Anda di halaman 1dari 11

MASALAH KOMODITI HORTIKULTURA DI INDONESIA

TUGAS KAPITA SELEKTA

DOSEN MATA KULIAH : Dr. Ir. Salmiah, MS

OLEH :
NELVA MEYRIANI BR GINTING
197039020
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2021
1

BAB I LATAR BELAKANG


Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan, bahkan kini disadari bahwa komoditas hortikultura di Indonesia
memiliki prospek pengembangan yang sangat baik karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi
serta potensi pasar yang terbuka lebar dari dalam hingga luar negeri. Budidaya tanaman
hortikultura tropis dan subtropis sangat memungkinkan untuk dikembangkan di Indonesia
karena tersedianya keragaman agroklimat dan karakteristik lahan dan sebaran wilayah yang
luas (Zulkarnain, 2010).
Tabel 1. Produksi Sayuran dan Buah-Buahan di Indonesia tahun 2016-2019
Jenis Tanaman Produksi Sayuran dan Buah-Buahan (Ton)
Kind of Plants 2016 2017 2018 2019
Sayuran/Vegetables:
Bawang Daun/Scallion 537 931 510 483 573 216 590 596
Bawang Merah/Shallots 1 446 869 1 470 154 1 503 436 1 580 243
Bawang Putih/Garlic 21 150 19 513 39 300 88 817
Bayam/Spinach 160 267 148 303 162 263 160 306
Buncis/String Bean 275 535 279 052 304 431 299 310
Cabai Besar/Chili/Big Chili 1 045 601 1 206 276 1 206 737 1 214 418
Cabai Rawit/Chili/Pepper 915 997 1 153 165 1 335 595 1 374 215
Jamur/Mushrooms 40 914 37 020 31 052 33 163
Kacang Merah/Red Beans 37 171 74 370 67 862 61 517
Kacang Panjang/Long Beans 388 071 381 196 370 190 352 695
Kangkung/Water Spinach 297 130 276 982 289 555 295 556
Kembang Kol/Cauliflower 142 851 152 872 152 114 183 815
Kentang/Potato 1 213 041 1 164 743 1 284 760 1 314 654
Ketimun/Cucumber 430 218 424 933 433 923 435 973
Kubis/Cabbage 1 513 326 1 442 631 1 407 930 1 413 059
Labu Siam/Chayote 603 325 566 857 453 989 407 962
Lobak/Radish 19 483 22 424 27 236 24 247
Petsai/Chinese Cabbage 601 204 627 611 635 982 652 723
Terung/Eggplant 509 749 535 436 551 529 575 392
Tomat/Tomato 883 242 962 856 976 772 1 020 331
Wortel/Carrot 537 526 537 345 609 630 674 633
Buah–buahan/Fruits:
Blewah/Blewah 19 539 18 522 32 050 34 078
Melon/Melon 117 344 92 446 118 691 122 106
Semangka/Watermelon 480 897 499 475 481 727 523 335
Produksi Biofarmako (Kg)
Biofarmako/Medicinal Plants
Dringo/Calamus 469 831 433 381 281 511 333 452
Jahe/Ginger 340 341 081 216 586 662 207 411 867 174 380 121
Kapulaga/Java Cardamon 86 143 984 90 787 405 81 724 526 72 529 554
Kencur/East Indian Galangal 36 540 786 36 655 028 35 966 755 35 296 213
Kunyit/Turmeric 107 770 473 128 338 949 203 457 526 190 909 203
Laos/Lengkuas/Galanga 59 453 023 63 536 065 70 014 973 75 384 909
Lempuyang/Zingiber Aromaticum 8 467 091 7 728 410 9 150 995 6 609 056
Lidah Buaya/Oloevera 10 924 741 10 331 221 11 228 825 20 746 714
Mengkudu/Indian Mulberry 4 616 815 4 629 225 5 741 585 8 119 231
Temuireng/Black Turmeric 6 067 555 6 407 704 7 135 233 6 969 556
Temukunci/Chinese Keys 3 789 352 4 291 516 5 182 414 4 866 303
Temulawak/Java Turmeric 22 123 632 24 561 046 25 571 197 29 637 119
Sambiloto/King of Bitter 783 484 1 612 170 2 290 039 1 856 377
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia ta hun 2020

1
2

Tabel 1 menunjukkan produksi komoditi hortikultura dari tahun 2016-2019 mengalami


fluktuatif,namun secara umum produksi yang dihasilkan cenderung meningkat. Sehingga
komoditi hortikultura di Indonesia sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Gambar 1. Konsumsi Energi, Protein dan Skor Pola Pangan Harapan (PPH),2015 – 2019

Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi pada sayur dan buah, dari
tahun 2015-2019. Namun untuk peningkatan konsumsi sayur dan buah tidak meningkat
signifikan,hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyrakat Indonesia masih rendah untuk
mengkonsumsi sayur dan buah,dan lebih mengutamakan konsumsi pangan seperti beras, ikan,
minyak dan lemak sesuai dengan gambar 2 diatas, bahwa konsumsi akan padi-padian (beras)
lebih besar dibandingkan dengan konsumsi sayur dan buah.
Komoditas Hortikultura mempunyai nilai tinggi dalam bentuk segar, namun demikian
produk hortikultura secara umum cepat rusak sehingga memerlukan penanganan khusus untuk
menjaga kualitas produk. Penanganan pasca panen yang meliputi sortasi, grading
(pengkelasan) dan pengemasan sangatlah penting, hal ini terkait dengan upaya
mempertahankan mutu produk. Pengelolaan primer di tingkat petani serta pegelolaan ditingkat
industri perlu menerapkan cara pengelolaan yang baik (Good Manufacturing Practises/GMP).
Permasalahan utama dalam agribisnis sayuran adalah produksi dan produktivitas rendah,
pemilikan lahan sempit, penanganan pascapanen masih tradisional, keterbatasan modal,
infrastruktur terbatas, dan akses pemasaran kurang berkembang (Taufik, 2012).
Dalam rangka mengoptimalkan potensi dan prospek hortikultura diperlukan arah dan
kebijakan pengembangan hortikultura secara terpadu mulai dari sektor ke hulu sampai sektor
hilir. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung dengan melibatkan seluruh pemangku
3

kepentingan (stakeholders), yang terdiri dari petani, pedagang dalam negeri, eksportir dan
importer. Peran utama Pemerintah adalah membangun iklim usaha sebagai fasilitator,
regulator, dinamisator, dan pemantauan serta pengawasan sehingga masing-masing pelaku
dapat bekerja dan berinteraksi secara maksimal dan terpadu melalui pengembangan kawasan
Agribisnis, penataan rantai pasokan (supply chain management), penerapan budidaya
pertanian sesuai dengan SOP, fasilitasi terpadu Investasi Hortikultura, pengembangan
kelembagaan usaha. Pengembangan hortikultura di Indonesia memiliki prospek yang sangat
baik, oleh karena itu sebaiknya masyarakat pemerintah, peneliti, dan lembaga pendidikan
terkhusus di bidang pertanian lebih giat dan berupaya dalam pengembangan hortikultura agar
dapat bersaing dengan produk luar dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
4

BAB II PERMASALAHAN
Masalah hortikultura perlu diperhatikan yaitu:
1. Komoditi Hortikultura tidak dapat disimpan lama dan mudah rusak
Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang mudah rusak. Hal ini
disebabkan karena komoditas hortikultura mengandung kadar air yang tinggi, sehingga
harus segera ditangani dengan baik. Kerusakan komoditas hortikultura merupakan suatu hal
yang tidak dapat dihindari tetapi dapat ditunda. Penundaan waktu kerusakan ini dapat
dilakukan dengan berbagai usaha, salah satunya dengan menggunakan teknologi
penyimpanan produk segar
2. Komoditi hortikultura bersifat voluminous
Komoditi hortikultura memerlukan tempat lapang (voluminous) karena berukuran besar
Artinya untuk pengangkutan dan penggudangan memerlukan ruang yang luas. Transportasi
lewat udara memerlukan biaya yang tinggi karena kandungan air.
3. Sifat hortikultura musiman
Produksi hortikultura yang musiman/melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada
musim yang lain (musiman). Artinya komoditi hortikultura tidak tersedia sepanjang tahun.
4. Kepemilikan lahan sempit
Kepemilikan lahan yang sempit menjadi penyebab tidak efisiennya kegiatan usahatani yang
dilakukan oleh para petani. Kondisi demikian memicu adanya alih fungsi lahan dari sektor
pertanian menjadi non pertanian. Dampak dari adanya hal tersebut adalah semakin
berkurangangnya lahan pertanian dan keadaan ini menyebabkan ketimpangan dalam
distribusi kepemilikan lahan pertanian yang ada di suatu wilayah.
5. Penanganan pascapanen masih tradisional
Penanganan pasca panen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat perhatian
yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pasca panen sebesar 25 % - 28 %.
Oleh sebab itu agar produk holtikultura terutama buah-buahan dan sayuran dapat sampai ke
tangan konsumen dalam kondisi baik perlu penanganan pasca panen yang benar dan sesuai.
Bila pasca panen dilakukan dengan baik, kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil
bahkan dihindari, sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan
6. Keterbatasan modal
Untuk memperoleh pendapatan bersih dalam suatu usahatani atau bisnis haruslah dapat
menguasai modal dan pada umumnya usahatani memerlukan investasi modal yang cukup
besar dibandingkan bisnis lain (non pertanian) untuk mendapatkan tingkat pendapatan yang

4
5

sama, namun petani hortikultura Indonesia masih sulit memperoleh modal karena hasil
panen tidak dapat untuk membalikkan modal usahatani.
7. Infrastruktur terbatas
Infrastrukturnya terbatas,jauh dari pusat atau sentra produksi hortikultura, sehingga akses
terhadap produk hortikultura lebih sulit dijangkau karna akses jalan menuju usaha tani rusak
dan jauh dari akses pasar.
8. Akses pemasaran kurang berkembang
Pertumbuhan pasar produk hortikultura tersebut memberikan peluang bagi petani
hortikultura untuk meningkatkan akses mereka terhadap pasar. Namun disisi yang lain,
situasi pasar yang terbuka membuat tingkat persaingan antar pelaku pasar menjadi semakin
tinggi, dimana petani sebagai produsen dalam posisi yang lemah dibanding pelaku pasar
yang lain. Untuk itu maka pemahaman mendalam mengenai rantai pasokan, mulai dari
pasokan sarana produksi, produksi, pasca panen, pemasaran hingga distribusi ke konsumen
menjadi sangat penting, sebagai pertimbangan untuk mengembangkan dukungan bagi
petani untuk memperkuat akses pasar mereka.
9. Terjadi fluktuasi harga hortikultura yang signifikan
Fluktuasi harga hortikultura tersebut seringkali lebih merugikan petani daripada pedagang
karena petani umumnya tidak dapat mengatur waktu penjualannya untuk mendapatkan
harga jual yang lebih menguntungkan. Disamping itu fluktuasi harga yang tinggi juga
memberi peluang kepada pedagang untuk memanipulasi informasi harga di tingkat petani
sehingga transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani cenderung bersifat asimetri
10. Produksi dan produktivitas hortikultura rendah
Kegiatan usaha tani hortikultura belum dilaksanakan secara intensif, sehingga produktivitas
masih relatif rendah (belum optimal sesuai potensi hasil), hal ini disebabkan keterbatasan
kemampuan SDM karena belum intensifnya pembinaan dan pendampingan dalam
pengelolaan hortikultura yang efektif.
6

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Kekuatan Pengembangan Hortikultura di Indonesia


1. Kondisi agroklimat dan lahan sangat mendukung
Indonesia memiliki kondisi agroklimat yang sangat sesuai untuk budidaya hortikultura
sehingga tidak ada alasan bahwa hortikultura tidak dapat dikembangkan di Indonesia.
2. Pengetahuan dan keterampilan petani mengenai budidaya hortikultura sudah
relatif baik
Hal ini merupakan faktor yang membantu petani hortikultura karena tingkat pengetahuan
SDM petani sudah baik dan diperlukan bantuan penyuluhan agar membuat petani lebih
baik dalam pengaplikasian pengetahuan tersebut.
3. Ada kelembagaan petani berupa kelompok tani, gapoktan, dan koperasi
Kelembagaan petani sangat penting untuk membantu petani dalam produksi, pasca panen
dan pemasaran komoditi hortikultura, dan juga untuk akses modal akan lebih
mempermudah petani untuk mengaksesnya
4. Peluang intensifikasi dan ekstensifikasi
Upaya peningkatan produksi hortikultura akan diarahkan pada kegiatan intensifikasi
(peningkatan produktivitas) dan kegiatan ekstensifikasi (perluasan areal tanam).
5. Lokasi usahatani berpotensi dikembangkan sebagai objek agrowisata
Banyak wilayah di Indonesia yang dijadikan sgrowisata karena selain dapat meningkatkan
pendapatan, juga dapat meningkatkan produksi dan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya konsumsi sayuran dan buah-buahan.
6. Komitmen pemerintah daerah untuk mengembangkan agribisnis
Komitmen dan dukungan pemerintah dapat berupa berupa penyediaan lahan,
pembangunan infrastruktur pendukung, penguatan kelembagaan petani, akses
pembiayaan, dan pendampingan kepada petani akan menjadi kunci keberhasilan
pengembangan komoditi hortikultura.

2.2 Kelemahan Pengembangan Hortikultura di Indonesia


1. Ketersediaan, harga, dan kualitas sarana produksi pertanian belum terjamin
Faktor tersebut disebabkan karna petani hortikultura di Indonesia pada umumnya
menerapkan budidaya yang tidak ramah lingkungan, dan proses pengemasan juga tidak
diperhatikan dengan baik sehingga kualitas hortikultura tersebut rendah, sehingga ketika
dipasarkan pun akan menyebabkan harga yang diberikan juga rendah.
2. Risiko gagal panen akibat musim kemarau
Komoditi hortikultura membutuhkan air dalam budidayanya, sehingga jika pada musim
kemarau sangat sulit memperoleh air yang banyak sesuai kebutuhan tanaman hortikultura
sehingga dapat terjadi gagal panen
3. Penggunaan pupuk kimia dan obat-obatan pertanian tidak tepat
Petani Indonesia sering menggunakan pupuk kimia maupun pestisida secara berlebihan
dengan alasan dapat meningkatkan produksi, namun keny ataanya hal tersebut hanya dapat
menurunkan kualitas hortikultura yang dihasilakn sehingga harga yang diperoleh rendah.

6
7

4. Produktivitas hortikultura masih relatif rendah


Hal ini diakibatkan karena perencanaan tanam belum baik dan pola produksi tersebar,
hingga penggunaan input pertanian yang tidak sesuai sehingga produktivitas hortikultura
rendah.
5. Kualitas, kontinuitas, dan kuantitas produksi belum terjamin
Permasalahan hortikultura bersumber dari belum optimalnya kuantitas dan kualitas produk
hortikultura yang pada akhirnya berdampak pada kontinuitas. Produksi hortikultura ini
dipengaruhi cuaca, keterbatasan input, dan pengetahuan yang pada akhirnya
mempengaruhi kontinuitas hortikultura.
6. Adopsi teknologi baru belum optimal
Petani Indonesia masih belum banyak menggunakan teknologi dalam kegiatan usaha tani
nya.Padahal teknologi sangat membantu proses keberlangsungan usaha tani, baik
informasi budidaya yang baik, dan akses pasar dan juga akses modal yang dapat
mempermudah usaha tani hortikultura.
7. Pemasaran hasil pertanian masih nirkemitraan
Petani hortikultura merasa jika mengikuti kemitraan maka proses yang harus dilakukan
sangat rumit, padahal dengan mengikuti kemitraan maka banyak keuntungan yang akan
diperoleh petani.
8. Belum ada agroindustri/industri kecil/rumah tangga
Hal ini disebabkan karena masih minimnya pengetahuan petani mengenai pengolahan
hortikultura, padahal jika mengolah hortikultura akan menambah nilai jualproduk tersebut
dan juga menambah keuntungan
9. Akses jalan ke desa dan jalan usahatani belum memadai
Infrastruktur jalan banyak masih rusak sehingga untuk memasarkan hortikultura juga akan
meningkatkan biaya pengangkutan dan pemasaran.
10. Pelayanan penyuluhan masih sangat minim
Penyuluhan pertanian masih minim karena karakteristik petani yang merasa lebih bisa
danlebih berpengalaman dalam usaha tani dibandingkan penyuluh, sehingga tidak ada
kerjasama yang terjalin antara keduanya

2.3 Ancaman Pengembangan Hortikultura di Indonesia


1. Peningkatan produksi, kualitas, dan inovasi di sentra produksi hortikultura di
wilayah lain menjadi pesaing untuk merebut konsumen produk sejenis
Sehingga untuk mengatasi perlu peningkatan inovasi pada hortikultura dari hulu sampai
hilir sehingga produk yang kita hasilkan lebih disukai oleh konsumen
2. Klaim produk di mancanegara dan pencemaran lingkungan akibat praktik
usahatani konvensional
Isu lingkungan merupakan hal yang sering membuat produk hortikultura kita gagal
dipasarkan di pasar ekspor, padahal jika kita mengikuti ketentuan untuk mengurangi
penggunaan pestisida yang berlebihan dan proses pengemasan yang lebih diperhatikan
pada komoditi hortikultura maka produk hortikultura kita layak untuk dipasarkan di pasar
ekspor.
8

3. Fluktuasi harga yang tinggi menjadi risiko paling berat bagi petani
Fluktuasi harga hortikultura menyebabkan fluktuasi harga yang tinggi juga memberi
peluang kepada pedagang untuk memanipulasi informasi harga di tingkat petani sehingga
transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani cenderung bersifat asimetri.
4. Intervensi gaya hidup, nilai, dan budaya luar
Gaya hidup untuk tidak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dipengaruhi oleh nilai
dan budaya luar yang lebih suka dengan makanan yang siap saji, dan stigma di dalam
masyarakat yang merasa buah dan sayuran tersebut memiliki rasa yang tidak enak.
5. Kesehatan dan keselamatan Kerja di wilayah lain menjadi pesaing
Dengan mengutamakan kualitas hortikultura yang banyak dikembangkan pada saat ini
yaitu organik,maka banyak konsumen lebih memilih hortikultura organik dibanding
dengan hortikultura yang banyak menggunakan pestisida karena dianggap dapat
mengganggu kesehatan, sehingga hal tersebut harus diperhatikan agar dapat bersaing
dengan produk hortikultura wilayah lain.

2.4 Peluang Pengembangan Hortikultura di Indonesia


1. Permintaan produk hortikultura yang berkualitas (bersertifikat) meningkat
terutama untuk pasar ekspor
Pengembangan hortikultura terutama yang dieskpor harus berkualitas (bersertifikat) agar
dapat bersaing dengan produk hortikultura negara lain di negara pengimpor hortikultura.
2. Akses jalan dan pelabuhan ke pusat-pusat konsumen relatif lancar
Pembangunan infrastruktur jalan akan mempercepat proses pemasaran hortikultura dan
dapat mengurangi biaya pengangkutan dan masa simpan lebih lama untuk
hortikultura,sehingga kualitas tetap terjaga.
3. Ada minat pemodal dari luar kabupaten untuk melakukan aktivitas agribisnis
Akses modal dari pihak-pihak mana saja harus dipermudah agar banyak pelaku-pelaku
agribisnis hortikultura menanamkan modal untuk pengembangan agribinis hortikultura
dari hulu sampai dengan hilir.
4. Ada kecenderungan peningkatan permintaan akan wisata alam dan agrowisata
Banyak daerah di Indonesia sudah mengembangkan agrowisata, hal ini merupakan daya
tarik bagi masyarakat dan investor dalam pengembangan agrowisata hortikultura,
sehingga dapat menambah pendapatan daerah.
5. Ada peluang pemasaran langsung antarwilayah dengan tumbuhnya pusat
perbelanjaan di perkotaan
Dengan memasarkan hortikultura yang berkualitas baik maka komoditi yang kita produksi
akan dilirik oleh pelaku pemasaran di pusat perbelanjaan di perkotaan, sehingga
meningkatkan daya saing kita dengan komoditi hortikultura yang sama dari daerah yang
berbeda.

2.5 Strategi Pengembangan Hortikultura di Indonesia


1. Kemitraan agribisnis
Pentingnya kemitraan pemasaran disebabkan fluktuasi harga dan margin pemasaran
yang tidak kondusif bagi pengembangan agribisnis dan peningkatan daya saing
agribisnis
9

2. Pengembangan sumber air dilahan usahatani


Dapat mempermudah produksi hortikultura,karena komoditi hortikultura yang
membutuhkan air yang banyak, sehingga dapat mencegah gagal panen pada saat musim
kemarau.
3. Peningkatan kualitas jalan akses ke desa dan pembangunan jalan usahatani
Hal ini dapat membantu pelaku pemasaran agribisnis mempercepat proses pemasaran
hortikultura dan menghemat biaya pemasaran hortikultura.
4. Pengembangan kios sarana produksi pertanian di perdesaan yang dikelola oleh
lembaga petani
Dengan adanya mitra petani mempermudah akses memperoleh input pertanian dan
akses modal usaha tani
5. Peningkatan layanan penyuluhan pertanian
Penyuluhan pertanian kepada petani hortikultura harus dilakukan dengan inovasi dan
karakteristik petani sehingga penyuluhan yang sudah dilaksanakan dapat diterapkan
oleh petani pada usaha tani hortikulturanya dengan baik.
6. Penataan zonasi dan pola tanam komoditas unggulan
Hal ini dimaksudkan agar harga komoditas hortikultura fluktuatif, dengan membuat
zonasi komoditi unggulan maka petani dapat membuat perencanaan untuk menanam
komoditi hortikultura unggulan di musim tanam selanjutnya.
7. Pengembangan agroindustri skala rumah tangga dan skala kecil
Agroindustri harus dikembangkan untuk komoditi hortikultura,karean komoditi ini
mudah rusak dan masa simpannya tidak lama, dengan mengolah menjadi produk
olahan misalnya jus wortel, sayuran dibuat menjadi asinan, buah buah dibuat menjadi
manisan buah, dan produk olahan lainnya.
8. Pengembangan fasilitas kebun bibit dan lahan demplot
Dengan adanya pembibitan hortikultura maka petani lebih mudah untuk memperoleh
bahan tanam hortikultura dan melakukan proses produksi dengan baik.
9. Pengembangan pos pengumpulan, sortasi, dan pengemasan produk pertanian di
tingkat desa
Tempat pengumpulan, sortasi, dan pengemasan produk hortikultura sangat bagus
dilakukan agar pemasaran produk hortikultura tidak hanya dipasarkan di pasar
tradisional, tapi juga di pasar modern yang menjual produk hortikultura dengan kualitas
dan pengemasan yang baik.
10. Peningkatan,kualitas produk hortikultura
Melalui intensifikasi dan ekstensifikasi melalui pertanian ramah lingkungan dan secara
bertahap mengadopsi program sertifikasi produk
11. Revitalisasi organisasi dan peran kelembagaan petani
Perkembangan kelembagaan petani akan meningkatkan akses petani dalam
modal,produksi,input produksi, dan akses pemasaran dan juga menambah pengetahuan
dalam proses produksi hortikultura dari hulu sampai hilir menjadi produk olahan.
12. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam wirausaha agrowisata
Agrowisata merupakan daya tarik yang dapat diberikan daerah, dengan memanfaatkan
usahatani hortikultura dari hulu sampai hilir, maka dapat menambah pengetahuan
petani, masyarakat dan juga meningkatkan pendapatan daerah
10

DAFTAR PUSTAKA

Aloysia. 2018. Analisis Potensi Dan Strategi Pengembangan Tanaman Sayuran (Studi Kasus
Di Negeri Tawiri Kecamatan Teluk Ambon). AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan.
Universitas Pattimura. Ambon
Badan Ketahanan Pangan RI. 2015. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2015-2019.
Jakarta: Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI.
Badan Pusat Statistik. 2018.Survei Sosial Ekonomi Nasional, Konsumsi Kalori dan Protein
Penduduk Indonesia tahun 2018. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2020. Data Produksi Hortikultura. Statistik Indonesia 2020. Jakarta.
Taufik, Muhammad., 2012. “Strategi Pengembangan Agribisnis Sayuran Di Sulawesi
Selatan”. Jurnal Litbang Pertanian, 31(2), 43 – 50.
Zulkarnain. 2010. Dasar – Dasar Hortikultura. Jakarta : Bumi Aksara.335 hal.

10

Anda mungkin juga menyukai