KELOMPOK 5
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga laporan praktikum
yang berjudul “Pembuatan Bahan Makanan Campuran (BMC) dan Penilaian
Organoleptik (Biskuit)”dapat tersusun dengan baik dan dapat disajikan dengan
baik.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Demi kelancarannya mengerjakan tugas ini kami ucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan semua teman –
teman yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua, dan mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
dikonsumsi oleh seluruh kalangan usia, baik bayi hingga dewasa namun
dengan jenis yang berbeda-beda (Sari, 2013). Selain itu, biskuit dapat dibuat
dan dipanggang di dapur rumah tangga. Sekarang pembuatan biskuit dapat
dibuat terutama di pabrik-pabrik dengan produksi besar. Proses pembuatan
biskuit secara garis besar terdiri dari pencampuran (mixing), pencetakan
(culting), dan pemanggangan (bucking) (Manley, 1998).
Tanaman wortel (Daucus carota) merupakan tumbuhan jenis
sayuran yang banyak tumbuh di Indonesia dan produksinya cukup tinggi.
Wortel juga mengandung protein dan zat gizi lainnya yang diperlukan
tubuh serta mengandung zat warna alami yaitu karotenoid yang merupakan
kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye dan merah oranye
(Winarno, 1992). Wortel memiliki kadar air yang cukup tinggi yaitu
mencapai 88% menyebabkan wortel segar mudah rusak sehingga
penanganan pasca panennya harus optimal (Nuansa, 2011).
Tempe menjadi salah satu pilihan makanan tambahan yang kaya
akan zat gizi. Tempe kaya akan protein sebagai bahan untuk kekebalan
tubuh. Zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh
dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi
dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian
tempe, pertumbuhan berat badan balita gizi buruk akan meningkat, diare
menjadi sembuh dalam waktu singkat. Tepung tempe merupakan makanan
terolah dengan bahan utama tempe yang kemudian diformulasikan dengan
bahan pendukung lain, dirancang ebagai makanan tambahan untuk
mengatasi gangguan pencernaan (diare) dan efektif untuk memperbaiki
status penderita gizi buruk dan gizi kurang.
Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah
dikenal oleh masyarakat. Kandungan protein kacang tolo berkisar antara
18,3 – 25,53% yang berpotensi sebagai bahan pangan protein nabati, energi
342 (kkal), lemak 1,4 g, karbohidrat 61,6 g, kalsium 77 mg, dan fosfor 449
mg. Keunggulan kacang tolo adalah kadar lemaknya lebih rendah sehingga
dapat meminimalisasi efek penggunaan produk pangan berlemak (Rosida,
2013).
5
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum mengenai pengaruh
penambahan tepung wortel, tepung kacang tolo dan tepung tempe dalam
pembuatan biskuit terhadap komposisi zat gizi serta daya terimanya
berdasarkan indikator warna, rasa, aroma, dan tekstur. Sehingga dapat
memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman
suatu produk dari ketiga bahan di atas yang selama ini hanya dikonsumsi
sebagai sayuran. Selain itu, sebagai alternatif pengolahan bahan pangan,
sebagai makanan tambahan serta untuk mengurangi pemakaian tepung
terigu sebagai bahan dasar pembuatan biskuit.
6
1.2 Tujuan Praktikum
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
dalam waktu singkat. Tepung tempe merupakan makanan terolah
dengan bahan utama tempe yang kemudian diformulasikan dengan
bahan pendukung lain, dirancang sebagai makanan tambahan untuk
mengatasi gangguan pencernaan (diare) dan efektif untuk
memperbaiki status penderita gizi buruk dan gizi kurang.
2.1.3 Tepung Kacang Tolo
Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang
sudah dikenal oleh masyarakat. Kandungan protein kacang tolo
berkisar antara 18,3 – 25,53% yang berpotensi sebagai bahan pangan
protein nabati, energi 342 (kkal), lemak 1,4 g, karbohidrat 61,6 g,
kalsium 77 mg, dan fosfor 449 mg. Keunggulan kacang tolo adalah
kadar lemaknya lebih rendah sehingga dapat meminimalisasi efek
penggunaan produk pangan berlemak (Rosida, 2013).
9
Selanjutnya pencampuran bahan dilakukan hingga adonan kalis. Adonan
dihaluskan lalu dibentuk menjadi bentuk biskuit dengan bentuk yang sama.
Kemudian adonan biskuit ditata pada loyang dan dilakukan pemanggangan
pada suhu 140°C selama 20 menit.
10
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Selasa, 16 April 2019
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : Laboratorium Diit Akademi Gizi Karya Husada Kediri
Alat :
- Timbangan
- Baskom
- Loyang
- Oven
- Teflon
- Kompor
- Sendok
- Garpu
Bahan :
- Tepung wortel
- Tepung tempe
- Tepung kacang tolo
- Tepung terigu
- Margarin
- Gula
- Susu skim
- Kuning telur
- Garam
- Soda kue
- Vanili
- Keju
11
3.3. Prosedur Kerja
12 udara
13
BAB IV
a. Tabel
Parameter Kode
001 002
Warna Coklat terang Coklat gelap
Aroma Khas tempe Khas susu
Tekstur Agak remah dan Agak remah
keras dan agak
keras
Rasa Padat Agak padat
No Panelis Kode
001 002
1 3 2
2 2 3
3 3 3
4 4 3
5 3 3
6 3 2
7 2 3
8 2 1
9 3 3
10 3 2
11 3 3
12 3 2
14
13 3 3
14 2 2
15 4 3
16 3 3
17 3 1
18 3 2
19 2 2
20 4 2
Jumlah 58 48
Rata-rata 2,9 2,4
7 3 2
8 2 1
9 2 3
10 4 4
11 2 2
12 2 2
13 3 2
14 2 2
15 2 2
15
16 2 3
17 3 3
18 2 2
19 2 3
20 3 2
Jumlah 51 51
16
Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Tekstur Biscuit Wortel
17
Jumlah 47 45
Rata-rata 2,35 2,25
18
6 1 2
7 2 3
8 3 3
9 2 1
10 2 3
11 2 3
12 2 2
13 2 2
14 2 2
15 2 2
16 2 1
17 1 3
18 3 2
19 2 1
20 3 2
Jumlah 43 45
Rata-rata 2,15 2,25
19
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22