Anda di halaman 1dari 97

ANALISIS KELAYAKAN USAHA KANGKUNG

HIDROPONIK DI SPECTA FARM


KABUPATEN BOGOR

HAFIZD WAHYU

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan


Usaha Kangkung Hidroponik di Specta Farm Kabupaten Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang bersal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir karya ilmiah ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2018

Hafizd Wahyu
NIM H34154025

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.
4
ABSTRAK
HAFIZD WAHYU, Analisis Kelayakan Usaha Kangkung Hidroponik di Specta
Farm Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.

Usaha kangkung hidroponik memiliki potensi untuk dijalankan karena


semakin tingginya permintaan masyarakat terhadap sayuran yang lebih sehat dan
higienis serta memiliki harga jual yang tinggi. Perkembangan teknologi pada
budidaya pertanian untuk menghasilkan produk yang lebih sehat dan higienis
salah satunya adalah dengan sistem teknologi hidroponik, namun biaya investasi
awal yang dibutuhkan sangat tinggi. Tingginya investasi awal, maka perlu dikaji
tingkat kelayakannya berdasarkan aspek non finansial, aspek finansial, dan
analisis sensitivitas. Aspek yang di uji pada aspek non finansial adalah aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial
ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan. Pada aspek finansial penilaian
dilakukan berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan
PP, serta pada analisis sensitivitas menggunakan metode switching value terhadap
perubahan jumlah produksi, harga jual, dan pupuk nutrisi. Hasil analisis
kelayakan usaha kangkung hidroponik dinyatakan layak untuk dijalankan
berdasrkan aspek non finan sial adan aspek finansial. Hasil analisis sensitivitas
disimpulkan bahwa penurunan jumlah produksi lebih sensitif daripada penurunan
harga jual dan peningkatakan harga pupuk nutrisi.

Kata kunci : usaha kangkung hidroponik, kelayakan, kriteria kelayakan investasi,


switching value

ABSTRACT
HAFIZD WAHYU, Feasibility Study of Hydroponic Water Spinach Farming in
Specta Farm Bogor Regency. Supervised by NETTI TINAPRILLA.

Hydroponic water spinach farming has a good prospect due to increasing of


vegetable demand for healthier vegetables, hygienic and have a high selling price.
One of the ways of the technological development in agriculture cultivation to
produce healthier and hygienic product is by hydroponic technology system, but
the initial investment cost required is very high. This leads to the need for a
feasibility assessment based on nonfinancial aspect, financial aspect and
sensitivity analysis. Elements that are tested on non-financial aspects are a market,
marketing, technical, management, and law. On the financial issue, the valuation
is based on the investment feasibility criteria that is NPV, Net B/C, IRR, PP as
well as on sensitivity analysis using switching value method towards production
quantities changes, selling prices and nutrient fertilizers. The result of feasibility
analysis of hydroponic water spinach business is feasible to be operated based on
nonfinancial and financial aspects. The results of sensitivity analysis seem to
indicate that the decreasing amount of production is more sensitive than decrease
of selling price and increasing price in fertilizer production.

Keywords : Hydroponic Water Spinach Business, feasibility, investment


feasibility criteria, switching value
6
ANALISIS KELAYAKAN USAHA KANGKUNG
HIDROPONIK DI SPECTA FARM
KABUPATEN BOGOR

HAFIZD WAHYU

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
iv
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Kangkung Hidroponik di Specta Farm
Kabupaten Bogor
Nama : Hafizd Wahyu
NIM : H34154025

Disetujui oleh

(
Dr Ir Netti i1 rilla MM
Pembimbing

Tanggal Lulus: 0 9 JAN L:018


6
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penyusunan skripsi ini adalah kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan
Usaha Kangkung Hidroponik di Specta Farm Kabuaten Bogor. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang selalu memberi
pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi selaku dosen evaluator, Dr Amzul Rifin SP,
MA selakuk dosen penguji utama, Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen
penguji akademik dan para dosen serta staf pengajar Departemen
Agribisnis. Institut Pertanian Bogor yang telah mengajari dan membimbing
penulis selama di institusi.
3. Bapak Zekky Bachri selaku pemilik Specta Farm yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data.
4. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Masmareldi dan Ibu Yurnalis serta
seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, kasih sayang dan materi yang
selalu diberikan kepada penulis.
5. Seluruh teman-teman seperjuangan di Alih Jenis Agribisnis Angkatan 6 atas
motivasi dan kebersamaannya.
Akhri kata penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat untuk segala
pihak. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat bagi penulis
pribadi apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Januari 2018

Hafizd Wahyu
vi
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Peneliatian 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
Karakteristik Teknologi Hidroponik 5
Analisis Kelayakan Usaha 6
Analisis Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Non Finansial 7
Analisis Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Finansial 7
KERANGKA PEMIKIRAN 9
Kerangka Pemikiran Teoritis 9
Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis 9
Aspek Non Finansial 9
Aspek Finansial 11
Analisis Switching Value 13
Kerangka Pemikiran Operasional 13
METODE PENELITIAN 15
Lokasi dan Waktu Penelitian 15
Jenis dan Sumber Data 15
Metode Pengumpulan Data 16
Metode Analisis dan Pengolahan Data 16
Aspek Non Finansial 16
Aspek Pasar dan Pemasaran 16
Aspek Teknis 17
Aspek Manajemen Dan Hukum 19
Aspek Sosial Ekonomi, dan Budaya 19
Aspek Lingkungan 20
Kriteria Kelayakan Aspek Non Finansial 20
Aspek Finansial 22
Kriteria Kelayakan Aspek Finansial 22
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) 24
Asumsi Dasar 25
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 26
Sejarah Perusahaan 26
Lokasi dan Kondisi Perusahaan 27
Perkembangan Usaha Kangkung Hidroponik 28
HASIL DAN PEMBAHASAN 28
Analisis Aspek Non Finansial 28
Aspek Pasar dan Pemasaran 29
Hasil Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran 32
Aspek Teknis 33
Hasil Analisis Aspek Teknis 46
viii

Aspek Manajemen dan Hukum 47


Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum 48
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 49
Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 51
Aspek Lingkungan 51
Hasil Analisis Aspek Lingkungan 52
Rangkuman Hasil Analisis Aspek Non Finansial 53
Analisis Aspek Finanasial 54
Proyeksi Arus Kas (Cashflow) 55
Arus Penerimaan (Inflow) 55
Arus Pengeluaran (Outflow 57
Analisis Laba Rugi 60
Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 62
Analisi Nilai Pengganti (Switching Value) 65
SIMPULAN DAN SARAN 67
Simpulan 67
Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
LAMPIRAN 71
RIWAYAT HIDUP 81

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan produksi dan laju pertumbuhan komoditas sayuran tahun


2011-2015 1
2 Data luas panen, produksi, dan produktivitas kangkung tahun 2012-2016 2
3 Produksi sayuran kangkung di Jawa Barat (Ton) 2
4 Rincian dan jenis sumber data 15
5 Penilaian skor kelayakan aspek pasar dan pemasaran 17
6 Penilaian skor kelayakan aspek teknis 18
7 Penilaian skor kelayakan aspek manajemen dan hukum 19
8 Penilaian skor kelayakan aspek sosial ekonomi dan budaya 20
9 Penilaian skor kelayakan aspek lingkungan 20
10 Variabel penilaian aspek non vinansial 21
11 Penilaian skor kelayakan pada aspek non finansial 21
12 Persentase tingkat kelayakan aspek non finansial 22
13 Tingkat kelayakan aspek non finansial 22
14 Data produksi kangkung hidroponik 30
15 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek pasar dan pemasaran 32
16 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek teknis 46
17 Job description di Specta Farm 48
18 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek manajemen dan hukum 49
19 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek sosial, ekonomi, dan budaya 51
20 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek lingkungan 53
21 Hasil analisis kelayakan aspek non finansial 54
22 Nilai penerimaan kangkung hidroponik 55
23 Nilai sisa usaha kangkung hidroponik 56
24 Biaya investasi kangkung hidroponik 58
25 Biaya re-investasi kangkung hidroponik (Rp ,-000) 59
26 Biaya operasionan variabel kangkung hidroponik 59
27 Biaya operasional tetap kangkung hidroponik 60
28 Tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri 62
29 Hasil analisis kriteria kelayakan investasi 62
30 Hasil analisis nilai pengganti switching value pada usaha kangkung
hidroponik 65

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara NPV dan IRR 12


2 Kerangka Pemikiran Operasional 14
3 Layout produksi Specta Farm 34
4 Rak semai fase I 36
5 (a) Rak talang bertingkat fase II (b) Rak talang bertingkat fase III 37
6 Instalasi saluran nutrisi hidroponik 37
7 Mesin pompa air 37
8 Bak penampung nutrisi 38
9 Benih kangkung 38
10 Media tanam rockwool 39
11 (a) Mesin hole saw (b) Bor listrik 40
12 (a) Keranjang panen (b) Timbangan digital 41
13 (a) Benih berumur 1 hari (b) Benih berumur 5 hari 42
14 Pembesaran kangkung fase II 42
15 Pembesaran kangkung fase III 43
16 Serangan Hama dan penyakit 43
17 (a) Kangkung siap panen (b) Proses pemanenan kangkung
(c) Proses penyortiran 44
18 Struktur organisasi Specta Farm 47
19 Tempat pengolahan limbah 52
20 Grafik hubungan antara NPV dan IRR 64

DAFTAR LAMPIRAN

1 Laporan laba rugi usaha kangkung hidroponik di Specta Farm 72


2 Cashflow usaha kangkung hidroponik di Specta Farm 73
3 Hasil analisis switching value penurunan jumlah produksi kangkung
hidroponik (28.999%) 75
4 Hasil analisis switching value penurunan harga jual kangkung hidroponik
(29.144%) 77
5 Hasil analisis switching value peningkatan harga pupuk nutrisi (237.666%) 79
x
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat potensial untuk


dikembangkan. Kondisi tanah yang subur serta didukung oleh adanya cuaca yang
sesuai untuk melakukan budidaya menjadi suatu potensi besar yang dapat
dimanfaatkan. Sub sektor utama dari pertanian yang cukup berpotensi untuk
dikembangkan adalah komoditas hortikultura. Menurut Martawijaya dan
Nurjayadi (2010), komoditas hortikultura cukup potensial untuk dikembangkan
secara agribisnis, karena memiliki nilai ekonomis dan nilai tambah yang cukup
tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Direktorat Jendral Kementrian
Pertanian menyebutkan bahwa pembangunan hortikultura bertujuan untuk
mendorong berkembangnya agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan
produk hortikultura yang berdaya saing tinggi, mampu menyerap tenaga kerja,
meningkatkan pendapatan petani, memperkuat perekonomian wilayah, serta
mendukung pertumbuhan pendapatan nasional.
Salah satu kelompok komoditas hortikultura yang produksinya mengalami
peningkatan setiap tahunnya yaitu komoditas sayuran. Sayuran merupakan
komoditas yang berprospek cerah, karena dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
dan permintaannya terus meningkat. Berdasarkan data Direktorat Jendral
Hortikultura dari tahun 2011 hingga tahun 2015 rata-rata produksi sayuran
meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 yang
menunjukkan perkembangan produksi komoditas sayuran tahun 2011 sampai
2015.

Tabel 1 Perkembangan produksi dan laju pertumbuhan komoditas sayuran tahun


2011-2015
Tahun Produksi (Ton) Laju Pertubuhan (%)
2011 10 871 224 1.54
2012 11 264 972 3.62
2013 11 558 449 2.61
2014 11 918 571 3.12
2015 11 629 414 -2.43
Rata-rata 1.69
Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2015)

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa komoditas sayuran rata-rata


mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan produksi tersebut terjadi
karena adanya permintaan sayuran yang terus meningkat, sejalan dengan
pertambahan penduduk jumlah penduduk untuk mengkonsumsi sayuran yang
bermanfaat bagi kesehatan. Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, dan
serat yang diperlukan oleh tubuh. Menurut Rahadi et al. (2001), kandungan
vitamin dan mineral yang lengkap serta bervariasi juga banyak mengandung serat,
menyebabkan sayuran dapat dijadikan berbagai bahan makanan bergizi yang
dapat menunjang kesehatan. Oleh karena itu semakin meningkatnya jumlah
2

penduduk, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat akan berpengaruh terhadap


permintaan sayuran. Persentase pengeluaran penduduk Indonesia untuk sayuran
pada tahun 2007 hingga 2013 mengalami peningkatan dari 7.8 persen per tahun
menjadi 8.74 persen per tahun (Sabarella dan Cakrabawa 2013). Hal ini
menunjukkan bahwa komoditas sayuran menjadi komoditas yang memiliki
peluang usaha yang cukup bagus untuk dibudidayakan dan dikembangkan.
Kangkung merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat indonesia. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 2,
dimana tingkat produktivitas sayuran kangkung yang rata-rata meningkat setiap
tahunnya, hanya saja mengalami perunan pada tahun 2013 sebesar 0.3 ton per
hektar.

Tabel 2 Data luas panen, produksi, dan produktivitas kangkung tahun 2012-2016
Produktivitas
No Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
(Ton/Ha)
1 2012 53 352 320 144 6.00
2 2013 54 124 308 477 5.70
3 2014 52 541 319 607 6.08
4 2015 48 996 305 071 6.23
5 2016* 51 114 327 001 6.40
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2016)
Keterangan : (*) Data sementara

Rata-rata produktivitas kangkung yang selalu meningkat merupakan


peluang besar bagi para pelaku usaha budidaya kangkung terutama di Jawa Barat,
khususnya di daerah Bogor. Bogor merupakan daerah yang menjadi urutan
pertama untuk produksi sayuran kangkung dibanding 4 daerah lainnya. Hal ini
dapat dilihat dari informasi pada Tabel 3, yang menunjukkan data produksi
sayuran kangkung di Provinsis Jawa Barat.

Tabel 3 Produksi sayuran kangkung di Jawa Barat (Ton)


Kabupaten Tahun
No
/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bogor 16 783 20 407 17 309 17 087 18 199 17 416
2 Sukabumi 469 370 399 295 238 241
3 Cianjur 1 415 1 791 1 036 1 205 6 71 984
4 Bandung 6 164 7 336 7 786 8 676 6 890 7 632
5 Garut 2 925 2 792 2 450 6 403 4 304 4 620
Sumber : Data Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura (2015)

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan pendidikan,


kesadaran masyarakat untuk hidup sehat membuat konsumsi sayuran terutama
sayuran segar tiap tahunnya meningkat. Berdasarkan bagian yang dikonsumsi
jenis sayuran dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu sayuran daun, sayuran buah,
dan sayuran umbi. Rata-rata konsumsi sayuran daun paling tinggi dibanding jenis
sayuran lainnya, yaitu sebanyak 56.8 gram per hari, sayuran buah sebanyak 0.2
gram perhari dan sayuran potong 0.1 gram per hari (Litbangkes, 2015).
Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat saat ini juga
menyebabkan adanya pergeseran pola konsumsi dan gaya hidup ke arah yang
3

lebih baik. Pergeseran tersebut meningkatkan permintaan terhadap sayuran yang


lebih higienis dan terbebas dari pestisida. Beberapa tahun terakhir sudah
bermunculan industri-industri sayuran yang berbeda dengan konvensional.
Industri ini menghasilkan sayuran yang higienis dengan menggunakan teknologi
tinggi yaitu hidroponik.
Hidroponik merupakan salah satu perkembangan teknologi budidaya
pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh
semakin langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor
industri dan jasa yang menyebabkan lahan-lahan pertanian beralih fungsi menjadi
lahan non pertanian sehingga kegiatan usaha pertanian konvensional semakin
tidak kompetitif karena tingginya harga lahan. Teknologi budidaya pertanian
dengan sistim hidroponik memberikan alternatif bagi para petani yang memiliki
lahan sempit untuk melaksanakan kegiatan usaha yang dapat dijadikan sebagai
sumber penghasilan yang memadai.
Teknologi hidroponik sudah diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk
menangkap peluang besar terhadap permintaan sayuran yang sehat dan higienis.
Teknologi hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa media tanah,
tetapi menggunakan larutan yang berupa campuran dari air, pupuk dan nutrisi
sebagai sumber makanan bagi tanaman. Teknologi hidroponik memiliki banyak
keunggulan dibandingkan dengan teknik bertanam secara konvensional.
Keunggulan hidroponik diantaranya adalah ramah lingkungan, produk yang
dihasilkan higienis, pertumbuhan tanaman lebih cepat, kualitas hasil tanaman
dapat terjaga, dan kuantitas dapat lebih meningkat. Sayuran yang diproduksi
dengan sistim hidroponik juga menjadi lebih sehat karena terbebas dari
kontaminasi logam berat industri yang ada di dalam tanah, segar dan tahan lama
serta mudah dicerna.
Perusahaan yang menggunakan metode budidaya sayuran secara hidroponik
salah satunya adalah Specta Farm, yang belokasi di Desa Sukalayu, Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor. Specta Farm memulai usaha budidaya kangkung
hidroponik pada tahun 2015. Specta Farm menerapkan teknologi hidroponik pada
budidaya sayuran kangkung dengan modal, proses produksi hingga panen,
kegiatan pasca panen, dan sistim pemasaran yang sudah terencana dengan baik.
Konsep instalasi hidroponik yang diterapkan oleh Specta Farm berupa konsep
vertikultur atau teknik hidroponik talang bertingkat serta menggunakan
greenhouse sebagai tempat untuk penyemaian benih dan pembibitan dari tanaman
kangkung.
Sayuran yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi hidroponik
memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan sayuran
konvensional, namun biaya investasi dan modal awal yang diperlukan sangat
tinggi. Investasi dan modal awal yang tinggi digunakan untuk pembangunan
greenhouse, instalasi hidroponik secara vertikultur, serta membiayai sarana dan
prasarana penunjang lainnya. Faktor tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk
membangun dan mengembangkan usaha sayuran kangkung hidroponik. Tingginya
investasi dan modal awal untuk menjalankan usaha budidaya kangkung dengan
sistim hidroponik, maka perlu dikaji mengenai pelaksanaan budidaya kangkung
hidroponik mulai dari penanaman hingga pemasarannya serta dilakukan
perhitungan secara finansial dan non finansial untuk melihat tingkat kelayakan
usahanya. Dari hasil perhitungan berdasarkan kegiatan investasi tersebut maka
4

dapat diketahui seberapa besar manfaat yang diperoleh oleh usaha dan apakah
kegiatan investasi yang dilakukan menghasilkan keuntungan serta layak untuk
dijalankan.

Perumusan Masalah

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta kesadaran masyarakat


untuk hidup sehat mengakibatkan adanya peningkatan terhadap konsumsi sayuran
yang higienis dan terbebas dari penggunaan zat kimia dalam proses produksinya.
Peningkatan konsumsi sayuran yang sehat dan higienis tersebut mengakibatkan
banyaknya perkembangan teknologi pertanian untuk menghasilkan sayuran yang
lebih higienis, salah satunya adalah dengan sistim hidroponik. Tingginya
permintaan sayuran terutama sayuran kangkung yang sehat dan higienis menjadi
peluang besar bagi pelaku usaha karena masih sedikitnya petani yang
menggunakan sistim hidroponik dalam proses budidaya. Selain itu harga jual
kangkung hidroponik yang tinggi menjadi daya tarik bagi pelaku usaha untuk
mulai melakukan budidaya sayuran dengan sistim hidroponik.
Specta Farm yang memulai usaha kangkung hidroponik pada tahun 2015
merupakan salah satu perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pertanian
dengan sistim budidaya secara hidroponik. Konsep yang di terapkan oleh pemilik
usaha kangkung hidroponik ini adalah vertikultur atau teknik talang bertingkat.
Vertikultur adalah teknik penanaman yang disusun sedemikian rupa dalam bidang
yang tegak lurus atau mendekati tegak lurus dalam waktu yang relatif lama
(Selamet Budiarto,2013). Konsep vertikultur atau teknik hidroponik talang
bertingkat memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan konsep
hidroponik lainnya. Keunggulan konsep vertikultur diantaranya adalah kapasitas
produksi lebih tinggi, efisiensi listrik, efisiensi pemeliharaan dan kontrol sistem,
serta penggunaan lahan yang lebih efisien (Bachri, 2017). Namun teknik
vertikultur atau sistem hidroponik talang bertingkat ini membutuhkan biaya
investasi dan modal awal yang cukup besar. Biaya investasi dan modal awal yang
besar digunakan untuk pembangunan greenhouse, instalasi hidroponik dengan
konsep vertikultur atau teknik talang bertingkat, dan sarana penunjang lainnya.
Tingginya biaya investasi dan modal awal untuk melaksanakan kegiatan budidaya
dengan sistim hidroponik, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk
mengetahui seberapa besar manfaat yang di peroleh oleh usaha dan untuk
mengetahui tingkat kelayakannya.
Usaha kangkung hidroponk dihadapkan pada ketidakpastian yang
memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi
kelayakan usaha. Ketidakpastian yang dihadapi oleh pengusaha kangkung
hidroponik dalam menjalankan usaha tersebut seperti penurunan jumlah produksi,
penurunan harga jual, dan peningkatan harga pupuk nutrisi. Penurunan jumlah
produksi kangkung hidroponik dapat terjadi karena adanya serangan hama dan
penyakit. Penurunana harga jual kangkung hidroponik dapat terjadi dikarenakan
adanya fluktuasi harga pada produk pertanian. Peningkatan harga pupuk nutrisi
dapat mengurangi manfaat usaha tergantung pada tingkat perubahannya,
peningkatan harga pupuk nutrisi yang melebihi kemampuan usaha akan
menghambat usaha kangkung hidroponik. Ketidakpastian dari beberapa faktor
tersebut sangat mempengaruhi tingkat kelayakan usaha kangkung hidroponik.
5

Antisipasi terhadap kemungkinan perubahan dari beberapa variabel tersebut dapat


dilakukan dengan dengan melakukan analisis switching value untuk melihat
kemampuan usaha kangkung hidroponik dalam menerima perubahan dari jumlah
produksi, harga jual, dan harga pupuk nutrisi.
Pengembangan dan pengusahaan usaha kangkung hidroponik ini
membutuhkan waktu lebih kurang 10 tahun, hal ini disesuaikan dengan umur
ekonomis atas biaya investasi terbesar yang dikeluarkan yaitu untuk
pembangunan greenhouse dan instalasi hidroponik vertikultur. Oleh karena itu
penting untuk mempelajari apakah pengusahaan budidaya kangkung hidroponik di
Specta Farm ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitin ini yaitu :
1. Bagaimana kelayakan usaha kangkung hidroponik berdasarkan aspek non
finansial ?
2. Bagaimana kelayakan usaha kangkung hidroponik berdasarkan aspek finansial
?
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha kangkung hidroponik, jika
terjadi penurunan jumlah produksi, penurunan harga jual dan peningkatan
harga pupuk nutrisi berdasarkan analisis switching value ?

Tujuan Peneliatian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah


sebagai berikut :
1. Menganalisis kelayakan usaha kangkung hidroponik berdasarkan aspek non
finansial yaitu, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan usaha kangkung hidroponik berdasarkan aspek
finansial.
3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha kangkung
hidroponik terhadap penurunan jumlah produksi, penurunan harga jual, dan
peningkatan harga pupuk nutrisi yang mampu diterima oleh usaha berdasarkan
analisis switching value.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Teknologi Hidroponik

Hidroponik merupakan sebutan untuk sebuah teknologi bercocok tanam


tanpa menggunakan tanah. Media untuk menanam digantikan dengan media
tanam lain seperti rockwool, arang sekam, zeolit, dan berbagai media yang ringan
dan steril untuk digunakan. Hal yang terpenting pada hidroponik adalah
penggunaan air sebagai pengganti tanah untuk menghantarkan larutan hara ke
dalam akar tanaman. Jadi dapat dikatakan hidroponik merupakan proses sistem
penanaman dengan media tanam yang banyak mengandung air (Sameto H 2003).
Budidaya tanaman hidroponik dilakukan di dalam greenhouse. Penggunaan
6

greenhouse pada dasarnya untuk melindungi tanaman dari faktor alam seperti
cuaca yang ekstrim (angin kencang, intensitas hujan dan radiasi matahari yang
tinggi), gangguan hama, serta melindungi tanaman dari kelembaban yang tinggi.
Penggunaan greenhouse membuat tanaman terlindungi dari serangan hama
sehingga penggunaan pestisida dapat dihindari dan produk yang dihasilkan
menjadi lebih sehat.
Bertanam secara hidroponik memiliki berbagai keunggulan dibandingkan
dengan budidaya tanaman menggunakan media tanah. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Prihmantoro H dan Indriani YH (1998), dalam Suhardiyanto H
(2011), kelebihan hidroponik antara lain (1) serangan hama dan penyakit
cenderung jarang, dan lebih mudah untuk dikendalikan, (2) penggunaan pupuk
dan air lebih efisien, (3) lebih bersih dan steril, (4) pekerjaan relatif lebih ringan
karena tidak harus mengolah tanah dan memberantas gulma, (4) larutan nutrisi
dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, (5) hidroponik dapat diusahakan di
mana saja, tidak harus diusahakan pada lahan luas, (6) tanaman hidroponik dapat
dibudidayakan tanpa bergantung pada musimnya. Dari berbagai keunggulan
tersebut, teknologi hidroponik lebih efektif dan efisien untuk dijalankan
dibandingkan dengan bercocok tanam secara konvensional. Penggunaan media air
sebagai pengganti media tanah juga merupakan cara untuk menghasilkan produk
yang lebih bersih, higienis, tanpa adanya kontaminasi dari berbagai limbah atau
zat berbahaya yang mungkin terdapat di dalam tanah. Produk yang lebih higienis
dapat menjadi kekuatan utama dari produk hidroponik yang dapat menarik minat
konsumen untuk memilih produk hidroponik.
Teknologi hidroponik merupakan alternatif yang baik untuk memperoleh
hasil produksi yang lebih baik dari segi kualitas, kuantitas serta kontinuitas.
Nutrisi yang diberikan pada tanaman hidroponik dapat langsung diserap sempurna
dan waktu panen lebih cepat (Permana HW 2001; Savvas D 2003). Higienis
seringkali menjadi pembeda utama sayuran hidroponik dengan sayuran
konvensional dikarenakan sayuran hidroponik tidak ditanam pada media tanah
(Halim P 2000). Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa produk
hidroponik memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan produk
konvensional.

Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha penting dilakukan untuk mengetahui manfaat dari


pelaksanaan usaha tersebut. Menurut Nurmalina et al. (2014) Studi kelayakan
bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi
memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Analisis kelayakan terhadap
rencana investasi perlu dilakukan untuk meminimalkan resiko dan mengetahui
besarnya manfaat yang akan diperoleh apabila investasi dijalankan. Besarnya
manfaat yang diperoleh haruslah sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan
untuk investasi. Pengukuran kelayakan usaha dilakukan berdasarkan dua aspek
yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial yang biasa
dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek teknis,
aspek sosial, ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan. Aspek finansial
merupakan perhitungan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan
mengoperasikan usaha berdasarkan kriteria investasi yang terdiri dari NPV (net
7

present value), Net B/C (net benefit cost ratio), IRR (internal rate of return) dan
PP (payback periode) serta dilakukan analsis sensitivitas switching value untuk
melihat seberapa besar perubahan dari komponen inflow dan outflow yang masih
dapat di terima oleh suatu usaha (Nurmalina et al. 2014).

Analisis Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Non Finansial

Pelaksanaan suatu usaha tidak terlepas dari keadaan sekitar lokasi usaha
yang juga harus di analisis agar proses berjalannya usaha dapat berjalan dengan
lancar. Dalam menjalankan suatu usaha tentunya kita harus memperhatikan
berbagai aspek, tidak hanya mengacu kepada finansial namun juga harus
mengetahui aspek non finansialnya yang terdiri dari, aspek pasar dan pemasaran,
aspek tekni, aspek manajemen dan hukm, aspek sosial, sekonomi, dan budaya,
serta aspek lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lina (2013) tentang analisis
kelayakan usaha paprika hidroponik, ditinjau dari aspek non finansial, yaitu aspek
pasar, aspek teknik, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta
aspek lingkungan, usaha budidaya paprika hidroponik layak untuk dijalankan.
Aspek pasar bagi hasil usaha budidaya paprika menunjukkan adanya peluang
pasar yang cukup besar. Aspek teknik dalam kegiatan produksi telah dilaksanakan
dengan baik, sesuai dengan standar prosedur operasional Departemen Pertanian.
Aspek manajemen telah terorganisir dan dilaksanakan dengan baik. Serta aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan telah memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar. Namun, terdapat beberapa hal yang harus
diperbaiki, diantaranya yaitu penanganan hama dan penyakit tanaman terkait
batasan penggunaan pestisida, optimalisasi penerapan populasi tanaman dan,
penanganan limbah produksi.
Penelitian mengenai aspek non finansial pada analisis kelayakan usaha
jamur tiram juga dilakukan oleh Nuning M (2010). Berdasarkan aspek non
finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
sosial ekonomi dan lingkungan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini
dikarenakan jamur tiram putih memiliki peluang pasar yang tinggi; kondisi iklim
lokasi sangat cocok untuk usaha budidaya jamur tiram putih serta sarana dan
prasarana usaha sangat melimpah; organisasi serta pembagian tugas dan
wewenang yang jelas sehingga memberikan kemudahan dalam koordinasi
diantara karyawan; dan usaha budidaya jamur tiram putih ini membawa dampak
baik kepada sosial ekonomi dan lingkungan sekitar.

Analisis Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Finansial

Hidroponik merupakan teknologi tinggi dalam memproduksi sayuran


sehingga biaya yang dibutuhkan juga tinggi. Penggunaan greenhouse serta
berbagai sarana dan prasarana penunjang dalam teknologi hidroponik
menyebabkan dibutuhkannya biaya investasi yang tinggi. Biaya yang tinggi sering
disebut sebagai kelemahan dalam teknologi hidroponik. Hidroponik
membutuhkan modal yang besar atau investasi yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan sistemnya. Penggunaan greenhouse, sarana irigasi, dan peralatan
menjadi modal utama untuk dapat menjalankan teknologi hidroponik.
8

Seperti yang dilakukan pada penelitian Anggraini A (1999), pada komoditas


tomat recento hidroponik, besarnya biaya greenhouse dengan luas 2600 meter
persegi mencapai 64 persen dari keseluruhan total biaya investasi. Komoditas
tomat recento hidroponik juga diteliti oleh Dahlia E (2002) pada perusahaan yang
berbeda. Biaya investasi juga merupakan komponen biaya terbesar pada usaha
tomat recento hidroponik di PT Prima Tani dengan biaya pembangunan
greenhouse dengan luas satu hektar mencapai 42 persen dari total biaya investasi
yang dikeluarkan. Dapat disimpulkan bahwa dalam pengusahaan sayuran
hidroponik, biaya investasi yang dibutuhkan tinggi karena adanya penggunaan
teknologi tinggi yang berbeda dengan teknik bertanam konvensional.
Penelitian mengenai kelayakan usaha budidaya pertanian dengan sistem
hidroponik yang dilakukan oleh Nurranty W (2016) dalam menganalisis
kelayakan finalsial berdasarkan kriteria investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C,
IRR, dan PP. Pada analisis yang dilakukan usaha paprika hidroponik dinyatakan
layak berdasarkan aspek finansial dengan nilai NPV sebesar Rp 632 497 079, Net
B/C sebesar 1.28, IRR sebesar 13.03, dan PP 9.98 tahun dengan tingkat discount
rate sebesar tujuh persen. Lina (2013) juga melakukan penelitian mengenai
kelayakan usaha budidaya dengan sistem hidroponik pada komoditas yang sama.
Penelitian yang dilakukan mengenai analisis kelayakan finansial berdasarkan
kriteria investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, IRR, dan PP. Berdasarkan hasil
dari peneliatian yang dilakukan, usaha paprika hidroponik dinyatakan layak
berdasarkan aspek finansial dengan nilai NPV sebesar Rp 9 914 154 967, IRR
sebesar 34.18 persen, Net B/C sebesar 3.76, dan PP lima tahun dengan tingkat
discount rate 6.5 persen.
Ginting (2009) melakuakn penelitian mengenai analisis kelayakan investasi
pengusahaan paprika dan timun jepang hidroponik pada PT Horti Jaya Lestari di
Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Hasil analisis
sensitivitas (swiching value) dengan modal sendiri menunjukkan bahwa
peningkatan harga pupuk lebih sensitif dari pada penurunan jumlah produksi dan
penurunan harga output. Cynthia M (2013), melakukan penelitian mengenai
analisis switching value pada usaha lada (piper nigrum L) di Desa Kundi
Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat, dari hasil penelitian yang
dilakukannya bahwa hasil perhitungan analisis switching value menunjukkan
bahwa variabel penurunan jumlah produksi dan harga jual lada putih adalah sama,
yaitu sebesar 25.64 persen. Sementara itu, switching value pada simulasi kenaikan
biaya pupuk sebesar 311.637 persen. Dalam keadaan tersebut merupakan
perubahan maksimal yang masih dapat meghasilkan kegiatan lada putih layak
untuk dilaksanakan. Variabel penurunan harga jual dan jumlah produksi lebih
sensitif dibandingkan kenaikan biaya pupuk.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu,
dapat disimpulkan bahwa usaha dengan sistim hidroponik layak dijalankan
berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Penggunaan teknologi
hidroponiak umumnya membutuhkan biaya yang tinggi terutama pada biaya
investasi. Biaya investasi yang tinggi digunakan untuk pembangunan greenhouse,
sarana irigasi dan sarana penunjang lainnya. Penelitian yang dilakukan tidak
memiliki perbedaan pada teori yang digunakan peneliti sebelumnya. Aspek yang
akan dianalisis sama seperti penelitian sebelumnya yaitu aspek non finansial dan
aspek finansial serta menggunakan kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan PP.
9

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang


yang bergerak di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan
industri) dimana perusahaan berada dalam rangka memperbaiki standar serta
kualitas hidup mereka. Secara umum bisnis merupakan kegiatan yang
membutuhkan biaya untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa
dengan harapan akan memperoleh hasil atau keuntungan dikemudian hari.
Kondisi lingkungan usaha sangat dinamis dan intensitas persaingan yang semakin
ketat membuat seorang pengusaha tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman
dan istitusi saja dalam memulai usahanya, sehingga dibutuhkan studi yang
bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah bisnis layak untuk dilaksanakan atau
tidak, dan memberikan manfaat lebih atau tidak (Umar, 2007).

Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis


Studi kelayakan bisnis merupakan analisis mengenai kegiatan investasi yang
telah atau akan dilakukan pada suatu bisnis dapat memberikan manfaat atau tidak
bila dilaksanakan (Nurmalina et al. 2014). Analisis studi kelayakan bisnis
merupakan dasar sebelum melakukan bisnis, yang dilakukan pada saat membuat
perencanaan bisnis. Setiap bisnis memerlukan adanya studi kelayakan pada saat
akan memulai usahanya. Hasil yang didapatkan dari studi kelayakan bisnis dapat
digunakan sebagai informasi pengambilan keputusan investasi bagi pihak luar
seperti investor dan lembaga keuangan. Bagi pihak luar yang akan menambahkan
modal di suatu bisnis perlu mengetahui secara pasti tingkat manfaat yang akan
diterima saat bisnis berjalan.
Dalam penelitian kelayakan suatu bisnis, tidak hanya menganalisis layak
atau tidak layak bisnis tersebut dibangun, tetapi juga saat bisnis tersebut
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2007). Sebuah ide bisnis
dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika bisnis tersebut mendatangkan manfaat
yang lebih besar bagi semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif
yang ditimbulkan (Suliyanto 2010).

Aspek Non Finansial


Aspek non finansial pada umumnya diteliti dengan metode kualitatif tanpa
memperhitungkan biaya dan manfaat dari setiap aspeknya secara kuantitatif.
Kriteria kelayakan untuk aspek non finansial berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik dari bisnis yang dijalankan. Menurut Gittinger (2008), Kasmir dan
Jakfar (2010), dan Nurmalina et al. (2014), aspek non finansial meliputi, aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial
ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan.
a. Aspek Pasar dan Pemasaran
Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada bisnis
yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh
bisnis tersebut. Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek pertama yang harus
10

dikaji sebelum memulai suatu bisnis. Aspek pasar dan pemasaran merupakan dua
aspek yang tidak bisa dipisahkan, dengan kata lain setiap kegiatan pasar diikuti
kegiatan pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah untuk mencari atau
menciptakan pasar (Kasmir dan Jakfar 2010). Penilaian aspek pasar dilakukan
dengan menganalisis pasar dan strategi pemasaran usaha. Terdapat dua taktik
dalam aspek pemasaran yaitu, diferensiasi dan bauran pemasaran (marketing mix).
Adapun yang dimaksud dengan bauran pemasaran menurut Kotler (2003) yaitu
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus untuk
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Analisis aspek pasar mencakup
permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan digunakan, serta
perkiraan penjualan.
b. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun. Hasil analisis dari aspek teknis dapat memberikan rancangan
awal penaksiran biaya investasi. Menurut Nurmalina et al. (2014) yang harus
dikaji dalam penilaian aspek teknis adalah lokasi bisnis, luas produksi, proses
produksi, layout tempat usaha, dan pemilihan teknologi dan peralatan.
c. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen sumber daya manusia di
dalam usaha. Aspek manajemen juga mempelajari tentang bagaimana bentuk
organisasi, deskripsi jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja, dan penentuan
anggota direksi (Nurmalina et al. 2014). Analis aspek manajemen juga difokuskan
pada kondisi internal perusahaan.
Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan
digunakan dan jaminan seperti, pinjaman, akta, sertifikat dan izin yang bisa
disediakan apabila akan menggunakan sumber dana dari pihal luar. Selain itu
aspek hukum dari suatu bisnis diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar
kegiatan bisnis pada saat akan menjalin kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina
et al. 2014).
d. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
Aspek sosial, ekonomi, dan budaya mengkaji dampak positif maupun
negatif yang ditimbulkan oleh usaha dan dirasakan oleh berbagai pihak pelaku
ekonomi yaitu pengusaha, pemerintahm, dan masyarakat luas. Pada aspek sosial
memberikan dampak positif bagi masyarakat luas karena tersedianya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, bagi pemerintah aspek sosial memberikan dampak
negatif berupa perubahan demografi dan budaya disuatu wilayah (Kasmir dan
Jakfar 2010). Selain itu menurut Nurmalina et al (2014), dalam aspek sosial juga
mempelajari seberapa besar suatu bisnis memberikan dapak terhadap lingkungan
sosial seperti, penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran,
pemerattan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar
lokasi usaha seperti lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik,
telpon, dan saranalainnya.
Menurut Nurmalina et al. (2014), aspek budaya dilihat dari adanya
teknologi yang digunakan di suatu bisnis maka diadakan pelatihan kepada
masyarakat sekitar selaku tenaga kerja, sehingga meningkatkan kemampuan
masyarakat. Melalui analisis aspek ekonomi, dapat diketahui kontribusi yang
11

diberikan oleh suatu usaha terhadap pembangunan perekonomian secara


keseluruhan serta penggunaan sumberdaya.
e. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap
lingkungan, dampak yang dihasilkan akan mencemari atau melindungi
lingkungan. Dalam menganalisis kegiatan investasi perlu dipertimbangkan
masalah dampak lingkungan yang merugikan, apakah adanya bisnis menciptakan
lingkungan yang semakin baik atau semakin buruk seperti, polusi udara, tanah,
air, maupun suara. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan
dalam bisnis justru akan menunjang kelangsungan bisnis itu sendiri, sebab tidak
ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan
(Nurmalina et al. 2014).

Aspek Finansial
Menurut Umar (2007), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi
kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan
biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran
dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
keberlanjutan usaha untukdapat berkembang. Menurut Suliyanto (2010) dalam
aspek keuangan juga dilakukan analisis terhadap sumber dana untuk menjalankan
bisnis, menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi, kebutuhan modal kerja,
memproyeksikan arus kas (cash flow), laba rugi, neraca, dan menganalisis tingkat
pengembalian investasi.
Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan
metode yang umum dipakai yaitu metode discounted cash flow, dimana seluruh
manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskontokan dengan discount faktor (DF).
Penggunaan discount factor erat kaitannya dengan preferensi waktu atas uang
(time preference of money). Pada aspek finansial didapatkan hasil kelayakan
usaha berdasarkan kriteria investasinya. Kriteria investasi yang digunakan adalah
nilai bersih kini (Net Present Value), rasio manfaat biaya (Net B/C), tingkat
pengembalian internal (Internal Rate of Return), dan jangka waktu pengembalian
modal investasi (Payback Period) (Nurmalina et al. 2014).
a. Net Present Value
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara total present value manfaat
dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih
tambahan selama umur bisnis (Nurmalina et al. 2014). Kriteria ukuran kelayakan
investasi menurut NPV terbagi menjadi tiga yaitu, ketika NPV lebih besar dari nol
maka usaha dinyatakan layak secara finansial sehingga dapat dilaksanakan, ketika
NPV sama dengan nol maka usaha tetap layak dilaksanakan namun keuntungan
relatif kecil dari tingkat suku bunga, dan ketika NPV kurang dari nol maka usaha
tidak layak untuk dijalankan karena keuntungan lebih rendah dari biaya yang
dikeluarkan.
b. Net Benefit-Cost Ratio
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang
bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif atau perbandingan
antara keuntungan dari usaha dengan biaya yang dikeluarkan (Nurmalina et al.
2014). Suatu usaha dapat dikatakan untung apabila memiliki nilai Net B/C lebih
12

dari satu, artinya adalah setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan menghasilkan
keuntungan lebih dari satu satuan. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C ratio
adalah, jika Net B/C lebih besar dari satu artinya usaha layak untuk dijalankan,
jika Net B/C sama dengan satu artinya mengembalikan sebesar biaya, jika Net
B/C lebih kecil dari satu artinya usaha tidak layak untuk dijalankan.
c. Internal Rate of Return
Kelayakan bisnis dapat juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis
terhadap investasi yang ditanamkan dengan mengkur besaran Internal Rate of
Return (IRR). IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama
dengan nol. Sebuah bisnis dapat dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari
opportunity cost of capital-nya (Nurmalina et al. 2014). Suatu invastasi dianggap
layak apabila memilki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku,
dan suatu invastasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih
kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Dalam kriteria investasi terdapat hubungan antara NPV dan IRR. IRR
merupakan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol.
Jika dicount rate (DR) berada dibawah nilai IRR yang diperoleh maka nilai NPV
yang diperoleh masih bernilai positif, yang artinya usaha yang dijalankan masih
dinyatakan layak. Sebaliknya jika discount rate (DR) berada diatas nilai IRR yang
diperoleh maka nilai NPV yang diperoleh bernilai negatif, yang artinya usaha
yang dijalankan mengalami kerugian dan dinyatakan tidak layak. Kurva hubungan
antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR


Sumber : Nurmalina et al. 2010

d. Payback Period
Payback Period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu
(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha dengan
membandingkan investasi dan nilai kas bersih setiap tahun (Kasmir dan Jakfar
2010). Pada nilai Payback Period (PP), usaha dinyatakan layak apabila nilai PP
lebih kecil dari umur bisnis. Semakin cepat mudal kembali, maka akan semakin
baik suatu bisnis untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat
dipergunakan untuk membiayai kegiatan lain.
13

Analisis Switching Value


Gittinger (2008) menyatakan bahwa suatu variasi dari analisis sensitivitas
adalah analisis nilai pengganti (switching value). Analisis Switching Value
merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan
suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau
perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya
produksi), yang masih dapat di toleransi oleh suatu bisnis (Nurmalian et al. 2014).
Analisis switching value dilakuakn untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Perhitungan switching value
mengacu pada berapa besar perubahan yang terjadi yang menyebabkan nilai NPV
sama dengan nol atau merupakan titik impas selama umur usaha. Nilai Switching
value suatu komponen menyatakan perubahan maksimum yang dapat diterima
oleh usaha dan apabila komponen tersebut melebihi nilai switching value maka
usaha dinyatakan tidak layak.
Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan analisis switching
value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan yang terjadi sudah
diketahui. Sedangkan pada analisis switching value justru mencari seberapa besar
perubahan yang masih dapat ditoleransi oleh usaha agar tetap layak.

Kerangka Pemikiran Operasional

Produksi kangkung hidroponik yang masih sedikit dan permintaan akan


sayuran terutama sayuran kangkung yang higienis terus meningkat merupakan
suatu potensi untuk membangun usaha kangkung hidroponik. Sadarnya
masyarakat akan kehidupan yang lebih sehat mengakibatkan permintaan yang
tinggi terhadap sayuran yang lebih higienis, sehingga hal tersebut membuka
peluang besar bagi pengusaha sayuran hidroponik. Specta Farm merupakan salah
satu perushaan yang bergerak di bidang pertanian yang melakukan kegiatan
budidaya kangkung dengan menggunakan teknologi hidroponik. Perusahaan yang
mulai menjalankan usaha pada tahun 2015 ini menerapkan konsep instalasi
vertikultur pada usaha budidya kangkung hidroponiknya, serta menggunakan
greenhouse sebagai tempat penyemaian benih dan pembibitan dari tanaman
kangkung.
Teknologi hidroponik merupakan teknologi yang tinggi dalam memproduksi
sayuran kangkung serta memiliki banyak keunggulan. Kualitas sayuran yang
dihasilkan lebih segar, renyah, dan higienis untuk dikonsumsi. Usaha sayuran
kangkung hidroponik dilakuakan secara komersial oleh pemilik Specta Farm
dengan menggunakan sarana greenhouse, instalasi irigasi hidroponik vertikultur,
dan peralatan yang berbeda dalam proses produksinya. Investasi yang dibutuhkan
serta biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk memproduksi sayuran kangkung
hidroponik yang berkualitas baik. Investasi yang dikeluarkan saat awal
pembangunan usaha perlu diperhitungkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan analisis kelayakan usaha.
Analisis kelayakan usaha kangkung hidroponik dilakukan dengan mengkaji
aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis,
aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, dan aspek
lingkungan. Aspek selanjutnya yang dikaji yaitu aspek finansial dengan
mengguanakan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan PP.
14

Produksi sayuran kangkung hidroponik memiliki ketidakpastian terhadap


hal-hal yang dapat berubah dan mempengaruhi kelayakan usaha. Pupuk nutrisi
sebagai input utama dalam budidaya hidroponik merupakan variabel yang tidak
pasti karena harganya yang terus meningkat. Peningkatan harga pupuk nutrisi
dapat menurunkan penerimaan usaha yang berdampak kepada kelayakan usaha.
Jumlah produksi dan harga jual kangkung hidroponik merupakan variabel output
yang tidak pasti karena dapat dipengaruhi oleh banyak hal seperti serangan hama
dan penyakit serta fluktuasi harga. Penurunan produksi dan harga jual kangkung
hidroponik dapat mengurangi manfaat usaha karena merupakan sumber
penerimaan usaha. Kemampuan usaha dalam menerima perubahan suatu variabel
dapat diukur dengan analisis switching value. Persentase variabel tersebut
memberikan informasi kepada usaha kangkung hidroponik terhadap perubahan
maksimal yang dapat diterima oleh usaha. Berdasarkan uraian diatas, maka
kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Permintaan sayuran kangkung yang lebih sehat tanpa pestisida


dan lebih higienis meningkat

Teknologi hidroponik di Specta Farm


membutuhkan modal awal dan investasi yang besar

Analisis kelayakan usaha sayuran kangkung hidroponik untuk


mengetahui manfaat yang diterima usaha terhadap investasi
yang sudah dikeluarkan

Aspek Non Finansial Aspek Finansial

Kriteria kelayakan investasi


- Aspek pasar dan pemasaran
- NPV
- Aspek teknis
- Net B/C
- Aspek manajemen dan hukum
- IRR
- Aspek sosial, ekonomi dan budaya
- PP
- Aspek lingkungan

Analisis switching value :


Penurunan jumlah produksi, penurunan harga jual,
dan peningkatan harga pupuk nutrisi

Layak Tidak Layak

Keputusan usaha Evaluasi

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional


15

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha pertanian kangkung hidroponik Specta


Farm yang terletak di Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive,
berdasarkan informasi, sayuran kangkung hidroponik merupakan komoditi
unggulan dari Specta Farm tersebut. Specta Farm menerapkan sistem budidaya
hidroponik pada sayuran kangkung yang membutuhkan biaya investasi yang
besar, sehingga dibutuhkan analisis kelayakan untuk melihat layak atau tidaknya
suatu bisnis serta apakah bisnis tersebut mendapatkan manfaat bila dijalankan.
Kegiatan pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan September 2017
sampai dengan Oktober 2017 dengan meliputi kegiatan pengambilan dan
pengolahan data untuk keperluan penelitian.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam peneitian ini terdiri dari dua jenis data
yaitu data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif. Data primer merupakan data yang berhubungan langsung dengan
penelitian. Data sekunder merupakan informasi tambahan sebagai penunjang
penelitian. Sumber data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan
pihak-pihak terkait seperti pemilik usaha dan pekerja usaha dengan panduan
kuesioner yang telah dipersiapkan. Sumber data sekunder berasal dari berbagai
literatur baik dari buku maupun internet, mengenai hasil publikasi data dari
lembaga dan instansi terkait yang relevan dengan penelitian. Rincian data yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Rincian dan jenis sumber data


No Jenis Data Sumber Informasi
1 Aspek pasar dan pemasaran
- Data permintaan dan penawaran kangkung hidroponik Pemilik usaha
- Strategi pemasaran kangkung hidroponik
2 Aspek teknis
- Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
lokasi usaha, yaitu ketersediaan bahan baku, letak pasar
yang dituju, sumber listrik dan air, dan transportasi Pemilik usaha
- Hal-hal yang berkaitan dengan skala produksi seperti :
kapasitas produksi, jumlah tenaga kerja
- Proses produksi dan layout bangunan
3 Aspek manajemen dan hukum
- Struktur organisasi, rincian tugas dan kewajiban setiap
jabatan (job description) Pemilik usaha
- Badan hukum usaha
- Perizinan usaha dan bentuk badan usaha
16

Tabel 4 Rincian dan jenis sumber data (lanjutan)


No Jenis Data Sumber Informasi
4 Aspek sosial, ekonomi, dan budaya
Pemilik usaha dan
- Penambahan kesempatan kerja atau pengurangan
masyarakat sekitar
pengangguran
lokasi usaha yang
- Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar lokasi usaha
di pekerjakan
- Perubahan budaya yang positif
5 Aspek lingkungan
Pemilik usaha
- Dampak limbah usaha terhadap lingkungan
6 Aspek keuangan
- Sumber dana yang digunakan
- Jenis item dan biaya investasi Pemilik usaha
- Umur ekonomis setiap item investasi
- Rincian biaya operasional

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer adalah dengan melakukan observasi dan


wawancara langsung menggunakan panduan kuesioner. Kuesioner berisi daftar
pertanyaan mengenai lokasi usaha, permintaan, penawaran, investasi, biaya,
penerimaan usaha, dan lainnya. Penggunaan kuesioner dibutuhkan untuk
mendapatkan informasi yang sesuai dengan keperluan penelitian. Wawancara
dilakukan pada pemilik usaha kangkung hidroponik karena dianggap lebih
mengetahui tentang usaha yang dijalankan. Selain kuesioner dibutuhkan alat
pencatat dan alat dokumentasi. Metode pengumpulan data sekunder dapat berupa
studi pustaka, yaitu guna untuk menunjang pengumpulan data di lapangan.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode
kulitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk
menganalisis kelayakan usaha kangkung hidroponik di Specta Farm. Metode
kualitatif digunakan untuk menggambarkan aspek non finansial yang terdiri dari
aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial, ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan, serta sistem usaha dengan
cara deskriptif. Pada aspek non finansial juga menggunakan metode kualitatif
untuk penilaian berupa skor kelayakan pada setiap variabel dari seluruh aspeknya.
Metode kuantitatif dilakuakn dengan menghitung kriteria kelayakan investasi
yaitu, NPV, Net B/C, PP, dan IRR serta analisis switching value berdasarkan data
dari aspek finansial usaha. Data pada metode kuantitatif diolah dengan cara
dihitung menggunakan alat hitung seperti kalkulator dan software pembantu, hasil
akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi sehingga dapat dijelaskan secara
deskriptif.

Aspek Non Finansial


Aspek Pasar dan Pemasaran
Analisis data yang digunakan pada aspek pasar dan pemasaran adalah
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan target pasar, permintaan dan penawaran kangkung hidroponik,
17

dan strategi pemasaran yang digunakan. Analisis kuantitatif digunakan untuk


penilaian skor kelayakan untuk menganalisis kelayakannya. Penilaian dilakukan
menggunakan skor kelayakan berdasarkan item-item yang akan di analisis. Item-
item yang digunakan dalam menilai kelayakan aspek pasar dan pemasaran dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Penilaian skor kelayakan aspek pasar dan pemasaran


Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Target pasar yang dituju sudah tersedia
2 Penjualan dilakukan setiap bulannya kepada
konsumen secara kontinyu
3 Permintaan dari konsumen dapat terpenuhi
4 Penawaran selalu tersedia
5 Produk yang ditawarkan diterima oleh
konsumen
6 Distribusi pemasaran berjalan dengan lancar
7 Harga penjualan diterima oleh konsumen
8 Harga jual mampu meningkatkan
keuntungan perusahaan
9 Promosi dilakukan untuk meningkatkan
penjualan
10 Strategi yang dilakuakan perusahaan berupa
marketing mix 4P (Product, Place, Price,
Promotion)

Aspek pasar dan pemasaran dinyatakan layak jika memenuhi kriteria


sebagai berikut (Suliyanto 2010) :
- Specta Farm dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar dengan
tingkat penjualan yang menguntungkan
- Specta Farm memiliki strategi pemasaran yang efektif untuk mencapai
penjualan yang lebih tinggi

Aspek Teknis
Analisis yang digunakan pada aspek teknis adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk penilaian pada lokasi usaha,
pemilihan peralatan, mesin dan teknologi, proses produksi, skala produksi dan
layout bangunan yang didasarkan pada penilaian subjektif berdasarkan hasil
wawancara di lapangan (Suliyanto 2010). Layout usaha kangkung hidroponik
menggambarkan tata letak dan penyusunan fasilitas lainnya yang digunakan untuk
proses produksi. Menurut Nurmalina et al. (2014) layout usaha dinyatakan layak
jika penggunaan lokasi usaha sudah optimal, mudah melakukan penyesuaian
untuk ekspansi dan aman. Analisis kuantitatif digunakan untuk membantu
melakukan survei tentang kondisi teknis dan teknologi pada usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm, maka digunakan pedoman berupa
survei dengan kuesioner dimana hasil survei akan disajikan dengan menggunakan
18

penilaian skor kelayakan yang akan mendeskripsikan kondisi lapangan apakah


layak atau tidak berdasarkan aspek teknis (Tabel 6).

Tabel 6 Penilaian skor kelayakan aspek teknis


Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Lokasi usaha sudah strategis dan terjangkau oleh
pasar
2 Jarak dari lokasi usaha ke target pasar dapat
terjangkau
3 Tersedianya sumber air dan listrik
4 Tersedianya sarana transportasi untuk distribusi
5 Pemasok bahan baku untuk greenhouse dan
instalasi hidroponik dari dalam negri atau impor
6 Pemasok bahan baku input (benih, nutrisi, pupuk,
dan sebagainya) dari dalam negri atau impor
7 Harga bahan baku (instalasi hidroponik,
greenhouse, benih kangkung, pupuk, nutrisi, dan
sebagainya) sesuai dengan harga pasaran
8 Pembangunan dan pengaplikasian instalasi
hidroponik mudah dilaksanakan
9 Adanya pemeliharaan terhadap instalasi hidroponik
10 Pembangunan greenhouse mudah dilaksanakan
11 Adanya pemeliharaan terhadap greenhouse
12 Proses produksi sudah sesuai standar dan mudah
untuk dilakukan
13 Pemanenan dilakukan sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan
14 Jumlah produksi mampu memenuhi target minimum
perusahaan
15 Kapasitas produksi mampu memenuhi permintaan
16 Adanya pelatihan untuk tenaga kerja
17 Layout atau tata letak greenhouse dan instalasi
hidroponik sudah tersedia dan sesuai
18 Tersedianya peralatan dan teknologi

Aspek teksis dinyatakan layak jika memenuhi kriteria sebagai berikut


(Suliyanto 2010) :
- Lokasi usaha mampu mendukung kelancaran usaha seperti ketersediaan bahan
baku yang cukup, letak pasar dekat, tersedianya sumber air dan listrik,
tersedianya sarana transportasi serta tersedianya tenaga kerja.
- Skala produksi menguntungkan dan dapat menutupi seluruh biaya
- Proses produksi sesuai standar yang ditetapkan oleh instansi terkait
- Pemilihan peralatan yang tepat
- Adanya penataan layout yang memperlancar alur produksi
19

Aspek Manajemen Dan Hukum


Analisis data yang digunakan pada aspek manajemen dan hukum adalah
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis
bentuk struktur organisasi yang dijalankan oleh Specta Farm, menganalisis
kesesuaian jabatan dengan deskripsi kerja, ketersediaan tenaga kerja, izin usaha,
serta bentuk badan usaha. Analisis kuantitatif digunakan untuk penilaian skor
kelayakan pada aspek manajemen dan hukum yang bertujuan untuk
mempermudah dalam menganalisis kelayakannya. Penilaian skor kelayakan
digunakan untuk menilai apakah item-item yang ada pada aspek manajemen dan
hukum sudah layak atau belum. Item-item yang akan di nilai pada aspek
manajemen dan hukum dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Penilaian skor kelayakan aspek manajemen dan hukum


Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Adanya struktur organisasi perusahaan
2 Tersedianya tenaga kerja untuk masing-masing jenis
pekerjaan
3 Adanya pengawasan terhadap kualitas kerja
karyawan
4 Adanya manajemen yang terstruktur dalam operasi
5 Tersedianya pembagian pekerjaan (job description)
6 Usaha yang dijalankan sudah berbentuk badan
usaha
7 Adanya surat mendirikan atau menjalankan usaha
8 Perusahaan selalu membayar PBB
9 Perusahaan selalu membayar pajak penghasilan
usaha
10 Perusahaan memiliki sertifikat dan IMB

Aspek manajemen dan hukum dinyatakan layak jika Specta Farm memiliki
struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas, tersedianya tenaga kerja
yang memadai untuk menjalankan usaha, serta mampu memenuhi ketentuan
hukum dan perizinan yang berlaku seperti badan usaha dan perizinan usaha seperti
SIUP, TDP, NPWP, dan sebagainya.

Aspek Sosial Ekonomi, dan Budaya


Analisis aspek sosial, ekonomi, dan budaya mengkaji dampak yang
ditimbulkan dari usaha kangkung hidroponik yang dijalanka oleh Specta Farm.
Alat analisis yang digunakan pada aspek sosial ekonomi dan budaya adalah
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dugunakan untuk
mendeskripsikan apakan usaha yang dijalankan mampu menyerap tenaga kerja
dari masyarakat sekitar lokasi usaha, adanya peningkatan pendapatan masyarakat
setempat, serta adanya perubahan budaya yang positif dari adanya usaha yang
dijalankan tersebut. Analisis kuantitatif dugunakan untuk penilaian skor
kelayakan berdasarkan item-item yang akan di analisis. Penilaian skor kelayakan
ini bertujuan untuk melihat apakah Specta Farm sudah layak berdasarkan aspek
sosial ekonomi dan budaya atau belum. Ada beberapa item yang akan di nilai
20

pada aspek sosial ekonomi dan budaya yang dapat dilihat pada Tabel 8. Aspek
sosial ekonomi dan budaya dinyatakan layak berdasarkan aspek sosial, ekonomi,
dan budaya jika usaha tersebut mampu menambah kesempatan kerja dan
pengurangan pengangguran (Nurmalina et al.2010).

Tabel 8 Penilaian skor kelayakan aspek sosial ekonomi dan budaya


Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Adanya dampak positif usaha terhadap masyarakat
sekitar lingkungan usaha
2 Usaha diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar
lokasi usaha
3 Adanya perubahan sarana dan prasarana disekitar
lingkungan lokasi usaha
4 Adanya penambahan kesempatan kerja bagi
masyarakat sekitar lokasi usaha
5 Adanya peningkatan pendapatan masyarakat akibat
adanya usaha
6 Adanya perubahan budaya yang positif

Aspek Lingkungan
Analisi yang digunakan pada aspek lingkungan adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan dampak usaha
terhadap lingkungan. Analisis kuantitatif pada aspek lingkungan juga dilakukan
dengan penilaian skor kelayakan untuk menganalisis kelayakannya. Penilaian
dilakukan menggunakan skor kelayakan berdasarkan item-item yang akan di
analisis. Berikut merupakan item-item yang digunakan dalam menilai kelayakan
aspek pasar dan pemasaran (Tabel 9). Aspek lingkungan dinyatakan layak jika
usaha tersebut tidak memiliki dampak buruk bagi lingkungan sekitar.

Tabel 9 Penilaian skor kelayakan aspek lingkungan


Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Keamanan lingkungan sekitar lokasi usaha dapat
terjaga
2 Adanya dampak usaha terhadap lingkungan (positif
atau negatif)
3 Usaha menghasilkan limbah baik padat, cair
maupun gas namun tidak mencemari lingkungan
4 Adanya tempat pembuangan limbah tersendiri yang
tidak mencemari lingkungan
5 Adanya pengolahan limbah usaha

Kriteria Kelayakan Aspek Non Finansial


Aspek non finansial yang dikaji pada usaha kangkung hidroponik di Specta
Farm ini terdiri dari aspk pasar dan pemasarn, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan. Menurut
Nurmalita et al. (2014) aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan bisnis tidak
21

berdiri sendiri melainkan saling berkaitan, sehingga utuk menentukan kelayakan


usaha, setiap aspek tersebut harus dinyatakan layak. Variabel-variabel yang harus
diteliti pada usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm untuk
setiap aspeknya pada aspek non finansial dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Variabel penilaian aspek non vinansial


Aspek Variabel Item
Pasar dan Pemasaran - Potensi pasar - Data permintaan dan penawaran
kangkung hidroponik
- Strategi pemasaran - Bauran pemasaran (produk, tempat,
harga, dan promosi)
Teknis - Lokasi usaha - Ketersediaan bahan baku, letak pasar,
listrik dan air, tenaga kerja,
transportasi
- Luas produksi - Kapasitas produksi usaha kangkung
hidroponik
- Layout usaha - Letak fasilitas usaha yang dimiliki oleh
usaha
- Proses produksi - Kegiatan budidaya kangkung
hidroponik
- Pemilihan - Ketetapan penggunaan teknologi
teknologi
Manajemen dan - Manajemen - Struktur organisasi, deskripsi
Hukum pekerjaan
- Hukum - Izin usaha dan bentuk badan usaha
Sosial, Ekonomi dan - Sosial - Penambahan kesempatan kerja atau
Budaya pengurangan pengangguran
- Ekonomi - Peningkatan pendapatan masyarakat
sekitar lokasi usaha
- Budaya - Perubahan budaya yang positif
Lingkungan - Kondisi lingkungan - Dampak usaha terhadap lingkungan

Penggunaan analisis kuantitatif pada aspek non finansial bertujuan untuk


mempermudah dalam menganalisis kelayakannya. Analisis kuantitatif dilakuakan
dengan cara penilaian skor kelayakan berdasarkan skala dari satu sampai lima (1 –
5). Pilihan jawaban disusun berjenjang dari pilihan sangat tidak setuju (1) sampai
sangat setuju (5) (Tabel 11).
Penilaian dilakukan berdasarkan item-item yang telah ditentukan yang
nantinya akan menggambarkan secara lebih rinci apakah keseluruhan aspek non
finansial mencakup aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan memenuhi
standar dan usaha tersebut layak untuk dijalankan.

Tabel 11 Penilaian skor kelayakan pada aspek non finansial


Skor Kelayakan Tingkat Kinerja
1 Sangat tidak setuju
2 Tidak setuju
3 Cukup setuju
4 Setuju
5 Sangat setuju
22

Perhitungan nilai total masing-masing atribut dilakukan dengan


menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh dan membaginya dengan jumlah item
yang diteliti, sehingga akan menghasilkan nilai rata-rata. Nilai rata-rata disajikan
dalam bentuk persentase yang didapatkan dari hasil perhitungan 100 persen dibagi
dengan jumlah skor kelayakan, kemudian dikalikan dengan nilai rata-rata pada
masing-masing aspeknya, keterangan persentase tingkat kelayakan dapat dilihat
pada tabel berikut ini (Tabel 12).

Tabel 12 Persentase tingkat kelayakan aspek non finansial


No Persentase (%) Tingkat Kelayakan
1 1 – 50 Tidak layak
2 51 – 100 Layak

Hasil dari persentase penilaian skor kelayakan pada aspek non finansial
yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosisal ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan ini nantinya
akan disatukan di dalam satu tabel yang akan menggambarkan apakah usaha yang
dijalankan layak atau tidak secara keseluruhan. Hasil persentase dari masing-
masing aspek tersebut selanjutnya akan di kategorikan ke dalam dua kategori
yaitu, tidak layak, dan layak (Tabel 13).

Tabel 13 Tingkat kelayakan aspek non finansial


Keterangan Rata-rata Persentase Tingkat
Aspek
Tidak Layak Layak Skor Kelayakan
Pasar dan
Pemasaran
Teknis
Manajemen dan
hukum
Sosial, ekonomi,
dan budaya
Lingkungan

Aspek Finansial

Analisis data yang digunakan pada aspek finansial adalah analisis kuantitatif
dengan memperhitungkan seluruh biaya, baik biaya investasi maupun biaya
operasional selama menjalankan usaha kangkung hidroponik. Selanjutnya dari
informasi biaya-biaya tersebut disusun cash flow dan laporan laba rugi yang akan
dijadikan acuan dalam menentukan kelayakan berdasarkan kriteria investasi.

Kriteria Kelayakan Aspek Finansial


Pada kajian aspek finansial dilakukan perhitungan jumlah dana yang
dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan usaha kangkung hidroponik.
Analisis kelayakan investasi dilakukan terlebih dahulu dengan menyusun aliran
tunai didiskontokan (discounted cashflow) karena adanya pengaruh waktu
terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang harus
diperhitungkan. Alat ukur kelayakan usaha yang digunakan terdiri dari beberapa
23

komponen yaitu proyeksi laporan laba rugi, proyeksi cash flow, dan kriteria
investasi. Menurut Nurmalina et al. (2014) aspek finanasial meliputi kriteria
kelayakan invesatasi terdiri dari net present value (NPV), net benefit cost ratio
(Net B/C), internal rate og return (IRR), payback periode (PP), dan analisis
switching value.
a. Net Present Value
Net Present Value adalah total manfaat bersih yang didapatkan oleh usaha
kangkung hidroponik selama umur bisnis pada tingkat diskonto tertentu. Nilai
NPV didapatkan dari selisih antara total present value manfaat dengan total
present value biaya. Nilai yang dihasilkan dari perhitungan NPV adalah satuan
mata uang rupiah. Menurut Nurmalina et al. NPV dapat dirumuskan sebagai
berikut,
NPV = ∑ ( )
Keterangan :
Bt = Manfaat dariusaha pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bungan yang berlaku
Ct = Biaya dari usaha pada tahun ke-t
T = Umur ekonomis proyek
Suatu bisnis dinyatakan layak jika memiliki nilai NPV lebih besar dari nol
(NPV > 0) yang artinya bisnis menguntungkan serta memberikan manfaat dan
sebaliknya jika NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0) maka bisnis tersebut tidak
layak untuk dijalankan.
b. Net Benefit-Cost Ratio
Nilai Net B/C dihasilkan dari perbandingan manfaat bersih yang benilai
positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif dari usaha kangkung
hidroponik. Net B/C ratio menggambarkan manfaat bersih yang menguntungkan
bisnis yang dihasilkan dari setiap satu satuan kerugiandari bisnis tersebut Menurut
Nurmalina et al. (2014) Net B/C secara sistematis dinyatakan sebagai berikut,
∑ ( )
dimana
∑ ( )

Keterangan :
Bt = Manfaat dariusaha pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bungan yang berlaku
Ct = Biaya dari usaha pada tahun ke-t
T = Umur ekonomis proyek
Apabila niali Net B/C ratio lebih besar dari satu (Net B/C > 1), maka bisnis
layak untuk dijalankan. Sebaliaknya apabila nilai Net B/C lebih kecil dari satu
(Net B/C < 1), maka bisnis tidak layak untuk dijalankan.
c. Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate yang
menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0). IRR dihasilkan dengan
menggunakan metode interpolas diantara tingkat discount rate yang lebih rendah
dengan tingkat discount yang lebih tinggi. Nilai IRR dinyatakan dalam satuan
persentase (%). Tingkat discount rate ditentukan dari sumber modal usaha, jika
usaha menggunakan modal sendiri maka tingkat discount rate berasal dari tingkat
suku bunga deposito, tetapi jika menggunakan modal pinjaman maka tingkat
24

discount rate berasal dari tingkat suku bungan pinjaman. Perhitungan IRR
digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu bisnis tiap
tahunnya dan menunjukkan kemampuan bisnis dalam mengembalikan investasi
yang ditanamkan. Cara menghitung IRR menurut Nurmalina et al. (2014) adalah,

Keterangan :
NPV 1 = NPV bernilai positif
NPV 2 = NPV bernilai negative
i1 = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif
i2 = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negative
Sebuah bisnis dinyatakan layak jika memiliki nilai IRR yang diperoleh
bisnis tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang
diperoleh lebih kecil dari tingkat diskonto, maka bisnis tersebut tidak layak untuk
dijalankan.
d. Payback Period
Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi yang didanai dengan aliran kas. Semakin
cepat investasi modal dapat kembali, maka semakin baik suatu bisnis diusahakan,
karena modal yang kembali dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang
lainnya. Apabila selama bisnis dijalankan dapat mengembalikan modal sebelum
berakhirnya umur bisnis, maka bisnis tersebut masih dapat dilaksanakan. Akan
tetapi, jika sampai saat bisnis berakhir dan belum dapat mengembalikan modal
yang digunakan, maka sebaiknya bisnis tersebut tidak dilaksanakan. Perhitungan
Payback Period dlakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada
cashflow didiskontokan dan dikomulatifkan. Nilai PP dinyatakan dalam satuan
tahun atau periode usaha. Secara matematis perhitungan PP menurut Nurmalina et
al. (2014) adalah sebagai berikut,

Keterangan :
PP = Jumlah periode yang diperlukan untuk mengembalikan investasi
I = Besarnya biaya Investasi yang diperlukanselama umur usaha
Ab = Rata-rata menfaat bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya yang telah
didiskontokan
Suatu bisnis dapat dinyatakan layak berdasarkan kriteria investasi payback
periode jika waktu untuk pengembalian biaya modal investasi lebih kecil dari
pada umur bisnis. Sedangkan jika waktu pengembalian biaya modal investasi
lebih lama dari umur bisnis maka bisnis tidak layak untuk dijalankan.

Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)


Analisis switching value dilakukan dengan cara mengubah besar variabel-
variabel penting yaitu perubahan pada peningkatan harga pupuk dan penurunan
produksi. Menurut Gittinger (2008) pengujian dangan menggunakan analisis nilai
pengganti yaitu dengan menentukan berapa besar persentase perubahan yang
menyebabkan nilai NPV menjadi nol. Penentuan persentase perubahan dilakukan
sampai manfaat bersih usaha kangkung hidroponik mencapai titik impas. Pada
analisis switching value perubahan variabel penting dicari dan hasil yang
25

didapatkan dalam satuan persentase (%). Hasil dari analisis switching value
menunjukan maksimum perubahan yang dapat diterima oleh usaha kangkung
hidroponik, apabila perubahan aktual yang terjadi melebihi persentase switching
value maka usaha dinyatakan tidak layak.
Perhitungan pada analisis switching value ini mengacu kepada berapa besar
perubahan yang terjadi sehingga menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, Net
B/C sama dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku.
Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan varialbel-variabel tersebut
berdampak pada kelayakan (Nurmalina et al. 2010).

Asumsi Dasar

Dalam perhitungan kelayakan terdapat beberapa perkiraan atau asumsi


untuk memudahkan perhitungan. Adapun perkiraan yang digunakan pada usaha
kangkung hidroponik ini adalah sebagai berikut,
1. Umur bisnis usaha di tetapkan selama 10 tahun. Umur bisnis ditetapkan
berdasarkan umur ekonomis dari aset terbesar usaha tersebut yaitu
greenhouse.
2. Harga yang digunakan pada inflow dan outflow diasumsikan konstan. Harga
yang digunakan dalam penelitian adalah harga yang berlaku ketika
wawancara dengan pihak pemilik usaha kangkung hidroponik di Specta
Farm.
3. Perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus yaitu :
Penyusutan =
4. Nilai sisa peralatan diasumsikan habis pada masa akhir ekonomis.
5. Tingkat discount rate yang digunakan adalah suku bunga deposito Bank
Mandiri sebesar lima persen. Tingkat discount rate yang dipilih merupakan
deposito dengan nilai satu milyar sampai lima milyar dengan masa tenor 12
bulan. Suku bunga deposito dipilih karna sumber modal yang digunakan pada
usaha kangkung hidroponik di Specta Farm menggunakan modal sendiri.
Bank Mandiri dipilih karna pemilik Specta Farm menyimpan dana hasil usaha
di Bank Mandiri.
6. Biaya investasi diasumsikan dikeluarkan pada tahun pertama yaitu tahun
2017, usaha dimulai pada bulan Maret karena pada bulan Januari dan
Februari digunakan untuk pembangunan greenhouse, instalasi hidroponik dan
sarana penunjang lainnya.
7. Luas lahan yang digunakan untuk usaha kangkung hidroponik yaitu sebesar
4000 meter persegi dengan harga lahan per meternya Rp 400 000 pada saat
awal pembelian lahan.
8. Produksi kangkung hidroponik di asumsikan konstan dengan rincian pada
tahun pertama produksi kangkung sebesar 60 000 kilogram dan pada tahun
kedua hingga tahun ke-10 72 000 kilogram per tahun.
9. Penentuan jumlah produksi kangkung dilakukan berdasarkan permintaan
yang diterima oleh Specta Farm dengan konsumen yang dilakukan
berdasarkan kontrak kerja dengan permintaan kangkung hidroponik sebesar
1500 kilogram per minggunya.
10. Pajak penghasilan badan usaha yang digunakan adalah berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak
26

penghasilan atas dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu, yaitu :
- Pasal 2 ayat 1(b) menerima penghasilan usaha dengan peredaran bruto
tidak melebihi Rp 4 800 000 000 dalam satu tahun pajak.
- Pasal 3 ayat 1 besarnya Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana
maksud dalam pasal 2 adalah satu persen.
11. Pada analisis sensitivitas switching value, diasumsikan komponen lain selain
jumlah produksi, harga jual produk, dan harga pupuk nutrisi tidak berubah
(cateris paribus). Komponen jumlah produksi dan harga jual produk dipilih
untuk dianalisis karena dapat mempengaruhi penerimaan yang disebabkan
oleh serangan hama dan penyakit serta fluktuasi harga kangkung hidroponik.
komponen harga pupuk nutrisi dipilih karena merupakan komponen biaya
terbesar pada biaya variabel, sehingga perubahannya dapat mempengaruhi
kelayakan usaha.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan

Specta Farm merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang


produksi sayuran segar. Sebelum terjun ke dunia pertanian pemilik Specta Farm
yang bernama Zekky Bachri ini bekerja sebagai kontraktor, namun pada tahun
2013 Ia memutuskan untuk berhenti menjadi kontraktor dan mulai bertani.
Awalnya pemilik usaha ini menjalankan usaha di daerah Cileungsi Kabupaten
Bogor. Komoditas yang mulai dibudidayakan saat itu berupa komoditas yang
bersifat long investment yang terdiri dari tanaman jambu kristal dan durian.
Seberjalannya waktu pemilik usaha berfikir bahwa perputaran uang yang
dihasilkan dari tanaman jambu kristal dan durian memiliki waktu yang cukup
lama, sehingga pemilik usaha mulai berfikir untuk beralih ke komoditas yang
bersifat short investment. Dikarenakan perjualan dari jambu kristal dan durian
kurang bagus, maka pada awal tahun 2015 pemilik usaha ini mulai fokus untuk
mengembangkan usaha pertaniannya di daerah Kabupaten Bogor.
Usaha yang dijalankan oleh pemilik Specta Farm di daerah Bogor pada
awalanya berupa pertanian secara konvensional. Komoditas yang pertama kali
mulai ditanam adalah tanaman cabai dengan menggunakan lahan seluas 1.5
hektar. Namun pada saat panen harga cabai sedang turun yakni sebesar Rp. 3 000
per kilogramnya. Dengan harga pokok produksi sebesar Rp 7 000 per
kilogramnya, tentu saja beliau mengalami kerugian. Kerugian yang dialami
tersebut tidak menyurutkan niatnya dalam bertani. Pemilik Specta Farm ini
kembali menanam cabai yang akhirnya mendapatkan keuntungan yang sangat
besar karna pada saat itu harga cabai sedang naik yaitu seharga Rp 60 000 sampai
Rp 70 000 per kilogram. Berdasarkan pengalaman tersebut pemilik usaha mulai
beralih dari yang awalnya bercocok tanam secara konvensional menjadi bercocok
tanam secara hidroponik. Hal tersebut dilakuakan untuk menghindari resiko yang
27

akan terjadi jika tetap menjalankan metode bercocok tanam secara konvensional
yang harga dari produknya selalu berfluktuasi.
Specta Farm mulai menjalankan usaha di bidang pertanian hidroponik pada
akhir tahun 2015 yang berlokasi di Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Specta Farm mulai menekuni budidaya secara
hidroponik dengan menanam tanaman kangkung pada instalasi hidroponiknya.
Pemilik Specta Farm menggunakan teknik menanam hidroponik secara verticultur
atau teknik hidroponik talang bertingkat dengan hasil panen mencapai tiga kali
lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian secara konvensional dan teknik
hidroponik lainnya. Dalam pengaplikasiannya mulai dari rencana usaha hingga
pemasaran dilakukan secara terperinci. Contohnya saja dalam peracikan nutrisi
yang digunakan dalam budidaya hidroponik di racik dan di riset sendiri oleh
pemilik Specta Farm. Selain itu pemilik dari Specta Farm juga melakukan riset
hidroponik, riset tehadap agroklimat disekitar lokasi usaha, dan meracik serta
merumuskan sendiri takaran dari komposisi yang digunakan. Hal tersebut
bertujuan untuk menekan biaya harga pokok produksi (HPP) dari usaha yang
dijalankannya. Pada awal mulanya Specta Farm melakukan kerjasama dengan
restoran ternama seperti D’Cost yang mengharuskan Specta Farm memasok
kangkung sebesar 1,5 ton hingga dua ton per minggunya. Saat ini Specta Farm
mulai mengekspansi pasarnya dengan mulai memasok produk kangkung ke
berbagai pasar-pasar modern seperti minimarket, supermarket dan sebagainya.

Lokasi dan Kondisi Perusahaan

Specta Farm berlokasi di Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten


Bogor, Jawa Barat. Terletak pada ketinggian 595 sampai 700 meter di atas
permukaan laut dengan topografi permukaan yang relatif miring. Specta Farm
berada pada daerah yang relatif sejuk dengan suhu rata-rata 25°C. Kangkung
merupakan tanaman yang tidak bergantung terhadap cuaca, sehingga
pembudidayaan kangkung dengan teknik hidroponik cocok untuk daerah yang
beriklim tropins. Specta Farm memiliki total luas lahan lebih kurang dua hektar,
namun yang digunakan untuk hidroponik hanya seluas 4 000 meter persegi. Di
lahan seluas 4 000 meter persegi itu terdapat tiga bangunan greenhouse dan lima
blok untuk rak instalasi hidroponik vertivultur. Satu blok terdapat enam sampai
tujuh rak instalasi hidroponik verticultur. Di dalam tiga bangunan greenhouse
juga terdapat dua blok yang terdiri dari lima sampai tujuh rak instalasi hidroponik
vertikultur yang digunakan untuk pembibitan dan satu meja semai untuk
penyemaian benih kangkung. Dalam satu rak terdiri dari 24 tingkatan dengan
panjang masing-masingnya 12 meter.
Bangunan greenhouse untuk penyemaian dan pembibitan di klasifikasikan
ke dalam bangunan semi permanen karna menggunakan pondasi yang berupa besi
semi baja ringan, sehingga umur ekonomis dari bangunan greenhouse dapat
bertahan lama. Pada bagian atap dan dinding menggunakan plastik UV sehingga
sirkulasi dan suhu di dalam greenhouse dapat terjaga. Sedangkan untuk instalasi
hidroponik menggunakan metode vertikultur yang berupa penyusunan rak
bertingkat yang berbahan pipa PVC dan besi semi baja ringan sebagai pondasinya.
Peralatan investasi yang digunakan Specta Farm seperti greenhouse, sarana
irigasi, dan sarana penunjang lainnya masih dalam kondisi bagus karena masih
28

baru dan dalam penggunaannya dilakukan perawatan secara berkala. Penggunaan


rak talang bertingkat atau teknik vertikultur bertujuan untuk mengefisiensikan
penggunaan lahan, meskipun lahan yang digunakan tidak terlalu luas, namun hasil
yang didapatkan akan lebih maksimal

Perkembangan Usaha Kangkung Hidroponik

Hidroponik merupakan sebuah perkembangan teknologi yang banyak


digunakan pada budidaya pertanian khususnya komoditi sayuran. Tren dari usaha
kangkung secara hidroponik semakin meningkat setiap tahunnya. Ada yang
melakukan kegiatan budidaya secara hidropoik ini sebagai hobbi dan ada juga
yang menjadikan teknik hidroponik ini untuk skala usaha. Menurut Bachri (2017),
trend hidroponik akan terus meningkat karena populasi masyarakat setiap tahun
bertambah, sedangkan jumlah petani konvensional tidak bertambah. Hal ini
dikarenakan semakin menurunnya minta generasi muda untuk terjun langsung ke
bidang pertanian. Seringkali hasil usaha pertanian konvensional tidak sesuai
dengan yang di harapkan, baik akibat hasil panen tidak sesuai karena faktor alam
ataupun harga jual, sehingga semakin mengurangi minat para generasi penerus
untuk bertani.
Perkembangan usaha kangkung hidroponik di Specta Farm ini terus
meningkat, dikarenakan permintaan akan kangkung yang higienis dari berbagai
konsumen semakin meningkat. Saat ini Specta Farm memiliki kontrak tetap
dengan berbagai supplyer. Hasil panen kangkung hidroponik memiliki pangsa
pasar yang baik (menengah ke atas) sehingga pemilik usaha kangkung hidroponik
ini bisa mendapatkan margin usaha yang baik pula dikarenakan harga jualnya
yang tinggi. Tingginya harga jual kangkung hidroponik disebabkan oleh pasar
penyerap kangkung hidroponik berbeda dengan pasar penyerap kangkung yang
dibudidayakan secara konvensional yaitu, gerai modern ataupun hotel, restoran,
katering, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa kerjasama yang dilakukan oleh
specta farm, sebagian hotel, restoran, ataupun katering lebih memilih
menggunakan kangkung hidroponik sebagai bahan baku untuk masakannya
karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan kangkung biasa yaitu,
citarasanya lebih renyah dan segar serta lebih mudah untuk meminta ukuran
panen tertentu sesuai kebutuhan. Oleh karena itu usaha kangkung hidroponik ini
dinilai sangat menjanjikan jika dijalankan dalam skala usaha, salah satunya
dikarenakan oleh harga jualnya yang tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Aspek Non Finansial

Analisis kelayakan bisnis mengenai aspek non finansial perlu dilakukan


untuk mengetahui sejauh mana usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh
Specta Farm layak untuk dijalankan. Aspek non finansial yang akan dikaji terdiri
dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
29

aspek sosial ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan. Setiap aspek yang dikaji
saling berkaitan dan setiap aspek harus dinyatakan layak.

Aspek Pasar dan Pemasaran


Analisis aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek pertama yang harus
dikaji dalam memulai usaha. Analisis aspek pasar dan pemasaran memegang
peran yang sangat penting sebelum memulai bisnis karena sumber pendapatan
utama dari usaha yang akan dijalankan berasal dari penjualan dari produk yang
dihasilkan. Analisis kelayakan bisnis pada aspek pasar dan pemasaran meliputi
potensi pasar dan strategi pemasaran. Hasil analisis aspek pasar akan
menggambarkan bagaimana potensi pasar dari kangkung hidroponik, sedangkan
analisis aspek pemasaran akan menjalankan strategi pemasaran agar produk
kangkung hidroponik yang dihasilkan sampai ke konsumen sesuai dengan yang
diharapkan oleh konsumen. Peluang pasar kangkung hidroponik cukup tinggi, hal
tersebut dikarenakan semakin banyaknya masyarakat terutama dari kalangan
menengah ke atas yang mengkonsumsi sayuran yang higienis dan bergizi tinggi.
Hasil analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran dapat dilihat pada penjelasan
dibawah ini.
a. Permintaan dan Penawaran
Peluang pasar produk kangkung hidroponik ini masih sangat luas, hal
tersebut ditunjukkan dengan masih banyaknya permintaan kangkung hidroponik
yang belum bisa di penuhi oleh Specta Farm. Permintaan kangkung hidroponik
dari Specta Farm umumnya berasal dari suplier sayur sayuran segar, restoran, dan
pasar modern. Salah satu restoran yang menjadi konsumen dari Specta Farm ini
adalah D’Cost. Dalam perjanjian kontrak antara D’Cost dan Specta Farm, Specta
Farm harus mampu menyuplai kangkung hidroponik sebanyak 1.5 ton per
minggunya. Permintaan tersebut mampu dipenuhi oleh Specta Farm, namun
kontrak tersebut hanya bertahan selama lima bulan dikarenakan adanya perubahan
peraturan dari D’Cost. Awalnya pengiriman dilakukan seminggu sekali yang
dikirim langsung ke sentra logistik dari D’Cost, namun karna perubahan
peraturan, dimana Specta Farm diharuskan mengirim langsung kangkung
hidroponik ke outlet-outlet D’Cost yang ada di beberapa daerah setiap harinya.
Specta Farm pernah mencoba memenuhi permintaan tersebut dengan bekerja
sama dengan beberapa petani hidroponik plasma dari Specta Farm, namun
dikarenakan tingginya biaya distribusi untuk memenuhi permintaan tersebut dan
keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan perjanjian yang pertama,
maka Specta Farm memutuskan kontrak kerja samanya dengan D’Cost.
Specta Farm juga menawarkan produknya ke berberapa supermarket, namun
dikarenakan tingginya permintaan dan pengiriman harus dilakukan setiap hari,
Specta Farm tidak mampu memenuhi permintaan tersebut dikarenakan
keterbatasan sumberdaya. Permintaan dari supermarket hanya mampu terpenuhi
sekitar 75 persen oleh Specta Farm. Saat ini Specta Farm bekerja sama dengan
salah satu brand sayur sayuran hidroponik yang beranama Original. Produksi
kangkung hidroponik yang dilakukan oleh Specta Farm tergantung dari
permintaan konsumen. Kerja sama antara Specta Farm dengan Original juga
berdasarkan perjanjian kontrak kerja. Permintaan produk kangkung hidroponik
oleh Original tidak berbeda dengan kontrak sebelumnya yang dijalankan oleh
Specta Farm. Rata rata permintaan dari brand Original yaitu 500 kilogram per dua
30

hari atau dengan total 1.5 ton per minggu. Specta Farm tidak melakukan proses
distribusi karena produk kangkung hidroponik diambil langsung ke kebun oleh
pihak Original tiga kali dalam satu minggu. Keberlanjutan kerja sama antara
Specta Farm dan Original berlangsung hingga saat ini dan berjalan dengan lancar.
Berikut merupakan data produksi kangkung hidroponik tiga bulan terakhir pada
tahun 2017 yang dilakukan oleh Specta Farm (Tabel 14).

Tabel 14 Data produksi kangkung hidroponik


Produksi Per Minggu (Ton)
Bulan Total (Ton)
1 2 3 4
Juli 1.498 1.510 1.502 1.488 5.998
Agustus 1.500 1.501 1.499 1.503 6.003
September 1.495 1.500 1.505 1.499 5.999

Pada data diatas terlihat bahwa produksi kangkung hidroponik tidak sama
setiap minggunya. Hal tersebut dikarenakan produksi yang dilakuakan oleh specta
Farm tergantung dari permintaan Original. Namun Specta Farm menargetkan
produksi kangkung hidroponiknya sebanyak 1.5 ton per minggunya. Permintaan
yang tidak merata setiap minggunya, sehingga mengakibatkan adanya kelebihan
produksi, kelebihan produksi kangkung hidroponik tersebut digunakan untuk
menutupi kekurangan pada minggu sebelumnyadan sebagian di jual oleh pemilik
usaha ke penduduk setempat.
Selain permintaan rutin yang sudah dapat disanggupi oleh Specta Farm,
masih banyak permintaan yang sangat tinggi yang belum sanggup dipenuhi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan Specta Farm juga pernah menerima
tawaran dari salah satu katering maskapai penerbangan besar di Indonesia untuk
mensuplai kangkung sebanyak 200 kilogram per harinya, namun dikarenakan
kekurang sumberdaya dan Specta Farm juga sudah memiliki kontrak dengan
pihak lain maka permintaan tersebut tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut
membuktikan bahwa peluang pasar dari kangkung hidroponik ini masih cukup
besar karna masih adanya selisih gap yang belum bisa dipenuhi Specta Farm.
b. Strategi Bauran Pemasaran (4P)
Manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan
pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran (marketing mix). Bauran
pemasaran (4P) terdiri dari empat komponen yaitu product, price, place,
promotion (Kotler, 2003). Berikut merupakan bauran pemasaran (4P) yang
dilakukan oleh Specta Farm.
1. Product (Produk)
Produk adalah setiap apa saja yang bisa ditawarkan di pasar untuk
mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat
memenuhi keinginan atau kebutuhan (Sumarni et al, 2010). Produk yang
ditawarkan oleh Specta Farm adalah kangkung hidroponik. Kangkung hidroponik
ini memberikan daya tarik tersendiri karena berbeda dengan kangkung yang di
tanam secara konvensional. Keunggulan dari kangkung hidroponik ini yaitu
memiliki nilai gizi yang tinggi dan lebih higienis dari kangkung pada umumnya
karena penanamannya tidak menggunakan media tanah, sehingga tidak
terkontaminasi oleh logam berat yang ada pada unsur tanah dan terbebas dari
pestisida dan zat kimia lainnya.
31

Produk yang di tawarkan Specta Farm memiliki dua jenis ukuran panen
yaitu dengan ukuran panen 40 centimeter dan ukuran panen 25 centimeter.
Kangkung yang memeiliki ukuran panjang 40 centimeter di panen pada saat umur
tanam 18 hari, sedangkan kangkung dengan panjang 25 centimeter dipanen saat
umur tanam 15 hari. Dengan adanya varian ukuran panen dari produk kangkung
hidroponik ini maka konsumen dapat meminta produk sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Saat ini permintaan yang banyak diterima oleh Specta Farm adalah
kangkung dengan dengan ukuran tinggi panen maksimal 25 centimeter (kangkung
baby). Sebelum mendistribudikan produknya Specta Farm selalu melakukan
penyortiran yang sangat ketat, sehingga tidak ada Kangkung yang di tawarkan
oleh Specta Farm selalu diterima oleh konsumen dan tidak pernah ada komplain
atau pengembalian produk yang di karenakan adanya produk yang rusak atau
busuk. Hal tersebut dikarenkan adanya penyortiran yang ketat sebelum produk
dibawa oleh konsumen, sehingga kualitas dari produk yang tetap terjaga.
2. Price (Harga)
Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi barang beserta pelayanannya (Sumarni et al, 2010). Specta Farm
menjual hasil panen kangkung hidroponik ke supplier, restoran, dan berbagai
pasar modern. Saat ini Specta Farm menjual produknya ke supplier sayuran segar
yang memiliki nama brand Original. Harga kangkung hidroponik yang diberikan
Specta Farm kepada brand Orignal seberasr Rp 20 000 per kilogramnya. Tidak
ada perbedaan harga untuk kedua varian produk baik dengan ukuran panen 25
centimeter maupun 40 centimeter. Harga tersebut merupakan harga kesepakatan
kontrak antara Specta Farm dengan Original. Menurut pemilik Specta Farm harga
yang di tawarkan sudah mendapatkan keuntungan dari semua biaya yang telah di
keluarkan untuk proses budidaya kangkug hidroponik.
3. Place (Tempat)
Menurut Sumarni et al (2010), tempat adalah saluran yang digunakan oleh
produsen untuk menyalurkan produknya dari produsen sampai ke konsumen atau
industri pemakai. Kemudahan konsumen memperoleh suatu prodk yang
diinginkan sangat berpengearuh terhadap keputusan pembelian bagi konsumen.
Dalam memasarkan produk Specta Farm dilakukan secara langsung di tempat
produksi kangkung hidroponik yang berada di Desa Sukalayu, Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor. Proses distribusi dilakukan dengan cara konsumen
datang langsung ke kebun Specta Farm untuk mengambil produk yang sudah
dipesan sebelumnya. Proses distribusi antara Specta Farm dengan original
dilakukan sesuai kesepakatan yaitu setiap dua hari sekali. Specta Farm memiliki
satu buah mobil untuk proses pendistribusian produknya, namun karena lokasi
antara Specta Farm dengan Original tidak terlalu jauh, maka produk kangkung
hidroponik di ambil langsung oleh Original ke lokasi produksi.
4. Promotion (Promosi)
Menurut Tjiptono (2008) promsi adalah suatu bentuk komunikasi
pemasaran yang berupa banhasa menyebarkan informasi, mempengaruhi atau
membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
bisa menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan
yang bersangkutan. Promosi merupakan kegiatan penting untuk memberikan
informasi maupun mengenalkan produk yang dihasilkan kepada pembeli.
Kegiatan promosi yang dilakukan Specta Farm yaitu dengan mengikuti kegiatan
32

pameran sayuran dan melalui promosi personal selling oleh pemilik Specta Farm
kepada kerabatnya, sehingga konsumen mengetahui keberadaan dari produk
kangkung hidroponik. Selain itu promosi juga dilakukan melalui media sosial
seperti facebook, whatsapp, website, serta pemberitaan dari media agribisni yang
datang langsung ke lokasi Specta Farm. Promosi melalui media sosial ini
bertujuan agar konsumen dapat mengtahui produk dari Specta Farm tanpa datang
langsung ke kebunnya dan dapat dikenal luas oleh masyarakat atau calon
konsumen. Promosi juga berjalan melalui berbagai kegiatan yang diikuti pemilik
Specta Farm sebagai pembicara di pelatihan-pelatihan serta talkshow mengenai
pertanian hidroponik.

Hasil Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap pemilik dari Specta
Farm, maka hasil dari analisis aspek pasar dan pemasarn di Specta Farm bisa
dilihat pada tabel penilaian skor kelayakan aspek pasar dan pemasaran berikut
(Tabel 15).

Tabel 15 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek pasar dan pemasaran
Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Target pasar yang dituju sudah tersedia √
2 Penjualan dilakukan setiap bulannya kepada √
konsumen secara kontinyu
3 Permintaan dari konsumen dapat terpenuhi √
4 Penawaran selalu tersedia √
5 Produk yang ditawarkan diterima oleh √
konsumen
6 Distribusi pemasaran berjalan dengan lancar √
7 Harga penjualan diterima oleh konsumen √
8 Harga jual mampu meningkatkan √
keuntungan perusahaan
9 Promosi dilakukan untuk meningkatkan √
penjualan
10 Strategi yang dilakuakan perusahaan berupa √
marketing mix 4P (Product, Place, Price,
Promotion)
Total Skor 45
Rata-rata 4.5
Persentase Kelayakan 90%

Dalam pelaksanaan berdasarkan aspek pasar dan pemasaran Specta Farm


sudah memiliki target pasar yang akan dituju dan mampu untuk memenuhi
sebagian besar dari permintaan serta mampu menawarkan produk kangkung
hidroponiknya secara kontinyu kepada konsumen. Specta Farm juga mampu
menarik perhatian konsumen melalui strategi bauran pemasar (4P) yang terdiri
dari produk, price, place, dan promotion yang telah dilakukan. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil analisis aspek pasar dan pemasaran pada Tabel 15 diperoleh nilai
33

rata-rata skor kelayakan sebesar 4.5. Setelah dilakukan perhitungan, maka


didapatkan persentase kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran sebesar 90
persen. Nilai persentase yang diperoleh dikategorikan kedalam rentang skala
tingkat kelayakan yang layak. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan
usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm layak untuk
dijalankan berdasarkan aspek pasar dan pemasaran.

Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan bagian dari aspek non finansial yang cukup
penting karena terkait dengan keberhasilan produksi yang dilakukan oleh
perusahaan. Aspek teknis usaha kangkung hidroponik meliputi lokasi usaha
kangkug hidroponik, tata letak (layout) produksi, persiapan produksi, proses
produksi kangkung hidroponik, pemeliharaan peralatan hidroponik, dan kapasitas
produksi. Lokasi usaha dinyatakan layak apabila memenuhi syarat variabel utama
dan bukan utama. Variabel tersebut terdiri dari ketersediaan bahan baku, letak
pasar yang dituju, ketersediaan sumber air dan listrik, dan fasilitas transportasi
untuk distribusi. Proses produksi menjelaskan langkah-langkah budidaya
kangkung hidroponik yang dilakukan. Layout usaha dinyatakan layak apabila
usaha telah memanfaatkan lokasi usaha secara optimal. Berikut hasil analisis pada
tiap kriteria aspek teknis.
a. Lokasi Usaha
Lokasi untuk melakukan budidaya kangkung hidroponik yang digunakan
untuk usaha tidak terlalu sulit. Umumnya lokasi usaha disesuaikan dengan
kemudahan akses dan jauh dekatnya lokasi ke pasar atau mudah dijangkau oleh
pembeli. Specta Farm terletak di Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Jawa Barat. Lokasi yang digunakan oleh Specta Farm untuk proses
produksi berada pada ketinggian 595 sampai 700 meter diatas permukaan laut,
artinya lokasi berada pada ketinggian yang lumayan tinggi sehingga dapat
menunjang sirkulasi udara yang baik. Lokasi yang dipilih oleh Specta Farm sangat
strategis dikarenakan kondisi alam dan cuaca di daerah lokasi usaha sangat
mendukung untuk melakukan budidaya pertanian. Di tambah lagi dengan tanaman
kangkung yang tidak membutuhkan suhu udara tertentu untuk pertumbuhannya.
Ketersediaan listrik dan air di lokasi usaha Specta Farm juga sangat
tercukupi, sehingga keberlangsungan proses produksi kangkung hidroponik dapat
berjalan dengan lancar. Jarak dari lokasi usaha kangkung hidroponik di Specta
Farm ke jalan raya hanya sekitar 1.5 kilometer. Dalam pendistribusisan produk,
Specta Farm tidak memikirkan jarak dari lokasi usaha ke target pasar karena,
konsumen langsung mengambil sendiri produk yang telah di pesan ke lokasi
produksi kangkung hidroponik, sehingga kendaraan untuk distribusi yang dimiliki
Specta Farm jarang digunakan. Hal tersebut menjadi keuntungan tesendiri bagi
Specta Farm karena dapat mengurangi biaya untuk pendistribusian dan
meningatkan keuntungan perusahaan.
Bahan baku yang digunakan Specta Farm dalam kegiatan produksi,
didatangkan dari dalam negri. Bahan baku untuk greenhouse dan instalasi
hidroponik, serta bahan baku untuk produksi kangkung hidroponiknya dapat
ditemukan di toko terdekat yang menyediakan alat pertanian. Harga keseluruhan
bahan baku yang digunakan untuk proses produksi sesuai dengan rata-rata harga
pasar pada umumnya. Dalam penyediaan inputnya Specta Farm selalu membeli
34

dalam jumlah besar, sehingga pihak penyedia sarana dan prasarana dari produksi
kangkung hidroponik memberikan potongan harga. Penyedian bahan baku untuk
produksi kangkung hidroponik dilakukan satu kali dalam seminggu. Standar
bahan baku yang di tetapkan oleh Specta Farm adalah yang bekualitas dan
bermutu tinggi, agar peralatan yamg digunakan dapat bertahan lama dan produksi
kangkung yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi.

b. Layout Produksi
Layout produksi merupakan tata letak atau tata ruang yang ada di tempat
produksi suatu usaha. Secara garis besar layout adalah cara penempatan fasilitas-
fasilitas produksi agar memperlancar proses produksi yang lebih efektif dan lebih
efisien. Pengaturan tata letak atau layout dengan baik akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan meminimalkan biaya dalam proses produksi.
Berikut merupakan tata letak atau layout produksi yang digunakan oleh Specta
Farm (Gambar 4).

73 m

B-1 B-2 B-3


12 m 123456 1234567 1234567

55 m

GH-3 GH-2 GH-1


8m
1234567 12345 Rak Semai

44 m

B-4 B-5
8m 123456 123456

Gambar 3 Layout produksi Specta Farm

Keterangan :
B-1 : Blok 1 (Rak talang bertingkat fase III)
B-2 : Blok 2 (Rak talang bertingkat fase III)
B-3 : Blok 3 (Rak talang bertingkat fase III)
B-4 : Blok 4 (Rak talang bertingkat fase III)
B-5 : Blok 5 (Rak talang bertingkat fase III)
GH-1 : Greenhouse 1 (Rak semai fase I)
GH-2 : Greenhouse 2 (Rak talang bertingkat fase II)
GH-3 : Greenhouse 3 (Rak talang bertingkat fase II)
35

Specta Farm memiliki tata letak fasilitas produksi yang sederhana


berdasarkan aliran proses produksi dari kangkung hidroponik. Pada greenhouse 1
(rak semai) merupakan tempat aktifitas produksi kangkung hidroponik fase I yaitu
proses penyemaian benih kangkung yang di lakukan di atas meja rak semai.
Penyemaian ini dilakukan selama lima hari umur tanam, sehingga menghasilkan
benih yang sudah pecah atau berkecambah. Greenhouse 2 dan greenhouse 3 (rak
talang bertingkat fase II) merupakan tempat aktifitas produksi kangkung
hidroponik fase II yaitu tempat peremajaan atau pembibitan kangkung hidroponik
yang telah pecah atau berkecambah pada umur tanam lima hari. Sedangkan blok 1
sampai blok 5 digunakan sebagai tempat pembesaran kangkung hidroponik yang
sudah memasuki umur tanam 10 hari.
c. Persiapan Produksi
Dalam melakukan proses produksi kangkung hidroponik ada beberapa hal
yang harus dipersiapkan diantanya adalah sarana utama hidroponok, benih
kangkung, media tanam, nutrisi, dan peralatan penunjang lainnya.
1. Greenhouse
Greenhouse merupakan bangunana yang banyak digunakan sebagai tempat
untuk bertanam sayuran dan tanaman lainnya. Prinsip utama dari greenhouse
adalah bangunan tertutup, tapi tetap dapat ditembus sinar matahari sehingga
tanaman tetap dapat berfotosintesis. Greenhouse memiliki beberapa fungsi yang
mendukung proses pertumbuhan dan berkembangnya tanaman. Keterkaitan antara
greenhouse dengan hidroponik adalah untuk menghindari tanaman dari hujan dan
angin kencang terutama untuk benih dan bibit tanaman serta untuk menghidari
serangan dari berbagai jenis hama. Pembangunan greenhouse dilakukan oleh
tenaga ahli yang dimiliki oleh Specta Farm yang sudah mengerti tentang
pembangunan dan pengaplikasian greenhouse. Tenaga ahli pembangunan
greenhouse dan pemasangan instalasi hidroponik sudah diberikan pelatihan
mengenai teknik budidaya dengan sistem hidroponik dan bagaimana cara
pengaplikasian serta perawatannya. Specta Farm membangun greenhouse dengan
menggunakan kerangka baja besi ringan dan menggunakan plastik UV untuk
menutupi dinding dan atapnya. Penggunan baja besi ringan bertujuan agar
bangunan greenhouse dapat bertahan lama. Ukuran yang digunakan yaitu dengan
lebar delapan meter, panjang 55 meter dan tinggi empat meter. Greenhouse
dengan panjang 55 meter dibagi menjadi tiga bagian, satu digunakan untuk proses
penyemaian dan dua digunakan untuk proses peremajaan kangkung.
2. Instalasi Hidroponik Tahap Penyemaian dan Pembesaran
Selaian greenhouse, pada tahap penyemaian benih juga diperlukan beberapa
sarana penunjang untuk keberlangsungan budidaya secara hidroponik. Specta
Farm menggunakan beberapa sarana lainnya yang digunakan dalam proses
pembudidayaan kangkung hidroponik, diataranya adalah,
- Rak semai fase I
Rak semai fase I digunakan untuk menyemai benih kangkung yang akan
digunakan. Rak semai fase I berupa meja dengan ukuran panjang empat meter dan
lebar 1.2 meter, dengan tinggi 0.7 meter dan 0.9 meter yang terbuat dari besi baja
ringan. Ketinggian kaki rak semai dibuat berbeda agar nutrisi untuk kangkung
hidroponik dapat mengalir. Selanjutnya di atas meja semai diletakkan talang air
sebanyak delapan buah dengan panjang masing masing talang empat meter.
Talang-talang air berfungsi untuk meletakkan benih yang sudah di tanam di media
36

tanam rockwool. Specta Farm memiliki rak semai fase I sebanyak delapan unit
yang diletakkan di dalam greenhouse. Rak semai fase I dapat dilihat pada Gambar
4 berikut.

Gambar 4 Rak semai fase I

- Rak talang bertingkat fase II dan fase III


Pada tahap selanjutnya yang perlu disiapkan adalah rak talang beringkat
yang digunakan untuk pembersaran benih kangkung yang sudah dilakukan
penyemaian sebelumnya. Rak talang bertingkat merupakan sarana utama selain
greenhouse karena merupakan tempat pembesaran tanaman hingga panen. Konsep
rak talang bertingkat yang digunakan Specta Farm adalah vertikultur yang
berbentuk segitiga. Bahan yang digunakan untuk pembuatan rak talang bertingkat
adalah besi baja ringan sebagai pondasinya dan pipa PVC yang digunakan untuk
penanaman dan pengairan nutrisi dari tanaman kangkung. Specta farm memiliki
rak talang bertingkat yang terdiri dari rak talang bertingkat fase II dan rak talang
bertingkat fase III. Pada rak talang bertingkat fase II diletakkan didalam
greenhouse yang terdiri dari 12 unit dan digunakan untuk tanaman kangkung yang
sudah berumur lima hari. Rak talang bertingkat fase III diletakkan di luar
greenhouse untuk tanaman yang sudah berumur 10 hari. Rak talang bertingkat
fase III diletakkan diluar greenhouse dikarenakan tanaman kangkung sudah kuat
dan lebih tahan terhadap serangan hama serta membutuhkan pacaran sinar
matahari dan suhu udara secara langsung untuk mempercepat proses
pertumbuhan. Jumlah rak talang bertingkat fase III yang dimiliki Specta Farm
adalah 32 unit.
Tingkatan yang digunakan dalam rak talang bertingkat fase II dan fase III
sebanyak 12 tingkat pipa PVC di setiap sisinya dengan ukuran panjang pipa
delapan meter, sehingga total pipa dalam satu unit rak instalasi terdapat 24 pipa.
Bentuk dan ukuran rak talang bertingkat fase II sama dengan rak talang bertingkat
Fase III, yang membedakan hanya jarak lubang tanam. Jarak lubang tanam pada
rak talang bertingkat fase II lebih rapat karena tanaman masih berukuran kecil
dengan jarak antar lubang tanam adalah 7.5 centimeter. Jumlah lubang tanam pada
rak talang bertingkat fase II untuk masing-masing rak instalasinya adalah
sebanyak 2 568 lubang tanam, sehingga total lubang tanam dari keseluruhan rak
instalasi pada fase II adalah sebanyak 30 816 lubang tanam. Pada rak talang
bertingkat fase III memilik jarak lubang tanam 15 centimeter. Jumalah lubang
tanam pada rak talang bertingkat fase III untuk masing-masing rak instalasinya
adalah sebanyak 1 272 lubang tanam, sehingga total lubang tanam dari
keseluruhan rak instalasi fase III adalah sebanyak 40 704 lubang tanam. Rak
talang bertingkat fase II dan fase III dapat dilihat pada Gambar 5.
37

(a) (b)
Gambar 5 (a) Rak talang bertingkat fase II (b) Rak talang bertingkat fase III

- Instalasi saluran nutrisi


Instalasi saluran nutrisi berguna untuk mengalirkan nutrisi dari bak atau
wadah penampung nutrisi menuju ke tanaman dan kemudian kembali lagi ke bak
penampung nutrisi. Instalasi saluran nutrisi berupa pipa air berukuran satu inci
untuk mengalirkan nutrisi dari bak penampung nutrisi kemudian dialirkan ke
selang-selang air berukuran 16 milimeter dan tersambung ke selang berukuran
lima milimeter untuk mengairi talang air tempat benih ataupun tanaman yang
dibantu oleh mesin pompa air. Instalasi saluran nutrisi dapat dilihat pada Gambar
6.

Gambar 6 Instalasi saluran nutrisi hidroponik

- Mesin pompa air


Mesin pompa air berfungsi sebagai sumber tenaga pendorong agar nutrisi
yang ada di bak penampung nutrisi dapat mengalir secara kontinyu atau berkala
ke rak talang bertingkat, sehingga sehingga sayuran mendapatkan nutrisi yang
cukup. Mesin pompa air yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.

Gambar 7 Mesin pompa air


38

- Bak penampung nutrisi


Bak penampung nutrisi berfungsi untuk menampung dan mengalirkan
nutrisi ke tiap tanaman melalui pipa atau selang air, yang kemudian menampung
kembali nutrisi yang mengalir dari rak tenaman. Specta Farm menggunakan
beberapa bak penampung nutrisi yang berada di dalam greenhouse dan di luar
greenhouse. Penempatan bak nutrisi ini sudah dirancang sedemikian rupa di
beberapa bagian sesuai dengan kebutuhan instalasi irigasi agar dapat
memudahkan dalam proses produksi. Bak penampung nutrisi dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Bak penampung nutrisi

3. Benih Tanaman
Benih tanaman merupakan salah satu persiapan budidaya hidroponik yang
juga cukup penting karena kualitas benih yang dipilih juga menentukan
keberhasilan budidaya hidroponik. Dengan penggunaan benih sayuran yang tepat,
maka tanaman yang dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang tinggi. Specta
Farm menggunakan benih kangkung dari merk yang sudah terkenal dan bekualitas
berdasarkan rekomendasi dari pembudidaya hidroponik lainnya. Benih yang
digunakan Specta Farm adalah merek panah merah yang diproduksi oleh
perusahan benih terkenal bernama East Wesh Seed dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Benih kangkung

4. Media Tanam
Pada saat penyemaian benih terdapat beberapa jenis media tanam non tanah
yang dapat digunakan untuk budidaya hidroponik. Secara garis besar media tanam
hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam untuk jenis sayuran daun
dan media tanam untuk jenis sayuran buah. Penggunaan media tanam untuk
penyemaian benih harus di perhitungkan secermat mungkin agar pertumbuhan
39

dan perkembangan tanaman lebih maksimal. Media tanam yang digunakan Specta
Farm dalam penyemaian hingga hingga pembesaran kangkungnya yaitu rockwool.
Rockwool menjadi media tanam yang paling banyak digunakan untuk penanaman
sayuran secara hidroponik karena memiliki berbagai keunggulan seperti tidak
mengandung senyawa kimia dan patogen penyakit pada tanaman serta mampu
menyerap air hingga 14 kali kapasitas tampung tanah sehingga sangat cocok
dipadukan dengan sistem hidroponik. Media tanam yang digunakan Specta Farm
dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Media tanam rockwool

5. Nutrisi
Pupuk atau nutrisi merupakan salah satu pembeda utama dari hidroponik
dibandingkan dengan sistem penanaman konvensional. Nutrisi pada hidroponik
yang digunakan Specta Farm adalah AB mix yang masing-masingnya
mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro yang dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman. Nutrisi yang digunakan Specta Farm berupa
campuran yang terdiri dari kalsium nitrat, kalium nitrat, dan BMX untuk nutrisi A
dan monokalium fosfat, amonium sulfat, dan magnesium sulfat untuk nutrisi B
serta tambahan NPK. Dalam penggunaan nutrisi untuk kangkung hidroponiknya
Specta Farm meracik sendiri takaran komposisi dari Nutrisi A dan Nutrisi B. Hal
tersebut dikarenakan untuk mendapatkan komposisi nutrisi sesuai kebutuhan,
selain itu juga dapat menghemat biaya.
6. Netpot
Netpot berfungsi layaknya penggunaan pot pada umumnya. Netpot
digunakan untuk meletakkan bibit dan media tanam di instalasi hidroponik.
Specta Farm menggunakan netpot yang berupa gelas plastik bekas air minum
mineral yang diberi lubang lubang kecil di bagian samping dan bawahnya. Posisi
netpot tergantung di pipa lubang tanam hidroponik, sehingga bagian akar tanaman
dapat menjulur keluar dari lubang-lubang kecil di netpot dan menyentuh larutan
nutrisi.
7. EC Meter
Salah satu kunci utama keberhasilan budidaya hidroponik adalah
mengetahui dengan pasti kadar nutrisi pada larutan nutrisi yang digunakan.
Kebutuhan nutrisi setiap jenis sayuran berbeda beda sehingga perlu diketahui
dengan pasti kadar nutrisi yang digunakan. Dalam penggunaannya EC meter
berfungsi untuk mengukur kadar nutrisi pada larutan nutrisi. Selain itu fungsi dari
EC meter juga dapat mengukur kepekatan suatu larutan nutrisi hidroponik. Nilai
EC meter yang menjadi acuan pemilik Specta Farm untuk nutrisi kangkung
hidroponiknya berkisar antara 1.5 mS/cm sampai 2.0 mS/cm.
40

8. pH Meter
Selain mengetahui kadar larutan nutrisi dengan pasti, pada budidaya
hidroponik penting juga untuk mengetahui pH air pada larutan nutrisi. pH air yang
ideal sesuai kebutuhan tanaman akan mendukung daya tumbuh tanaman dengan
baik, sedangkan pH larutan yang kurang ideal akan menyebabkan daya serap
tanaman terhadap nutrisi menuruh sehingga walaupun nutrisi yang diberikan pada
tanaman sudah sesuai tetapi tanaman tidak mampu menyerap nutrisi dengan
optimal. Tingkat pH yang digunakan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur
hara dan penyerapan nutrisi oleh tanaman. Tingkat pH air dan nutrisi untuk
kangkung hidroponik yang digunakan Specta Farm berkisar antara 5.5 hingga 6.5.
Tingkat pH harus sesuai karena apabila kekurangan atau kelebihan dapat
menyebabkan kekurangan maupun kelebihan nutrisi bagi tanaman sehingga akan
berdampak buruk bagi tanaman dan mendorong perkembangan penyakit jamur.
9. Peralatan Pendukung
Dalam menjalankan udaha budidaya hidroponik ada beberapa peralatan
pendukung yang harus dilengkapi diantaranya adalah sebagai berikut,
- Peralatan pendukung membuat instalasi
Ada beberapa peralatan pendukung yang dibutuhkan untuk membuat atau
membangun instalasi hidroponik seperti bor listrik, hole saw (pembuat lubang
pada pipa air untuk netpot), gergaji, penggaris, waterpass, dan sebagainya. Fungsi
dari beberapa peraatan pendukung ini adalah untuk memudahkan dalam
pembuatan instalasi hidroponik. Selain itu peralatan ini juga digunakan untuk
memperbaiki instalasi sarana pendukung lainnya yang mengalami kerusakan atau
kendala. Peralatan pendukung yang digunakan di Specta Farm dapat dilihat pada
Gambar 11.

(a) (b)
Gambar 11 (a) Mesin hole saw (b) Bor listrik

- Peralatan panen dan menyimpan sayuran


Peralatan lain yang dibutuhkan pada usaha budidaya kangkung hidroponk
adalah berbagai peralatan panen seperti keranjang plastik untuk mengumpulkan
dan mengangkut sayuran hasil panen ke tempat sortasi dan pengemasan, gunting
untuk memudahkan dalam melakukan sortasi, serta alat timbang untuk
menimbang berat kangkung yang telah di panen dan di sortasi sesuai dengan berat
yang diinginkan untuk tiap kemasan. Setelah pemanenan juga dibutuhkan
showcase atau alat pendingin untuk penyimpanan sementara hasil panen sebelum
41

diambil oleh konsumen. Selain menggunakan showcase, dapat juga disiapkan


ruangan yang menggunakan AC untuk menyimpan sementara hasil panen agar
tetap segar, terutama apabila kapasitas produksi cukup besar. Peralatan panen
kanglung hidroponik yang digunakan oleh Specta Farm dapat dilihat pada Gambar
12 berikut.

(a) (b)
Gambar 12 (a) Keranjang panen (b) Timbangan digital

d. Proses Produksi Kangkung Hidroponik


Proses produksi yang dilakukan adalah dimulai dengan mempersiapkan
benih kangkung hingga kangkung siap untuk dipanen serta perawatan peralatan
setelah panen. Proses produksi kangkung hidroponik di Specta Farm terdiri dari
beberapa tahap yaitu sebagai berikut :
1. Penyemain Benih (Fase I)
Tahap pertama dari budidaya kangkung hidroponik di Specta Farm adalah
melakukan penyemaian terhadap benih kangkung yang telah dipersiapkan.
Sebelum melakukan penyemaian benih, langkah awal yang harus dilakuakan
adalah benih yang telah disiapkan di rendam menggunakan air hangat terlebih
dahulu selama satu hari. Proses perendaman ini dilakukan agar benih menjadi
lunak dan mengeluarkan tunas, sehingga akan mempercepat dalam masa
penyemaian. Penyemaian bertujuan untuk memutus masa dorman dari benih
kangkung sehingga benih dapat pecah atau berkecambah dan tumbuh hingga
mengeluarkan tunas. Penyemaian dilakukan menggunakan media tanam rockwool
yang sudah di potong kecil menjadi ukuran tiga centimeter kali 2.5 centimeter
yang setiap potongannya berisi enam sampai delapan benih kangkung. Media
tanam rockwool yang sudah diisi benih kangkung kemudian di letakkan di atas rak
meja semai yang ada di dalam greenhouse. Penyemaian benih kangkung
dilakukan didalam greenhouse karena dalam masa penyemaian hingga menjadi
bibit, tanaman kangkung masih sangat rentan terhadap perubahan kondisi
lingkungan atau serangan hama dan penyakit. Benih kangkung yang sudah
disemai selanjutnya dilakukan penyiraman agar kondisi media tanam rockwool
tetap lembab. Penyiraman dilakukan dengan mengalirkan air menggunakan
pompa air yang telah dipersiapkan yang mengalir di dalam meja semai. Air yang
dialirkan ke media tanam mulai di campur dengan nutrisi dengan dosis rendah
pada saat umur tanam tiga hari saat benih kangkung sudah mulai berkecambah
dan mengeluarkan tunas. Proses penyemaian benih kangkung di Specta Farm
dapat dilihat pada Gambar 13.
42

(a) (b)
Gambar 13 (a) Benih berumur 1 hari (b) Benih berumur 5 hari

2. Pemindahan ke Rak Talang Bertingkat (Fase II)


Setelah tanaman sudah berumur lima sampai enam hari dan sudah memiliki
buah daun, bibit kangkung di pindahkan ke rak talang bertingkat fase II yang
berada di dalam greenhouse. Pada pemindahan ke rak talang bertingkat fase II ini
masih dilakukan di dalam greenhouse karena bibit kangkung belum terlalu kuat
dan masih sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Pemindahan bibit
ini dilakukan dengan cara memasukkan bibit yang di tanam di media rockwool ke
dalam netpot yang sudah dilubangi kecil di bagian bawah dan sampingnya.
Kemudian masukkan bibit yang sudah berada di dalam netpot ke dalama rak
talang bertingkat yang berada di dalam greenhouse. Pada pembesaran bibit di rak
talang bertingkat fase II ini juga dilakukan penyiraman dengan air yang sudah
dicampur dengan nutrisi yang dipompakan melalui selang kecil ke dalam pipa rak
talang bertingkat fase II. Pengaliran air dan nutrisi yang dilakukan pasa saat
pembesaran ini dilakukan selama 12 jam pada siang hari. Proses pembesaran
kangkung di rak talang bertingkat fase II dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Pembesaran kangkung fase II

3. Pemindahan ke Rak Talang Bertingkat (Fase III)


Kangkung dipindahkan ke rak talang bertingkat fase III untuk pembesaran
saat tanaman sudah berumur 10 hari. Tahapan pemindahannya hampir sama
dengan pemindahan dari fase I ke fase II, namun ukuran tanaman lebih besar dan
penempatannya berada di luar greenhouse serta penggunaan dosis nutrisi yang
lebih tinggi agar pertumbuhan kangkung lebih maksimal. Pemeliharaan rutin
penting dilakukan pada fase III ini karena pada fase pembesaran ini dilakukan di
luar greenhouse. Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga kemungkinan adanya
serangan hama dan melakukan penyemprotan tanaman menggunakan pestisida
nabati (alami) untuk mengatasi serangan hama dan mencegah serangan hama
43

selanjutnya. Proses pembesaran kangkung di rak talang bertingkat fase III dapat
dilihat pada Gambar 15 berikut.

Gambar 15 Pembesaran kangkung fase III

Proses budidaya kangkung hidroponik di Specta Farm dilakukan dengan


tiga tahapan di tempat yang berbeda karena dapat membuat jangka waktu panen
bisa lebih cepat. Perbandingannya adalah, apabila menanam di lahan
konvensional selama 25 hari hanya bisa menunggu proses panen terlebih dahulu,
selanjutnya dapat melakukan penanaman kembali. Namun, apabila ada tiga fase
tanam di rak hidroponik yang berbeda maka bisa melakukan kegiatan budidaya
yang berbeda. Saat bibit di rak hidroponik fase I (penyemaian) dipindahkan pada
saat umur lima hari ke rak hidroponik fase II (peremajaan), sudah dapat
melakukan penyemaian bibit kembali di rak hidroponik fase I (penyemaian). Pada
saat bibit di fase II dipindahkan ke rak hidroponik fase III (pembesaran), bibit di
rak hidroponik fase I dapat dipindahkan ke rak hidroponik fase II dan mulai
melakukan penyemaian kembali dan begitu seterusnya, sehingga pola tanam dan
panen menjadi rutin serta terjadwal dengan baik.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang kangkung hidroponik yang dibudidayakan
oleh Specta Farm adalah belalang. Hama belalang menyerang tanaman dengan
memakan bagian daun sehingga membuat penampilan daun menjadi rusak dan
tidak layak dipasarkan. Serangan yang tidak segera ditangani akan membuat daun
habis dan hanya menyisakan tulang daun. Dalam mengatasi serangan hama
belalang Specta Farm menggunakan insektisida hayati (alami). Penggunaannya
dengan cara disemprotkan ke tanaman sesuai dosis yang telah di tentukan.
Tanaman yang terserang hama dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Serangan Hama dan penyakit

Hama lain yang menyerang kangkung hidroponik adalah ulat, namun tidak
sebanyak serangan hama belalang. Hama ulat dapat ditangan dengan cara
44

menyemprot tanaman yang terserang menggunakan insektisida hayati (alami)


kemudian segera memusnahkan ulat yang ada pada sayuran. Pencegahan serangan
lebih lanjutdilakukan dengan cara segera membuang ulat apabila terdapat tanda
tanda serangan ulat pada daun. Berdasarkan hasil wawancara, kangkung
hidroponik yang dibudidayakan Specta Farm, hampir tidak ada kangkung yang
terkena serangan penyakit. Perawatan tanaman secara intensif terutama pemberian
nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kandungan kalsium yang tinggi
membuat sel daun menjadi rapat dan tidak mudah ditembus jamur ataupun bakteri
penyebab muncuknya penyakit pada kangkung.
5. Pemanenan
Proses pemanenan kangkung di Specta Farm dilakukan sekali dalam dua
hari ketika produk kangkung diambil oleh konsumen. Pemanenan kangkung dapat
berlangsung cepat karena adanya penerapan pola tanam dengan tiga fase yang
dilakukan oleh Specta Farm, sehingga proses pemanenan kangkung dapat
dijadwalkan. Pemanenan kangkung hidroponik dapat dilakukan sesuai umur
panen tanaman atau dapat disesuaikan berdasarkan permintaan pasar. Permintaan
kangkung baby dengan ukuran panjang kangkung rata-rata 25 centimeter pada
saat umur tanaman 15 hari, sedangkan untuk pemanenan kangkung dengan ukuran
panjang 40 centimeter sampai 45 centimeter dilakukan pada saat umur tanaman
21 hari. Selanjutnya kangkung yang sudah di panen dibawa ke tempat sortasi dan
pengemasan. Sortasi dilakukan dengan memotong daun-daun kecil di bagian
bawah tanaman agar terlihat lebih rapi dan bersih, jika daun-daun kecil tersebut
tidak dipotong maka nantinya akan berubah warna menjadi agak kekuningan.
Rockwoll yang menempel di bagian akar tanaman dibersihkan, namun tidak
seluruhnya karena dengan adanya sisa rockwoll menjadi salah satu ciri dari
sayuran hidroponik. Selanjutnya dilakukan penimbangan kangkung sesuai dengan
permintaan dan kemudian di kemas menggunakan kemasan plastik dengan ukuran
250 gram, 500 gram, dan satu kilogram per kemasannya. Kangkung yang telah di
kemas dalam wadah siap didistribusikan atau di ambil sendiri oleh konsumen.
Apabila kangkung yang sudah dikemas belum di distribusikan, lakukan
penyimpanan kangkung di dalam showcase (pendingin) agar kesegaran dari
kangkung dapat terjaga. Proses pemanen kangkung dapat dilihat pada Gambar 17.

(a) (b) (c)


Gambar 17 (a) Kangkung siap panen (b) Proses pemanenan kangkung (c) Proses
penyortiran

e. Pemeliharaan Peralatan Hidroponik


Pemeliharaan atau perawatan terhadap peralatan hidroponik perlu dilakukan
rutin agar perlengkapan hidroponik yang digunakan dapat bertahan lebih lama dan
45

proses budidaya berjalan dengan baik. Perawatan yang dilakukan oleh Specta
Farm berupa penggantian plastik UV dari greenhouse apabila ada kebocoran, dan
membersihkan pipa-pipa instalasi secara rutin pada satu atau dua bulan sekali.
Pemeliharaan peralatan dilakukan sendiri oleh tenaga ahli Specta Farm yang
sudah diberikan pelatihan terlebih dahulu tentang budidaya dengan sistem
hidroponik dan bagaimana cara pemeliharaannya. Pemeliharaan terhadap pipa-
pipa instalasi dilakukan dengan cara membersihkan lumut yang tumbuh di dalam
pipa, apabila tidak dibersihkan rutin, lumut akan semakin banyak dan dapat
menyerap nutrisi.
Penanggulangan agar lumut tidak mudah tumbuh, pada budidaya hidroponik
sebaiknya memperkecil luas areal larutan nutrisi yang terkena sinar matahari agar
tidak muncul lumut. Oleh karena itu Specta Farm menggunakan instalasi berupa
pipa air berbentuk bulat yang akan lebih efektif menekan pertumbuhan lumut
karena hanya sedikit bagian dalam dari pipa yang bersentuhan dengan nutrisi yang
terkena sinar matahari secara langsung. Pemeliharaan lainnya pada budidaya
hidroponik adalah mengecek secara berkala instalasi saluran nutrisi yang
mengalirkan nutrisi dari bak penampung nutrisi ke tanaman ataupun saluran
nutrisi yang mengalirkan nutrisi dari tanaman kembali ke bak penampung nutrisi.
Apabila ada salah satu saluran yang tersumbat, maka harus segera di perbaiki agar
tanaman tidak kekurangan nutrisi. Perawatan juga dilakukan terhadap mesin
pompa air dengan melakukan pengecekan ulang apakah pompa air masih
berfungsi dengan baik, sehingga dalam mengalirkan nutrisi dapat berjalan lancar.
f. Kapasitas Produksi
Specta Farm menggunakan konsep instalasi vertikultur rak talang bertingkat
dalam proses budidaya kangkung hidroponiknya. Alasan utama Specta Farm
memilih konsep ini adalah adanya peningkatan kapasitas produksi dibandingkan
dengan instalasi horizontal atau datar. Melalui konsep instalasi vertikultur rak
talang bertingkat ini, dengan luasan lahan yang sama akan memberikan hasil
panen yang lebih banyak dibandingkan instalasi hidroponik horizontal. Artinya
pemanfaatan lahan yang digunakan menjadi lebih maksimal, sehingga hasil dari
produksi kangkung hidroponik dapat memenuhi target produksi minimum
perusahaan. Dalam memproduksi kangkung hidroponik, Specta Farm
memproduksi kangkung sesuai dengan permintaan dari konsumen. Specta Farm
memiliki rak talang bertingkat fase III untuk pembesaran hingga pemanenan
kangkung sebanyak 32 unit. Rak talang bertingkat fase III ini memiliki jumlah
lubang tanam sebanyak 1 272 per unitnya, sehingga total lubang tanam pada rak
talang bertingkat fase III adalah sebanyak 40 704 lubang tanam. Untuk
menghasilkan kangkung baby dengan ukuran panen 25 centimeter sebanyak satu
kilogram didapatkan dari 40 buah netpot atau lubang tanam, sedangkan kangkung
dengan ukuran 35 centimeter sampai 40 centimeter sebanyak satu kilogram
didapatkan dari 14 buah netpot atau lubang tanam. Satu unit instalasi rak talang
bertingkat mampu menghasilkan kangkung siap panen kurang lebih sebanyak 32
kilogram untuk kangkung dengan ukuran panen 25 centimeter dan 91 kilogram
untuk kangkung dengan ukuran panen 35 centimeter sampai 40 centimeter per
sekali panennya. Saat ini kapasitas dari instalasi hidroponik yang dimiliki Specta
Farm mampu memproduksi kangkung kurang lebih sebanyak 1 018 kilogram
untuk kangkung dengan ukuran panen 25 centimeter dan 2 907 kilogram untuk
kangkung dengan ukuran panen 35 centimeter sampai 40 centimeter per sekali
46

panennya. Dengan adanya ketentuan tersebut, sehingga untuk menghasilkan


kangkung sesuai dengan permintaan konsumen tinggal mengkalkulasikan jumlah
netpot atau lubang tanam dengan jumlah permintaan konsumen.

Hasil Analisis Aspek Teknis


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap pemilik dari Specta
Farm, proses produksi yang dijalankan dilakukan dengan baik dan sesuai standar
produksi kangkung hidroponik pada umumnya. Proses produksi dilakukan
berdasarkan alur produksi yang sudah sesuai dengan layout produksi yang
tersedia. Hasil dari analisis aspek teknis di Specta Farm bisa dilihat pada tabel
penilaian skor kelayakan aspek teknis berikut (Tabel 16).

Tabel 16 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek teknis


Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Lokasi usaha sudah strategis dan terjangkau oleh √
pasar
2 Jarak dari lokasi usaha ke target pasar dapat √
terjangkau
3 Tersedianya sumber air dan listrik √
4 Tersedianya sarana transportasi untuk distribusi √
5 Pemasok bahan baku untuk greenhouse dan √
instalasi hidroponik dari dalam negri atau impor
6 Pemasok bahan baku input (benih, nutrisi, pupuk, √
dan sebagainya) dari dalam negri atau impor
7 Harga bahan baku (instalasi hidroponik, √
greenhouse, benih kangkung, pupuk, nutrisi, dan
sebagainya) sesuai dengan harga pasaran
8 Pembangunan dan pengaplikasian instalasi √
hidroponik mudah dilaksanakan
9 Adanya pemeliharaan terhadap instalasi hidroponik √
10 Pembangunan greenhouse mudah dilaksanakan √
11 Adanya pemeliharaan terhadap greenhouse √
12 Proses produksi sudah sesuai standar dan mudah √
untuk dilakukan
13 Pemanenan dilakukan sesuai dengan prosedur yang √
telah ditentukan
14 Jumlah produksi mampu memenuhi target minimum √
perusahaan
15 Kapasitas produksi mampu memenuhi permintaan √
16 Adanya pelatihan untuk tenaga kerja √
17 Layout atau tata letak greenhouse dan instalasi √
hidroponik sudah tersedia dan sesuai
18 Tersedianya peralatan dan teknologi √
Total Skor 84
Rata-rata 4.67
Persentase Kelayakan 93.4%
47

Dalam pelaksanaan berdasarkan aspek teknis, dapat disimpulkan banwa


Specta Farm tidak memiliki kendala yang dapat menghambat dalam
melaksanakan budidaya kangkung hidroponiknya. Pemilihan lokasi usaha, tata
letak (layout) produksi, persiapan peralatan dan teknologi produksi, proses
produksi kangkung hidroponik, pemeliharaan peralatan hidroponik, dan kapasitas
produksi sangat mendukung Specta Farm dalam menjalankan usaha kangkung
hidroponik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis aspek teknis pada Tabel
16 diperoleh nilai rata-rata skor kelayakan sebesar 4.67. Setelah dilakukan
perhitungan, maka didapatkan persentase kelayakan pada aspek teknis sebesar
93.4 persen. Nilai persentase yang diperoleh dikategorikan kedalam rentang skala
tingkat kelayakan yang layak. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan
usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm layak untuk
dijalankan berdasarkan aspek teknis.

Aspek Manajemen dan Hukum


Analisis dalam aspek manajemen dan hukum ada beberapa hal yang perlu
dikaji untuk mengetahui kelayakannya. Aspek manajemen dalam hal ini mengkaji
tentang bentuk badan usaha, struktur organisasi, job description, dan kebutuhan
tenaga kerja. Sedangkan pada aspek hukum mengkaji tentang kelengkapan dan
keabsahan dokumen usaha yang berisis surat perizinan usaha, serta pembayaran
pajak dalam menjalankan usahanya.
a. Manajemen
Specta Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian
hidroponik dengan manajemen yang masih sederhana. Aspek manajemen di
Specta Farm meliputi fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan produksi, dan pengendalian serta pemeliharaan.
Usaha yang dijalankan olek pemilik Specta Farm belum memilik bentuk badan
usaha, namun di kategorikan kedalam UMKM. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan, alasan pemilik Specta Farm belum membentuk usaha yang
dijalankannya kedalam bentuk badan usaha karena adanya keterbatasan
sumberdaya manusia, dan masih menggunakan manajemen terstruktur yang
sederhana. Meskipun menggunakan manajemen yang masih sederhana, namun
keorganisasian di Specta Farm dapat berjalan dengan lancar. Selain itu dengan
adanya pembagian pekerjaan untuk masing-masing jenis pekerjaan dan tenaga
kerja di tuntut untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukannya,
maka proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Struktur organisasi di Specta
Farm terdiri dari manajer kebun, tenaga ahli hidroponik, tenaga penanaman,
tenaga administrasi, dan tenaga keamanan. Bagan struktur organisasi di Specta
Farm dapat dilihat pada Gambar 18 berikut ini.

Manajer
Kebun

Tenaga Ahli Tenaga Tenaga Tanaga


Hidroponik Penanaman Administrasi Keamanan

Gambar 18 Struktur organisasi Specta Farm


48

Tenaga kerja yang di pekerjakan di Specta Farm berasal dari masyarakat


setempat yang berada di sekitar lokasi usaha. Untuk setiap masing-masing jenis
pekerjaan, tenaga kerja telah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu agar tidak
terjadi kesalahan atau kendala dalam proses berjalannya usaha. Selain itu pemilik
Specta Farm juga melakukan pengawasan terhadap kinerja dari tenaga kerjanya
agar keberlangsungan usaha dapat berjalan dengan lancar. Dalam menjalankan
usaha, Specta Farm memiliki pembagian kerja dengan mempekerjakan 17 orang
tenaga kerja dengan bagian masing-masingnya dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Job description di Specta Farm


Jabatan Jumlah (orang) Job description
Manajer Kebun 1 - Mengelola jalannya usaha
Tenaga Ahli Hidroponik 2 - Pembangunan dan perawatan
greenhouse
- Pembangunan dan perawatan
instalasi hidroponik
Tenaga penanaman 11 - Melakukan kegiatan produksi
mulai dari penanaman hingga
pengemasan
Tenaga Administrasi 1 - Mengelola keuangan dan
administrasi perusahaan
Tenaga keamanan 2 - Menjaga keamanan di sekitar
lokasi usaha

b. Hukum
Specta Farm merupakan badan usaha persorangan yang mulai menjalankan
usaha kangkung hidroponik pada tahun 2015. Dari awal pendirian usaha Specta
Farm hanya memiliki izin dari kelurahan setempat untuk menjalankan usaha
kangkung hidroponik. Pemilik Specta Farm belum mengurus perizinan yang legal
seperti izin tempat usaha, tanda daftar prusahaan, surat izin usaha industri, izin
mendirikan bangunan dan sebagainya untuk mendapatkan sertifikat resmi dalam
menjalankan usahanya. Specta Farm belum mengurus perizinan yang legal karena
usaha yang dijalankannya belum berbentuk badan usaha atau perusahaan dan
skala usaha yang dijalankan masih berskala usaha mikro kecil menengah
(UMKM). Dalam pembayaran pajak Specta Farm juga belum terdaftar untuk
membayar pajak seperti pajak bumi dan bangunan, dan pajak penghasilan usaha.
Pemilik Specta Farm hanya membayar pajak pribadi dan pajak kendaraan yang
digunakan untuk distribusi.

Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap pemilik usaha, Specta
Farm sudah melakukan usaha dengan menggunakan manajemen usaha yang
terstruktur meskipun masih bersifat sederhana. Namun ada beberapa variabel yang
belum dapat dipenuhi oleh Specta Farm seperti perizinan usaha dan pembayaran
pajak. Hasil dari analisis aspek manajemen dan hukum di Specta Farm dapat
dilihat pada tabel penilaian skor kelayakan aspek manajemen dan hukum berikut
(Tabel 18).
49

Tabel 18 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek manajemen dan hukum
Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Adanya struktur organisasi perusahaan √
2 Tersedianya tenaga kerja untuk masing-masing jenis √
pekerjaan
3 Adanya pengawasan terhadap kualitas kerja √
karyawan
4 Adanya manajemen yang terstruktur dalam operasi √
5 Tersedianya pembagian pekerjaan (job description) √
6 Usaha yang dijalankan sudah berbentuk badan √
usaha
7 Adanya surat mendirikan atau menjalankan usaha √
8 Perusahaan selalu membayar PBB √
9 Perusahaan selalu membayar pajak penghasilan √
usaha
10 Perusahaan memiliki sertifikat dan IMB √
Total Skor 35
Rata-rata 3.5
Persentase Kelayakan 70%

Dalam pelaksanaan berdasarkan aspek manajemen dan hukum, dapat


disimpulkan banwa Specta Farm masih tetap layak untuk dijalankan meskipun ada
beberapa kriteria kelayakan yang belum mampu di penuhi oleh Specta Farm.
Kriteria yang belum mampu dipenuhi oleh Specta Farm diantaranya adalah, masih
belum adanya surat perizinan yang legal terhadap usaha yang dijalankan, sehingga
hal tersebut berimbas kepada tidak adanya pajak yang dibayarkan baik itu pajak
bumi dan bangunan maupun pajak penghasilan usaha. Selain itu Specta Farm juga
belum berbentuk badan usaha sehingga dalam kepengurusan izin dan
mendapatkan sertifikat masih belum bisa diproses. Beberapa kriteria yang lainnya
seperti struktur organisasi, job description, pengawasan kinerja karyawan dan
sebagainnya sudah dimiliki oleh Specta Farm, namun masih bersifat sederhana.
Meskipun masih bersifat sederhana, namun Specta Farm mampu mengorganisir
kegiatan produksi kangkung hidroponiknya dengan baik. Hasil dari analisis
kelayakan aspek manajemen dan hukum dapat dilihat pada Tabel 18 dengan nilai
rata-rata skor kelayakan yang diperoleh adalah sebesar 3.5. Setelah dilakukan
perhitungan, maka didapatkan persentase kelayakan pada aspek manajemen dan
hukum adalah sebesar 70 persen. Nilai persentase yang diperoleh dikategorikan
kedalam rentang skala tingkat kelayakan yang layak. Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat dikatakan usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta
Farm masih tetap layak untuk dijalankan berdasarkan aspek manajemen dan
hukum meskipun ada beberapa kriteria yang belum mampu dipenuhi.

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Aspek sosial, ekonomi, dan budaya berkaitan dengan seberapa besar
dampak usaha terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan disekitar lokasi
usaha. Pada aspek sosial dilihat apakah adanya penambahan kesempatan kerja
atau pengurangan pengangguran bagi masyarakat sekitar dan bagaimana pengaruh
50

bisnis terhadap lingkungan seperti adanya penerangan listrik, perbaikan jalan dan
sarana lainnya. Aspek ekonomi yang di nilai adalah apakah bisnis dapat memberi
peluang peningkatan pendapatan masyarakat, dan penambahan aktifitas ekonomi
di daerak sekitar lokasi uasaha. Sedangkan untuk aspek budaya yang dinilai
adalah apakah dengan adanya perubahan teknologi yang dilakukan oleh usaha
dapat secara budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat.
Berikut merupakan rincian dari hasil analisis aspek sosial, ekonomi, dan budaya.
a. Sosial
Pada aspek sosial mengkaji bagaimana respon yang diberikan masyarakat
setelah usaha dijalankan. Pelaksanaan budidaya kangkung hidroponik oleh Specta
Farm memberikan dampak sosial yang poitif bagi masyarakat sekitar lokasi usaha.
Usaha yang dijalankan oleh Specta Farm mampu memberikan pendapatan
tambahan bagi masyarakat sekitar lokasi usaha dengan mempekerjakan tenaga
kerja yang berasal dari daerah sekitar lokasi usaha. Dengan demikian Specta Farm
telah membantu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Selain
itu Specta Farm juga melakukan penambahan dan perbaikan sarana dan prasarana
di sekitar lokasi usaha seperti menambah penerangan jalan, dan ikut membantu
perbaikan jalan sekitar lokasi usaha yang mengalami kerusakan. Dengan adanya
kegiatan tersebut masyarakat sekitar lokasi usaha merasa memeilik hubungan dan
ikatan sosial yang semakin baik dan kuat. Masyarakat sekitar lokasi uasaha sangat
menerima dan mendukung kegiatan usaha yang dijalankan karena adanya efek
timbal balik manfaat yang telah diberikan oleh Specta Farm.
b. Ekonomi
Secara aspek ekonomi, dampak yang diberikan oleh usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dilihat dari peningkatan
pendapatan masyarakat yang menjadi tenaga kerja pada usaha kangkung
hidroponik tersebut. Selain itu dengan adanya usaha, masyarakat juga ada yang
mulai membuka warung makan di dekat lokasi usaha, sehingga aktifitas ekonomi
masyarakat setempat menjadi bertambah. Usaha ini membantu perekonomian
karena dapat menigkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan
kerja, sehingga membantu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Adanya usaha ini juga dapat mendukung program pemerintah dalam rangka
memajukan perekonomian daerah, karena adanya pengurangan jumlah
pengangguran di daerah tersebut. Selain itu pemilik Specta Farm juga membantu
para petani plasma setempat dalam memasarkan hasil panennya, sehingga dengan
demikian pendapatan petani dapat lebih meningkat karna harga yang diperoleh
lebih tinggi dari pada petani menjual hasil panennya kepada pengepul.
c. Budaya
Perubahan budaya yang positif juga diterima bagi oleh masyarakat setempat
terutama yang berprofesi sebagai petani karena dapat menambah pengetahuan
tentang perkembangan teknolgi dalam dunia pertanian. Pemilik Specta Farm juga
melakukan pelatihan gratis bagi petani plasma tentang sistem budidaya tanaman
secara hidroponik, sehingga pengetahuan dan wawasan dari petani dapat
berkembang. Dengan adanya binaan yang dilakukan oleh Specta Farm, pemikiran
masyarakat menjadi berkembang dengan mengetahui teknik pola tanam atau
metode bercocok tanam secara hidroponik. Beberapa petani binaan Specta Farm
sudah mulai beralih dari pertanian secara konvensional menjadi bercocok tanam
secara hidroponik dengan adanya pelatihan tersebut.
51

Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap pemilik dari Specta
Farm, maka hasil dari analisis aspek sosial, ekonomi, dan budaya di Specta Farm
bisa dilihat pada tabel bobot skor penilaian aspek sosisal, ekonomi, dan budaya
berikut (Tabel 19).

Tabel 19 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek sosial, ekonomi, dan
budaya
Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Adanya dampak positif usaha terhadap masyarakat √
sekitar lingkungan usaha
2 Usaha diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar √
lokasi usaha
3 Adanya perubahan sarana dan prasarana disekitar √
lingkungan lokasi usaha
4 Adanya penambahan kesempatan kerja bagi √
masyarakat sekitar lokasi usaha
5 Adanya peningkatan pendapatan masyarakat akibat √
adanya usaha
6 Adanya perubahan budaya yang positif √
Total Skor 29
Rata-rata 4.83
Persentase Kelayakan 96.6%

Dalam pelaksanaan berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dapat


disimpulkan banwa Specta Farm tidak memiliki kendala yang dapat menghambat
dalam melaksanakan budidaya kangkung hidroponik. Usaha yang dijalankan
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar. Dengan keberadaan usaha,
dapat membuka lapangan kerja, mengurangi tingkat pengangguran, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Usaha yang dijalankan Specta Farm juga
memiliki dampak positif dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil analisis aspek sosial, ekonomi, dan budaya pada
Tabel 19 diperoleh nilai rata-rata skor kelayakan sebesar 4.83. Setelah dilakukan
perhitungan, maka diperoleh persentase kelayakan pada aspek sosial, ekonomi
dan budaya sebesar 96.6 persen. Nilai persentase yang diperoleh dikategorikan
kedalam rentang skala tingkat kelayakan yang layak. Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat dikatakan usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta
Farm layak untuk dijalankan berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya.

Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan berkaitan dengan bagaimana pengaruh dari usaha yang
dijlankan terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan
lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Selain dampak terhadap
lingkungan, keamanan lingkungan disekitar lokasi usaha juga dibutuhkan agar
keberlangsungan usaha dapat berjalan dengan lancar. Pada aspek lingkungan juga
dinilai apakah usaha yang dijalankan menghasilkan limbah dan apakah ada
pengolahan dari limbah yang dihasilkan tersebut.
52

Analisis aspek lingkungan dari usaha kangkung hidroponik yang dijalankan


oleh Specta Farm menunjukkan bahwa keamanan di sekitar lokasi usaha dapat
terjaga dengan adanya petugas keamanan sebanyak 2 orang, sehingga
keberlangsungn usaha berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya, usaha
kangkung hidroponik menghasilkan limbah, namun tidak ada dampak negatif bagi
lingkungan sekitar karena adanya penanggulangan limbah yang tepat. Limbah
yang dihasilkan berupa limbah padat yang berasal dari sisa-sisa potongan
rockwool dan potongan daun sayuran kecil pada saat penyortiran serta sayuran
busuk. Limbah dari sisa potongan rockwool dikumpulkan pada setiap kali panen
kedalam tong sampah. Potongan rockwool tersebut dibuang dan diangkut oleh
mobil pengangkut sampah dalam seminggu sekali, sehingga tidak menghasilkan
dampak yang merugikan bagi lingkungan.
Pengolahan limbah juga dilakukan terhadap sisa potongan daun sayuran
kecil pada saat penyortiran dan sayuran yang bususk. Pengolahan limbah
dilakukan dengan cara mengubah potongan daun dan sayuran yang busuk tersebut
menjadi pupuk kompos cair dan pupuk kompos padat. Limbah dari potongan daun
dan sayuran busuk dicampur ke dalam satu buah tong besar yang pada bagian
bawahnya sudah diberi lubang dan disambung dengan selang kecil. Kemudian
limbah tersebut dicampur dengan cairan IM 5 yang merupakan perpaduan dari
gula jawa sebagai bakteri dan air kelapa sebagai media berkembangnya bakteri.
Selanjutnya tong di tutup rapat untuk menghindari bau yang kurang sedap dari
hasil pencampuran tersebut dan dibiarkan selama kurang lebih dua minggu.
Setelah kurang lebih dua minggu selang kecil tersebut dibuka dan akan
mengeluaran cairan yang berupa pupuk kompos cair. Pupuk kompos cair tersebut
diguakan sebagai tambahan nutrisi untuk penanaman kangkung hidroponik,
sehingga dapat mengurangi biaya dalam penggunaan pupuk. Pupuk kompos padat
diperoleh dari sisa campuran limbah yang ada di dalam tong dan digunakan
sebagai pupuk untuk tanaman lainnya. Dari proses pengolahan limbah tersebut
maka tidak ada limbah yang terbuang sia-sia dan tidak mencemari lingkungan
serta menjadi nilai tambah bagi usaha kangkung hidroponik yang dijalankan.
Tempat pengolahan limbah di Specta Farm dapat dilihat pada Gambar 19 berikut.

Gambar 19 Tempat pengolahan limbah

Hasil Analisis Aspek Lingkungan


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pemilik usaha, Specta
Farm sudah melakukan pengolahan terhadap limbah yang di hasilkan oleh usaha
kangkung hidroponik yang di jalankan, serta tidak memberikan dampak negatif
bagi lingkungan sekitar. Hasil dari analisis aspek lingkungan di Specta Farm dapat
dilihat pada tabel penilaian skor kelayakan aspek lingkungan berikut (Tabel 20).
53

Tabel 20 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek lingkungan


Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Keamanan lingkungan sekitar lokasi usaha dapat √
terjaga
2 Adanya dampak usaha terhadap lingkungan (positif √
atau negatif)
3 Usaha menghasilkan limbah baik padat, cair √
maupun gas namun tidak mencemari lingkungan
4 Adanya tempat pembuangan limbah tersendiri yang √
tidak mencemari lingkungan
5 Adanya pengolahan limbah usaha √
Total Skor 22
Rata-rata 4.4
Persentase Kelayakan 88%

Dalam pelaksanaan berdasarkan aspek lingkungan, dapat disimpulkan


bahwa Specta Farm tidak memiliki kendala yang dapat menghambat dalam
melaksanakan budidaya kangkung hidroponiknya. Usaha yang dijalankan tidak
memiliki dampak negatif dan tidak mencemari lingkungan. Usaha tidak
menghasilkan limbah yang berbahaya dan tidak memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan sekitar. Limbah yang dihasilkan juga tidak mencemari
lingkungan karena dilakukan penangan dan pengolahan yang tepat. Pengolahan
limbah menghasilkan pupuk kompos cair dan padat yang merupakan nilai tambah
bagi Specta Farm karena digunakan lagi dalam proses budidaya. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil analisis aspek lingkungan pada Tabel 20 diperoleh nilai
rata-rata skor kelayakan sebesar 4.4. Setelah dilakukan perhitungan, maka
didapatkan persentase kelayakan pada aspek lingkungan sebesar 88 persen. Nilai
persentase yang diperoleh dikategorikan kedalam rentang skala tingkat kelayakan
yang layak. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm layak untuk dijalankan berdasarkan
aspek lingkungan.

Rangkuman Hasil Analisis Aspek Non Finansial


Hasil analisis kelayakan dari aspek non finansial usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm secara umum dapat dinyatakan
layak untuk dijalankan. Analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran dikataa
layak, karena Specta Farm sudah mampu memenuhi permintaan konsumen,
namun ada beberapa permintaan yang datang tidak dapat diterima oleh Specta
Farm karena sudah adanya kontrak kerja sama dengan pihak lain. Specta Farm
sudah memiliki target pasar yang tetap dan menggunaka strategi bauran
pemasaran (4P) dalam proses memasarkan produknya. Analisis pada aspek teknis
dinyatakan layak karena lokasi usaha berada di tempat yang strategis dan dekat
dengan target pasar. Proses produksi dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah
berpengalaman dan diberi pelatihan tentang bercocok tanam secara hidroponik.
Analisis aspek manajemen dan hukum Specta Farm sudah memeiliki struktur
organisasi meskipun masih bersifat sederhada serta adanya pembagian kerja (job
description) dan pengawasan untuk masing-masing jenis pekerjaan.
54

Ada beberapa kriteria yang harus diperbaiki atau dilengkapi oleh Specta
Farm seperti perizinan yang legal dari badan hukum yang terkait dan pembayaran
pajak bumi dan bangunan serta pajak penghasilan usaha. Namun secara
keseluruhan usaha kangkung hidroponik sudah layak untuk dijalankan
berdasarkan aspek manajemen dan hukum. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya
dikatakan layak karena adanya kegiatan usaha dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat sekitar lokasi usaha seperti, membuka lapangan kerja, meningkatkan
perekonomian masyarakat dan daerah sertamampu menjalin hubungan baik
dengan masyarakat sekitar lokasi usaha. Pada aspek lingkungan, usaha yang
dijalankan juga dapat dikatakan layak karena keamanan sekitar lokasi usaha dapat
terjaga, serta limbah yang dihasilkan dapat diolah kembali untuk menjadi
tambahan nutrisi pada pembudidayaan kangkung hidroponik, sehingga dampak
dari limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan, namun justru menjadi
nilai tambah bagi perusahaan. Hasil analisis kelayakan aspek non finansial secara
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 21 berikut.

Tabel 21 Hasil analisis kelayakan aspek non finansial


Keterangan Rata-rata Persentase tingkat
Aspek
Tidak layak Layak skor kelayakan
Pasar dan √ 4.5 90%
Pemasaran
Teknis √ 4.67 93.4%
Manajemen dan √ 3.5 70%
hukum
Sosial, ekonomi, √ 4.83 96.6%
dan budaya
Lingkungan √ 4.4 88%

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lina
(2013) dan Nuning (2010) yang menjelaskan bahwa pada aspek non finansial,
yang diteliti adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dan aspek lingkungan. Namun
ada beberapa kriteria yang tidak di teliti oleh Lina (2013) dan Nuning (2010) yaitu
aspek hukum dan aspek budaya. Secara keseluruhan berdasarkan aspek non
finansial usaha yang dijalankan dapat dikatakan layak. Selain itu perbedaan
mendasar yang peneliti lakukan dengan penelitian terdahulu adalah adanya
pemberian bobot skor penilaian kelayakan pada setiap aspeknya. Sehingga dapat
menggambarkan lebih rinci kelayakan pada aspek non finansial secara
keseluruhan dan tidak hanya berdasarkan penilaian subjektif.

Analisis Aspek Finanasial

Analisis aspek finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha


berdasarkan perhitungan pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh dari
dijalankannya suatu usaha. Analisis aspek finansial berkaitan dengan perhitungan
keuangan terperinci untuk mengetahui apakah secara finansial usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan Specta Farm layak di jalankan atau tidak. Perhitungan
analisis kelayakan aspek finansial berupa, berapa jumlah dana yang dibutuhkan
55

untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan usaha kangkung hidroponik


berdasarkan sumber modal yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Specta Farm menjalankan usahanya dengan sumber modal yang berasal
dari modal sendiri. Hal yang akan dikaji dalam aspek finasial adalah aliran arus
kas (cashflow), dan laporan laba rugi berdasarkan kriteria investasi yang terdiri
dari NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio), IRR (Internal
Rate of Return), dan PP (Payback Periode).

Proyeksi Arus Kas (Cashflow)


Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan
gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Arus kas dalam
penelitian ini di proyeksikan selama 10 tahun sesuai dengan umur ekonomis dari
greenhouse. Tingkat DR (discount rate) yang digunakan yaitu lima persen,
berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri karena menggunakan
sumber modal dari modal sendiri.

Arus Penerimaan (Inflow)


Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari
suatu usaha. Inflow pada usaha kangkung hidroponik bersumber dari hasil
penjualan kangkung. Nilai sisa juga dihitung sebagai penerimaan di akhir umur
usaha. Jumlah produksi kangkung di asumsikan sama setiap bulannya dengan pola
tanam yang sudah diatur dan di sesuaikan dengan awal berjalannya usaha
kangkung hidroponik pada awal tahun 2015.
1. Penerimaan penjualan
Nilai penerimaan pada usaha kangkung hidroponik diperoleh dari nilai
penjualan yang dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga
jual kangkung pada satu periode dan dikonversikan dalam satu tahun.
Pembangunan sarana dan prasaran produksi kangkung dimulai pada bulan januari
2015 dengan waktu pengerjaan selama dua bulan. Penanaman kangkung
hidroponik dimulai pada bulan maret 2015. Jumlah produksi kangkung pada awal
periode yaitu 1.5 ton perminggunya, jika di akumlasikan dalam satu bulan yaitu
sebesar enam ton kangkung per bulan. Produksi kangkung diasumsikan konstan
dan diproyeksikan sama untuk tahun-tahun berikutnya berdasarkan jumlah
produksi pada tahun pertama yaitu sebesar enam ton setiap bulannya. Sehingga
pada tahun pertama total produksi kangkung adalah sebesar 60 000 kilogram dan
pada tahun ke dua hingga tahun ke sepuluh adalah sebesar 72 000 kilogram per
tahunnya. Harga jual dari produk kangkung yaitu Rp 20 000 per kilogram. Harga
tersebut diperoleh dari kesepakatan kontrak antara Specta Farm dengan
konsumen. Nilai penerimaan yang dihasilkan dari penjualan kangkung oleh
Specta Farm dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Nilai penerimaan kangkung hidroponik


Produksi Per Tahun
Tahun Harga(Rp) Penerimaan (Rp)
(Kg)
1 60 000 20 000 1 200 000 000
2 72 000 20 000 1 440 000 000
3 72 000 20 000 1 440 000 000
4 72 000 20 000 1 440 000 000
56

Tabel 22 Nilai penerimaan kangkung hidroponik (lanjutan)


Produksi Per Tahun
Tahun Harga(Rp) Penerimaan (Rp)
(Kg)
5 72 000 20 000 1 440 000 000
6 72 000 20 000 1 440 000 000
7 72 000 20 000 1 440 000 000
8 72 000 20 000 1 440 000 000
9 72 000 20 000 1 440 000 000
10 72 000 20 000 1 440 000 000

Pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa produksi dan penerimaan kangkung


hidroponik pada tahun pertama lebih rendah dibandingkan tahun-tahun
selanjutnya. Nilai produksi dan penerimaan yang lebih rendah disebabkan
produksi kangkung baru di mulai pada bulan ke tiga di tahun 2015. Bulan pertama
dan bulan kedua digunakan untuk proses pembangunan sarana dan prasarana
seperti greenhouse, instalasi hidroponik dan kebutuhan-kebutuhan usaha lainnya
dari usaha kangkung hidroponik.
2. Nilai Sisa (Salvage Value)
Penerimaan yang di dapatkan dari usaha kangkung hidroponik selain
penjualan produk adalah nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai barang atau
peralatan yang tidak terpakai habis selama umur usaha dan masih memiliki nilai
jual. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara mentaksir nilai barang di akhir
umur ekonomis suatu barang. Nilai sisa tersebut menjadi tambahan manfaat
penerimaan bagi usaha disaat akhir umur usaha. Nilai sisa usaha kangkung
hidroponik yaitu nilai biaya investasi yang belum habis terpakai hingga akhir
tahun ke 10 usaha dan dimasukkan ke dalam arus penerimaan di tahun akhir
usaha. Nilai sisa diperoleh dari beberapa komponen investasi yang terdiri dari
harga awal pembelian lahan, bak nutrisi, gelas ukur, cutter, gunting, dan mobil
pickup. Rincian nilai sisa pada usaha kangkung hidroponik dapat dilihat pada
Tabel 23.

Tabel 23 Nilai sisa usaha kangkung hidroponik


Umur
Investasi Nilai Beli (Rp) Umur Sisa Nilai Sisa (Rp)
Ekonomis
Lahan 1 600 000 000 - - 1 600 000 000
Box panen 2 400 000 3 2 1 600 000
Bak nutrisi 300 000 3 2 200 000
Gelas ukur 250 000 3 2 166 667
Cutter 150 000 3 2 100 000
Gunting 120 000 3 2 80 000
Mobil pickup 111 000 000 15 5 37 000 000
Total 1 639 146 667

Lahan merupakan komponen investasi yang tidak mengalami penyusutan,


sehingga diasumsikan nilai sisa lahan sama dengan nilai pada saat awal beli.
Lahan yang digunakan untuk budidaya kangkung hidroponik merupakan lahan
milik sediri yang dibeli sebelum berjalannya usaha. Perhitungan untuk nilai sisa
57

lahan dilakukan berdasarkan perkalian dari harga jual tanah permeter persegi
dengan luas lahan. Penentuan nilai sisa dari komponen investasi lainnya yang
terdiri dari bak nutrisi, gelas takar, cutter, gunting, dan mobil pickup
menggunakan metode garis lurus dimana penentuan nilainya berdasarkan nilai
beli barang investasi dibagi dengan umur ekonomisnya kemudian dikalikan
dengan tahun sisanya. Penentuan umur ekonomis dari komponen investasi
berdasarkan dari hasil wawancara dengan pemilik Specta Farm. Pada akhir umur
usaha kangkung hidroponik di Specta Farm diperoleh nilai sisa sebesar Rp 1 639
146 667.

Arus Pengeluaran (Outflow)


Arus pengeluaran merupakan aliran kas yang dikeluarkan pada usaha
kangkung hidroponik. Arus pengeluaran berupa biaya-biaya yang dikeluarkan
pada saat akan memulai suatu kegiatan usaha maupun selama berlangsungnya
suatu usaha. Pada analisis kelayakan usaha kangkung hidroponik di Specta Farm
arus pengeluaran terdiri dari biaya investasi, dan biaya operasional. Biaya
operasional terbagi menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Penjelasan mengenai
biaya yang dikeluarkan selama menjalankan usaha kangkung hidroponik
dijelaskan sebagai berikut
1. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal memulai
usaha. Biaya tersebut dikeluarkan untuk membeli sarana dan prasaran yang
dibutuhkan dalam menjalankan usaha kangkung hidroponik. Berdasarkan analisis
yang dilakukan, biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha kangkung
hidroponik adalah biaya pembelian lahan, greenhouse, Instalasi hidroponik,
saluran irigasi dan lainya. Pada biaya investasi terdapat investasi yang memiliki
umur ekonomis yang kurang dari umur usaha. Investasi yang habis sebelum umur
usaha harus dibeli kembali atau dilakukan re-investasi. Total biaya investasi yang
dikeluarkan oleh pemilik Specta Farm untuk usaha kangkung hidroponik yang
dijalankannya adalah sebesar Rp 3 290 265 000.
Biaya investasi terbesar dalam usaha kangkung hidroponik diluar biaya
investasi lahan adalah pembangunan greenhouse. Biaya investasi yang
dikeluarkan oleh Specta Farm untuk pembangunan greenhouse adalah sebesar Rp
750 000 000. Lahan diasumsikan tidak merupakan investasi terbesar karena lahan
untuk budidaya kangkung hidroponik merupakan lahan milik sendiri yang dibeli
oleh pemilik Specta Farm sebelum berjalannya usaha. Persentase biaya investasi
yang dikeluarkkan oleh Specta Farm untuk pembangunan greenhouse adalah
sebesar 44.4 persen dari keseluruhan total biaya investasi pada awal berdirinya
usaha.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Anggraini (1999) dan Dahlia (2002) yang menyatakan bahwa biaya investasi
terbesar dari penelitian mengenai budidaya dengan sistem hidroponik adalah
pembangunan greenhouse. Berdasarkan penelitian terdahulu, penggunaan untuk
biaya investasi terbesar adalah harmpir mendekati setengahnya atau lebih dari
total keseluruhan biaya investasi awal yang digunakan pada saat awal berdirinya
usaha. Rincian biaya investasi pada usaha kangkung hidroponik yang dijlankan
oleh Specta Farm dapat dilihat pada Tabel 24.
58

Tabel 24 Biaya investasi kangkung hidroponik


Umur
Komponen Harga Satuan Harga Total Penyusutan Per
Jumlah Ekonomis Nilai Sisa (Rp)
Investasi (Rp -,000) (Rp -,000) Tahun (Rp)
(Tahun)
Lahan 4000 m² 400 1 600 000 1 600 000 000
Bangunan semi 1 unit 143 400 143 400 10 0 14 340 000
permanen
Greenhouse 1500 m² 500 750 000 10 0 75 000 000
Rak penyemaian 1 unit 50 000 50 000 5 0 5 000 000
fase I
Rak pembibitan 10 unit 20 000 200 000 5 0 20 000 000
fase II
Rak pembesaran 20 unit 18 000 360 000 5 0 36 000 000
fase III
Irigasi 1 unit 61 000 61 000 5 0 6 100 000
Mesin semprot 1 unit 2 500 2 500 5 0 500 000
Box panen 24 unit 100 2 400 3 1 600 000 266 667
Baki bibit 1 unit 1 000 1 000 2 0 500 000
Ember cuci 2 unit 75 150 2 0 75 000
Bak nutrisi 2 unit 150 300 3 200 000 33 333
Terpal 1 unit 1 000 1 000 2 0 500 000
Gelas ukur 1 unit 250 250 3 166 667 27 778
Ember pupuk 6 unit 20 120 2 0 60 000
Timbangan 2 unit 1 000 2 000 5 0 400 000
digital
Bor listrik 2 unit 300 600 5 0 120 000
Netpot 1500 250 375 2 0 187 500
unit
Sealer 2 unit 450 900 5 0 180 000
Cutter 6 unit 25 150 3 100 000 16 667
Gunting 6 unit 20 120 3 80 000 13 333
Mobil pickup 1 unit 111 000 111 000 15 37 000 000 4 933 333
Perizinan 1 unit 3 000 3 000 10 0 300 000
Total 3 290 265 1 639 146 667 164 553 611

Biaya investasi dikeluarkan oleh Specta Farm pada saat awal mendirikan
usaha kangkung hidroponik, namun investasi selain lahan akan mengalami
penyusutan setiap tahunnya dengan nilai penyusutan yang berbeda-beda. Biaya
penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus dengan cara mengurangkan
nilai pembelian investasi dengan nilai sisa investasi yang kemudian dibagi dengan
umur ekonomis dari investasi tersebut. Total biaya penyusutan pada budidaya
kangkung hidroponik adalah sebesar Rp 164 553 611 per tahun.
Pada biaya investasi terdapat umur ekonomis di setiap komponen investasi.
Kmponen investasi yag memiliki umur ekonomis kurang dari umur bisnis harus
dibeli kembali atau dilakukan re-investasi. Umur ekonomis dari setiap komponen
investasi ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang atau alat untuk
dapat digunakan secara layak dan masih memiliki fungsi yang baik untuk
mendukung jalannya usaha kangkung hidroponik. Re-investasi tidak dilakukan
setiap tahun, namun hanya dilakukan pada tahun tertentu jika komponen investasi
59

sudah tidak memiliki manfaat lagi. Rincian total biaya re-investasi yang dilakukan
pada usaha kangkung hidroponik dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Biaya re-investasi kangkung hidroponik (Rp ,-000)


Komponen Umur Harga Tahun
Investasi Ekonomis Total 3 4 5 6 7 9 10
Mesin 5 2 500 2 500
semprot
Box panen 3 2 400 2 400 2 400 2 400
Baki bibit 2 1 000 1 000 1 000 1 000 1 000
Ember cuci 2 150 150 150 150 150
Bak nutrisi 3 300 300 300 300
Terpal 2 1 000 1 000 1 000 1 000 1 000
Gelas ukur 3 250 250 250 250
Ember pupuk 2 120 120 120 120 120
Timbangan 5 2 000 2 000
digital
Bor listrik 5 600
Netpot 2 375 375 375 375 375
Sealer 5 900 900
Cutter 3 150 150 150 150
Gunting 3 120 120 120 120
Total 2 645 3 220 2 645 6 000 5 865 2 645 3 220

2. Biaya Operasional Variabel


Biaya operasional variabel merupakan biaya yang dikeluarkan sesuai
dengan kuantitas produk yang dihasilkan. Biaya variabel akan mengalami
perubahan saat kuantitas produk berkurang atau bertambah tergantung besar atau
kecilnya volume produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan untuk produksi
kangkung hidroponik oleh Specta Farm adalah benih kangkung, pupuk nutrisi,
dan media tanam rockwool. Rincian biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha
kangkung hidroponik oleh Specta Farm adalah sebagai berikut (Tabel 26).

Tabel 26 Biaya operasionan variabel kangkung hidroponik


Jumlah Tahun (Rp)
Uraian Harga Satuan
(Kg/Bulan) 1 2 – 10
Benih kangkung 40 60 000 24 000 000 28 800 000
Pupuk nutrisi 210 70 000 147 000 000 176 400 000
Insektisida 1 50 000 500 000 600 000
Media tanam 1 6 500 000 65 000 000 78 000 000
rockwool
Total 236 500 000 283 800 000

Total biaya variabel pada tahun pertama berbeda dengan tahun ke dua
hingga tahun ke 10. Perbedaan biaya variabel ini dikarenakan produksi kangkung
hidroponik baru dimulai pada bulan ke tiga tahun 2015. Biaya operasional
variabel terbesar dalah usaha kangkung hidroponik ini adalah pupuk nutrisi
dengan nilai pada tahun pertama sebesar Rp 147 000 000 dan tahun kedua hingga
seterusnya sebesar Rp 176 400 000. Penggunaan pupuk nutrisi merupakan faktor
penting dalam usaha kangkung hidroponik karna pertumbuhan taaman bergantung
terhadap nutrisi yang diberikan.
60

3. Biaya Operasional Tetap


Biaya operasional tetap merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun dan
tidak berpengaruh terhadap perubahan jumlah produksi kangkung hidroponik.
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Specta Farm untuk budidaya kangkung
hiroponik terdiri dari biaya gaji tenaga kerja, abodemen listrik, dan pajak
kendaraan distribusi. Biaya operasional tetap yang dikeluarkan setiap tahun sama
kecuali pada tahun pertama. Perbedaan tersebut terletak pada gaji tenaga
penanaman karena pada tahun pertama, tenaga kerja bagian penanaman baru
mulai bekerja pada bulan ke tiga. Rincian biaya operasional tetap usaha kangkung
hidroponik di Specta Farm dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 Biaya operasional tetap kangkung hidroponik


Nilai Satuan Nilai Total Per Tahun (Rp)
Uraian Jumlah Satuan
(Rp) 1 2 - 10
Manajer kebun 1 orang 4 500 000 54 000 000 54 000 000
Tenaga ahli 2 orang 3 000 000 72 000 000 72 000 000
hidroponik
Tenaga penanaman 11 orang 1 800 000 198 000 000 237 600 000
Tenaga administrasi 1 orang 1 800 000 21 600 000 21 600 000
Tenaga keamanan 2 orang 1 800 000 43 200 000 43 200 000
kebun
Listrik 1 bulan 1 000 000 12 000 000 12 000 000
Pajak kendaraan 1 tahun 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Total 403 800 000 443 400 000

Biaya operasional tetap yang dikeluarkan pada tahun pertama berbeda


dengan pada tahun kedua hingga tahun ke 10. Pada tahun pertama biaya
operasional tetap yang dikeluarkan sebesar Rp 403 800 800 dan pada tahun ke dua
hingga seterusnya biaya operasional tetap yang dikeluarkan sebesar Rp 443 400
000. Perbedaan biaya operasional tetap tersebut dikarenakan tenaga kerja bagian
penanaman belum dipekerjakan pada bulan pertama dan bulan kedua karena
masih dalam proses pembangunan dan persiapan greenhouse, instalasi hidroponik,
dan sarana lainnya. Gaji tenaga kerja berbeda-beda tergantung berdasarkan jenis
dan jabatan dari pekerjaannya. Untuk biaya perawatan peralatan tidak dimasukkan
ke dalam biaya operasional tetap karena sudah termasuk ke dalam gaji karyawan
tenaga ahli hidroponik. Pembayaran gaji tenaga kerja dan abodemen listrik di
bayarkan per bulan sedangkan untuk pembayaran pajak kendaraan dibayarkan per
tahun.

Analisis Laba Rugi


Analisis laba rugi dilakukan untuk mengetahui perkembangan usaha pada
kurun waktu tertentu, sehingga akan diketahui laba usaha setiap tahunnya.
Komponen analisis laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya operasional variabel,
biaya operasional tetap, dan biaya penyusutan. Laba bersih merupakan hasil
penerimaan dikurangi biaya operasional variabel dan biaya operasional tetap.
Selain itu, terdapat komponen yang dapat mengurangi laba bersih yaitu biaya
penyusutan. Biaya penyusutan merupakan biaya atas barang-barang investasi
yang nilainya berkurang setiap tahunnya. rumus yang digunakan untuk
61

menghitung penyusutan yaitu dengan menggunakan metode perhitungan garis


lurus. Formulasi perhitungan penyusutan dilakukan seperti dibawah ini.

Penyusutan =

Nilai beli merupakan harga beli suatu peralatan atau barang investasi. Umur
ekonomis merupakan umur dimana suatu barang peralatan atau barang investasi
tersebut masih memberikan manfaat yang optimal. Nilai sisa merupakan nilai
suatu barang investasi yang telah habis umur teknisnya namun masih memberikan
manfaat atau nilai jika ditukar maupun di jual kembali. Peralatan investasi pada
usaha kangkung hidroponik yang di jalankan Specta Farm ada yang masih
menghasilkan nilai sisa dan ada juga yang tidak. Barang investasi yang tidak
memberikan nilai sisa yaitu bangunan semi permanen, greenhouse, rak
penyemaian fase I, rak pembibitan fase II, rak pembesaran fase III, saluran irigasi,
mesin semprot, baki bibit, ember cuci, terpal, ember pupuk, timbangan digital, bor
listrik, netpot, sealer, dan surat perizinan. Barang investasi ini tidak memberikan
nilai sisa dikarenakan habis sesuai dengan umur ekonomisnya dengan kata lain
barang-barang investasi tersebut habis terpakai selama umur bisnis usaha
kangkung hidroponik yaitu selama 10 tahun. Namu ada beberapa barang-barang
investasi yang memberikan nilai sisa yaitu lahan produksi, box panen, bak nutrisi,
gelas ukur, cutter, gunting, dan mobil pickup. Hal tersebut dikarenakan barang-
barang investasi tersebut belum habis terpakai selama umur bisnis kangkung
hidroponik. Biaya penyusutan pada usaha kangkung hidroponik yang dijalankan
oleh Specta Farm adalah sebesar Rp 164 553 611. Rincian biaya penyusutan
investasi kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dilihat
pada Tabel 24.
Hasil perhitungan analisis laba rugi juga akan digunakan untuk perhitungan
cashflow yaitu hasil perhitungan pajak yang diperoleh dari hasil analisis laporan
laba rugi. Rincian perhitungan analisis laba rugi akan berpengaruh terhadap
jumlah pajak penghasilan usaha yang nantinya aka mempengaruhi perhitungan
cashflow. Hasil perhitungan pajak ini tentunya akan mengurangi penerimaan yang
akan diperoleh pada usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta
Farm. Pajak penghasilan merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun selama
umur usaha dengan jumlahnya tergantung dari besarnya laba usaha yang diperoleh
dari usaha kangkung hidroponik setiap tahun usaha. Perhitungan pajak
penghasilan usaha pada analisis kelayakan usha kangkung hidroponik di Specta
Farm ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2013 yang menyatakan bahwa usha yang memiliki pendapatan kotor
dibawah Rp 4 800 000 000 maka pajak yang dikenakan sebesar satu persen dari
pendapatan sebelum pajak. Pajak penghasilan usaha yang harus dibayarkan oleh
Specta Farm dalam usaha kangkung hidroponiknya pada tahun pertama adalah
sebesar Rp 3 951 464 dan pada tahun ke dua hingga tahun ke-10 adalah sebesar
Rp 5 482 464 per tahunnya.
Pada analisis laba rugi diperoleh nilai pendapatan sebelum pajak yang
kemudian dikalikan satu persen untuk memperoleh nilai pajak penghasilan usaha
kangkung hidroponik per tahun. Hasil perkalian tersebut merupakan nilai pajak
penghasilan usaha dari usaha kangkung hidroponik. Selain itu melalui analisis
laba rugi dapat diketahui kinerja usaha kangkung hidroponik melalui rata-rata laba
bersih atau keuntungan yang diperoleh Specta Farm setiap tahun selama umur
62

usaha 10 tahun. Rata-rata laba bersih yang diterima oleh Specta Farm dalam usaha
kangkung hidroponiknya adalah sebesar Rp 527 607 025 per tahun dan Rp 43 967
252 per bulannya. Rincian proyeksi laporan laba rugi usaha kangkung hidroponik
yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis Kriteria Kelayakan Investasi


Analisis kriteria kelayakan investasi digunakan untuk mungetahui tingkat
kelyakan usaha kangkung hidroponik di Specta Farm berdasarkan aspek finansial.
Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis finansial kangkung hidroponik
yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost
Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP). Specta Farm dalam melakukan usaha
kangkung hidroponik menggunakan modal sendiri, sehingga digunakan discount
rate sebesar lima persen. berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri
karena pemilik Specta Farm menyimpan dana hasil usahanya di Bank Mandiri.
Adapun tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri yang mulai berlaku pada
tanggal 11 Oktober 2017 dapat dilihat pada Tabel 28 berikut.

Tabel 28 Tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri


Tenor (Bulan %)
Nominal
1 3 6 12 24
< Rp 100 juta 4.25 5.50 5.50 4.75 4.75
>= Rp 100 juta - < 1 M 4.25 5.50 5.50 4.75 4.75
>= 1 M - < 5 M 4.50 5.75 5.50 5.00 5.00
>= 5 M 4.50 5.75 5.50 5.00 5.00
Sumber : www.bankmandiri.co.id

Penggunaan tingkat suku bunga pada usaha kangkung hidroponik


diasumsikan dari pemilik Specta Farm menyimpan dana di Bank Mandiri selama
satu tahun. Sehingga memperoloeh tingkat suku bunga sebesar lima persen. Usaha
kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dinyatakan layak
untuk dijalankan apabila memiliki nilai NPV lebih besar dari nol, IRR lebih besar
dari tingkat discount rate yaitu lima persen, Net B/C lebih besar dari satu dan PP
kurang dari umur bisnis yaitu 10 tahun. Hasil analisis kriteria kelayakan investasi
pada usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dilihat
pada Tabel 29.

Tabel 29 Hasil analisis kriteria kelayakan investasi


Kriteria Kelayakan Syarat Kelayakan Nilai Kelayakan
NPV (Rp) ≥ Rp 0 Rp 3 170 741 635.50 Layak
Net B/C ≥ 1.00 2.218 Layak
IRR (%) ≥5 24.163 % Layak
PP (tahun) ≤ 10 6.3 Layak

Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi pada Tabel 29 dapat


disimpulkan bahwa usaha kangkung hidroponik yang dijalankan Specta
Farmlayak untuk dijalankan berdasarkan aspek finansial. Hal tesebut dapat
diketahui dari nilai kriteria kelayakan investasi usaha kangkung hidroponik sesuai
dengan syarat kelayakan berdasrkan kriteria investasi. Syarat kelayakan investasi
63

adalah nilai NPV usaha kangkung hidroponik lebih dari nol, nilai Net B/C lebih
dari 1.00, nilai IRR lebih dari discount rate yang ditentukan yaitu lima persen, dan
nilai PP kurang dari umur usaha yang di tentukan yaitu 10 tahun.
1. NPV (Net Present Value)
Nilai NPV pada kriteria kelayakan investasi memiliki arti bahwa usaha
kangkung hidroponik yang di jalankan Specta Farm akan memberikan keuntungan
dengan nilai sekarang (present value) selama umur usaha 10 tahun. Nilai sekarang
didapatkan dari perkalian manfaat bersih dengan discount factor yang
menggunakan discount rate sebesar lima persen. Pada usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan Specta Farm akan memiliki keuntungan dengan nilai
sekarang sebesar Rp 3 170 741 635.50 selama 10 tahun usaha berjalan. Nilai NPV
tersebut dinyatakan layak karena memiliki nilai lebih dari nol.
2. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)
Kriteria kelayakan investasi kedua adalah Net B/C yang merupakan
perbandingan antara manfaat bersih dengan biaya yang dikeluarkan. Net B/C
dapat dinyatakan layak apabila memiliki nilai lebih dari satu, yang berarti manfaat
bersih yang didapatkan lebih dari jumlah biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C
pada usaha kangkung hidroponik yang dijalankan Specta Farm dengan tingkat
diskonto lima persen adalah 2.218. Berdasarkan nilai Net B/C yang diperoleh
berarti bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1 yang dikeluarkan untuk
usaha kangkung hidroponik akan mendapatkan manfaat bersih sebesar Rp 2.218.
3. IRR (Internal Rate Of Return)
Internal rate of return (IRR) merupakan nilai tingkat pengembalian modal
atas biaya investasi yang dikeluarkan dalam memulai usaha kangkung hidroponik.
Usaha kangkung hidroponik yang dijalankan Specta Farm dinyatakan layak jika
nilai IRR lebih dari nilai discount rate. Discount rate yang digunakan pada
analisis kelayakan finansial ini adalah sebesar lima persen. Angka tersebut
berdasarkan suku bunga deposito Bank Mandiri karena usaha kangkung
hidroponik tidak menggunakan modal pinjaman dari bank. Nilai IRR yang
diperoleh pada usaha kangkung hidroponik adalah sebesar 24.163 persen. Nilai
IRR tersebut melebihi nilai discount rate, sehingga usaha kangkung hidroponik
yang dijalankan Specta Farm dapat dinyatakan layak untuk dijalankan. Nilai IRR
yang melebihi nilai discount rate menggambarkan bahwa, dengan mengeluarkan
uang untuk investasi di usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta
Farm lebih menguntungkan sebesar 24.163 persen dibandingkan berinvestasi pada
deposito Bank Mandiri yang hanya mendapatkan keuntungan sebesar lima persen
dari biaya invesatasi yang dikeluarkan.
Pada kriteria investasi, terdapat hubungan antara NPV dan IRR. Nilai IRR
juga merupakan tingkat discount rate yang akan menghasilkan nilai NPV sama
dengan nol atau mendekati nol. Jika nilai discount rate berada dibawah nilai IRR
yang diperoleh, maka nilai NPV akan bernilai positif, yang artinya usaha yang
dijalankan masih layak untuk dijalankan. Sebaliknya jika nilai discount rate
berada di atas nilai IRR yang diperoleh, maka nilai NPV yang diperoleh bernilai
negatif, yang artinya usaha yang dijalankan akan mengalami kerugian dan tidak
layak untuk dijalanakan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, usaha
kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm memperoleh nilai IRR
sebesar 24.163 persen, sehingga akan menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 16
436.69 yang mendekati nol. Jika nilai IRR lebih besar dari 24.163 persen maka
64

nilai NPV yang diperoleh akan lebih kecil dari nol atau bernilai negatif, sehingga
usaha yang dijalankan akan mengalami kerugian dan tidak layak untuk dijalankan.
Kurva yang menggambarkan hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada
Gambar 20. Pada kurva hubungan NPV dan IRR dapat dilihat bahwa nilai IRR
yang akan menghasilkan NPV sama dengan atau mendekati nol adalah 24.163
persen. Jika nilai yang diperoleh lebih satu persen atau bisa dilihat pada kurva
dengan nilai IRR mencapai 25 persen maka nilai NPV yang diperoleh bernilai
negatif yaitu minus (Rp – 59 029 051).

IRR 24.163 %
Rp 16,436.69

Gambar 20 Grafik hubungan antara NPV dan IRR

4. PP (Payback Periode)
Kriteria kelayakan investasi yang terakhir di analisis adalah payback
periode. Payback perode (PP) merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan suatu
usaha untuk mengembalikan biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun
pertama. Nilai payback period berdasarkan nilai sekarang dengan tingkat diskonto
5 persen pada usaha kangkung hidroponik dinyatakan layak karena pada tahun ke
6 bulan ke 3, manfaat bersih dari usaha kangkung hidroponik berdasarkan nilai
sekarang sudah dapat mengganti biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun
pertama kurang dari umur usaha yaitu 10 tahun. Cashflow yang menggambarkan
rincian analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian tersebut sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lina (2013) dan Nurranty (2016)
mengenai analisis kelayakan usaha pertanian dengan sistem hidroponik pada
komoditi paprika. Penlitian pada analisis aspek finansial dilakukan berdasarkan
kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, IRR, dan PP. Pada
umumnya hasil dari analisis yang di lakukan sama, namun terdapat beberapa
perbedaan pada hasil analisis yang di lakukan oleh peneliti terdahulu dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Perbedaan yang mendasar adalah pada
tingkat pengembalian biaya investasi atau payback periode lebih lama yakni pada
tahun ke sembilan dan bulan ke sembilan. Nilai payback period tersebut hampir
mendekati umur usahayang dilakukan yaitu 10 tahun. Adanya perbedaan ini dapat
65

disebabkan oleh beberapa hal, seperti jumlah biaya investasi yang dikeluarkan,
biaya operasional, serta tingkat suku bunga yang digunakan.

Analisi Nilai Pengganti (Switching Value)


Analisis nilai pengganti (switching value) dilakukan untuk mengukur
kemampuan maksimum dari suatu komponen arus penerimaan dan pengeluaran
dalam menerima perubahan yang terjadi pada usaha kangkung hidroponik yang
dijalankan Specta Farm. Perhitungan nilai switching value dilakukan dengan
menghitung secara uji coba sehingga menghasilkan nilai NPV sama dengan nol,
IRR sama dengan discount rate, dan nilai Net B/C sama dengan satu. Analisis
switching value dilakukan terhadap variabel-variabel yang di anggap paling
mempengaruhi kelayakan usaha. Komponen arus penerimaan yang dianggap
paling mempengaruhi kelayakan usaha adalah jumlah produksi dan harga jual
produk. Perhitungan analisis switching value pada arus penerimaan dilakukan
terhadap jumlah produksi dan harga jual produk karena merupakan satu-satunya
penerimaan pada usaha kangkung hidroponik yang dijaankan Specta Farm.
Jumlah produksi dapat berubah dikarenakan adanya serangan hama dan penyakit
yang menyebabkan penurunan jumlah produksi. Harga jual produk juga dapat
berubah dikarenakan adanya fluktuasi harga pada produk pertanian. Pemilik
Specta Farm mengatakan bahwa harga untuk produk dari sistem hidroponik ini
relatif stabil, karena harga ditentukan berdasarkan kontrak, namun tidak menutup
kemungkinan adanya penurunan harga berdasarkan harga pasaran, sehingga akan
mempengaruhi nilai penerimaan dan kelayakan dari usaha kangkung hidroponik.
Pada komponen arus pengeluaran yang akan di analisis adalah peningkatan
harga pupuk nutrisi. Penilaian variabel tersebut dikarenakan persentase biaya
pupuk nutrisi merupakan pengeluaran biaya terbesar dengan nilai persentase
sebesar 62 persen dari total biaya variabel. Berdasarkan wawancara dan observasi
yang dilakukan, pemilik Specta Farm mengatakan bahwa pupuk nutrisi
merupakan input utama pada proses pertumbuhan tanaman yang ditanam dengan
sistem hidroponik. Peningkatan harga pupuk nutrisi akan mempengaruhi
penerimaan usaha serta akan mempengaruhi kelayakan dari usaha kangkung
hidroponik. Dari hasil analisis nilai pengganti (switching value) nantinya akan
diketahui seberapa besar perubahan yang masih boleh terjadi atau masih dapat di
toleransi oleh usaha kangkung hidroponik agar usaha kangkung hidroponik yang
dijalankan oleh Specta Farm masih layak untuk dijalankan. Hasil analisis nilai
pengganti atau switching value dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30 Hasil analisis nilai pengganti switching value pada usaha kangkung
hidroponik
Perubahan Batas Perubahan (%)
Penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik 28.999
Penurunan harga jual kangkung hidroponik 29.144
Peningkatan harga pupuk nutrisi 237.666

Berdasarkan hasil analisis nilai pengganti atau switching value pada Tabel
30, dapat disimpulkan bahwa pada usaha kangkung hidroponik, perubahan yang
paling sensitif atau berpengaruh terhadap kelayakan usaha kangkung hidroponik
adalah penurunan jumlah produksi kangkung. Hal tersebut dikarenakan persentase
66

nilai switching value pada penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik lebih
kecil daripada penurunan harga jual kangkung hidroponik dan peningkatan harga
pupuk nitrisi. Persentase nilai switching value terhadap penurunana jumlah
produksi kangkung hidroponik adalah sebesar 28.999 persen. Artinya adalah
usaha kangkung hidroponik akan tetap layak dijalankan jika terjadi penurunan
jumlah produksi kangkung hidroponik dari rata-rata jumlah produksi awal sebesar
70 800 kilogram per tahun menjadi 50 268.723. Sehingga nilai perubahan
maksimum yang masih dapat diterima agar usaha kangkung hidroponik tetap
layak untuk dijalankan terhadap penurunan jumlah produksi adalah sebesar
28.999 persen. Namun jika penurnan jumlah produksi kangkung hidroponik lebih
besar dari 28.999 persen maka usaha kangkung hidroponik menjadi tidak layak
untuk dijalankan, dan apabila usaha kangkung hidroponik tetap di jalankan maka
Specta Farm akan mengalami kerugian.
Pada hasil perhitungan nilai switching value terhadap penururnan harga jual
kangkung hidroponik, hasil yang didapatkan tidak telalu jauh berbeda dengan
nilai switching value terhadap penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik
yaitu sebesar 29.144 persen. Artinya adalah usaha kangkung hidroponik yang
dijalankan akan tetap layak apabila penurunan harga jual kangkung hidroponik
dari harga tertimbang sebesar Rp 20 000 menjadi Rp 14 177.172 per kilogram.
Sehingga nilai perubahan maksimum yang masih dapat di terima oleh usaha
kangkung hidroponik agar tetap layak untuk dijalankan adalah sebesar 29.144
persen. Namun jika penurunan harga jual kangkung hidroponik lebih besar dari
29.144 persen maka usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta
Farm menjadi tidak layak untuk dijalankan.
Analisis switching value terhadap komponen arus pengeluaran, peningkatan
harga pupuk nutrisi tidak terlalu sensitif terhadap kelayakan usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan. Hal tersebut dikarenakan nilai persentase switching
value yang diperoleh sangat jauh berbeda dibandingkan dengan nilai switching
value terhadap penurunan jumlah produksi dan penurunan harga jual kangkung
hidroponik. Nilai switching value terhadap peningkatan harga pupuk nutrisi pada
usaha kangkung hidroponik adalah sebesar 237.666 persen. Artinya adalah
apabila harga pupuk nutrisi meningkat dari harga awal sebesar Rp 70 000 menjadi
Rp 236 366.52, maka usaha kangkung hidroponik masih layak untuk dijalankan.
Sehingga perubahan maksimum yang masih dapat diterima oleh usaha kangkung
hidroponik terhadap peningkatan harga pupuk nutrisi agar tetap layak untuk
dijalankan adalah sebesar 237.666 persen. Jika peningkatan harga pupuk nutrisi
lebih besar dari 237.666 persen, maka usaha kangkung hidroponik yang tidak
layak untuk dijalankan.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value, Specta Farm perlu
mewaspadai fluktuasi harga dan harga input maupun output produksi. Terutama
terhadap penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik yang mungkin
disebabkan oleh serangan hama dan penyakit ataupun faktor lainnya yang
berpengaruh terhadap penurunan jumlah produksi. Hasil penelitian analisis
switching value yang dilakukan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cynthia (2013), yang menyatakan bahwa penurunan jumlah produksi lebih
sensitif terhadap kelayakan usaha yang dijalankan. Hasil perhitungan yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu bahwa nilai swiching value antara penurunan
jumlah produksi dengan harga jual produk hampir sama. Namun ada perbedaan
67

dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ginting (2009) yang menyatakan
bahwan peningkatan harga pupuk lebih sensitif dibandingkan dengan penurunan
jumlah produksi dan penurunan harga output. Sedangkan berdasarkan penelitian
yang peneliti lakukan, usaha kangkung hidroponik tidak terlalu sensitif terhadap
peningkatan harga pupuk nitrisi karena persentase peningkatan harga pupuk
nutrisi yang akan menyebabkan usaha menjadi tidak layak berada pada persentase
yang jauh lebih tinggi dibandingkan penurunan jumlah produksi dan penurunana
harga jual kangkung hidroponik. Rincian analisis switching value pada usaha
kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dilihat pada
Lampiran 3 untuk penurunan jumlah produksi, Lampiran 4 untuk penurunan harga
kangkung hidroponik, dan Lampiran 5 untuk peningkatan harga pupuk nutrisi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang didapatkan dari hasil penelitian mengenai analisis


kelayakan usaha kangkung hidroponik di Specta Farm Kabupaten Bogor adalah.
1. Berdasarkan hasil analisis kelayakan aspek non finansial yang meliputi aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial,
ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan,usaha kangkung hidroponik di
Specta Farm layak untuk dijalankan. Pada aspek pasar dan pemasaran
didapatkan hasil bahwa usaha kangkung hidroponik memiliki potensi pasar dan
bauran pemasaran yang sangat baik dengan persentase tingkat kelayakan 90
persen. Pada aspek teknis, usaha memiliki lukasi usaha yang terjangkau oleh
konsumen, sesuai untuk menjalankan budidaya pertanian dan melakukan
kegiatan produksi dengan baik serta layout yang sesuai dengan kegiatan
produksi dengan tingkat kelayakan 93.4 persen. Pada aspek manajemen dan
hukum, usaha sudah memiliki deskripsi pekerjaan yang jelas bagi pekerja dan
sudah berdasarkan manajemen yang terstruktur, namun ada bebera ada
beberapa dokumen yang belum dilengkapi. Secara keseluruhan aspek
manajemen dan hukum yang untuk dijlankan dengan tingkat kelayakan 70
persen. Pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya, selama usaha berjalan tidak
mendapat penolakan dari masyarakat dan mampu membuka lapangan kerja
bagi masyarakat sekitar lokasi usaha dengan tingkat kelayakan 96.6 persen.
Pada aspek lingkungan, usaha tidak mencemari lingkungan dan mampu
memanfaatkan limbah hasil usaha dengan pengolahan yang tepat dengan
tingkat kelayakan 88 persen.
2. Analisis kelayakan aspek finansial usaha kangkung hidroponik berdasarkan
kriteria investasi telah memenuhi syarat kelayakan yaitu NPV lebih besar dari
0, nilai Net B/C lebih besar dari satu, nilai IRR lebih besar dari lima persen,
dan PP kurang dari 10 tahun. Berdasarkan hasil kriteria kelayakan investasi
usaha kangkung hidroponik di Specta Farm layak untuk dijalankan dengan
perolehan nilai NPV sebesar Rp 3 170 741 635.50.
68

3. Berdasarkan hasil analisis switching value pada usaha kangkung hidroponik di


Specta Farm dapat disimpulkan bahwa penurunan jumlah produksi kangkung
hidroponik lebih sensitif terhadap kelayakan ushaa dibandingkan penurunan
harga jual kangkung hidroponik dan peningkatan harga pupuk nutrisi. Pada
usaha kangkung hidroponik di Speta Farm, usaha menjadi tidak layak jika
penurunan jumlah produksi lebih besar dari 28.999 persen, penurunan harga
jual kangkung hidroponik lebih besar dari 29.144 persen dan peningkatan
harga pupuk nutrisi lebih besar dari 237.666 persen.

Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang
dapat diberikan untuk kelayakan kangkung hidroponik di Specta Farm yaitu.
1. Specta Farm harus melengkapi beberapa dokumen yang belum dapat dipenuhi
pada aspek non finansial yang terdiri dari bentuk badan usaha, surat izin usaha
dan sertifikat yang legal dari badan hukum terkait serta melakukan pembayaran
pajak bumi dan bangunan dan pajak penghasilan usaha.
2. Specta Farm sebaiknya melakukan pengembangan usaha dengan menambah
kapasitas produksi agar dapat memenuhi seluruh permintaan konsumen,
sehingga penerimaan keuntungan yang diperoleh lebih maksimum.
3. Specta Farm sebaiknya lebih memperhatikan produksi tanaman, melakukan
pemeliharaan dalam budidaya dengan baik, serta menjaga kualitas dan
kuantitas dari produk yang dihasilkan agar terbebas dari serangan hama dan
penyakit serta faktor lainnya untuk mengantisipasi terjadinya penurunan
jumlah prodksi, karena berdasarkan hasil penelitian penurunan jumlah produksi
kangkung hidroponik merupakan variabel yang paling sensitif terhadap
kelayakan usaha.
69

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini A. 1999. Budidaya Sayuran Hidroponik Dengan Metode NFT Ditinjau


Dari Sisi Finansial dan Marjin Pemasaran (Kasus Kebun Studio Agribisnis,
Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi
Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Bachri Z. 2017. Kangkung Hidroponik. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya
Bank Mandiri. (11 Oktober 2017). Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Mandiri.
Diperoleh dari http://www.bankmandiri.co.id/resource/bunga_02122011.asp
Budiarto, Selamet. 2013. Inspirasi Desain dan Cara Membuat Vertical
Garden.Jakarta Selatan (ID): PT Agro Media Pustaka
Cynthia M, 2013. Analisis Kelayakan Usaha Lada (Piper nigrum L) di Desa
Kundi Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten angka Barat. [skripsi]. Bogor
(ID): Departemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor
Dahlia E. 2002. Analisis Finansial Usahatani Tomat Apel (Recento F1)
Hidroponik [skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Direktorat Jenderal Holtikultra. 2015. Statistik Produksi Holtikultura 2014.
Direktorat Jenderal Holtikultra, Kementrian Pertanian RI.
Ginting D. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Paprika dan Timun
Jepang Hidroponik di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi
Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Gittinger, JP. 2008. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah
Slamet Utomo dan Komel Mangiri. Jakarta (ID): Universitas Indonesia-
Press.
Halim P. 2000. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sayuran
Hidroponik di PT Hero Supermarket Cabang Pajajaran Bogor [skripsi].
Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Kasmir dan Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID) : Kencana Penada
Media Group.
Kotler. 2003. Dasar-dasar pemasaran. Tim Mark Plus, penerjemah; Sarwiji B,
editor. Jakarta (ID): PT Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari:
Principles of Marketing. Ed ke – 9
Lina, 2013. Analisis Kelayakan Usaha Paprika Hidroponik (Kasus Di Kebun
Produksi PT Saung Mirwan, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor<
Jawa Barat). [skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian
Bogor
Martawijaya EI, Nurjayadi MY. 2010. Bisnis Jamur Tiram di Rumah Sendiri.
Bogor (ID): IPB Press.
Nuning M. (2010). Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus :
Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor). [skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut
Pertanian Bogor
70

Nurranty W. (2016). Analisis Kelayakan Usaha Paprika Hidroponik Pada


Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua
Bandung. [skripsi]. Ogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A, 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
IPB Press
Puslitbang Gizi Depkes. 2015. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI
Rahadi F, R Palungkun, A Budiarti. 2001. Agribisnis Tanaman Sayur. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Sabarella, Cakrabawa DN. 2013. Buletin Konsumsi Pangan [Internet]. Jakarta
(ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. [diunduh 2014 Agust
17].Tersedia: http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/
Buletin-KonsumsiTW4-2013.pdf.
Sameto H. 2003. Hidroponik Sederhana Penyejuk Ruang. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Savvas D. 2003. Hydroponics: A Modern Technology Supporting The
Application of Integrated Crop Management in Greenhouse. Food,
Agriculture & Environment Vol.1(1): 80-86.
Suhardiyanto H. 2011. Kumpulan Makalah Pengantar Ilmu-Ilmu Pertanian.
Bogor: IPB Press
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta (ID): ANDI
Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. 2010. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar
Ekonomi Perusahaan. Edisi ke 5. Yogyakarta (ID): Liberty
Tjiptono, Fandy, 2008. Strategi Pemasaran. Edisi ke 3. Yogyakarta (ID) : Andi
Umar H. 2007. Studi Kelayak Bisnis. Ed ke-3. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka
Utama
71

LAMPIRAN
72

Lampiran 1 Laporan laba rugi usaha kangkung hidroponik di Specta Farm


Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penerimaan
Penjualan kangkung 1 200 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000
Totoal penerimaan 1 200 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000
Pengeluaran
Biaya variabel
Benih kangkung 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000
Pupuk nutrisi 147 000 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000
Insektisida organik 500 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000
Media tanam rockwool 65 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000
Total biaya variabel 236 500 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000
Biaya tetap
Manajer Kebun 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000
Tenaga Ahli Hidroponik 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000
Tenaga Penanaman 198 000 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000
Tenaga Administrasi 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21,600,000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000
Tenaga Keamanan Kebun 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000
Listrik 12 000 000 12,000,000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000
Pajak kendaraan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Biaya penyusutan 164 553 611 164 553 611 164 553 611 164 553 611 164 553 611 164 553 611 164 553 611 164 553 611 164 553 611 164 553 611
Total biaya tetap 568 353 611 607 953 611 607 953 611 607 953 611 607 953 611 607 953 611 607 953 611 607 953 611 607 953 611 607 953 611
Total pengeluaran 804 853 611 891 753 611 891 753 611 891 753 611 891 753 611 891 753 611 891 753 611 891 753 611 891 753 611 891 753 611
Laba kotor 395 146 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389
Bunga (%) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Laba sebelum pajak 395 146 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389 548 246 389
Pajak (1%) 3 951 463.89 5 482 463.89 5 482 463.89 5 482 463.89 5 482 463.89 5 482 463.89 5 482 463.89 5 482 463.89 5 482 463.89 5 482 463.89
Laba bersih 391 194 925.11 542 763 925.11 542 763 925.11 542 763 925.11 542 763 925.11 542 763 925.11 542 763 925.11 542 763 925.11 542 763 925.11 542 763 925.11
Lampiran 2 Cashflow usaha kangkung hidroponik di Specta Farm
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
Penjualan kangkung 1 200 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000
Nilai sisa 1 639 146 667
Total inflow 1 200 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 3 079 146 667
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 1 600 000 000
Bangunan semi 143 400 000
permanaen
Greenhouse 750 000 000
Rak penyemaian fase I 50 000 000
Rak pembibitan fase II 200 000 000
Rak pembesaran fase III 360 000 000
Irigasi 61 000 000
Mesin semprot 2 500 000 2 500 000
Box panen 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Baki bibit 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Ember cuci 150 000 150 000 150 000 150 000 150 000
Bak nutrisi 300 000 300 000 300 000 300 000
Terpal 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Gelas ukur 250 000 250 000 250 000 250 000
Ember pupuk 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Timbangan digital 2 000 000 2 000 000
Bor listrik 600 000 600 000
Netpot 375 000 375 000 375 000 375 000 375 000
Sealer 900 000 900 000
Cutter 150 000 150 000 150 000 150 000
Gunting 120 000 120 000 120 000 120 000
Mobil pickup 111 000 000
Perizinan 3 000 000
Total biaya investasi 3 290 265 000 2 645 000 3 220 000 2 645 000 6 000 000 5 865 000 2 645 000 3 220 000
2. Biaya variabel
Benih kangkung 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000

73
74

Lamprian 2 Cashflow usaha kangkung hidroponik di Specta Farm (Lanjutan)


Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pupuk nutrisi 147 000 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000
Insektisida 500 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600000 600 000 600 000
Media tanam rockwool 65 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000
Total Biaya Variabel 236 500 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000
3. Biaya tetap
Manajer Kebun 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000
Tenaga Ahli Hidroponik 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72,000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000
Tenaga Penanaman 198 000 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000
Tenaga Administrasi 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000
Tenaga Keamanan 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000
Kebun
Listrik 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000
Pajak kendaraan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Total biaya tetap 403 800 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000
4. Pajak penghasilan 3 951 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464
Total Outflow 3 934 516 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464 735 327 464 738 682 464 738 547 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464
Net benefit -2 734 516 464 707 317 536 704 672 536 704 097 536 704 672 536 701 317 536 701 452 536 707 317 536 704 672 536 2 343 244,203
DF (DR:5%) 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 0.746 0.711 0.677 0.645 0.614
PV -2 604 301 394.29 641 557 855.78 608 722 631.25 579 262 785.36 552 129 370.75 523 333 943.29 498 509 221.31 478 740 349.82 454 238 199.72 1 438 548 672.50
Rata-rata net benefit 524 424 803
NPV 3 170741 635.50
Net B/C 2.218
IRR 24%
PP 6.3
Lampiran 3 Hasil analisis switching value penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik (28.999%)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
Penjualan kangkung 789 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452
Nilai sisa 1 639 146 667
total Inflow 789 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 1 029 374 452 2 668 521 119
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 1 600 000 000
Bangunan semi 143 400 000
permanaen
Greenhouse 750 000 000
Rak penyemaian fase I 50 000 000
Rak pembibitan fase II 200 000 000
Rak pembesaran fase III 360 000 000
Irigasi 61 000 000
Mesin semprot 2 500 000 2 500 000
Box panen 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Baki bibit 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Ember cuci 150 000 150 000 150 000 150 000 150 000
Bak nutrisi 300 000 300 000 300 000 300 000
Terpal 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Gelas ukur 250 000 250 000 250 000 250 000
Ember pupuk 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Timbangan digital 2 000 000 2 000 000
Bor listrik 600 000 600 000
Netpot 375 000 375 000 375 000 375 000 375 000
Sealer 900 000 900 000
Cutter 150 000 150 000 150 000 150 000
Gunting 120 000 120 000 120 000 120 000
Mobil pickup 111 000 000
Perizinan 3 000 000
Total biaya investasi 3 290 265 000 2 645 000 3 220 000 2 645 000 6 000 000 5 865 000 2 645 000 3 220 000
2. Biaya variabel
Benih kangkung 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000

75
76

Lampiran 3 Hasil analisis switching value penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik (28.999%) (lanjutan)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pupuk nutrisi 147 000 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000
Insektisida 500 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600000 600 000 600 000
Media tanam rockwool 65 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000
Total Biaya Variabel 236 500 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000
3. Biaya tetap
Manajer Kebun 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000
Tenaga Ahli 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72,000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000
Hidroponik
Tenaga Penanaman 198 000 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000
Tenaga Administrasi 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000
Tenaga Keamanan 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000
Kebun
Listrik 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000
Pajak kendaraan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Total biaya tetap 403 800 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000
4. Pajak penghasilan 3 951 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464
Total Outflow 3 934 516 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464 735 327 464 738 682 464 738 547 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464
Net benefit -3 145 142 012 296 691 988 294 046 988 293 471 988 294 046 988 290 691 988 290 826 988 296 691 988 294 046 988 1 932 618 655
DF (DR:5%) 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 0.746 0.711 0.677 0.645 0.614
PV -2 995 373 344.60 269 108 379.29 254 008 844.12 241 440 130.95 230 393 509.40 216 918 837.25 206 685 310.79 200 812 815.99 189 545 310.36 1 186 460 206.45
PV positif 2 995 373 344.60
PV negatif -2 995 373 344.60
Rata-rata net benefit 113 799 255
NPV 0.00
Net B/C 1.000
IRR 5%
PP 28.9
Lampiran 4 Hasil analisis switching value penurunan harga jual kangkung hidroponik (29.144%)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
Penjualan kangkung 850 630 302 1020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362
Nilai sisa 1 639 146 667
total Inflow 850 630 302 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 2 659 903 029
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 1 600 000 000
Bangunan semi 143 400 000
permanaen
Greenhouse 750 000 000
Rak penyemaian fase I 50 000 000
Rak pembibitan fase II 200 000 000
Rak pembesaran fase III 360 000 000
Irigasi 61 000 000
Mesin semprot 2 500 000 2 500 000
Box panen 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Baki bibit 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Ember cuci 150 000 150 000 150 000 150 000 150 000
Bak nutrisi 300 000 300 000 300 000 300 000
Terpal 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Gelas ukur 250 000 250 000 250 000 250 000
Ember pupuk 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Timbangan digital 2 000 000 2 000 000
Bor listrik 600 000 600 000
Netpot 375 000 375 000 375 000 375 000 375 000
Sealer 900 000 900 000
Cutter 150 000 150 000 150 000 150 000
Gunting 120 000 120 000 120 000 120 000
Mobil pickup 111 000 000
Perizinan 3 000 000
Total biaya investasi 3 290 265 000 2 645 000 3 220 000 2 645 000 6 000 000 5 865 000 2 645 000 3 220 000
2. Biaya variabel
Benih kangkung 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000

77
78

Lampiran 4 Hasil analisis switching value penurunan harga jual kangkung hidroponik (29.144%) (lanjutan)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pupuk nutrisi 147 000 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000
Insektisida 500 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600000 600 000 600 000
Media tanam rockwool 65 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000
Total Biaya Variabel 236 500 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000
3. Biaya tetap
Manajer Kebun 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000
Tenaga Ahli 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72,000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000
Hidroponik
Tenaga Penanaman 198 000 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000
Tenaga Administrasi 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000
Tenaga Keamanan 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000
Kebun
Listrik 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000
Pajak kendaraan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Total biaya tetap 403 800 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000
4. Pajak penghasilan 3 951 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464
Total Outflow 3 934 516 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464 735 327 464 738 682 464 738 547 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464
Net benefit -3 083 886 162 288 073 898 285 428 898 284 853 898 285 428 898 282 073 898 282 208 898 288 073 898 285 428 898 1 924 000 565
DF (DR:5%) 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 0.746 0.711 0.677 0.645 0.614
PV -2 937 034 440.46 261 291 517.30 246 564 213.65 234 350 006.69 223 641 010.11 210 487 885.55 200 560 594.88 194 979 753.22 183 990 012.48 1 181 169 446.57
PV positif 2 937 034 440.45
PV negatif -2 937 034 440.46
Rata-rata net benefit 112 168 558
NPV (0.00)
Net B/C 1.000
IRR 5%
PP 29.3
Lampiran 5 Hasil analisis switching value peningkatan harga pupuk nutrisi (237.666%)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
Penjualan kangkung 1 200 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000
Nilai sisa 1 639 146 667
total Inflow 1 200 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 3 079 146 667
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 1 600 000 000
Bangunan semi 143 400 000
permanaen
Greenhouse 750 000 000
Rak penyemaian fase I 50 000 000
Rak pembibitan fase II 200 000 000
Rak pembesaran fase III 360 000 000
Irigasi 61 000 000
Mesin semprot 2 500 000 2 500 000
Box panen 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Baki bibit 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Ember cuci 150 000 150 000 150 000 150 000 150 000
Bak nutrisi 300 000 300 000 300 000 300 000
Terpal 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Gelas ukur 250 000 250 000 250 000 250 000
Ember pupuk 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Timbangan digital 2 000 000 2 000 000
Bor listrik 600 000 600 000
Netpot 375 000 375 000 375 000 375 000 375 000
Sealer 900 000 900 000
Cutter 150 000 150 000 150 000 150 000
Gunting 120 000 120 000 120 000 120 000
Mobil pickup 111 000 000
Perizinan 3 000 000
Total biaya investasi 3 290 265 000 2 645 000 3 220 000 2 645 000 6 000 000 5 865 000 2 645 000 3 220 000
2. Biaya variabel
Benih kangkung 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000

79
80

Lampiran 5 Hasil analisis switching value peningkatan harga pupuk nutrisi (237.666%) (lanjutan)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pupuk nutrisi 496 369 698 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638
Insektisida 500 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600000 600 000 600 000
Media tanam rockwool 65 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000
Total Biaya Variabel 585 869 698 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638
3. Biaya tetap
Manajer Kebun 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000
Tenaga Ahli 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72,000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000
Hidroponik
Tenaga Penanaman 198 000 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000
Tenaga Administrasi 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000
Tenaga Keamanan 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000
Kebun
Listrik 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000
Pajak kendaraan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Total biaya tetap 403 800 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000
4. Pajak penghasilan 3 951 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464
Total Outflow 4 283 886 162 1 151 926 102 1 154 571 102 1 155 146 102 1 154 571 102 1 157 926 102 1 157 791 102 1 151 926 102 1 154 571 102 1 155 146 102
Net benefit -3 083 886 162 288 073 898 285 428 898 284 853 898 285 428 898 282 073 898 282 208 898 288 073 898 285 428 898 1 924 000 565
DF (DR:5%) 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 0.746 0.711 0.677 0.645 0.614
PV -2 937 034 440.46 261 291 517.30 246 564 213.65 234 350 006.69 223 641 010.11 210 487 885.55 200 560 594.88 194 979 753.22 183 990 012.48 1 181 169 446.57
PV positif 2 937 034 440.45
PV negatif -2 937 034 440.46
Rata-rata net benefit 112 168 558
NPV (0.00)
Net B/C 1.000
IRR 5%
PP 29.3
81

RIWAYAT HIDUP

Hafizd Wahyu dilahirkan di Kota Payakumbuh pada


tanggal 10 Januari 1992, merupakan anak kedua dari 4
bersaudara dari pasangan Bapak Masmareldi dan Ibu Yurnalis.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMAN 1 Payakumbuh pada tahun 2010. Penulis
melanjutkan pendidikan Diploma III di Institut Pertanian
Bogor pada program keahlian Teknologi Industri Benih dan
lulus pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis bekerja
selama dua tahun di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Penulis
melanjutkan pendidikan Sarjana pada Program Alih Jenis Agribisnis, Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2015.
Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi FASTER yaitu
himpunan mahasiswa alih jenis agribisnisdan menjabat sebagai anggota divisi
sosial dan lingkungan pada tahun 2015. Penulis juga aktif mengikuti olimpiade
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen yaitu SPORTAKULER pada
cabang olahraga basket ball dan futsal.

Anda mungkin juga menyukai