Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Disusun oleh:
Khasanty Murtafiah
(5553160044)
Kelas: VI-B
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
ini dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya
yang senantiasa membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman yang diterangi ilmu
dan iman.
Proposal penelitian ini disusun guna melengkapi nilai dan tugas mata kuliah
Modeling Konsentrasi. Dalam penyusunan proposal ini dengan usaha dan kerja
keras serta dukungan dari berbagai pihak, penulis telah berusaha agar dapat
miliki. Proposal ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan penulis
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya proposal ini dapat bermanfaat bagi
(Khasanty Murtafiah)
ii
DAFTAR ISI
iii
E. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 38
F. Pengolahan Data......................................................................................... 41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
sumber energi untuk memulai segala aktivitas. Jumlah penduduk yang bertambah
pangan terus meningkat. Istilah ketahanan pangan muncul sebagai salah satu
kondisi yang dijadikan acuan untuk mengatur upaya -upaya kestabilan kondisi
manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam
yang memenuhi kebutuhan setiap orang baik dalam jumlah maupun mutu pada
ketahanan pangan terdiri dari empat sub‒sistem atau aspek utama yaitu,
pangan (food utilization), stabilitas pangan (food stability), sedangkan status gizi
1
dalam suatu masyarakat akan terbentuk apabila ketiga aspek ketahanan pangan
tahun belakangan ini, dan banyak kalangan yakin bahwa dunia sedang
menghadapi krisis pangan sejak 2007 karena laju pertumbuhan penduduk di dunia
yang tetap tinggi setiap tahun, sementara di sisi lain lahan yang tersedia untuk
atau bahkan secara absolut cenderung semakin sempit. Pandangan ini persis
seperti teori Malthus yang memprediksi suatu saat dunia akan dilanda kelaparan
meningkat sangat cepat pada deret ukur atau tingkat geometrik 1, 2, 4, 8, 16, 32,
dan seterusnya, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin berkurang
dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, usaha persediaan pangan hanya
lahan yang dimiliki setiap anggota masyarakat semakinlama semakin sempit maka
2
negara-negara transisi 25 juta (laporan Food and Agriculture Organisation, 2007)
dalam Afrianto (2010). Kekurangan pangan dapat dilihat pada ketersediaan stok
1999 dapat memenuhi 116 hari kebutuhan dunia, namun dalam tahun 2006
terhitung hanya cukup untuk 57 hari. Jenis kebutuhan pokok beras misalnya,
2025, diperkirakan mencapai 800 juta ton, tetapi kemampuan produksinya, kurang
dari 600 juta ton per tahun. Kebutuhan pangan dunia lebih besar dibanding
Global Food Security Index 2014 tampak bahwa negara negara maju, khususnya
negara berpendapatan tinggi, memiliki tingkat ketahanan pangan yang tinggi pula.
paling tinggi. Indonesia berada pada peringkat 72, turun dari tahun sebelumnya
3
Ketahanan pangan merupakan isu pokok dalam pemenuhan kesejahteraan
masyarakat karena akan menentukan kestabilan ekonomi, sosial, dan politik dalam
bercocok tanam dan makanan pokok antar daerah juga memengaruhi pilihan
pembangunan tersebut sulit untuk terealisasi dengan baik bahkan mengarah pada
pertumbuhan ekonomi tinggi dan baik, namun keadaan pangannya rawan, bahkan
kelaparan dimana-mana belum bisa dikatakan sebagai wilayah yang tumbuh dan
4
Pembangunan sub-sistem sarana sumberdaya mencakup perencanaan dan
perubahan kebutuhan dan produksi pangan nasional jika dilihat dari konteks
Pertambahan kebutuhan pangan menjadi tidak linier mengingat pada saat yang
bersamaan struktur umur didominasi oleh penduduk usia produktif yang memiliki
Di Indonesia kualifikasi beras atau padi selalu dijadikan tolok ukur kondisi
pangan suatu wilayah. Di dalam ringkasan pelaksanaan Pelita I pada lampiran dari
5
karena itu padi atau beras merupakan komoditi pangan yang penting bagi
penduduk Indonesia sampai saat ini. Maka penelitian ini hanya terfokus pada
pedesaan, kebutuhan pangannya berbasis sumber daya lokal. Kearifan lokal ini
konsumsi penduduk berbasis beras (nasi). Muaranya, muncul persepsi bias pangan
menjadi identik beras saja karena dianggap makanan pokok. Dalam kata lain, jika
kekurangan stok beras, tetapi belum tentu kekurangan stok pangan lainnya seperti
umbi-umbian.
Hal ini juga dikuatkan oleh Sumaryanto (2009) yang mengatakan bahwa
ketergantungan yang berlebihan terhadap satu jenis komoditas, dalam hal ini
pilihan komoditas yang mestinya dapat dimanfaatkan untuk pangan. Dari sisi
produksi juga rawan karena: (i) pertumbuhan produksi padi sangat ditentukan oleh
ketersediaan air irigasi yang cukup, sementara itu air irigasi semakin langka, (ii)
laju konversi lahan sawah ke non sawah sangat sulit dikendalikan, dan (iii)
kemampuan untuk melakukan perluasan lahan sawah sangat terbatas karena biaya
investasinya semakin mahal, anggaran sangat terbatas, dan lahan yang secara
6
Ada empat masalah yg berkaitan dengan kondisi perberasan di Indonesia,
pertama rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 hektare, kedua sekitar 70% petani
hampir seluruh petani padi adalah net consumer beras dan keempat rata-rata
pendapatan dari usaha tani padi hanya sebesar 30% dari total pendapatan
keluarga. Dengan kondisi ini pemerintah selalu dihadapkan pada posisi sulit, di
satu sisi pemerintah harus menyediakan beras dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat, dan di sisi lain pemerintah harus melindungi petani produsen dan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahawa jumah penduduk Provinsi Jawa
Tengah tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013 dan
kebutuhan akan pangan juga meningkat, dilihat dari data diatas konsumsi pangan
dari tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan disebabkan oleh
7
memenuhi kebutuhan pangan sebagai sumber karbohidrat berupa beras. Dengan
konsumen beras tertinggi di dunia, jauh melebihi Jepang (45 kg), Malaysia (80
kg), dan Thailand (90 kg). Penduduk Indonesia yang berjumlah 212 juta
membutuhkan beras untuk keperluan industri dan rumah tangga lebih dari 30 juta
ton per tahun. Kebutuhan beras tersebut akan terus meningkat sesuai dengan
tahun, maka jumlah penduduk Inonesia tahun 2010 diperkirakan 238,4 juta dan
tahun 2015 menjadi 253,6 juta. Dengan melihat kondisi potensi produksi padi
sebesar 5,64 juta ton (Siswono et al dalam Dodik Briawan et al, 2004).
8
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa luan panen komoditas padi sawah
dan padi ladang mengalami penurunan pada tahun 2014 seluas 1.800.908 ha
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 sebesar 1.845.447 ha.
Menurunnya luas panen padi ini menyebabkan hasil produksi padi dan
Produksi pada dasarnya merupakan hasil kali luas panen dengan produktivitas per
hektare lahan, sehingga seberapa besar produksi suatu wilayah sangat tergantung
berapa luas panen pada tahun yang bersangkutan atau berapa tingkat
berkurang karena beralih fungsi ke non pertanian. Luas panen padi di Jawa
Tengah rata-rata sebesar 1.600.000 ha/tahun, dan luas ini bervariasi dati tahun ke
tahun karena lahan yang ada digunakan untuk berbagai komoditas. Tingkat
usaha tani, baik penggunaan bibit, luas lahan, tenaga kerja, dan pemupukan.
Isu strategis yang saat ini pembangunan ketahanan pangan yaitu belum
optimalnya produksi bahan pangan akibat alih fungsi lahan pertanian ke non
9
Upaya pemerintah untuk menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan
terutama yang bersumber dari peningkatan produksi dari dalam negeri terlihat
mengalami hambatan. tercermin dari masih adanya impor beras. Maka diperlukan
peran bagi setiap daerah dalam penguatan ketahanan pangan daerah untuk
Kondisi Ketahanan pangan di Indonesia dan Jawa Tengah dapat dilihat dari
TAHUN
No. Wilayah
2012 2013 2014 2015 2016
Pangan beras pada tahun 2013 mengalami penurunan dibaningkan tahun 2012.
Penurunan laju peningkatan produksi padi pada dasawarsa terakhir ini terkait
10
permintaan terhadap lahan perumahan dan infrastruktur , dan perubahan fungsi
Dapat dilihat dari tabel estimasi ketersediaan pangan Jawa Tengah tahun
2013 diatas terliat bahwa komoditas padi berada pada angka paling tertinggi
Jawa Tengah dengan angka konsumsi per kapita sebesar 83,93 kg/kap/th, hal ini
11
diakibatkan oleh stigma masyarakat Indonesia khususnya Provinsi Jawa Tengah
yang beranggapan bahwa belum makan jika belum makan nasi. Hal ini
2014 diatas terliat bahwa komoditas padi berada pada angka paling tertinggi
dalam ketersediaannya, dan pada tahun 2014 angkanya lebih besar dibandingkan
dengan tahun 2013, karena padi merupakan kebutuhan pangan paling utama di
Jawa Tengah dengan angka konsumsi per kapita sebesar 97 kg/kap/th, hal ini
yang beranggapan bahwa belum makan jika belum makan nasi. Hal ini
12
Laporan Khusus Kondisi Beras di Jawa Tengah yang dikeluarkan oleh
semua pihak untuk menjaga kestabilan harga beras dan ketersediaan beras.
Beberapa aspek yang memerlukan adanya kesamaan pandang dan sikap adalah :
1. Aspek ketersediaan yang dapat dipenuhi dari produksi dalam daerah (negeri)
wilayah minimal ketiga aspek tersebut harus dikaji secara mendalam dan
B. Identifikasi Masalah
terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Peningkatan produksi padi di Jawa Tengah yang
sudah dapat dicapai, namun dalam beberapa tahun terakhir produksi padi di Jawa
Tengah malah cenderung mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena berbagai
berkurangnya areal garapan petani, keterbatasan pasokan air irigasi, dan mahalnya
harga input serta relatif rendahnya harga produk pertanian. Perilaku konsumsi
13
beras penduduk Provinsi Jawa Tengah juga menjadi perhatian, anggapan bahwa
seseorang belum bisa dikatakan makan jika belum makan nasi masih menjadi
C. Tujuan Penelitian
berikut:
D. Manfaat Penelitian
14
1. Manfaat Teoritis
Tengah.
2. Manfaat Praktis
dan pelaku pertanian sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk menjadikan
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
pangan yang esensial bagi kehidupan manusia yang sehat dan produktif
esensial lain); serta pangan yang dikonsumsi atas kepentingan sosial dan
Dengan demikian, pangan tidak hanya berarti pangan pokok, dan jelas tidak
hanya berarti beras, tetapi pangan yang terkait dengan berbagai hal lain.
bagian dari hak asasi manusia (HAM), sebagaimana tertuang dalam Deklarasi
tubuh. Selain itu ada pula pengertian yang dimaksud pangan pokok, yaitu
bahan pangan yang dimakan secara teratur oleh sekelompok penduduk dalam
16
Pangan dikonsumsi manusia untuk mendapatkan energi yang berupa tenaga
dan mengganti jaringan yang rusak). Pangan merupakan bahan bakar yang
buahan, daging baik unggas maupun lembu, ikan, telur, juga air. Ketahanan
kondisi terpenuhinya pangan yang cukup, baik secara jumlah maupun mutu,
Food Summit Plan of Action (1996) adalah “… when all people, at all time,
have physical and economic acces to sufficient, safe and nutritious food to
meet their dietary needs and foods preferences for an active and healty life”.
dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan
bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif. Secara umum, ketahanan pangan
adalah adanya jaminan bahwa kebutuhan pangan dan gizi setiap penduduk
ketahanan pangan terdiri dari empat subsistem atau aspek utama yaitu :
17
- Ketersediaan pangan (food availability) yaitu ketersediaan pangan dalam
jumlah cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik
bantuan pangan.
yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi
rumahtangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial. Akses
18
- Penyerapan pangan (food utilization) yaitu penggunaan pangan untuk
kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan
merupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya status gizi ini
diukur dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian bayi.
mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk
b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman. Dalam artian bebas dari
manusia.
19
c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, yaitu pangan harus
rumah tangga dalam memperoleh pangan biasanya kondisi ini diakibatkan oleh
merupakan suatu kondisi tersedianya akses pangan bagi setiap masyarakat agar
kerja yang ada, menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi
pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan pada akhirnya skala usaha
20
ini akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Sering
dijumpai makin luas areal panen yang dipakai untuk pertanian akan semakin
tidak efisien lahan tersebut. Sebaliknya luas areal panen yang sempit, upaya
tenaga kerja yang tercukupi dan tersedianya modal yang tidak terlalu besar
sehingga usaha pertanian yang seperti ini sering lebih efisien. Meskipun
demikian luas areal panen yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha
3. Produktivitas Padi
padi.
4. Konsumsi Pangan
memenuhi kebutuhannya.
21
Konsumsi pangan merupakan jumlah pangan (tunggal dan beragam)
zat gizi yang diperlukan tubuh (Suyastiri, 2006) dalam Suprianto. (2015.
menyatakan bahwa permintaan suatu jenis barang sangat tergantung pada harga
elastisitas terhadap barang kebutuhan pokok atau primer lebih tinggi daripada
kebutuhan pokok.
atau kelompok, baik berupa jenis maupun jumlahnya pada waktu tertentu,
artinya konsumsi pangan dapat dilihat dari aspek jumlah maupun jenis pangan
rasa lapar atau keinginan memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh.
22
untuk memenuhi kepuasan emosional ataupun selera seseorang. Tujuan
manusia dalam kelompok kecil maupun kelompok besar (Riyadi, 1996) dalam
Sitohang (2015).
konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah
jangka waktu tertentu. Pola konsumsi dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Sri Kardjati,
beberapa faktor ataupun kondisi setempat. Pola makan dipengaruhi dua faktor,
yang pertama adalah faktor persediaan bahan makan di mana faktor geografis,
faktor iklim, kesuburan tanah, distribusi bahan pangan, dan lain – lain. Faktor
Kardjati,1985).
23
Makanan pokok yang umumnya digunakan adalah seperti beras, jagung, umbi-
umbian (singkong dan ubi jalar) dan sagu. Disamping makanan pokok penduuk
Indonesia juga memakan lauk, sayuran dan buah-buahan. Pada lauk hewani,
penduduk Indonesia relatif lebih banyak makan ikan daripada daging dan telor
(Almatsier,2006).
5. Jumlah Penduduk
selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6
bulan tetapi bertujuan untuk menetap”. Sedangkan menurut Said (2012: 136)
yang dimaksud dengan penduduk adalah “jumlah orang yang bertempat tinggal
di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari proses-proses
negara untuk tumbuh menurut deret ukur yaitu dua-kali lipat setiap 30-40
tahun. Sementara itu saat yang sama, karena hasil yang menurun dari faktor
produksi tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung. Oleh
penduduk yang sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan perkapita (dalam
24
masyarakat tani didefinisikan sebagai produksi pangan perkapita) akan
tidak pernah stabil, atau hanya sedikit diatas tingkat subsisten yaitu pendapatan
tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan pangan, namun
25
pertumbuhan kota yang cepat. Bermekarannya kota-kota di NSB membawa
B. Studi Empiris
dijadikan rujukan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri Sitohang pada tahun 2015 dengan judul
“Pengaruh luas lahan panen padi, kondisi jalan dan jumlah konsumsi beras
lahan panen padi dan kondisi jalan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jasa Wijaya Karya pada tahun 2012 dengan
judul “Pengaruh persediaan beras, produksi beras, dan harga beras terhadap
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadya Saputri pada tahun 2016 dengan
judul “Pola konsumsi pangan dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga di
26
keluarga, akses pangan, pengeluaran pangan, konsumsi energi, dan konsumsi
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho Indira Hapsari dan Iwan Rudiartopada
desa, jenis tanah, jumlah rumah tangga miskin, rumah tangga tanpa akses
pangan.
pada tahun 2005 dengan judul “Pengaruh Faktor Penawaran Dan Permintaan
Terhadap Ketahanan Pangan Hewani Asal Ternak Di Jawa Tengah (The Effect
6. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Ediwiyati pada tahun 2015 dengan judul
Kabupaten Pasuruan)”, dengan kesimpulan bahwa usia ibu rumah tangga, luas
harapan rumah tangga sedangkan pendidikan ibu rumah tangga dan jumlah
27
anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap skor pola pangan harapan rumah
tangga.
Alat,
No Nama Judul Variabel Hasil
Model
Luas Lahan Panen
Y= Ketahanan Padi dan Kondisi
Pengaruh Luas Pangan Jalan berpengaruh
Regre
Lahan Panen Padi, positif tetapi tidak
si
Sulastri Kondisi Jalan dan signifikan terhadap
X1= Luas Lahan Linear
1 Sitohang Jumlah Konsumsi Ketahanan Pangan,
Panen Padi Berga
(2015) Beras Terhadap sedangkan Jumlah
X2= Kondisi nda
Ketahanan Pangan Konsumsi Beras
Jalan (OLS
di Provinsi Riau berpengaruh negatif
X3= Jumlah terhadap Ketahanan
Konsumsi Beras Pangan
28
Keluarga Ketahanan Pangan
X2= Akses
Pangan
X3=
Pengeluaran
Pangan
X4= Konsumsi
Protein
Y= Ketahanan
Pangan
Ketersediaan Pangan,
Jumariati, Faktor yang
X1= Akses Pangan, dan
Max Nur Mempengaruhi
Ketersediaan Pemanfaatan Pangan
Alam, Tingkat Ketahanan
5 Pangan OLS berpengaruh positif
dan Lien Pangan Wilayah di
X2=Akses dan signifikan
Damayan Kecamatan Sigi
Pangan terhadap Ketahanan
ti (2017) Biromaru
X3= Pangan
Pemanfaatan
Pangan
Y= Ketahanan
Pangan
X1= Rasio
Konsumsi Rasio Konsumsi
Faktor- Faktor Normatif Normatif, Jalan Utama
yang Memengaruhi X2= Jalan Desa, Jenis Tanah,
Nugroho
Kerawanan Pangan Utama Desa Jumlah Rumah
Indira
dan ketahanan X3= Jenis Tangga Miskin,
Hapsari, Regre
6 Pangan dan Tanah Rumah Tangga tanpa
Iwan si
Impilkasi X4= Jumlah Akses Listrik,
Rudiarto
Kebijakannya di Rumah Tangga Ketinggian Desa
(2017)
Kabupaten Miskin berpengaruh secara
Rembang X5= Rumah signifikan terhadap
Tnagga tanpa Ketahanan Pangan
Akses Listrik
X6= Ketinggian
Desa
Y= Ketahanan Path Indeks Aspek Akses
Pangan (Indeks Analys Pangan, Indeks Aspek
Faktor yang Kerawanan is. Gizi dan Kesehatan,
Lien
MempengaruhiTin Pangan) Analis serta Indeks Aspek
7 Damayan
gkat Ketahanan I1= Indeks is Kerentanan Pangan
ti (2007)
Pangan Desa Aspek Korela berpengaruh positif
Ketersediaan si dan signifikan terhadap
Pangan Analis Ketahanan Pangan,
29
I2= Indeks is sedangkan Indeks
Aspek Akses Regre Aspek Ketersediaan
Pangan dan ata si Pangan tidak
Pencaharian berpengaruh terhadap
I3=Indeks Ketahanan Pangan
Aspek Gizi dan
Kesehatan
I4= Indeks
Aspek
Kerentanan
Pangan
Y= Ketahanan Produksi Protein
Pengaruh Faktor Pangan Hewani Daging, Produksi
Penawaran Dan Asal Ternak Protein Telur,
Permintaan X1= Produksi Produksi Protein Susu
E. Terhadap Protein Daging dan PDRB
Regre
Prasetyo, Ketahanan Pangan X2= Produksi berpengaruh positif
si
Mukson, Hewani Asal Protein Telur signifikan terhadap
Linear
8 T. Ternak Di Jawa X3= Produksi Ketahanan Pangan
Berga
Ekowati, Tengah (The Effect Protein Susu Hewani Asal Ternak,
nda
A. Setiadi Of Supply And X4= PDRB sedangkan Jumlah
(OLS
(2005) Demand Factors Penduduk
To Livestock Food berpengaruh negatif
Security In Central X5= Jumlah terhadap Ketahanan
Java) Penduduk Pangan Hewani Asal
Ternak
Y= Skor Pola
Pangan Harapan Usia Ibu Rumah
Analisis Ketahanan Rumah Tangga Tangga, Luas Lahan
Pangan Rumah Pekarangan dan
x1= Usia Ibu
Tangga (Studi Pendapatan
Rumah Tangga
Kasus pada Regre berpengaruh terhadap
X2= Pendidikan
pelaksanaan si Skor Pola Pangan
Retno Ibu Rumah
Program Desa Linear Harapan Rumah
9 Ediwiyati Tangga
mandiri pangan di Berga Tangga sedangkan
(2015) X3= Jumlah
desa Oro Bolu nda Pendidikan ibu rumah
Anggota Rumah
Kecamatan (OLS tangga dan Jumlah
Tangga
Rembang anggota keluarga tidak
X4= Luas Lahan
Kabupaten berpengaruh terhadap
Pekarangan
Pasuruan) Skor pola pangan
X5= Pendapatan harapan rumah tangga.
Keluarga
Analisis Potensi Y= Ketahanan Produksi Padi,
Syaiful dan Ketersediaan Pangan Ketersediaan Padi dan
10 Anwar Pangan Kaitannya X1= Produksi OLS Kebutuhan Pangan
(2007) dengan Ketahanan Padi Nabati berpengaruh
Pangan di Jawa X2= terhadap Ketahanan
30
Tengah Ketersediaan Pangan
Padi
X3= Kebutuhan
Pangan Nabati
Y= Food Variabel Food
Insecurity expenditure dan
Secondary Education
Food Security X1= Food
David The berpengaruh positif
Measurement: An Expenditure
11 Magana regres terhadap Food
Empirical X2= Rural
(2015) sion Insecurity sedangkan
Approach
X3= Secondary Rural berpengaruh
Education negatif terhadap Food
Insecurity
Y= Food
A typology of Security Calorie, Protein, dan
Bingxin The
Food Security in X1= Calorie Fat berpengaruh
12 Yu regres
Developing positif terhadap Food
(2013) sion
Countries X2= Protein Security
X3= Fat
Y= Household
Food Security
X1= Mother's
Age
X2= Mother's Mother's Age,
Education Household Size, Safe
X3= Household Drinking Water,
Relationship
Size Urban Type
between Maternal,
X4= Type of berpengaruh positif
Household and
House terhadap Household
Srinita Socio-Economic Panel,
13 X5= Food Security
(2017) Characteristics and FEM
Dependency sedangkan Mother's
Household Food
Ratio Education, Type of
Security in Aceh,
X6= Room Per House, Dependency
Indonesia
Capita Ratio, dan Sanitation
X7= Safe Facility berpengaruh
Drinking Water negatif terhadap
X8= Sanitation Household Food
Facility Security
X9= Urban
Type
Factor's Affecting Y= Food Age, Gender,
Abdullah, Security The
Household Food Education, Household
14 Deyi Zu Regre
Security in Rural X1= Age Size,dan Food Price
(2017) ssion
Northern X2= Gender berpengaruh terhadap
31
Hinterland of X3= Household Food Security
Pakistan Size
X4= Food Price
Food Y= Food Total Expenditure
Charles The
Security,Subsitenc Security berpengaruh negatif
15 B. Moss Regrre
e Agriculture, and X= Total signifikan terhadap
(2016) ssion
Working's Model Expenditure Food Security
C. Kerangka Berpikir
1. Kerangka Pemikiran
32
2. Hipotesis Penelitian
menjadi objek penelitian, yang kebenarannya harus dikaji dan diteliti melalui
berikut:
33
BAB III
A. Objek Penelitian
Objek yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi ketahanan
Tengah, Luas panen padi, Produktivitas padi, Jumlah penduduk dan Konsumsi.
Data yang digunakan adalah data dalam bentuk tahunan 2013 – 2014.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (cross
section dan time series) yang diperoleh dari jurnal-jurnal ekonomi dan bisnis,
Jawa Tengah dalam angka terbitan BPS, data terbitan institusi-institusi yang
terkait seperti Dinas Pertanian Jawa Tengah, dan Badan Ketahanan Pangan Jawa
Tengah. Dalam penelitian ini jenis data yang dipakai adalah data tahunan, yaitu
bahan-bahan yang relevan dan akurat. Data yang digunakan dalam analisis
penelitian ini adalah data sekunder cross section. Adapun data yang digunakan
adalah data tahunan dengan jangka waktu dari tahun 2013 sampai 2014 yang
34
C. Konsep Pengukuran Variabel
1. Produksi padi dalam jumlah yang dihasilkan dalam satu tahun, ukur dalam
(ton)
2. Luas Panen dalam penelitian ini merupakan jumlah luas areal sawah yang
Tengah per tahun. Satuan dari variabel ini adalah Hektare (ha).
dapat dihasilkan dari satu hektar pertahun. Satuan dari variabel ini adalah
(ku/ha).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi
data panel. Menurut Agus Widarjono (2007) metode regresi data panel
mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan data time series atau
1. Data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section
35
2. Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat
(ommited-variabel).
1. Common Effect
menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode OLS
perilaku data antar kabupaten/kota sama dalam berbagai rentang waktu. Asumsi
ini jelas sangat jauh dari realita sebenarnya, karena karakteristik antar
2. Fixed Effect
namun sama antar waktu (time invariant). Namun metode ini membawa
36
3. Random Effect
menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul
pada hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak
dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien, sehingga lebih tepat
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square), yaitu
Dimana:
β0 = konstanta/intercept
37
β2 = koefisien regresi dari X2
Ɛ = error
D. Hipotesis Statistik
melakukan uji statistik, uji ini dilakukan untuk mengetahui bermakna atau
tidaknya variabel atau model yang digunakan secara parsial atau keseluruhan. Uji
1. Korelasi (r)
koefisien korelasi akan berkisar antara -1 (negatif satu) sampai +1 (positif satu).
Apabila koefisien korelasi mendekati -1 atau +1, berarti hubungan antar variabel
berarti hubungan antar variabel tersebut semakin lemah. Dengan kata lain,
2. Determinasi (R2)
38
Nilai koefisien determinasi antara 0 sampai dengan 1. Dinamakan koefisien
determinasi karena R2 x 100% daripada variasi yang terjadi dalam variabel terikat
adalah berkisar 0 < R2 < 1. Artinya jika R2 mendekati 1 maka dapat dikatakan
pengaruh variabel bebas tehadap variabel terikat adalah besar. Berarti model yang
Bila t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 5% atau nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata 5%) maka H0 ditolak dengan kata lain variabel
Bila F hitung > F tabel pada tingkat derajat kepercayaan 5% dan tingkat
kepercayaan tertentu atau nilai Probabilitas signifikan lebih kecil dari 0,05 maka
39
H0 ditolak yang berarti variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi
variabel terikat.
Sebelum menolak atau menerima sebuah hipotesis statistik, seorang peneliti harus
padi
40
H0 : β1 ≠ 0 Terdapat pengaruh antara konsumsi pangan terhadap terhadap
E. Pengolahan Data
7. Membuat kesimpulan
Sebelum melakukan analisis data maka data diuji sesuai asumsi klasik, jika
parametrik untuk mendapatkan model regresi yang baik, model regresi tersebut
41
autokorelasi. Cara yang digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak.
yang digunakan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat
berdistribusi normal.
Identifikasi normal atau tidaknya data dilihat dari nilai Jarque-Bera. Ketika
nilai JB < Chi-square tabel maka data terdistribusi normal. Dan dapat dilihat dari
nilai Probability. Apabila probability > α maka data terdistribusi normal. Data
dikatakan berdistribusi normal apabila memenuhi kedua syarat tersebut atau salah
satunya.
2. Uji Multikolinearitas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Apabila nilai R2
yang dihasilkan dalam suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi
terbebas atau tidak terbebas dari uji multikolinieritas adalah dengan melihat nilai
Correlation Matrix. Jika nilai Correlation Matrix < 0,8 maka data terbebas dari uji
42
multikolinieritas. Jika nilai Correlation Matrix ada yang berniai negatif, hal
3. Uji Heterokedastisitas
lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
pengamatan didalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terkena
squared. Jika nilai Prob Chi-square > α maka tidak terjadi heterokedastisitas,
namun jika Prob Chi-square < α maka terjadi heterokedastisitas. Dan jika Obs*R-
squared < Chi-square tabel maka tidak terjadi heterokedastisitas, namun jika
4. Uji Autokorelasi
mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
43
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series).
tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Selain itu model regresi yang
dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen (Y)
Identifikasi apakah data terbebas atau tidak terbebas dari uji autokorelasi
adalah dengan melihat nilai Prob Chi-square. Jika Prob Chi-square > α maka tidak
terjadi autokorelasi, namun jika Prob Chi-square < α maka terjadi autokorelasi.
44
DAFTAR PUSTAKA
https://doi.org/10.1108/IJHRH-10-2017-0065
140. https://doi.org/10.14710/jwl.5.2.125-140
Jorge, D. M., Security, L.-álvarez F., Mitchell, D., Hudson, D., Post, R., Bell, P.,
Security, F., Agriculture, S., Model, W., Moss, C. B., Oehmke, J. F., &
information :
Sustainable Indonesian Food Security 2025 : Challenges and Its Responses, 123–
135.
Wahed, M., Bisnis, F. E., & Malang, U. B. (2015). Pengaruh Luas Lahan ,
Badan Pusat Statistik (BPS). Jawa Tengah Dalam Angka. Tahun 2013 – 2014.
45
Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah. Tahun 2013 – 2014.
Pangan: Pendekatan Partial Least Square Path Modeling. Jurnal Agro Ekonom
46