OLEH :
NELVA MEYRIANI BR GINTING
197039020
AGRIBISNIS
2021
1
1
2
Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi pada sayur dan buah, dari
tahun 2015-2019. Namun untuk peningkatan konsumsi sayur dan buah tidak meningkat
signifikan,hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyrakat Indonesia masih rendah untuk
mengkonsumsi sayur dan buah,dan lebih mengutamakan konsumsi pangan seperti beras, ikan,
minyak dan lemak sesuai dengan gambar 2 diatas, bahwa konsumsi akan padi-padian (beras)
lebih besar dibandingkan dengan konsumsi sayur dan buah.
Komoditas Hortikultura mempunyai nilai tinggi dalam bentuk segar, namun demikian
produk hortikultura secara umum cepat rusak sehingga memerlukan penanganan khusus untuk
menjaga kualitas produk. Penanganan pasca panen yang meliputi sortasi, grading
(pengkelasan) dan pengemasan sangatlah penting, hal ini terkait dengan upaya
mempertahankan mutu produk. Pengelolaan primer di tingkat petani serta pegelolaan ditingkat
industri perlu menerapkan cara pengelolaan yang baik (Good Manufacturing Practises/GMP).
Permasalahan utama dalam agribisnis sayuran adalah produksi dan produktivitas rendah,
pemilikan lahan sempit, penanganan pascapanen masih tradisional, keterbatasan modal,
infrastruktur terbatas, dan akses pemasaran kurang berkembang (Taufik, 2012).
Dalam rangka mengoptimalkan potensi dan prospek hortikultura diperlukan arah dan
kebijakan pengembangan hortikultura secara terpadu mulai dari sektor ke hulu sampai sektor
hilir. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung dengan melibatkan seluruh pemangku
3
kepentingan (stakeholders), yang terdiri dari petani, pedagang dalam negeri, eksportir dan
importer. Peran utama Pemerintah adalah membangun iklim usaha sebagai fasilitator,
regulator, dinamisator, dan pemantauan serta pengawasan sehingga masing-masing pelaku
dapat bekerja dan berinteraksi secara maksimal dan terpadu melalui pengembangan kawasan
Agribisnis, penataan rantai pasokan (supply chain management), penerapan budidaya
pertanian sesuai dengan SOP, fasilitasi terpadu Investasi Hortikultura, pengembangan
kelembagaan usaha. Pengembangan hortikultura di Indonesia memiliki prospek yang sangat
baik, oleh karena itu sebaiknya masyarakat pemerintah, peneliti, dan lembaga pendidikan
terkhusus di bidang pertanian lebih giat dan berupaya dalam pengembangan hortikultura agar
dapat bersaing dengan produk luar dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
4
BAB II PERMASALAHAN
Masalah hortikultura perlu diperhatikan yaitu:
1. Komoditi Hortikultura tidak dapat disimpan lama dan mudah rusak
Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang mudah rusak. Hal ini
disebabkan karena komoditas hortikultura mengandung kadar air yang tinggi, sehingga
harus segera ditangani dengan baik. Kerusakan komoditas hortikultura merupakan suatu hal
yang tidak dapat dihindari tetapi dapat ditunda. Penundaan waktu kerusakan ini dapat
dilakukan dengan berbagai usaha, salah satunya dengan menggunakan teknologi
penyimpanan produk segar
2. Komoditi hortikultura bersifat voluminous
Komoditi hortikultura memerlukan tempat lapang (voluminous) karena berukuran besar
Artinya untuk pengangkutan dan penggudangan memerlukan ruang yang luas. Transportasi
lewat udara memerlukan biaya yang tinggi karena kandungan air.
3. Sifat hortikultura musiman
Produksi hortikultura yang musiman/melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada
musim yang lain (musiman). Artinya komoditi hortikultura tidak tersedia sepanjang tahun.
4. Kepemilikan lahan sempit
Kepemilikan lahan yang sempit menjadi penyebab tidak efisiennya kegiatan usahatani yang
dilakukan oleh para petani. Kondisi demikian memicu adanya alih fungsi lahan dari sektor
pertanian menjadi non pertanian. Dampak dari adanya hal tersebut adalah semakin
berkurangangnya lahan pertanian dan keadaan ini menyebabkan ketimpangan dalam
distribusi kepemilikan lahan pertanian yang ada di suatu wilayah.
5. Penanganan pascapanen masih tradisional
Penanganan pasca panen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat perhatian
yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pasca panen sebesar 25 % - 28 %.
Oleh sebab itu agar produk holtikultura terutama buah-buahan dan sayuran dapat sampai ke
tangan konsumen dalam kondisi baik perlu penanganan pasca panen yang benar dan sesuai.
Bila pasca panen dilakukan dengan baik, kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil
bahkan dihindari, sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan
6. Keterbatasan modal
Untuk memperoleh pendapatan bersih dalam suatu usahatani atau bisnis haruslah dapat
menguasai modal dan pada umumnya usahatani memerlukan investasi modal yang cukup
besar dibandingkan bisnis lain (non pertanian) untuk mendapatkan tingkat pendapatan yang
4
5
sama, namun petani hortikultura Indonesia masih sulit memperoleh modal karena hasil
panen tidak dapat untuk membalikkan modal usahatani.
7. Infrastruktur terbatas
Infrastrukturnya terbatas,jauh dari pusat atau sentra produksi hortikultura, sehingga akses
terhadap produk hortikultura lebih sulit dijangkau karna akses jalan menuju usaha tani rusak
dan jauh dari akses pasar.
8. Akses pemasaran kurang berkembang
Pertumbuhan pasar produk hortikultura tersebut memberikan peluang bagi petani
hortikultura untuk meningkatkan akses mereka terhadap pasar. Namun disisi yang lain,
situasi pasar yang terbuka membuat tingkat persaingan antar pelaku pasar menjadi semakin
tinggi, dimana petani sebagai produsen dalam posisi yang lemah dibanding pelaku pasar
yang lain. Untuk itu maka pemahaman mendalam mengenai rantai pasokan, mulai dari
pasokan sarana produksi, produksi, pasca panen, pemasaran hingga distribusi ke konsumen
menjadi sangat penting, sebagai pertimbangan untuk mengembangkan dukungan bagi
petani untuk memperkuat akses pasar mereka.
9. Terjadi fluktuasi harga hortikultura yang signifikan
Fluktuasi harga hortikultura tersebut seringkali lebih merugikan petani daripada pedagang
karena petani umumnya tidak dapat mengatur waktu penjualannya untuk mendapatkan
harga jual yang lebih menguntungkan. Disamping itu fluktuasi harga yang tinggi juga
memberi peluang kepada pedagang untuk memanipulasi informasi harga di tingkat petani
sehingga transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani cenderung bersifat asimetri
10. Produksi dan produktivitas hortikultura rendah
Kegiatan usaha tani hortikultura belum dilaksanakan secara intensif, sehingga produktivitas
masih relatif rendah (belum optimal sesuai potensi hasil), hal ini disebabkan keterbatasan
kemampuan SDM karena belum intensifnya pembinaan dan pendampingan dalam
pengelolaan hortikultura yang efektif.
6
6
7
3. Fluktuasi harga yang tinggi menjadi risiko paling berat bagi petani
Fluktuasi harga hortikultura menyebabkan fluktuasi harga yang tinggi juga memberi
peluang kepada pedagang untuk memanipulasi informasi harga di tingkat petani sehingga
transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani cenderung bersifat asimetri.
4. Intervensi gaya hidup, nilai, dan budaya luar
Gaya hidup untuk tidak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dipengaruhi oleh nilai
dan budaya luar yang lebih suka dengan makanan yang siap saji, dan stigma di dalam
masyarakat yang merasa buah dan sayuran tersebut memiliki rasa yang tidak enak.
5. Kesehatan dan keselamatan Kerja di wilayah lain menjadi pesaing
Dengan mengutamakan kualitas hortikultura yang banyak dikembangkan pada saat ini
yaitu organik,maka banyak konsumen lebih memilih hortikultura organik dibanding
dengan hortikultura yang banyak menggunakan pestisida karena dianggap dapat
mengganggu kesehatan, sehingga hal tersebut harus diperhatikan agar dapat bersaing
dengan produk hortikultura wilayah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aloysia. 2018. Analisis Potensi Dan Strategi Pengembangan Tanaman Sayuran (Studi Kasus
Di Negeri Tawiri Kecamatan Teluk Ambon). AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan.
Universitas Pattimura. Ambon
Badan Ketahanan Pangan RI. 2015. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2015-2019.
Jakarta: Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI.
Badan Pusat Statistik. 2018.Survei Sosial Ekonomi Nasional, Konsumsi Kalori dan Protein
Penduduk Indonesia tahun 2018. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2020. Data Produksi Hortikultura. Statistik Indonesia 2020. Jakarta.
Taufik, Muhammad., 2012. “Strategi Pengembangan Agribisnis Sayuran Di Sulawesi
Selatan”. Jurnal Litbang Pertanian, 31(2), 43 – 50.
Zulkarnain. 2010. Dasar – Dasar Hortikultura. Jakarta : Bumi Aksara.335 hal.
10