebutuhan pangan. (Fasak, 2011)
Menurut Fasak (2011) dalam Riyadi (2003), diversifikasi pangan merupakan suatu
proses pemilihan pangan yang tidak hanya tergantung pada satu jenis pangan, akan tetapi
memiliki beragam pilihan (alternatif) terhadap berbagai bahan pangan. Pertimbangan rumah
tangga untuk memilih bahan makanan pokok keluarga di dasarkan pada aspek produksi, aspek
pengolahan, dan aspek konsumsi pangan. Penganekaragaman pangan ditujukan tidak hanya
untuk mengurangi ketergantungan akan jenis pangan tertentu, akan tetapi dimaksudkan pula
untuk mencapai keberagaman komposisi gizi sehingga mampu menjamin peningkatan
kualitas gizi masyarakat.
Masyarakat di Indonesia sendiri sering menjadikan tanaman palawija sebagai pangan
masyarakat kelas dua. Maka dari itu konsep diversifikasi terhadap ketergantungan beras dapat
dimulai dengan mengenalkan dan menghapus pandangan nilai-nilai lama yang menempatkan
palawija sebagai pangan masyarakat kelas dua dan dengan mengangkat kembali potensipotensi pangan yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Indonesia memiliki potensi pangan
lokal yang dapat menyeimbangkan peran beras sebagai makanan pokok. Seperti contoh ketela
pohon atau singkong, jagung, sukun, garut, sagu, kentang, ubi jalar dan talas.
Tanaman Garut atau Arairut adalah tanaman yang memberikan hasil utama berupa
umbi. Tanaman ini merupakan tanaman yang memerlukan iklim panas dan kondisi yang basah
yaitu pada ketinggian 0 m 900 m dpl. Namun, tanaman ini dapat umbi yang optimal pada
jenis tanah berpasir atau diantara ketinggian 60 m 90 m dpl. Adapun pemanfaatan tanaman
ini dapat digunakan sebagai bahan pembuatan makanan bayi, bahan pembuatan kosmetika,
lem, keripik, dan bahkan dalam sejumlah penelitian tanaman garut atau Arairut ini dapat
dimanfaatkan sebagai makanan bagi anak-anak penderita kelainan pencernaan Sindrom Down
dikarenakan kehalusan serat makanan ini. Tanaman Garut atau Arairut menurut sejarahnya
berasal dari Amerika Selatan yang mana pada tanaman ini biasanya tumbuh di pekarangan
tepatnya di bawah pohon yang rindang.

Sedangkan untuk sukun, mungkin bagi kebanyakan orang belum mengetahui bahwa
sukun dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan pokok alternatif. Di daerah Sangir
Taulud, sukun dimanfaatkan sebagai pengganti beras. Di berbagai daerah lain di Indonesia
sukun dimanfaatkan sebagai makanan camilan. Potensi tanaman sukun sebagai makanan
pengganti padi memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman pendamping padi yang
lain karena pemanenan buah sukun dapat dilakukan setiap waktu tanpa mengenal musin.
Meskipun demikian, tanaman sukun biasanya berbuah dua kali. Panen pertama biasanya
dilakukan pada bulan Januari Febuari dan panen kedua dilakukan pada bulan Juli Agustus.
Sangat disayangkan sekali apabila ditengah kekayaan sumber daya pangan lokal,
Indonesia ini masih ada kasus kelaparan dan kekurangan gizi.
Menurut Prof. Dr.Ir. Eni Harmayani, M.Sc.,kekayaan pangan lokal yang ada apabila
dikembangkan dapat menjadi aset yang memiliki andil besar dalam perekonomian dan
kedaulatan pangan Indonesia. Misalnya saja umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar, garut,
uwi, gembili, dan bengkoang yang keberadaannya cukup melimpah di Indonesia mempunyai
potensi dikembangkan sebagai pangan pokok maupun sebagai pangan fungsional.
Pengembangan umbi-umbian sebagai pangan lokal diharapkan mampu mengurangi defisit
impor terigu serta menjadi komponen pangan fungsional.(Ika, 2013)
Jika diversifikasi pangan ini dapat tercapai, maka kedaulatan pangan juga akan
tercapai. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.
Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik
dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Kedaulatan pangan akan tercapai apabila petani sebagai penghasil pangan
memiliki, menguasai dan mengkontrol alat-alat produksi pangan seperti tanah, air, benih dan
teknologi serta berbagai kebijakan yang mendukungnya dalam bingkai pelaksanaan
pembaruan agraria. Hal ini perlu disertai dengan melaksanakan pertanian rakyat yang
berkelanjutan bukan saja untuk memperbaiki kualitas tanah, lingkungan dan produksi yang
aman bagi kesehatan manusia. Artinya, kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip
diversifikasi pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada. Sehingga diversifikasi pangan
dengan kedaulatan pangan sangat erat kaitannya

Daftar Pustaka

Ariani, Mewa.2010. ANALISIS KONSUMSI PANGAN TINGKAT MASYARAKAT


MENDUKUNG PENCAPAIAN DIVERSIFIKASI PANGAN. Diunduh dari
http://ejournal.persagi.org/go/index.php/Gizi_Indon/article/viewFile/84/81 pada hari
Rabu, 05 Agustus 2015 pukul 20.35
Diunduh dari http://kbbi.web.id/diversifikasi pada hari Rabu, 05 Agustus 2015
pukul 20.40
Fasak, E.2011. Diunduh dari e-journal.uajy.ac.id/1589/3/2EP12752.pdf pada hari Rabu, 05
Agustus 2015 pukul 21.20
Cahyanto dkk. 2012. Penguatan kearifan Lokal sebagai Solusi Permasalahan Ketahanan
Pangan Nasional. Prosiding the 4th International Conference on Indonesian Studies:
Unity,Diveristy, dan Future. Diunduh dari
http://gopanganlokal.miti.or.id/ragam-jenis
pangan-lokal-indonesia pada hari Rabu, 05 Agustus 2015 pukul 21.30
Ika.2013.Penguatan Kedaulatan Pangan dengan Pengembangan Pangan Lokal. Diunduh dari
https://ugm.ac.id/id/berita/8564penguatan.kedaulatan.pangan.dengan.pengembangan.pangan.lokal pada hari Rabu, 05
Agustus 2015 pukul 22.03
Diunduh dari http://www.spi.or.id/?page_id=282 pada hari Rabu, 05 Agustus 2015 pukul 21

Anda mungkin juga menyukai