Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN

KARAKTERISTIK EKONOMI PERTANIAN INDONESIA

Oleh : HELMI RIZQULLAH HILYATUN NAJIYAH HUSNI JAUHAR T INTAN KARTIKA AGNESTIKA 115040201111020 115040201111171 115040200111035 115040201111243

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan wilayah yang luas, serta ditambah lagi dengan lahan pertanian yang luas, dengan penduduknya sebagian besar adalah tani atau mata pencariannya adalah dengan bertani maka Indonesia merupakan negara yang agraris, yang menempatkan pertanian sebagai potensi yang paling dominan.Pertanian di Indonesia merupakan sector yang paling penting diantara yang lainya. Hal ini dikarenakan sektor pertanian telah terbukti tetap tegak dan bertahan dari terpaan gelombang krisis moneter. Sedangkan sektor-sektor lainnya justru banyak yang mengalami kebangkrutan. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja (sumber mata pencaharian penduduk), sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, dan sumber pendapatan nasional. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian, dimana usaha tani adalah suatu tempat di permukaan bumi dimana pertanian di selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil akan membuahkan terwujudnya target pembanguna nasional. Seperti tujuan dari pancasila dan UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat serta keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat dan keadilan social secara menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis telah tecapainya pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang baik yang berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani itu sendiri.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sumber Daya Lahan Maslah sumber daya lahan ini yaitu penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan pertanian. Dari segi kualitas, faktanya lahan dan pertanian kita sudah mengalami degradasi yang luar biasa, dari sisi kesuburannya akibat dari pemakaian pupuk an-organik. Berdasarkan Data Katalog BPS, Juli 2012, Angka Tetap (ATAP) tahun 2011, untuk produksi komoditi padi mengalami penurunan produksi Gabah Kering Giling (GKG) hanya mencapai 65,76 juta ton dan lebih rendah 1,07 persen dibandingkan tahun 2010. Jagung sekitar 17,64 juta ton pipilan kering atau 5,99 persen lebih rendah tahun 2010, dan kedelai sebesar 851,29 ribu ton biji kering atau 4,08 persen lebih rendah dibandingkan 2010, sedangkan kebutuhan pangan selalu meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk Indonesia. Berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif di Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun produktivitasnya, dan mengalami degradasi lahan terutama akibat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah yaitu kecil dari 2 persen. Padahal, untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan kandungan C-organik lebih dari 2,5 persen atau kandungan bahan organik tanah > 4,3 persen. Berdasarkan kandungan Corganik tanah/lahan pertanian tersebut menunjukkan lahan sawah intensif di Jawa dan di luar Jawa tidak sehat lagi tanpa diimbangi pupuk organik dan pupuk hayati, bahkan pada lahan kering yang ditanami palawija dan sayur-sayuran di daerah dataran tinggi di berbagai daerah. Sementara itu, dari sisi kuantitasnya konfeksi lahan di daerah Jawa memiliki kultur dimana orang tua akan memberikan pembagian lahan kepada anaknya turun temurun, sehingga terus terjadi penciutan luas lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan bangunan dan industri (Anonymous. 2013 )

1. Studi Kasus Pada Komoditas Padi Kondisi alam, cuaca dan budaya masyarakat di Indonesia sangat mendukung sektor pertanian karena tanah Indonesia merupakan tanah yang sangat subur dan produktif sehingga pertanian memang cocok untuk terus dikembangkan. Namun demikian upaya peningkatan produksi instan melalui intensifikasi dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia membuat kondisi tanah semakin rendah tingkat kesuburannya berakibat turunnya hasil produksi. Untuk mengatasinya para petani mengupayakannya dengan meningkatkan biaya produksi diantaranya berupa peningkatan penggunaan kuantitas dan kualitas benih, pupuk dan pestisida/insektisida. Pada awalnya penambahan biaya produksi ini bisa memberikan

peningkatan kepada hasil pertanian, namun untuk selanjutnya tingkat produksi kembali menurun.Oleh karena itu, perlu diperhatikan kembali factor- factor yang dapat mendukung keberhasilan pengembangan dan pembanagunan pertanian, terutama aspek sumberdaya , baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia (petani), dan aspek kelembagaan. Teroboson inovatif dalam upaya mengembalikan kembali kesuburan tanah dan produktifitas harus dilakukan (Anonymous. 2013). Solusi dari contoh studi kasus diatas Pada saat ini ada harapan sebagai solusi terbaik bagi pertanian di Indonesia dalam peningkatan hasil produksi yaitu melalui pola pertanian dengan metoda SRI-Organik. Pola pertanian padi SRI Organik (beras organik/organic rice) ini merupakan gabungan antara metoda SRI (System of Rice Intensification) yang pertamakali dikembangkan di Madagascar, dengan pertanian organik. Metode ini dikembangkan dengan beberapa prinsip dasar diantaranya pemberian pupuk organik, peningkatan pertumbuhan akar tanaman dengan pengaturan pola penanaman padi yaitu dengan jarak yang renggang, penggunaan bibit tunggal tanpa dilakukan perendaman lahan persawahan.

2.2 Keterbatasan Modal Bagi Petani Hal lainnya sebagai adalah, muncul dari terbatasnya akses layanan usaha terutama di permodalan. Kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan petani dalam permodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka dilakukan pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya rendah (low cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu, penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya diperluas. Sebenarnya, pemerintah telah menyediakan anggaran sampai 20 Triliun untuk bisa diserap melalui tim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Bank BRI khusus Kredit Bidang Pangan dan Energi ( Anonymous. 2013 )

2. Studi Kasus Usahatani Kakao di Kecamatan Lambadia Sulawesi Tenggara Besarnya kontribusi perkebunan kakao terhadap pendapatan petani merupakan masalah penting bagi pengembangan skala usahatani. Pendapatan yang diperoleh dari suatu usahatani berkaitan erat dengan produksi dan alokasi factor produksi. Jika dibandingkan dengan produksi kakao di tingkat hasil penelitian yang mencapai 2-3 ton/ha, maka produksi kakao di Sulawesi Tenggara tergolong masih rendah. Rendahnya produksi ini dapat disebabkan oleh tingkat kesuburan lahan dan belum optimalnya teknologi budidaya. Selain itu

penanaman yang dilakukan masyarakat seringkali mengabaikan pertimbangan konservasi lahan akibat proses kehilangan kesuburan tanah semakin meningkat tiap tahunnya. Melihat permasalahan tersebut maka produksi yang diperoleh masih belum optimal. Peningkatan produksi dapat diperoleh dengan mengalokasikan input produksi secara tepat dan berimbang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan usahatani kakao secara nyata adalah luas areal dan harga pupuk. Jadi, Keuntungan maksimal akan diperoleh petani dengan memperluas areal pertanaman dan meningkatkan penggunaan pupuk sampai batas rekomendasi dosis pemupukan. Disamping perluasan areal pertanaman, keuntungan juga ditingkatkan dengan penambahan pupuk sesuai dengan acuan rekomendasi, artinya walau terdapat peningkatan biaya pupuk namun produksi yang dicapai akan optimal sehingga keuntungan akan meningkat. Walaupun perluasan areal berpengaruh nyata terhadap tingkat keuntungan, namun pada umumnya petani mempunyai tenaga kerja yang terbatas. Oleh karena itu untuk meningkatkan keuntungan adalah dengan memaksimalkan penggunaan input produksi (pupuk) yang sesuai anjuran. Sampai saat ini petani belum bertindak secara rasional dalam mengalokasikan input produksi maka disarankan untuk menyebarluaskan informasi pemupukan yang meliputi dosis, jenis dan waktu pemupukan yang telah direkomendasikan hingga sampai ke daerah-daerah (Anonymous. 2013). Solusi dari contoh studi kasus diatas 1. Fasilitas Kredit Sebagai akibat dari langkanya modal usaha tani, kredit menjadi penting. Dalam hal ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani dengan syarat mudah dicapai (ada di lokasi usaha tani). Dengan prosedur yang mudah dan suku bunga yang relatif rendah dapat membuka peluang pemilik modal swasta mengulurkan tangan, sambil membunuh secara perlahan kepada petani, melalui sistem yang kita kenal dengan sistem ijon. Alasan petani untuk tidak menggunakan fasilitas kredit yang disediakan oleh pemerintah adalah: belum tahu caranya, tidak ada jaminan, serta bunganya dianggap terlalu besar. 2. Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi akan memudahkan persentuhan petani dengan dunia luar, seperti pasar, informasi yang menyangkut kebijaksanaan pemerintah, yang dapat mereka gunakan, dan sebagai bahan pertimbangan dalam berusahatani. Perkembangan dunia, teknologi, serta komunikasi sosial lainnya, dengan demikian ada pada dirinya (petani sebagai pengelola usahatani) (Anonymous. 2013).

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan Dari dua permasalahan dapat disimpulan bahwa dalam kedua maslah tersebut masih rendahnya atau kurangnya perhatian pemerintah pada para petani,kemudian kurang adanya penyuluhan-penyulahan terhadap petani tentang masalah pertanian.Dapat dilihat pada contoh kasus yang pertama,tentang sumberdaya lahan,petani masih menggunakan bahan-bahan kimia dalam kegiatan pertaninya ( pestisida kima atau pupuk kimia ),yang nantinya dapat menurunkan kualitas tanah.Untuk contoh kasus kedua yaitu petani mengalami keterbatasan modal,dengan kurangnya modala bagi petani,petani menjadi hanya dapat mampu bekerja atau mengelola lahannya sesusi dengan modal yang dia miliki. Solusi dari semua maslah ini adalah harus adanya keikut sertaan pemerintah,dalam artian pemberian modal bagi para petani,agar kegiatan bertaninya berjalan dengan maksimal

DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2013. 5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di Indonesia. http://setkab.go.id/artikel-5746-.html.Diakses pda tanggal 17 Maret 2013. Anonymous. 2013. http://anggi-arga.blogspot.com/2010/03/masalah-usahatani-dan-faktoryang.html. Diakses pada tanggal 17 Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai