100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
159 tayangan19 halaman
Agribisnis skala kecil memiliki beberapa karakteristik seperti tujuan utama untuk pendapatan keluarga, lahan dan modal terbatas, serta teknologi yang digunakan konvensional. Beberapa masalah yang dihadapi antara lain keterbatasan modal, kualitas SDM yang rendah, serta sistem penghitungan usaha yang kurang jelas. Pengembangan agroindustri di pedesaan perlu meningkatkan kewiraswastaan dan kluster industri yang terintegrasi dengan sent
Agribisnis skala kecil memiliki beberapa karakteristik seperti tujuan utama untuk pendapatan keluarga, lahan dan modal terbatas, serta teknologi yang digunakan konvensional. Beberapa masalah yang dihadapi antara lain keterbatasan modal, kualitas SDM yang rendah, serta sistem penghitungan usaha yang kurang jelas. Pengembangan agroindustri di pedesaan perlu meningkatkan kewiraswastaan dan kluster industri yang terintegrasi dengan sent
Agribisnis skala kecil memiliki beberapa karakteristik seperti tujuan utama untuk pendapatan keluarga, lahan dan modal terbatas, serta teknologi yang digunakan konvensional. Beberapa masalah yang dihadapi antara lain keterbatasan modal, kualitas SDM yang rendah, serta sistem penghitungan usaha yang kurang jelas. Pengembangan agroindustri di pedesaan perlu meningkatkan kewiraswastaan dan kluster industri yang terintegrasi dengan sent
• Skala usaha dalam suatu sistem usaha tani dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain dari investasi, biaya tetap, biaya variabel, total nilai penjualan, luas areal tanam, dan jumlah satuan ternak. • Perhitungan biaya setiap luasan areal tanam atau satuan ternak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan efisiensi di antara petani yang mengusahakan komoditas serupa.
Nur Khasanah - UJB
• Skala usaha juga dapat diukur dengan melihat luas areal yang diusahakan oleh petani atau satuan ternak yang dimiliki peternak. Dalam sistem usaha yang terintegrasi, kombinasi komponen usaha tani tersebut menentukan besarnya usaha. Karakteristik Usahatani Berskala Kecil Berikut ini adalah ciri-ciri utama usahatani dengan modal kecil adalah ; 1. Tujuan utama untuk pendapatan keluarga (subsisten atau setengah subsisten) 2. Perluasan lahan dilakukan dengan modal kerja terbatas 3. Lahan relative kecil < 0,5 ha 4. Status lahan yang diusahakan biasanya milik sendiri / menggarap lahan pihak lain 5. Modal terbatas 6. Daya beli rendah sehingga kehilangan potongan harga yang seharusnya diterima bila membeli faktor produksi dalam jumlah besar 7. Teknologi yang digunakan konvensional (tradisional) karena memiliki keterbatasan modal untuk mengadopsi teknologi baru yang canggih 8. Pengelolaan bersifat apa adanya (sederhana) 9. Tenaga kerjanya berasal dari keluarga sehingga upahnya tidak dibayarkan namun terkadang hanya diperhitungkan 10. Cara perhitungan produksi dan Biaya usahatani: subsisten jumlah produksi dinyatakan secara fisik (kg, ton,dll) tanah dan modal milik sendiri tidak dihitung bunganya 11. Tingkat pendidikan pekerjanya masih tergolong rendah 12. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat 13. Pendapatan usahataninya rendah tapi relatif stabil 14. Umumnya menanam suatu komoditas dengan pola monokultur dan dilakukan secara berkeanjutan Masalah-Masalah dalam Usahatani Berskala Kecil di Indonesia Berikut ini adalah beberapa pandangan ahli (menurut Fadholi,1991), Soekartawi, Syukuriwantoro (2009) mengenai masalah-masalah dalam usahatani : • Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahatani. • Aspek teknologi. • Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang kompeten. • Lahan usahatani sempit sehingga luasan usahanya dianggap yang tidak menguntungkan.
Nur Khasanah - UJB
• Sistem penghitungan/analisis usahataninya tidak jelas. • Daya saing produknya rendah • Lemahnya Jaringan Usaha • Masalah transformasi dan komunikasi. • Kurangnya informasi harga • Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana lahan dan air. • Status dan luas kepemilikan lahan (9,55 juta KK, luas lahannya <0,5 ha) • Belum berjalannya difersifikasi pangan dengan baik. • Belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian • penanganan panen dan pasca panen belum didukung oleh penggunaan alsintan • Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian. Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahatani • Hal ini diakibatkan oleh keterbatasan akses petani terhadap permodalan • Aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber permodalan masih sangat terbatas, terutama bagi petani-petani yang menguasai lahan sempit yang merupakan komunitas terbesar dari masyarakat pedesaan.
Nur Khasanah - UJB
Aspek teknologi • Para petani kecil pada umumnya sulit menerima setiap teknik atau metode baru (innovation) dan masih menggunakan alat-alat pertanian yang konvensional (tradisional). • Lemah tingkat teknologinya identik dengan kelompok Late Majority. Yaitu kelompok yang lambat dalam hal menerima informasi ataupun teknologi terbaru. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang kompeten • Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Sistem penghitungan/analisis usahataninya tidak jelas • Hal itu disebabkan karena petani kecil umumnya tidak begitu memperhitungkan biaya produksi apa saja yang digunakan. • Misal biaya lahan milik sendiri dan biaya dalam keluarga yang tidak diperhitungkan.
Nur Khasanah - UJB
Kurangnya informasi harga • Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah diluar usahatani yang perlu diperhatikan. Seperti kita ketahui petani yang serba terbatas ini berada pada posisi yang lemah dalam penawaran persaingan, terutama yang menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Status dan luas kepemilikan lahan (9,55 juta KK, luas lahannya <0,5 ha)
• Indonesia dengan jumlah penduduk nomor empat
terbesar di dunia mempunyai lahan pertanian yang terbatas. • Kondisi tersebut diperparah oleh tingginya laju peningkatan penduduk, alih fungsi lahan sawah untuk keperluan industri dan infra struktur, konversi lahan pertanaman padi menjadi lahan pertanaman komoditas lain yang bernilai jual lebih tinggi, serta menurunnya investasi pemerintah dalam pencetakan sawah baru, pembangunan sarana irigasi, dan menurunnya dana yang tersedia untuk memelihara jaringan irigasi yang sudah dibangun. Belum berjalannya difersifikasi pangan dengan baik. • Kebanyakan petani menanam suatu komoditas dengan pola monokultur, dan dilakukan secara terus-menerus, sehingga apabila panen raya tiba harga komoditas tersebut jatuh sehingga menyebabkan petani rugi.
Nur Khasanah - UJB
STRATEGI PENGEMBAGAN
AGROINDUSTRI PEDESAAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan agroindustri
pedesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian Pengembangan agroindustry di pedesaan : 1. Mengembangkan orientasi dan kemampuan kewiraswastaan di pedesaan perlu dilakukan pengembangan 2. Kegiatan penyuluhan perlu dilengkapi dengan materi- materi mengenai manajemen usaha dan mengadakan penyesuaian terhadap materi-materi mengenai kegiatan produksi 3. Mengembangkan kluster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra-sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya,
Nur Khasanah - UJB
4. Mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar 5. Mengembangkan industri pengolahan yang punya daya saing tinggi untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri