Oleh:
G012192003
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
1. Apabila saya akan membudidayakan suatu tanaman pangan tertentu di
suatu wilayah atau kawasan. Faktor-faktor yang saya pertimbangkan
agar dapat menunjukkan potensi maksimalnya yaitu: menyesuaikan komoditas
tanaman dengan letak wilayah, kondisi wilayah, topologi wilayah, iklim, kondisi tanah, air,
dan aspek pendukung budidaya lainnya, selain itu factor yang sangat perlu dipertimbangkan
yaitu kedaan kehidupan sosial masyarakat dan peluang pasar tanaman pangan tersebut di
sekitar kawasan tersebut. Misalnya:
“Pengembangan Padi Varietas Lokal di Dataran Tinggi Toraja Utara secara Organik”,
faktor yang perlu dipertimbangkan agar produksi maksimal:
a. Agroekologis Sesuai dan Dukungan Pemerintah Setempat
Di daerah dataran tinggi Toraja (700-1500 mdpl) terdapat banyak padi lokal yang
masih banyak dibudidayakan masyarakat secara konvensional padi lokal tumbuh dan
berproduksi dengan baik di daerah tersebut. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan
Perikanan Toraja Utara perkembangan padi lokal selalu mengalami peningkatan setiap
tahun dengan sebaran di wilayah di 21 kecamatan di Toraja Utara. Namun peningkatan dan
total luas tanam dan produktivitas tidak begitu signifikan karena padi unggul lokal ini
masih dikembangkan secara tradisional oleh petani serta tidak dibudidayakan sepanjang
tahun.
Berdasarkan rencana strategik (Renstra) Dinas Pertanian dan Perikanan sampai
tahun 2015 yang disesuaikan dengan Visi Bupati Toraja Utara "PARIWISATA
PENGGERAK PEMERATAAN DAN PENINGKATAN PEMBANGUNAN TORAJA
UTARA 2015", maka dalam hal menunjang kegiatan pariwisata, pengembangan padi
unggul lokal yang ada di Kabupaten Toraja Utara menjadi salah satu prioritas pokok.
Pengembangan padi-padi lokal ini akan dilakukan dengan memaksimalkan kelompok tani
dengan dukungan dana dari APBD dan APBN.
b. Peluang Pengembangan Kualitas Beras Tinggi
Petani padi sawah di Toraja Utara rata-rata masih mempertahankan
membudidayakan padi lokal karena syarat tumbuh yang cocok dan pengembangan padi
Varietas unggul yang kurang optimal karena tidak berproduksi dengan baik pada suhu
rendah di bawah 15°C, selain itu petani relative menyukai rasa padi lokal yang pada
umumnya rasanya sangat enak (Lallodo, Lea, dan Ambo), harum (Barri, Bau dan
Kombong), kandungan gizi tinggi serta ketahaman terhadap OPT dan bahan makanan
olahan lainya dan nasi padi lokal umumnya tidak mudah basi sehingga tetap
dipertahankan secara turun temurun, (Y Parari, 2019).
Di Toraja Utara terdapat 5 varietas lokal yang telah resmi disertivikasi oleh
Balai Perbenihan dan Perlindungan Tanaman, Kementrian pertanian RI pada tahun
2014 yang diusulkan oleh PEMDA Toraja Utara bersama dengan tim peneliti lainnya,
yaitu diantaranya Pare Ambo, Pare Lallodo (padi hitam), Pare Lea (padi Merah), Pare
Kombong, Bau’ (Padi Aromatik).
c. Peluang Pasar Pengembangan Padi Lokal Organik
Pada tahun 2009, permintaan pangan organik di Indonesia diperkirakan
mencapai 1.141.102 ton, sedangkan produksi belum mencapai separuh dari
permintaan. Dengan demikian, peluang pasar padi organik masih sangat terbuka dan
sangat menjanjikan bagi Kabupaten Toraja Utara. Sehingga hal ini membuka peluang
besar bagi pengembangan padi lokal di Toraja Utara dan pada saat ini sebagian
petani di Kabupaten Toraja Utara sudah mulai mengembangkan budidaya padi
organik dengan varietas unggul lokal (Y. Limbongan dkk, 2013). Berdasarkan data
di atas maka pengembangan padi lokal organic secara berkelanjutan di 21 kecamatan
di Toraja Utara perlu dioptimalkan.
Karena memiliki nilai mempunyai banyak keunggulan pada segi mutu dan
kualitas beras serta diorganikkan sehingga beras padi lokal Toraja relative mahal di
pasaran, di Pasar Lokal Toraja (Bolu, Rantepao) harga padi ambo ( Rp. 25.000/kg),
Lallodo (20.000/kg), Pare Lea (14.000/kg), Pare Bau’ (16.000), dan pare Kombong
(18.000/kg) (Y Parari, 2019) berdasarkan hal ini padi Lokal ini sangat berpotensi
dikembangkan ke depannya bukan hanya di Toraja tapi di Indonesia.
d. Peluang Pengembangan dari Segi Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Di tana Toraja dan Toraja Utara padi lokal sangat kental dalam kehidupan
masyarakat bahkan padi lokal sudah dianggap sebagai bagian dari adat dan budaya
masyarakat Toraja buktinya lumbung-lumbung yang dibuat oleh orang Toraja
merupakan tempat menyimpan hasil panen padi hal ini sudah dianggap tradisi turun
temurun, tradisi “Mak Rampun Pare” merupakan kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama mengumpulkan hasil panen dari sawah menuju ke lumbung padi,
tradisi Ma’ Piong Barra’ merupakan kegiatan syukuran hasil panen pada setiap
periode panen sehingga sangat berpeluang dikembangkan secara intensif.
Inovasi Baru yang Akan Diterapkan Agar produksi Maksimal
1. Berdasarkan semua uraian di atas tentang peluang besar pengembangan padi
lokal Toraja di Toraja Utara Inovasi yang perlu diterapkan yaitu perbaikan
budidaya secara optimal melalui kelompok-kelompok tani dimaksimalkan pola
pikir meraka tetang cara bertani organic dengan baik yang dibarengi dengan
penggunaan teknologi secara efisien dalam budidaya dan pengolahan pasca
panen.
2. Pemanfaatan Padi Lokal Toraja dalam bidang pemuliaan. Padi lokal memiliki
banyak keunggulan pada segi mutu beras dan ketahanan OPT, akan tetapi
memiki kekurangan yaitu spesifik lokasi, umur dalam, anakan sedikit, tidak
respon pemupukan, kerontokan sulit sehingga indeks produksi kurang
disbandingkan varietas unggul Nasional. (Y. Parari, 2019). Berdasarkan
permasalahan ini sehingga muncul inovasi baru dari Perguruan Tinggi UKIT
mencoba merakit Padi Tipe Baru yang menggunakan Padi Lokal Toraja sebagai
tetua (sumber genetic) dengan 5 varietas lokal Toraja disilangkan dengan VUB
Inpari 4 pada tahun 2017 oleh (Y. Parari, 2019), dengan tujuan mengasilkan
padi PTB unggul bermutu, gizi tinggi, rasa, aroma yang tajam, tahan OPT dan
lingkungan Suboptimal, produksi tinggi, umur genjah, dan dapat disebarluaskan
agroekologinya di seluruh Indonesia.
Perakitan benih varietas unggul sangat penting dilakukan ke erah ke depan ini
dimana diketahui di Indonesia memiliki sebaran wilayah yang memiliki banyak lahan
sub-optimal yang dapat menekan pertumbuhan tanaman pangan khususnya padi,
diantaranya lahan masam, kekeringan, pesisir (salin), keracunan logam, naungan, dan
cekaman suhu rendah. Namun selama ini pengembangan padi unggul tahan suhu rendah
masih kurang diperhatikan karena wilayah sebarannya yang agak kecil disbanding pesisir
dan irigasi, namun penting dilakukan agar masyarakat di daerah-daerah dataran tinggi
dapat menanam varietas unggul untuk kemajuan ekonomi meraka maupun menyumbang
peningkatan produksi pangan nasional. Perakitan padi unggul toleran suhu rendah
dilakuakn dengan cara pemuliaan tanaman misalnya hibridasi atau mutasi dengan
memanfaatkan padi lokal yang telah beradaptasi baik di daerah tersebut sebagai sumber
genetic kemudian disilangkan dengan padi varietas unggul nasional dengan tujuan
memperoleh benih yang unggul toleran suhu rendah beradaptasi baik di daerah dataran
tinggi. Pemuliaan tanaman padi dengan memanfaatkan varietas lokal dengan
memperhatikan keunggulan spesifik yang dimiliki varietas lokal tersebut diharapkan
dapat meningkatkan keunggulan varietas padi yang dibudidayakan di lokalita spesifik
(Sitaresmi., et al 2013), setelah dilakukan pemuliaan (persilangan) tentunya dilakukan
seleksi yaitu pemilihan galur yang toleran dengan produksi tinggi serta bermutu galur ini
terus dikembangkan terus menerus hingga mencapai tingkat homogen dan siap dilepas
jadi varietas baru unggul dataran tinggi umur genjah produksi dan gizi tinggi.
b. Kegiatan Budidaya (olah lahan)
Di daerah dataran tinggi pada umumnya letak posisi wilayahnya berupa
kemiringan sehingga lahan khususnya lahan sawah tadah hujan bepetak-petak dengan
ukuran relative kecil sehingga pengolahan lahan relative lama karena perbaikan pematang
bersaman dengan pengolahan, selain itu tidak dapat dilalui traktor. Dalam hal ini perlu
diterapkan inovasi baru dengan penggunaan mesin olah lahan mini.
c. Panen
Kondisi wilayah yang tidak mendukung mesin panen dalam kegiatan pemanenan di
daerah dataran tinggi, sehingga perlu dilakukan inovasi baru secara mekanis
terhadapap mesin pertanian berupa modifikasi alat pemotong rumput menjadi alat
panen yang dikombinasikan dengan mesin perontok terbukti dapat mempercepat
kegiatan panen dibandingkan potong langsung perontokan gebot. Selain itu inovasi
yang perlu diterapkan yaitu sistem perlu dilakukan panen secara beregu (kelompok)
bukan pengeroyokan karena selama ini rata-rata scara panen keroyokan dilakukan di
panen konvensioal hal ini dapat meningkatkan susut hasil. Berdasarkan penelitian
Nugraha (2012) Inovasi sederhana yang perlu mendapat perhatian dan mudah
diterapkan yaitu panen dengan sistem berkelompok dengan anggota 10-15 orang,
dengan cara panen potong atas, hasil panen langsung dimasukan ke dalam karung
plastik dan perontokan menggunakan power thresher dengan alas terpal berukuran 8m
x 8m dapat menekan terjadinya susut antara 3-5% hasil yang setara dengan 20-75 kg
gabah per hektar atau Rp. 90.000 – 337.500,- per hektar.
d. Potensi Pengolahan hasil
Diketahui mutu dimiliki padi lokal sangat tinggi karena memiliki rasa enak,
harum, dan gizi tinggi sehingga memiliki nilai jual tinggi sehingga peluang pasar
tinggi. Selain itu pengolahan beras padi lokal memiliki potensi untuk diolah menjadi
bahan makanan olahan yang sangat enak dan bergizi yang tentunya memiliki harga
yang tinggi pula, misalnya tepung, tumpeng, olahan kue, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Hallowel, C., 1997. Time. Vol. 150 (17A). Time inc, Asia, pp 22-26
Lee MH. 2001. Low Temperature Tolerance Rice: The Korean Excperience. ACIAR.
Proceeding. Filifinas: International Rice Recearch Institute (IRRI).
Limbongan, Y.L., 2013. Interrelasi Komponen Tumbuh dengan Hasil Tanaman Padi Sawah Di
Dataran Tinggi. Tesis Magister Sains, Universitas Hasanuddin Makassar.
Limbongan, Y.L., 2008. Genetic Analysis and Selection of Lowland Rice (Oryza sativa L) for
Adaptation In Highland Ecosystem. Bogor Agricultural University, Bogor.
Nugraha, S. 2012. Inovasi Teknologi Pascapanen Untuk Mengurangi Susut Hasil Dan
Mempertahankan Mutu Gabah/Beras Di Tingkat Petani. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian
Parari, T. Y. 2019. Karakterisasi dan Daya Gabung F1 dan F1 Resiprokal 5 Padi Varietas Lokal
Toraja disilangkan dengan PTB Inpari 4. Skripsi S1 UKI Toraja. (tidak dipublikasikan)
Sai’id, E.G 1994. Dampak Negatif Pestisida, Sebua Cacatan Bagi Kita Semua, Agrotek Vol 2(1).
IPB Bogor. Hal 71-72
Sisworo, W.H. 2006. Swasembada Pangan dan Pertanian Berkelanjutan Tantangan Abad XXI.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Jakarta. 207.p
Sitaresmi .T, W. Rina, Rakhmi A.T, Yunani N, dan Susanto U. 2013. Pemanfaatan Plasma
Nutfah Padi Varietas Lokal dalam Perakitan Varietas Unggul. BB Padi. IPTEK
TANAMAN PANGAN VOL. 8 NO. 1.
Sumarno dan U.G Kartasasmita. 211. Analisis Tingkat Adopsi Teknologi Produksi Padi Sawah
mengacu Produktivitas Optimal Berkelanjutan. Laporan Akhir Penelitian Analisis
Kebijakan Teknis. Pustlitbang Tanaman Pangan Bogor (Belum Dipublikasikan)