Anda di halaman 1dari 15

KONSEP NERACA BAHAN MAKANAN

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. Anna Florince Karams Beay (20180711014019)


2. Febriani Toding Bua (20180711014283)
3. Nur Pratiwi Hari Astuti (20180711014201)
4. Yuniarti Lumbang Tobing (20180711014297)
5. Roland Arget Surbay (20180711014331)
6. Klaudia Elisabeth Polo (20180711014178)
7. Sintike Snafi (20180711014141)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan rahmat Nya
kami dapat menyelesaikan makalah “KONSEP NERACA BAHAN MAKANAN” dapat terselesaikan
dengan baik. Makalah ini merupakan proses pembelajaran kami, khususnya pada mata kuliah Ekonomi
Pangan Dan Gizi.

Dengan adanya makalah ini skami mengharapkan bisa menjadi referensi dan menambah pengetahuan,
baik bagi pembaca dan bagi kami sebagai penulis.
Bila terdapat kekurangan dalam makalah ini, kami mengharapkan saran dan kritikan pembaca agar
karya-karya kami selanjutnya menjadi lebih baik. Terima kasih.

Jayapura, 2 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................i

Daftar Isi ............................................................................................ii

BAB I :PENDAHULUAN

1.A Latar Belakang .................................................................

1.B Rumusan Masalah ...........................................................

1.C Tujuan ..............................................................................

BAB II :PEMBAHASAN

2.A Definisi dan konsep Neraca Bahan Makanan................

2.B Perkembangan Dan Penyusunan NBM .........................

2.C Kegunaan Neraca Bahan Makanan ...............................

2.D Metode Perhitungan Neraca Bahan Makan ..................

2.E Manfaat Neraca Bahan Makan .......................................

2.F Permasalaahan Dalam Neraca Bahan Makan ..............

2.G Organisasi Tim Penyusun Neraca Bahan Makan ........

BAB III :PENUTUP

3.A Kesimpulan .....................................................................

3.B Saran ...............................................................................

3.C Daftar Pustaka ................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah pangan semakin penting saat telah dikaitkan dengan hak asasi manusia. Dalam
Undang Undang RI No. 18 Tahun 2012 tentang pangan, disebutkan bahwa pangan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat. Secara ekonomis,
membiarkan anggota keluarga atau masyarakat mempunyai masalah gizi berarti membiarkan potensi
keluarga atau masyarakat bahkan bangsa itu hilang begitu saja. Potensi itu dapat berupa pendapatan
keluarga yang tidak dapat diwujudkan oleh karena anggota keluarga yang produktivitasnya rendah
akibat kurang gizi waktu balita. Bagi suatu negara potensi yang hilang itu dapat berupa pendapatan
nasional atau PDB (Pendapatan Domestik Bruto). Secara umum dapat dikatakan bahwa keluarga dan
masyarakat yang menyandang masalah gizi, baik gizi kurang maupun gizi lebih, maka keluarga dan
bangsa itu akan kehilangan potensi sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Kekurangan gizi pada individu dapat dicegah jika akses setiap individu terhadap pangan dapat
dijamin. Akses pangan setiap individu ini sangat tergantung pada ketersediaan pangan dan
kemampuan untuk mengaksesnya secara terus-menerus (continue). Pengadaan pangan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh penduduk dan sesuai dengan persyaratan gizi, merupakan
masalah terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia. Untuk menjawab masalah ini diperlukan
informasi mengenai situasi pangan disuatu negara atau daerah pada periode tertentu. Hal ini dapat
terlihat dari gambaran produksi, pengadaan dan penggunaan pangan serta tingkat ketersediaan untuk
konsumsi penduduk per kapita. Salah satu cara untuk memperoleh gambaran situasi pangan dapat
disajikan dalam suatu neraca atau tabel yang dikenal dengan nama “Neraca Bahan Makanan”. Dalam
rangka penyusunan program pembangunan ketahanan tersebut, maka diperlukan analisis situasi
pangan yang dituangkankan dalam Neraca Bahan Makanan.
Neraca Bahan Makanan memberikan informasi tentang situasi pengadaan atau penyediaan
pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, pasokan dari luar, dan stok serta penggunaan pangan
untuk kebutuhan pakan, bibit, penggunaan untuk industri. Di samping itu NBM memberikan
informasi ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk dalam kurun waktu tertentu. Melalui
NBM dapat dilihat secara makro gambaran susunan bahan makanan, jumlah dan jenis bahan makanan
yang tersedia untuk dikonsumsi, sehingga dapat diketahui persediaan dan penggunaan pangan, serta
tingkat ketersediaan dan penggunaan pangan di suatu daerah. NBM menyajikan angka rata-rata
banyaknya jenis bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk per kapita per tahun
(dalam kilogram), dan per kapita per hari (dalam gram) dalam kurun waktu tertentu.
Informasi mengenai penyediaan pangan dapat dilakukan dengan penyediaan data Neraca
Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) di masing-masing daerah.Hasil dari
penyusunan NBM dan PPH digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pangan dan
gizi di tingkat wilayah. Tabel NBM merupakan tabel yang memberikan gambaran tentang situasi
ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk suatu wilayah dalam kurun waktu. Sementara itu,
metode PPH digunakan untuk menilai tingkat keragaman ketersediaan pangan pada suatu waktu yaitu
metode PPH (Pola Pangan Harapan) dengan skor 100 sebagai PPH ideal. Skor PPH merupakan
cermin situasi kualitas pangan di suatu wilayah.
Situasi ketersediaan pangan untuk dikonsumsi masyarakat secara agregat dapat diketahui
dengan menggunakan Tabel Neraca Bahan Makanan (NBM). Melalui NBM dapat diketahui kondisi
ketersediaan pangan dalam periode tertentu (defisit atau surplus), baik ketersediaan dalam jumlah
(volume) yang dinyatakan dalam satuan kilogram perkapita pertahun atau gram perkapita perhari
maupun ketersediaan gizi perkapita perhari.
Penyusunan NBM Kabupaten Lima Puluh Kota secara umum mengacu pada metode
penyusunan NBM yang disusun oleh Tim NBM Pusat sedangkan khusus untuk angka rendemen,
kebutuhan bibit, pakan ternak, dan yang tercecer menggunakan angka yang disepakati, baik
kesepakatan Badan Ketahanan Propinsi Sumatera Barat maupun Tim NBM Kabupaten Lima Puluh
Kota.
Dalam penyusunan NBM Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2017, juga menelaah data
Neraca Bahan Makanan Tahun 2016, dan itupun masih terbatas pada data produksi pangan wilayah,
sedangkan data ekspor dan impor serta data stok pangan daerah masih merupakan angka perkiraan
karena data belum tersedia.
Data Neraca Bahan Makanan tersebut dianalisa berdasarkan data produksi pangan menurut
kecamatan yang digabungkan secara kumulatif oleh instansi terkait menjadi data kabupaten, sehingga
data yang disajikan dalam buku ini merupakan fakta legalitas dari pihak berwenang dan
bertanggungjawab terhadap keabsahan data dimaksud.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Dan Konsep Neraca Bahan Makanan
2. Apakah Perkembangan Penyusunan Neraca Bahan Makanan
3. Apakah Kegunaan Neraca Bahan Makanan
4. Apa saja Manfaat dari Neraca Bahan Makanan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Dan Konsep Dari Neraca Bahan Makanan
2. Untuk mengetahui Perkembangan Penyusunan Neraca Bahan Makanan
3. Untuk mengetahui Metode penghitungan Neraca Bahan Makanan
4. Untuk mengetahui Kegunaan Neraca Bahan Makanan
5. Untuk mengetahui Manfaat Neraca Bahan Makanan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Dan Konsep Neraca Bahan Makanan


Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah tabel yang menyajikan gambaran menyeluruh
tentang penyediaan/pengadaan (supply), penggunaan/pemanfaatan (utilization) pangan di
suatu wilayah dalam periode tertentu (dalam kurun waktu satu tahun),Dan data yang di
gunakan biasanya menggunakan data sekunder yang bersumber dari Kementerian Pertanian,
Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Perum Badan Urusan
Logistik (Bulog) dan Kementerian Kesehatan.
1. Jenis Bahan Makanan
Bahan makanan yang dicantumkan dalam kolom NBM adalah semua jenis bahan
makanan baik nabati maupun hewani yang umum tersedia untuk dikonsumsi oleh
masyarakat. Bahan makanan tersebut dikelompokkan menurut jenisnya yang diikuti
prosesnya dari produksi sampai dengan dapat dipasarkan/dikonsumsi dalam bentuk belum
berubah atau bentuk lain yang berbeda sama sekali setelah melalui proses pengolahan.

Pengelompokkan bahan makanan tersebut adalah sebagai berikut


a) Padi-padian.
Padi-padian adalah kelompok komoditas yang terdiri atas : gandum, padi, jagung
dan sorgum (cantel), serta produksi turunannnya.
b) Makanan berpati.
Makanan berpati adalah bahan makanan yang mengandung pati yang
berasal dariakar/umbi dan lain-lain bagian tanaman yang merupakan bahan
makanan pokok lainnya.Yang termasuk dalam kelompok komoditas ini adalah ubi
kayu, ubi jalar dan sagu serta produksi turunannya. Contoh : gaplek/chips dan
tapioca/pellet adalah turunan dari ubi kayu. Kelompok komoditi makanan berpati ini
merupakan jenis bahan makanan yang mudah rusak jika disimpan dalam jangka
waktu yang cukup lama bila tidak melalui proses pengolahan
c) Gula
Gula adalah kelompok komoditas yang terdiri atas : gula pasir dan gula merah (gula
mangkok, gula lempengan , gula semut dan lain- lain), baik dari hasil olahan pabrik
maupun rumah tangga yang merupakan produksi olahan dari tanaman kelapa deres,
aren, siwalan, nipah, dan tebu.
d) Buah/biji berminyak.
Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan makanan yang mengandung minyak,
yang berasal dari buah dan biji-bijian. Komoditas yang termasuk dalam kelompok
ini adalah kacang hijau, kelapa, kacang tanah, kacang kedelai, kacang mete, kemiri
pala, wijen, kacang bogor dan lain- lain yang sejenis. Sebagian dari komoditas ini
khususnya kelapa, diolah menjadi kopra yang selanjutnya dijadikan minyak goreng,
sehingga produk turunannya tercantum dalam kelompok minyak dan lemak.
e) Buah-buahan. Buah-buahan adalah sumber vitamin dan mineral dari bagian tanaman
yang berupa buah. Umumya merupakan produksi tanaman tahunan yang biasa
dikonsumsi tanpa dimasak.
f) Sayuran.
Sayuran adalah sumber vitamin dan mineral yang dikonsumsi dari bagian tanaman
yang berupa daun, bunga, buah, batang, atau umbi. Tanaman tersebut pada
umumnya berumur kurang dari 1 (satu) tahun.
g) Daging.
Daging adalah bagian dari hewan yang disembelih atau dibunuh dan lazim dimakan
manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain dari pada pendinginan.
h) Telur.
Telur adalah telur unggas. Telur yang dimaksud yaitu telur ayam buras, telur ayam
ras, telur itik dan telur unggas lainnya.
i) Susu.
Susu adalah cairan yang diperoleh dari ternak perah sehat, dengan cara pemerahan
yang benar, terus menerus dan tidak dikurangi sesuatu dan/atau ditambahkan
kedalamnya sesuatu bahan lain.
j) Ikan.
Ikan adalah komoditas yang berupa binatang air (ikan berkulit halus dan berkulit
keras) dan biota perairan lainnya. Yang dimaksud komoditas disini adalah yang
berasal dari kegiatan penangkapan dilaut maupun diperairan umum (waduk, sungai
dan rawa) dan hasil dari kegiatan budidaya (tambak, kolam, keramba dan sawah)
yang dapat diolah menjadi bahan makanan yang lazim/umum dikonsumsi
masyarakat. Berdasarkan banyaknyk jenis ikandarat/laut yang dirinci menjadi:
tuna/cakalan/tongkol, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru, kembung, tengiri, bandeng,
belanak, mujair, ikan mas, udang, rajungan, kerang darat, cumi-cumi,/sotong dan
ikan lainnya.
k) Minyak dan lemak.
Minyak dan lemak adalah kelompok bahan makanan yang berasal dari nabati
seperti : minyak kelapa, minyak sawit, minyak kacang tanah, minyak kacang kedelai
dan minyak jagung serta yang berasal dari hewani yaitu minyak ikan. Sedangkan
lemak umumnya berasal dari hewani seperti : lemak sapi, lemak kerbau, lemak
kambing/domba, lemak babi dan lain- lain
2. Produksi
Produksi adalah jumlah hasil menurut jenis bahan makanan yang dihasilkan oleh
sektor pertanian (sub sektor pertanian bahan makanan, peternakan, perikanan dan
perkebunan). Sebagai bahan mentah, baik yang belum mengetahui tingkat pengolahan
dan/atau yang telah mengalami proses pengolahan.
Produksi Input/masukan adalah unsur produksi yang atau akan mengalami tingkat
pengolahan lebih lanjut sebagian atau seluruhnya.
Produksi Output/keluaran adalah unsur produksi dari hasil keseluruhan atau
sebagian hasil turunannya yang diperoleh dari hasil kegiatan berproduksi dan dianggap
belum mengalami perubahan/pengurangan.
Besarnya output sebagai hasil dari input sangat tergantung oleh besarnya ekstrasi
dan faktor konversi.
3. Perubahan Stock
Perubahan Stock adalah selisih antara stock akhir periode dengan stock awal periode.
Nilai perubahan stock positif berarti ada peningkatan stock yang berasal dari komoditas
yang beredar di pasar dan bernilai negatif berarti ada penurunan stock akibat pelepasan
stock ke pasar.
Sedangkan stock atau persediaan adalah jumlah bahan makanan pada saat tertentu,
baik yang dikuasai pemerintah maupun swasta, seperti yang ada dalam pabrik-pabrik,
gudang-gudang, depo-depo, lumbung-lumbung dan sebagainya.
4. Impor atau masuk
Impor atau masuk adalah sejumlah bahan makanan menurut jenisnya yang
didatangkan dari luar wilayah baik yang belum mengalami proses pengolahan maupun
yang sudah mengalami proses pengolahan.
5. Ekspor atau kelur
Ekspor atau kelur adalah sejumlah bahan makanan menurut jenisnya baik yang belum
mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan yang
dikirim keluar wilayah. Baik yang dikirim ke Daerah lain (perdagangan antar Provinsi)
maupun yang dikirim langsung ke luar negeri (ekspor atau perdagangan antar negara).
6. Pemakaian
Pemakaian adalah sejumlah bahan makanan yang dimanfaatkan oleh suatu daerah dan
besarnya sama dengan persediaan di Daerah tersebut dikurangi dengan ekspor atau
dikirim keluar dari wilayah tersebut Jenis pemakaian diantaranya adalah :Untuk makanan
ternak adalah sejumlah bahan makanan yang disediakan sebagai bahan makanan ternak
Untuk bibit adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk maksud reproduksi.
a. Diolah untuk makanan sejumlah bahan makanan yang mengalami proses pengolahan
dan menjadi bahan makanan turunannya.
b. Diolah untuk industri adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan sebagai
bahan baku/bahan penolong industri pengolahan bahan makanan.
c. Tercecer adalah jumlah bahan makanan yang hilang atau tercecer dan tidak dapat
dimanfaatkan lagi yang terjadi di tempat industri, distribusi dan penyimpanan, tidak
termasuk yang tercecer di dapur konsumen.
d. Tersedia untuk dimakan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk
dikonsumsi oleh penduduk pada suatu periode.Konsumsi per kapita adalah sejumlah
bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk pada periode tertentu.
Konsumsi per kapita di sini bukan berarti bahan makanan yang benar-benar
dikonsumsi melainkan jumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi oleh
penduduk.

B. Perkembangan Penyusunan Neraca Bahan Makanan


Di Indonesia, NBM mulai disusun pada tahun 1963 oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
dengan bantuan ahli dari FAO untuk keperluan intern BPS, Kemudian secara periodik
disusun NBM 1971 dan NBM 1972. Selanjutnya berdasarkan instruksi Menteri Pertanian
Nomor :12/INS/UM/6/1975 tanggal 19 Juni 1975, dibentuk Tim Penyusun NBM Nasional
yang beranggotakan unsur-unsur dari instansi Departemen Pertanian dan instansi terkait
untuk bersama-sama menyusun buku Pedoman Penyusunan NBM serta menyajikan NBM
mulai PELITA I hingga sekarang. Menyadari bahwa penyajian NBM N/asional terlalu
bersifat umum, maka pada tahun 1985 Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian atas nama
Menteri Pertanian, melalui surat Nomor : RC.220/487/B/II/1985 tanggal 20 Januari 1985
menginstruksikan seluruh kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian untuk
mengembangkan penyusunan NBM Regional/Provinsi dengan membentuk tim Penyusunan
NBM Regional/Provinsi yang bertugas menyusun NBM Regional/Provinsi masing-masing.

C. Kegunaan Neraca Bahan Makanan


Tabel NBM dapat digunakan untuk :
1. Melakukan evaluasi terhadap pengadaan dan penggunaan pangan
2. Memberikan informasi tentang produksi, pengadaan serta semua perubahan- perubahan
yang terjadi
3. Alat perencanaan di bidang produksi atau pengadaan pangan dan gizi
4. Merumauskan kebijakan pangan dan Gizi.
Sedangkan menurut Suhardjo (1996) beberapa factor yang menguntungkan dalam
pemakaian neraca bahan makanan yaitu:
1. Dapat menggambarkan imbangan antara persediaan pangan dihubungkan
dengan kebutuhan yang seharusnya dipenuhi. Dapat dibandingkan terhadap konsumsi
pangan yang nyata dari survei konsumsi pangan.
2. Bila persediaan total energi yang dibandingkan dengan perkiraan kebutuhan tidak banyak
berbeda, maka diduga tidak terdapat masalah kekurangan gizi serius bila distribusinya
merata. Namun demikian bila persediaannya jauh lebih rendah dari perkiraan kebutuhan,
maka dapat menyebabkan masalah kekurangan gizi berat.
3. Secara mudah dapat menggambarkan perkiraan persediaan zat gizi dari berbagai
kelompok jenis pangan, seperti energi, protein, lemak, vitamin dan mineral.
4. Sangat berarti sebagai alat komunikasi diantara para ahli gizi, pertanian, dan ekonomi.

D. Metode perhitungan Neraca Bahan Makanan

Cara menghitung NBM sebagi berikut

Cara perhitungan NBM adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan (supply) :

Ps = P- St + I - E

dimana :

Ps = total penyediaan dalam negeri


P = produksi

St = stok akhir - stok awal

I = Impor

E = ekspor

2. Penggunaan (utilization)

Pg = Pk + Bt + Id + Tc + K

dimana :

Pg = total penggunaan

Pk = pakan

Bt = bibit

Id = industri

Tc = tercecer

K = ketersediaan bahan makanan.

Untuk komponen pakan dan tercecer dapat digunakan besaran konversi persentase terhadap
penyedian dalam negeri. Ketersediaan pangan per kapita, diperoleh dari ketersediaan dibagi
dengan jumlah penduduk.

E. Tujuan Konsep Neraca Bahan Makanan


1. Untuk menyediakan data/informasi tentang jenis bahan makanan yang diproduksi daerah,
yang didatangkan dari luar daerah, diproses oleh industri, untuk bibit, makanan ternak dan
yang tersedia untuk konsumsi penduduk per kapita per tahun dan per hari.
2. Untuk menyediakan data/informasi mengenai pola umum dari susunan bahan makanan yang
diterjemahkan dalam satuan kalori. Protein dan lemak yang tersedia untuk konsumsi
penduduk.
3. Untuk  menyediakan data sebagai bahan dasar agar evaluasi kegiatan program dan
perencanaan program yang menyangkut masalah pangan dan gizi.

F. Manfaat dari Neraca Bahan Makanan


Tabel NBM dapat digunakan antara lain untuk :
1. Mengetahui jumlah penyediaan pangan, penggunaan pangan dan ketersediaan pangan
per kapita untuk konsumsi penduduk.
2. Mengevaluasi pengadaan dan penggunaan pangan.
3. Mengevaluasi tingkat ketersediaan pangan berdasarkan rekomendasi Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dan komposisinya berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH).
4. Bahan acuan dalam perencanaan produksi/pengadaan pangan.
5. Bahan perumusan kebijakan pangan dan gizi.

G. Permasalahan dalam Neraca Bahan Makanan


Meskipun penyusunan NBM sudah dilakukan sejak tahun 1963 sampai sekarang,
namun upaya penyempurnaan penyusunan NBM masih terus dilakukan dari tahun ke tahun.
Penyempurnaan dilakukan dengan melihat adanya permasalahan dalam penyusunan NBM
seperti tidak tersedianya data produksi, perubahan stok, ekspor dan impor serta industri,
angka konversi yang digunakan tidak sesuai lagi dengan kondisi sekarang serta terdapat
komoditas potensial dan riil dikonsumsi masyarakat namun belum masuk dalam NBM. Selain
itu, permasalahan lain dalam penyusunan NBM di daerah adalah belum dibentuknya tim,
belum dimanfaatkannya NBM sebagai dasar pengambil kebijakan dan
keterbatasan sumber daya manusia.
Data produksi untuk beberapa komoditas tertentu tidak tersedia sehingga memerlukan
pendekatan dalam penghitungannya. Data perubahan stok yang tersedia hanya tiga
komoditas, yaitu beras, gula pasir dan minyak sawit yang masing-masing bersumber dari
Bulog, Dewan Gula Indonesia dan Direktorat Jenderal Perkebunan. Bila melihat batasan dari
stok, yaitu sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh pemerintah atau swasta,
seperti yang ada di pabrik, gudang, depo, lumbung petani/rumahtangga, dan pasar/pedagang,
maka data stok yang disajikan dalam NBM masih tidak memadai. Data stok yang digunakan
dalam penyusunan NBM terbatas yang dikuasai oleh pemerintah sedangkan informasi stok
dari sumber yang lain tidak pernah ada.
Data ekspor dan impor yang disajikan dalam NBM sampai saat ini belum semuanya
mencakup bentuk olahan padahal banyak jenis bahan makanan yang diekspor dan diimpor
dalam bentuk olahan, seperti mie instan dan roti sebagai produk olahan dari tepung gandum.
Dengan demikian, ketersediaan tepung gandum yang disajikan dalam NBM masih over dan
underestimate, karena seharusnya ada sejumlah tepung gandum yang diekspor dan diimpor
dalam bentuk mie instan dan roti.
Data bahan makanan yang diolah untuk industri non makanan hanya terbatas pada
industri besar dan sedang. Data bahan baku jenis bahan makanan yang digunakan untuk
industri non makanan diperoleh dari BPS, namun hanya mencakup industri besar dan sedang,
belum mencakup industri kecil dan rumah tangga. Disamping itu, untuk penyajian NBM
tahun ke- n, data yang digunakan masih menggunakan data industri tahun ke-(n-1). Hal ini
dikarenakan pengolahan data industri tahun ke-n belum selesai (pemasukan dokumen belum
lengkap). Oleh karena itu, data industri yang disajikan dalam NBM masih underestimate.
Angka konversi sebagian besar masih menggunakan hasil studi pada tahun 1970 an.
Beberapa kajian angka konversi yang baru belum bisa digunakan karena dianggap belum
menggambarkan kondisi yang sebenarnya, bahkan ada angka konversi yang hanya
merupakan angka kesepakatan.
Cakupan jenis bahan makanan dalam NBM belum lengkap bila dibandingkan dengan
cakupan jenis bahan makanan yang potensial dan riil dikonsumsi masyarakat. Hal ini
dikarenakan data-data pokok dan pendukung jenis bahan makanan tersebut tidak tersedia
misalnya komoditas lokal daerah seperti ganyong, garut, belut dan lain-lain. Sebaliknya ada
bahan makanan yang disajikan dalam NBM, namun kenyataan di lapangan bahan makanan
tersebut tidak banyak dijumpai, seperti minyak kacang tanah.
Koordinasi data antar instansi masih kurang karena belum terbentuknya tim
khususnya dalam penyusunan NBM di daerah. NBM belum dijadikan bahan acuan dalam
pengambilan kebijakan di daerah, hanya sebagai laporan pertanggungjawaban kegiatan. Di
samping itu, penyusunan NBM di daerah juga terkendala oleh terbatasnya jumlah dan
kualitas sumberdaya manusia. Aparat yang pernah mengikuti pelatihan seringkali mengalami
mutasi sehingga menghambat keberlanjutan penyusunan NBM.
H. Organisasi Tim Penyusun NBM
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2013
dilaksanakan oleh tim penyusun NBM yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati Lima
Puluh Kota Nomor 340 Tahun 2017 Tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan
Personalia Tim Penyusun Data Base Potensi Produksi Pangan Kabupaten Lima Puluh Kota
Dalam Formasi Jabatan Ex Officio , yang dalam pelaksanaannya dibawah koordinasi Kantor
Ketahanan Pangan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) sesuai tugas pokok dan fungsinya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah tabel yang menyajikan gambaran menyeluruh
tentang penyediaan/pengadaan (supply), penggunaan/pemanfaatan (utilization) pangan di
suatu wilayah dalam periode tertentu (dalam kurun waktu satu tahun),Dan data yang di
gunakan biasanya menggunakan data sekunder yang bersumber dari Kementerian
Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Perum
Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Kementerian Kesehatan.
2. Makanan berpati adalah bahan makanan yang mengandung pati yang berasal
dari akar/umbi dan lain-lain bagian tanaman yang merupakan bahan makanan pokok
lainnya.Yang termasuk dalam kelompok komoditas ini adalah ubi kayu, ubi jalar dan sagu
serta produksi turunannya.
3. Kelompok komoditi makanan berpati ini merupakan jenis bahan makanan yang mudah
rusak jika disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama bila tidak melalui proses
pengolahan Gula Gula adalah kelompok komoditas yang terdiri atas : gula pasir dan gula
merah (gula mangkok, gula lempengan , gula semut dan lain- lain), baik dari hasil olahan
pabrik maupun rumah tangga yang merupakan produksi olahan dari tanaman kelapa
deres, aren, siwalan, nipah, dan tebu.

Organisasi Tim Penyusun NBM Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) Kabupaten Lima Puluh
Kota tahun 2013 dilaksanakan oleh tim penyusun NBM yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Bupati Lima Puluh Kota Nomor 340 Tahun 2017 Tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan
Personalia Tim Penyusun Data Base Potensi Produksi Pangan Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam
Formasi Jabatan Ex Officio , yang dalam pelaksanaannya dibawah koordinasi Kantor Ketahanan
Pangan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai tugas
B.SARAN

Berdasarkan kesimpulan analisis neraca bahan makananmakadapat dikemukakan saran-saran sebagai


berikut :
1). Membangun Strategi Ketahanan Pangan dengan Pendekatan Integrasi Pangan dan Ekonomi yang
akan mampu menguatkan seluruh sistem ketahanan pangan, sebagai sistem kemandirian pangan
kebijakan turunan yang dapat diterapkan dengan potensi yang dimilik
1. Sistem Produksi Pertanian yang efisien dengan memanfaatkan
Inovasi Teknologi.
2. Perdagangan Dirancang Khusus dengan pendekatan investasi
3. Pasar Domestik/Lokal berfungsi dengan Baik.
4. Kelola Pangan dan Air secara Strategis dalam perspektif
5. Ketahanan Pangan dan Perubahan Iklim.
2). Pola konsumsi masyarakat akan berubah seiring dengan perubahan pendapatan. Namun untuk
mendapatkan kualitas sumberdaya yang berkualitas (sehatdancerdas) maka pengetahuan masyarakat
akan pangan dan gizi harus terus ditingkatkan, sehingga masyarakat hanya akan mengkonsumsi
makanan yang berkualitas, yang menyehatkan dan mencerdaskan. Upaya penyadaran ini tidak dapat
hanya bersandarkan pada kebijakan dari pemerintah, namun juga semua elemen seperti swasta dan
masyarakat. Promosi produk makanan dilakukan secara benar dan tidak menyesatkan konsumen
3). Upaya diversifikasi konsumsi pangan pokok berbasis sumberdaya local tidak dapat lagi dilakukan
dengan himbauan-himbauan. Pemerintah harus secara signifikan berperan untuk mewujudkan hal
tersebut, seperti peran pemerintah mengalihkan pola makan masyarakat dari beras dan terigu ke
makanan lokal (umbi-umbian, jagung, sagu). Pemerintah harus berperan dalam pengembangan
industri pengolahan pangan berbasis sumberdaya local dan penyadaran masyarakat. Pada tahap awal,
produk olahan ini diberikan secara gratis oleh pemerintah dapat melalui raskin, pangan darurat dan
lainnya.Penyadaran juga dilakukan kepada media (elektronik/ suratkabar) dan semua elemen bahwa
mengkonsumsi pangan produk loka lbukan karena kelaparan atau miskin seperti sinyalemen pada
saat ini
4). Peningkatan pembinaan dan pemantauan/monitoring serta pencatatan perkembangan ketersediaan
pangank hususnya parapedagang di pasar- pasar, tempat distribusi pangan dan melakukan kegiatan
perencanaan, baik pengadaan, penyaluran maupun stok bahan pokok secara periodic untuk member
kemudahan dalam mengetahui tingkat ketersediaan masyarakat secara akurat, sehingga kondisi
kelangkaan pangan dapat diantisipasi sedini mungkin.
5). Meningkatkan Koordinasi dengan Dinas/Instansi/Lembaga/Badan/Asosiasi
yang berkaitan dengan kelancar arus lalulintas distribusi bahan pokok kebutuhan masyarakat, seperti
angkutan dengan DinasPerhubungan, masalah pengadaan dan stock dengan Asosiasi pelaku Usaha
sertahal-hal lain yang dapat membantu agar distribus ibahan pokok kebutuhan masyarakat dapat
sampai ketangan konsumen dengan lancar, tepat waktu dan tepat jumlah serta harga yang wajar.

Anda mungkin juga menyukai