PAPER
OLEH:
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan paper mata kuliah Ekonomi Pertanian.
Paper ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Pertanian
diprogram studi Agroekoteknologi. Selanjutnya penyusun mengucapkan
terimakasih kepada ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku dosen pembimbing mata kuliah
Ekonomi Pertanian dan kepada segenam pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama penyusunan paper ini.
Atas perhatian dan waktu yang diluangkan untuk sekedar membaca paper
ini, penyusun ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum, wr, wb
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan hidup seperti itu hanya dapat dicapai apabila pendapatan dari usaha
tani yang dikelolanya tinggi dan terus meningkat sesuai dengan kebutuhan
hidup yang meningkat pula. Pendapatan yang tinggi itu dapat dicapai apabila
produktivitas usaha tani terus meningkat. Berdasarkan tujuan pengusaha
tersebut, maka tujuan manajemen adalah untuk menjalankan perusahaan
sedemikian rupa sehingga dari perusahaannya itu diperoleh pendapatan yang
maksimal dan penggunaan sumber daya nya efektif dan efisien.
2.2 Unsur dan Faktor Modal dalam Usahatani serta Manajemen dalam
Usahatani
5. Berdasarkan Fungsinya
Modal tetap, yaitu modal yang digunakan dalam beberapa kali
proses produksi. Modal tetap terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Modal tetap yang dapat bergerak atau mudah dipindahkan
baik hidup maupun mati. Contohnya adalah cangkul, sabit,
traktor, dan lain-lain.
b. Modal tetap tidak bergerak baik hidup maupun mati.
Contohnya adalah lahan, rumah, dan lain-lain.
Modal tidak tetap, yaitu modal yang hanya dipergunakan dalam
sekali produksi. Contohnya adalah pupuk, pestisida, benih, dan
lain-lain.
6. Berdasarkan Jenis Modal Usahatani
Modal sendiri adalah modal yang dikeluarkan petani itu
sendiri yang berasal dari tabungan atau sisa dari hasil
usahatani sebelumnya.
Modal pinjaman adalah modal yang didapat petani diluar
pendapatan petani. Pinjaman usahatni yaitu berupa kredit
formal, kredit non formal dan kemitrausahaan (Marunung,
1998).
Kredit formal dapat dibedakan menjadi kredit program dan
kredit non program (kredit komersial). Kredit program
umumnya bersifat sektoral untuk menbcapai sasaran yang
diinginkan. Contoh kelembagaan kredit formal adalah bank,
koperasi, dan pegadaian. Kelembagaan kredit informal pada
umumnya tidak memerlukan persyaratan yang rumit seperti
agunan dan persyaratan lain. Hubungan antara peminjam
dengan pihak yang meminjamkan hanya didasarkan sikap yang
saling mempercayai satu sama lain. Contoh sumber kredit non
formal, seseorang mempunyai kenalan pedagang, pelepas
uang, dan lain-lain. Di dalam pasar kredit pedesaan terjadi
segmentasi pasar, karena kedua kredit menjadi sumber modal
masyarakat pedesaan tersebut masing-masing mempunyai
karakteristik yang khas.
(a) Pengurusan
Pengurusan adalah menjalankan perusahaan menurut cara-cara
yang sudah berlaku secara turun-temurun dengan usaha untuk
memperoleh tambahan pendapatan untuk melakukan hal-hal yang
sudah biasa berlaku tersebut. Tujuan pengurusan adalah untuk
menjamin bahwa perusahaan dapat mengalami perumbuhan dari tahun
ke tahun. Cirri dari perusahaan yang baikadalah pertumbuhan kondisi
perusahaan setiap tahun baru harus melebihi tahun yang sebelumnya
betapapun kecilnya.
Pengurusan unit-unit usahatani yang terdapat di Indonesia pada
umumnya, dilihat dari segi ilmu manajemen belum dapat dikatakan
melaksanakan manajemen modern, karena banyak hal yang
menyimpang dari kaidah-kaidah yang biasa dikenal alam ilmu
manajemen. Dengan demikian maka pengelolaan usahatani di
Indonesia dapat dikatakan sebagai pengurusan sja sifatnya.
Teknologi yang diterapkan sebagian besar merupakan teknologi yang
biasa dilakukan oleh para nenek moyangnya. Oleh karena itu,
produktuvitas usahatani dari tahun ketahun berikutnya dapat dikatakan
relatif sama dengan kecenderungan terus menurun karena tidak ada
usaha perbaikan teknologi.
(b) Pelaksanaan
Tujuan pokok dari setiap perusahaan tidak lain adalah untuk
mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana. Tujuan
tersebut dicapai apabila perusahan tersebut dapat berjalan secara terus-
menerus, dalam pengertian bahwa seakali berjalan tetep harus
berjalan. Dalam kegiatan usahatani, komando yang efektif terhadap
kapan pelaksanaan kegiatan dalam usahatani tersebut dimulai adalah
keadaan iklim terutama curah hujan dan waktu jatuhnya hujan
merupakan tanda bahwa kegiatan usahatani segera dimulai, karena
jatuhnya hujan akan mempengaruhi pada timbulnya hama dan
penyakit tanaman/ternak yang diusahakan.
Sekiranya menurut para petani bahwa curah hujan itu tidak normal
jumlah dan waktunya dibandingkan dengan curah hujan dan waktu
jatuh hujan sebelumnya, maka biasanya petani menagguhkan kegiatan
usahataninya sampai pada keadaan yang menguntungkan. Cara ini
dilakukan petani dalam rangka mengurangi risiko kegagalan.
Apabila terjadi kegagalan pada awal pelaksanaan usahataniny,
akan sulit bagi petani tersebut untuk mencari dana yang diperlukan
untuk mengulangi lagi kegiatan-kegiatan yang seharusnya sudah harus
selesai dikerjakan. Oleh karena itu, memulai kegiatan produksi dalam
bidang usaha pertanian umumnya dan usahatai khususnya
memerlukan ketelitian yang tinggi didalam menilai perubahan iklim
yang berlaku dimana usahatani tersebut ada.
(c) Kewaspadaan
Yang dimaksud dengan kewaspadaan adalah melindungi diri
terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko atau kerugian.
Tindakan-tindakan si pengusaha/petani harus diperhitungkan menurut
ukuran, ruang dan waktu sedemikian rupa sehingga diperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Di dalam usahatani risiko
atau kerugian setiap saat dapat mengancam karena faktor-faktor yang
mempengaruhinyasebagian besar belum mampu dikuasai manusia.
Oleh karena itu, kewaspadaan dalam mengambil setiap keputusan
harus didasarkan pada berbagai informasi yang lengkap, baik
informasi dari dalam usahatani sendiri, maupun informasi sesuatu
masalah akan mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kegagalan
yang besar.
(d) Risiko usaha
Tiap usaha selalu akan menghadapi risiko, besar kecilnya risiko
yang dialami seorang pengusaha atau petani tergantung pada
keberanian untuk mengambil suatu keputusan. Dalam usahatani risiko
itu sulit untuk diduga karena faktor-faktor yang mempengaruhu
kegiatan usahatani sebagian besar belum dapat dikuasai secara
sempurna oleh manusia, misalnya faktor iklim dan perubahannya.
Oleh karena itu, risiko dalam usahatani setiap saat akan mengancam
petani, baik perorangan maupun kelompok
Dalam kegiatan usaha pertanian umumnya dan usahatani pada
khususnya ada dua macam risiko yang mugkin dihadapi petani, yaitu
(1) risiko yang sulit diduga dan (2) risiko yang mudah diduga.
Risiko yang sulit diduga misalnya adanya serangan hama penyakit
tanaman atau ternak, dan risiko yang yang mudah diduga misalnya
jatuhnya harga hasil usahatani pada waktu panen. Oleh karena itu
unsur kewaspadaan dan unsur risiko merupakan dua hal yang sangat
erat hubungannya, dalm pengertian bahwa kewaspadaan dalam
memilih atau mengambil keputusan akan diikuti suatu risiko. Besar
kecilnya risiko yang diderita seorang pengusaha akan dipengaruhi
oleh keberanian mengambil keputusan terhadap suatu masalah yang
dihadapi.
Untuk mengurangi risiko tersebut caranya adalah memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya tentang suatu masalah tersebut. Dalam
hal ini catatan tentang sesuatu kejadian yang dialami dalam periode
tertentu amat diperlukan, agar apabila menghadapi masalah yang sama
pada periode berikutnya tidak menderita risiko yang terlalu tinggi.
Kebanyakan petani di Indonesia tidak melakukan pencatatan atas
segala kejadian yang dialami tahun yang silam., sehingga setiap
keputusanhanya didasarkan pada pengalaman saja, yang sifatnya
hanya diingat di kepala. Oleh karena itu, kegiatan usahatani yang
bersifat kerutinan, seperti tahun-tahun yang telah dilewati, jarang
mengadakan perubahan-perubahan yang drastis terhadap kegiatan
usahataninya.
(e) Sarana penunjang
Yang dimaksud dengan sarana penunjang adalah segala peralatan
yang dapat menunjang kelancaran kegiatan pelaksanaan usaha dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sarana ini dapat berupa
sarana fisik maupun nonfisik. Saran fisik adalah peralatan kerja yang
sesuai dengan kegiatan keja yang dilakukan, sedangkan sarana
nonfisik misalnya ketenangan bekerja dan lingkungan kerja. Kegiatan
manajer tidak akan efektif dan efisien apabila sarana yang tersedia
tidak memadai, baik dalam jumlah maupun ukuran dan jugs ketepatan
sarana tersebut dengan kegiatan yang ada dalam usahatani.
1. Laba ditahan
Retained Retained earning
(retined earning)
earning
Kartu kredit Pinjaman bank
2. -
(Over draft)
Kredit
Sewa
3. perdagangan/kop sewa
erasi
/stop order
pembayaran
pajak yang
Alat-alat yang
4. ditunda gadai
disewakan
persediaan dana
u/ depresiasi
-
-
5. pasar modal
pinjaman
-
6. pribadi pinjaman pribadi
Overdraft
Sewa-menyewa (Leasing)
Perusahaan-perusahaan Asuransi
Jaminan-jaminan
Petani yang memiliki lahan menjual haknya lebih kecil dari 85 atau
90% pada investor kemudian investor membayarkan uang tiap tahun
sebagai penanam modal. Petani tersebut dapat menggunakan uang tadi
untuk pengembangan usahataninya. Selanjutnya investor menerima 5%
tiap tahun dari keuntungan yang didapat oleh petani (deviden).
Keuntungan bagi petani dengan leaseback ini yaitu tetap menjalankan
usahataninya sehingga dengan uang yang didapat petani dapat
mengembangkan usahataninya.
Perusahaan Pertanian
Gearing
Gearing yaitu rasio antara pinjaman jangka panjang beserta
tingkat bunga tertentu dengan modal yang dimiliki untuk mengetahui
sejauhmana ketergantungan pada modal pinjaman. Gearing suatu
perusahaan ditunjukkan oleh perbandingan pembayaran saham tahunan
dan debentures yang dikeluarkannya dengan keuntungan yang tersedia
untuk dibagikan sebagai deviden. Gearing akan tinggi bila sebagian
besar modal diperoleh dari pinjaman jangka panjang karena
pembayaran debentures dan deviden saham pilihan menyerap sebagain
besar pendaptan sehingga sedikit yang tersisa untuk para pemegang
saham biasa. Sebsaliknya gearing akan rendah bila kewajiban
membayar tersebut sedikit. Dengan gearing yang tinggi dapat
memperbesar resiko, inilah dilema dalam perusahaan pertanian,
semakin besar gearing, resiko yang ditanggung pun semakin besar pula.
Nilai depresiasi akan tergantung nilai pembeli awal, umur ekonomis, dan
nilai sisa pada saat alat tersebut sudah tidak ekonomis. Besarnya nilai
penyusutan atau depresiasi per tahun dapat dihitung dengan rumus :
UE
Keterangan :
NS = Nilai sisa pada saat alat tersebut tidak dapat dipergunakan lagi secara
ekonomis, satuan dalam rupiah
NP
Keterangan :
NS = Nilai sisa pada saat alat tersebut tidak dapat dipergunakan lagi secara
ekonomis, satuan dalam rupiah
Dalam menghitung nilai penyusutan tetap dari nilai buku akhir tahun,
yang harus diperhatikan adalah penilaian kita terhadap keadaan barang modal
yang bersangkutan dan perkembangan harga yang terjadi di pasar, karena
dengan demikian dapat terjadi nilai pada pembukuan tahunan kedua atau
tahun ketiga lebih besar nilainya daripada buku pada tahun awal, sehingga
mengakibatkan nilai penyusutannya menjadi lebih besar.
Berikut ini analisa permodalan budidaya cabe dalam satu hektar lahan
dengan harga jual cabe Rp. 10.000,- per kilogram di tingkat petani, titik tanam
16.000 tanaman. Sewa lahan diperhitungkan selama satu musim tanam (6
bulan) dengan biaya tenaga kerja disesuaikan dengan biaya tenaga kerja saat
ini (tahun 2013) untuk harga tenaga kerja di Kabupaten Wonosobo yaitu
sebesar Rp. 30.000,-.
Persiapan Lahan
Persemaian
Penanaman
Pemeliharaan
Lahan 10.600.000
Persiapan Lahan 29.160.000
Penyemaian 3.740.000
Penanaman 795.000
Pemeliharaan 29.281.200
Sub Total 73.576.200
Biaya Tak Terduga (10%) 7.357.620
Total 70.933.820
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam arti ekonomi, modal merupakan sebagian hasil produksi yang
disisihkan untuk dipergunakan dalam produksi selanjutnya. Modal adalah
suatu faktor diantara tiga faktor yang dipadukan sebagai faktor produksi
usaha. Dalam suatu usaha tani, yang disebut modal adalah seluruh
kekayaan perusahaan yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut, dan
menghasilkan pendapatan pada pemiliknya.
Manajemen dalam usahatani adalah aktivitas keahlian
pengorganisasian, pengoperasian dari ketiga faktor produksi yang lain
(tanah, tenaga kerja, modal dalam proses produksi). Di dalam faktor
manajemen juga terdapat faktor keahlian (skill) yaitu keahlian dan
kemampuan pengusaha-pengusaha untuk mandiri dan mengembangkan
berbagai kegiatan usaha.
Modal dapat diperoleh dari dalam maupun luar usahatani yang
dilakukan. Secara tradisional modal dari dalam usahatani diperoleh dari
warisan atau keuntungan yang disimpan sedangkan modal dari luar
usahatani diperoleh secara bergotong-royong. Pada usahatani modern,
petani merencanakan keuangannya serta membuat struktur modal sesuai
dengan kondisi mereka. Pembiayaan biasanya berupa gabungan antara
modal sendiri dan modali luar (kredit) dari lembaga keuangan seperti
bank komersial atau pasar modal.
Dalam menghitung nilai penyusutan tetap dari nilai buku akhir tahun,
yang harus diperhatikan adalah penilaian kita terhadap keadaan barang
modal yang bersangkutan dan perkembangan harga yang terjadi di pasar,
karena dengan demikian dapat terjadi nilai pada pembukuan tahunan
kedua atau tahun ketiga lebih besar nilainya daripada buku pada tahun
awal, sehingga mengakibatkan nilai penyusutannya menjadi lebih besar.
3.2 Saran
Modal sebagai faktor produksi mempunyai pengertian bahwa modal
tersebut merupakan sub sistem produksi, sebab apabila modal ini tidak
ada, maka akan mengganggu proses produksi yang perusahaan. Modal
harus dapat dikelola sedemikian rupa sehingga akan didapat hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA