Oleh:
Kelompok H
Dedi Kurniawan
(141710101021)
Awi Metalisa
(141710101090)
Sofin Murdiana
(141710101111)
Nirmala Audria
(141710101123)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Lumajang merupakan kabupaten yang
terletak di wilayah Propinsi Jawa Timur, yang berada pada posisi bagian ujung timur
Pulau Jawa, di kawasan tapal kuda Provinsi Jawa Timur. Letak geografis ketiga
kabupaten ini berurutan dan saling berbatasan langsung dimana Banyuwangi
berbatasan langsung dengan Jember dan Jember berbatasan langsung dengan
Lumajang, dengan tipikal kondisi wilayah dan iklim yang bervariasi menjadikan
daerah tersebut mempunyai banyak potensi pangan lokal yang dapat dikembangkan
contohnya pisang, kopi, dan kakao.
Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi setempat (satu wilayah/daerah)
untuk tujuan ekonomi dan atau konsumsi. Pangan lokal tersebut berupa bahan
pangan baik komoditas primer maupun sekunder. Produksi pangan lokal mempunyai
peranan yang sangat strategis untuk memenuhi kebutuhan pangan di daerah
maupun untuk meningkatkan pendapatan petani. Hal ini didukung oleh potensi areal
dan produksi berbagai komoditas pangan lokal yang mempunyai keunggulan
wilayah dan dapat dijamin kesinambungannya. Namun sebagian besar produksi
pangan lokal belum dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga produksi pangan
lokal perlu dikembangkan lebih lanjut dalam rangka memenuhi kebutuhan daerah
sendiri maupun luar daerah.
Pisang (Musa paradisiaca) adalah salah satu komoditas hortikultura yang
berpeluang sangat tinggi sebagai bahan diversifikasi pangan, food security dan
agribisnis di Indonesia. Potensi ini bukan saja karena karbohidrat, nutrisi, mineral
dan kandungan seratnya yang sangat memenuhi persyaratan sebagai komoditi
pangan dan makanan sehat tetapi juga permasalahan yang timbul pada saat panen
raya dimana jumlah pisang melimpah dan menumpuk terutama di sentra produksi
pisang seperti di kabupaten Lumajang dan kabupaten Jember yang kurang optimal
dalam pengolahannya. Sesuai data dari Kementerian Pertanian menyatakan bahwa
Banyuwangi, Jember dan Pasuruan menjadi andalan Jawa Timur dalam penyediaan
pisang dengan kontribusi berkisar antara 5,19% - 5,55% serta Produksi pisang di
Kabupaten Jember sebesar 82,0696 ton (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur,
2013). Produksi buah pisang dimasyarakat desa pada umumnya hanya dikonsumsi
secara langsung, tanpa diolah dijadikan suatu produk yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. budidaya pisang dapat dilakukan dimana saja dan cepat
tumbuhnya. Selain itu, komoditas pisang juga mempunyai peluang besar untuk
dimanfaatkan dalam aneka industri. Produk yang dapat dihasilkan dari pengolahan
pisang adalah gethuk pisang dan es krim kulit pisang.
Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi tentang pengolahan buah pisang
kepada kelompok masyarakat agar dapat meningkatkan kesdaran masyrakat untuk
mengkonsumsi pisang yang kaya manfaat.
1.2 Tujuan
1. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian pangan lokal
2. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian diversifikasi pangan
3. Untuk memberikan pemahaman tentang komoditi pisang
4. Untuk memberikan sosialisasi dan arahan kepada kelompok masyarakat tentang
pengolahan dan manfaat buah pisang sebagai produk pangan lokal.
5. Mengoptimalkan buah pisang sebagai aneka produk pangan lokal yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.
1.3 Manfaat
1. Dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk megkonsumsi makanan lokal.
2. Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang berbagai olahan pangan dari
buah pisang.
Indonesia memiliki
setidaknya
77 bahan
makanan
lokal
yang
mengandung karbohidrat yang hampir sama dengan nasi sehingga bisa dijadikan
substitusi (Yuliatmoko dan Artama, 2010).
2.2 Ketahanan, Kemandirian, dan Kedaulatan Pangan
Menurut Undang-Undang RI No.18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan
bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif serta berkelanjutan. Definisi lain, ketahanan pangan
adalah keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik, social,
dan ekonomi, terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi
sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat (Mercy, 2007)
Sedangkan kemandirian pangan ialah kemampuan Negara dan bangsa dalam
memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan
lokal secara bermartabat. Konsep kemandirian pangan menitikberatkan pada
pentingnya pemenuhan pangan yang berbasis pada sumber daya lokal. Dalam hal
pisang sebesar 6.373.533 ton atau sekitar 34,17 persen total produksi buah di
Indonesia memberikan kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra
produksi pisang terbesar berada di Pulau jawa dengan total produksi sebesar
3.650.455 ton atau sekitar 57,28 persen dari total produksi pisang nasional.
Tanaman pisang memiliki banyak jenis antara lain pisang biji, kapok, emas,
susu, raja, tanduk, dan ambon. Tanaman pisang banyak ditanam di pekarangan dan
di tempat-tempat lain sampai ketinggian 800 m dari permukaan laut. Tanaman
pisang berdaun lebar yang membentuk sundip dan tepi daunnya tak bertulang serta
memiliki batang basah, tinggi tanaman dapat mencapai 6 m (Atun dkk, 2007). Buah
pisang berbentuk bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua baris
dengan kulit berwarna hijau, kuning, cokelat, atau ungu. Beberapa buah pisang
membentuk kelompok buah atau sisir. Buah pisang ada yang berbiji dan ada yang
tidak. Biji buah pisang berwarna hitam-hitam, kecil dan bulat. Pemanenan buah
pisang dapat dilakukan saat 80-90 hari setelah keluarnya jantung pisang (Kaleka,
2013).
2.3.2 Kandungan Gizi Pisang
Pisang memiliki banyak kandungan gizi seperti karbohidrat, vitamin, dan
mineral. Menurut Asni dan Novalinda, pisang mengandung pati, protein, lemak,
serat, dan gula. Komposisi berbagai jenis pisang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi beberapa Jenis Buah Pisang (Tiap 100g Daging Buah
Segar)
Kandungan Gizi
Jenis Pisang
Ambon
Raja
Raja Sere
Uli
Kalori (kal)
9,90
12,00
118,00
156,00
Protein (g)
1,20
1,20
1,20
2,00
Lemak (g)
0,20
0,20
0,20
0,20
Karbohidrat (g)
25,80
31,80
31,10
38,20
Kalsium (mg)
8,00
10,00
7,00
10,00
Fosfor (mg)
28,00
22,00
29,00
28,00
Zat besi (mg)
0,50
0,80
0,20
0,90
Vit A
146
950
112
75
Vit B1 (mg)
0,08
0,06
0,00
0,05
Vit C (mg)
3,00
10,00
4,00
3,00
Air (g)
72,00
65,80
67,00
59,10
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2003)
Mas
127,00
1,40
0,20
33,60
7,00
25,00
0,80
79
0,09
2,00
64,20
panic. Selanjutnya ditambahkan gula pasir dan asam sitrat. Pada saat proses
pemasakan bubur buah juga ditambahkan CMC sedikit demi sedikit sembari diaduk
agar homogeny bersana bubur pisang. Proses pemasakan dihentikan apabila
adonan meleleh tidak lama setelah sendok diangkat, maka pemasakan telah cukup.
2. Getuk Pisang
Getuk merupakan salah satu diversifikasi olahan buah pisang yang berbentuk
semi basah dan memiliki umur simpan relatif singkat yaitu 3 hari (tanpa bahan
pengawet). Bahan baku yang umum digunakan untuk membuat getuk pisang adalah
jenis pisang raja nangka (Satuhu dan Supriadi, 2000) dengan tingkat kematangan
80%-90 % (tua/matang tetapi masih mengkal/keras). Teknik pembuatan getuk
pisang terdiri atas bahan yang dibutuhkan yaitu pisang yang sudah tua tapi masih
mengkal/keras 500 gram, terigu 25 gram, tepung tapioka 25 gram, margarin 25
gram, gula jawa 150 gram, gula pasir 50 gram, vanili bungkus dan garam sdt.
Sementara alat yang digunakan antara lain kompor, alat pengukus, pisau, baskom,
alat penumbuk, daun pisang, lidi dan timbangan. Untuk cara pembuatan getuk
pisang yaitu pertama pisang segar dicuci bersih kemudian dikukus sampai matang
(kurang lebih 15-20 menit tergantung banyak sedikitnya pisang), kemudian kupas
kulit pisang dan haluskan. Campur pisang yang telah halus dengan bahan-bahan
tambahan lainnya sampai rata. Terakhir bungkus adonan getuk menggunakan daun
pisang lalu dikukus sampai matang.
3. Sale Pisang
Sale pisang merupakan makanan semi basah dibuat dari pisang matang
dengan cara pengeringan dan atau pengasapan dengan atau tanpa penambahan
pengawet. Sale pisang mempunyai cita rasa yang khas dan daya simpan yang
cukup lama. Mutu sale pisang sangat dipengaruhi oleh tingkat keruaan buah, jenis,
dan mutu pisang segar yang diolah. Menurut Prabawati dkk (2008) cara pembuatan
sale pisang adalah pisang yang telah matang dikupas dan dikerok. Untuk langkah
selanjutnya terdapat dua perlakuan berbeda yaitu dapat dilakukan pengasapan
dengan belerang 1g/kg dalam lemari pengasap atau dilakukan pencelupan ke dalam
larutan bisulfit 1% selama 15 menit. Setelah itu dilakukan pengeringan. Pengeringan
dapat dilakukan menggunakan dua perlakuan yaitu penjemuran dan menggunakan
alat pengering. Namun sebaiknya menggunakan alat pengering agar berlangsung
lebih cepat, produk bersih, tidak tergantung pada sinar matahari sehingga produksi
dapat dilakukan secara terus-menerus. Selanjutnya dilakukan pemipihan secara
bertahap untuk meberi bentuk pipih pada sale dan mempercepat pengeringan. Lalu
proses pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai 15-20%. Setelah itu
dilakukan pengemasan.
4. Dodol Pisang
Pembuatan dodol pisang dilakukan untuk memperpanjang daya simpan,
meningkatkan nilai ekonomis produk pertanian serta penganekaragaman pangan.
Untuk membuat dodol pisang, pisang yang digunakan harus yang matang penuh.
Semua jenis pisang dapat diolah menjadi dodol pisang, tetapi yang paling enak
adalah dodol yang diolah dari pisang Ambon karena memiliki rasa enak dan
aromanya kuat. Bahan yang digunakan untuk membuat dodol pisang adalah 1,5 kg
pisang matang, gula merah 1 kg, tepung ketan 250 g, santan kental 1 liter, dan
dan
satu
tahapan
tambahan.
Secara
umum,
sosialisasi
dengan
dengan
Waktu
18.30-18.35
18.35-18.50
18.50-19.20
Kegiatan
Pembukaan
Materi
Demo masak
4.
5.
19.20-19.55
19.55-20.00
Hiburan
Penutupan
yang mereka makan hanya sekedar camilan (kue/jajanan) dan tidak sebagai
pengganti makanan pokok. Oleh sebab itu, pemateri menjelaskan kepada para
peserta sosialisasi bahwa sumber karbohidrat tidak hanya berasal dari beras saja
melainkan bisa berasal dari berbagai pangan lokal lain dan salah satunya adalah
pisang. Selain itu pemateri melakukan interaksi kepada para ibu-ibu dengan
memberikan gambar jenis-jenis pisang serta produk olahan pangan dari pisang yang
selanjutnya diharapkan ibu-ibu mampu menebak gambar tersebut sehingga
pemberian materi mengenai pisang lebih dipahami dan mudah diingat oleh peserta
sosialisasi.
4.3 Demo Masak
Acara
selanjutnya
adalah
demo
masak
yang
dilakukan
dengan
mempraktekkan cara pembuatan gethuk pisang dan es krim kulit pisang. Demo
masak dilakukan oleh anggota kelompok dan salah satu dari peserta sosialisasi turut
membantu dalam membuat kedua olahan pangan dari pisang tersebut. Selama
demo masak berlangsung, terjadi sedikit kendala yaitu peserta sosialisasi (ibu-ibu
rumah tangga) bersamaan mninggalkan acara dikarenakan adanya berita duka dari
salah satu warga sekitar yang meninggal dunia sehingga dari 24 orang peserta yang
hadir sebelumnya, hanya tersisa 14 orang yang berlanjut sampai akhir acara.
Namun untuk proses demo masak cukup berjalan lancar dan selama acara
berlangsung para ibu rumah tangga juga mengajukan beberapa pertanyaan seperti
tempat membeli bahan-bahan yang digunakan dan jenis bahan-bahan lain yang
dapat digunakan selain bahan yang disebutkan oleh pelaksana demo masak. Demo
masak yang dilakukan ialah menerangkan dan mempraktekkan cara pembuatan
gethuk pisang dan es krim kulit pisang.
4.3.1 Cara pembuatan gethuk pisang
Bahan yang dibutuhkan adalah 1 kilogram pisang kepok atau pisang raja
nangka yang dicuci bersih dan direbus hingga matang, gula pasir sebanyak 500
gram, satu sendok teh garam halus, daun pisang dan lidi secukupnya. Untuk
pembuatan gethuk pisang yang petama adalah penghalusan buah pisang yang
sudah direbus lalu penambahan gula dan garam hingga merata. Untuk
terakhir ialah foto bersama sembari menyantap gethuk pisang dan es krim kulit
pisang yang disediakan sebelumnya.
4.5 Penutupan
Penutupan acara dilakukan dengan cara mengucapkan terima kasih dan
meminta maaf kepada para peserta sosialisasi apabila ada kekurangan dari
pemateri selama berlangsungnya acara sosialisasi. Kemudian para peserta
berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing setelah dilakukan foto bersama
dengan peserta sosialisasi.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi dengan tema
Optimalisasi Pisang Sebagai Pangan Alternatif Pengganti Karbohidrat adalah
sebagai berikut :
1. Pangan lokal merupakan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat
sesuai dengan potensi dan kearifan lokal
2. diversifikasi atau penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan
ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan
berbasis pada potensi sumber daya lokal
3. Pisang merupakan komoditi dengan
produktivitas
yang
tinggi
namun
agar
mampu
menerapkan
materi
yang
telah
diberikan
Daftar Pustaka
serta
Asni, N dan Novalinda, D. 2013. Teknologi Pengolahan Pangan Lokal. Jambi: Balai
pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
Atun, S. A., Handayani, R., Rudyansah, S., dan Garson, M. 2007. Identifikasi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Senyawa Kimia dari Ekstrak Metanol Kulit Buah Pisang
(Musa Paradisiaca Linn.). Indo J. Chem 7 (1): 83-87.
Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI. 2012. Roadmap Diversifikasi
Pangan Tahun 2011-2015. Jakarta: Kementrian Pertanian.
Dewan Ketahanan Pangan. 2012 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2003. Vademekum Pisang. Jakarta:
Direktorat Tanaman Buah.
Hariyadi, P. 2010. Mewujudkan Keamanan Pangan Produk-Produk Unggulan
Daerah. Prosiding Seminar Nasional 2010. Peran Kemanan Pangan produk
Unggulan Daerah dalam Menunjang Ketahanan Pangan dan Menekan Laju
Inflasi Purwokerto 8-9 Oktober 2010.
Hariyadi, P. 2011. Riset dan Teknologi Pendukung Peningkatan Kedaulatan Pangan.
Jurnal Diplomasi Pusdiklat Kementrian Luar Negeri Vol 3 No. 3.
Kaleka, N. 2013. Pisang-Pisang Komersial. Surakarta: Areita.
Mercy, Corps. 2007. Healty Starts Project Developing a Model to Improve Breast
Feeding in Indonesia 3rd Annual Report. Jakarta: Mercy Corps.
Prabawati, S., Suyanti., dan Setyabudi, D. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik
Pengolahan Buah Pisang. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.