Anda di halaman 1dari 17

ACARA V

PANEN DAN PASCAPANEN

A. PENDAHULUAN

A.1 LATAR BELAKANG

Peningkatan produksi dan perbaikan mutu dari hasil pertanian,


sekarang ini menjadi masalah yang penting, karena permintaan
menunjukkan peningkatan Oleh karena itu, setelah melakukan
pemanenan hasil tanaman yang diusahakan, sebelum dipasarkan perlu
adanya tindakan-tindakan, agar hasil panen mempunyai mutu bagus.
Tanpa penanganan pasca panen yang baik dan cepat, akan
menyebabkan pengurangan hasil panen, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Bila teknologi Penanganan Pasca Panen ini tidak di
perhatikan, akibatnya para petani yang telah berjerih payah
melangsungkan usaha taninya, akan merugikan usaha taninya sendiri
dengan hilangnya sekitar 20% hasil tanaman yang diusahakan
sehubungan dengan terjadinya kehilangan-kehilangan pada waktu :
panen, pembersihan, pengeringan, pengangkutan, dan sebagainya. Dan
para pengelola lanjutan (KUD, industri-industri), yang menggunakan
sebagian modalnya untuk membeli, menyimpan, mengolah dan
memasarkan lebih lanjut, juga akan menderita kerugian dengan
hilangnya sebagian hasil tanaman yang dikelolanya.
Penanganan hasil panen ini perlu diperhatikan, agar komoditas
yang dihasilkan dapat dipasarkan dengan baik. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa teknologi penanganan pasca panen ini sangat penting
bagi petani maupun para pengelola lanjutan agar memperoleh
keuntungan yang besar dari hasil pertanian. Beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam pasca panen sayuran segar yaitu pembersihan,
pengeringan, sortasi dan pengemasan.

1
A.2 TUJUAN

Setelah mengikuti acara praktikum ini diharapkan mahasiswa


dapat memahami dan menjelaskan penanganan panen dan pasca panen
dalam usaha meningkatkan produksi tanaman, serta mampu
menerapkannya pada beberapa macam komoditas tanaman pertanian.

A.3 TEORI DASAR

Peningkatan produksi dan perbaikan mutu dari hasil pertanian.


Tampaknya merupakan masalah yang penting sepanjang jaman karena
permintaan akan hasil pertanian dan bahan olahannya terus menunjukkan
kenaikan. Oleh karena itu, setelah melakukan pemanenan hasil tanaman
yang diusahakan, maka sebelum hasil yang di panen dipasarkan perlu
dilakukan tindakan-tindakan tertentu agar hasil yang dipanen
mempunyai mutu baik, tindakan tersebut dikatakan sebagai
PENANGANAN PASCA PANEN.
Tanpa penanganan yang baik dan cepat segera setelah pemanenan
selesai dilakukan, dapat menyebabkan penyusutan hasil panen, baik
secara kualitatif dan kuantitatif. Tanpa diperhatikannya teknologi
penanganan pasca panen ini, maka dapat berakibat :
a. Para petani yang telah berjerih payah
melangsungkan usaha taninya akan merugikan sendiri dengan
hilangnya sekitar 20% hasil tanaman yang diusahakan, hal ini karena
adanya kehilangan-kehilangan pada waktu panen, pembersihan,
pengeringan, pengangkutan, dan sebagainya.
b. Para pengelola lanjutan (KUD, industri), yang
menggunakan sebagian modalnya untuk membeli, menyimpan,
mengolah dan memasarkan lebih lanjut, juga akan menderita
kerugian dengan hilangnya sebagian hasil tanaman yang dikelolanya.
Jadi penanganan hasil panen ini (sejak panen sampai ke
konsumen) perlu diperhatikan, agar komoditas yang dihasilkan dapat

2
memenuhi persyaratan pemasaran. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa teknologi penanganan pasca panen ini penting sekali diperhatikan
oleh para petani maupun oleh para pengelola lanjutan hasil pertanian.
Tujuan dari penanganan pengelolaan lepas panen adalah :
1. Agar buah atau hasil tanaman yang telah dipungut tetap dalam
keadaan baik mutunya atau tetap segar seperti waktu diambil.
2. Agar hasil tanaman menjadi lebih menarik dalam sifat-sifatnya
(warna, rasa, atau aroma).
3. Agar hasil tanaman dapat memenuhi standar perdagangan menarik
para konsumen individu atau industri.
4. Agar hasil tanaman selalu dalam keadaan siap dengan mutu yang
terjamin untuk dijadikan bahan baku bagi para konsumen industri
yang memerlukannya.
5. Agar hasil tanaman dapat dicegah dari kerusakan dan dapat
diawetkan lebih lanjut dengan baik untuk sewktu-waktu digunakan
atau dilempar ke pasaran dengan kualitas yang tetap terjamin.

A.4 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam usaha-usaha di bidang pertanian atau secara lebih tegas


dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan,
kegiatan penanganan atau pengelolaan tanaman penting sekali untuk
diperhatikan dari sejak persiapan lahan pertanamannya sampai kepada
penyimpanan hasil-hasil tanamannya. Tanpa memperhatikan kegiatan
penanganan atau pengelolaan tersebut sudah dapat dipastikan usaha
pertanaman akan mengalami kegagalan atau kalau menghasilkan maka
hasilnya akan kurang memuaskan baik dalam kualitas maupun kuantitas.
Kebanyakan dari para petani kita (produsen hasil tanaman) masih
kurang mengetahui pentingnya kegiatan penanganan atau pengelolaan
lepas panen, sehingga hasil panen yang dapat dianggap baik, yang
diperkirakan akan banyak menguntungkan kerapkali cepat rusak,

3
terserang oleh hama atau penyakit yang terbawa dalam penyimpanannya,
sehingga banyak yang harus dibuang atau terjadinya kemerosotan mutu,
dan dalam keadaan demikian tentulah keuntungan yang telah diharapkan
akan menurun atau merosot. Hal ini disebabkan karena :
1. Terjadinya peristiwa-peristiwa fisiologis.
2. Berkembangnya penyakit yang dapat menimbulkan
kerusakan atau perubahan sifat hasil tanaman.
3. Berkembangnya hama dan penyakit.
4. Kehilangan dan berbagai kerusakan fisik berkaitan
dengan kegiatan pengambilan dan pengangkutan hasil.
Penanganan pasca panen jagung terdiri dari serangkaian kegiatan
sebagai berikut(Ibrahim : 1998) :
1. Pemipilan, meliputi kegiatan melepas biji dari tongkol, memisahkan
tongkol, memisahkan kotoran dan mengangkut jagung pipilan kering
ke tempat proses selanjutnya.
2. Penyimpanan merupakan kegiatan mempertahankan kondisi bahan
dari susut dan penurunan mutu, sebelum digunakan atau diproses
selanjutnya.
3. Pengangkutan, meliputi kegiatan pewadahan atau pengemasan bahan
dan pemindahan guna proses selanjutnya.
4. Peningkatan daya guna jagung, meliputi kegiatan pembuatan beras
jagung, tepung jagung, pati jagung, sirup jagung, gula jagung dan
mi8nyak jagung, untuk keperluan pangan dan bahan industri.
5. Peningkatan daya guna hasil samping dari limbah, meliputi kegiatan
pembuatan biobriket dan biogas dari bahan baku batang, daun, kulit,
dan tongkol jagung untuk keperluan energi.
6. Grading dan standarisasi, meliputi kegiatan teknik pengambilan
contoh, penentuan standar dan klarifikasi mutu.
Penentuan saat panen jagung yang paling tepat amat tergantung
pada tujuan penggunaan produksi. Untuk dikonsumsi sebagai jagung
rebus atau jagung bakar, saat panen yang paling tepat adalah pada

4
stadium tongkol setengah tua, yakni tongkol berukuran maksimum,
berbiji penuh, padat dan bila biji ditekan tampak bekas melekuk
Penanganan pasca panen untuk produk kangkung itu sendiri
adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan
Ujung-ujung batang kangkung hasil panen di tampung ditempat yang
stategis dan teduh.
2. Pencucian
Hasil panean dicuci dengan air yang mengalir atau disemprot dengan
air pada tempat pengumpulan tersebut.
3. Sortir dan seleksi
Memisahkan ujung-ujung kangkung yang daunnya rusak atau busuk
dan memilih hasil panenyang baik
4. Penyimpanan
Ditempat penampungan atau pasar-pasar, sebelum dijual pada para
konsumen, sebaiknya disimpan diruangan yang dingin. Perlakuan ini
dapat memperpanjang kesegaran produk kangkung.
Sesaat setelah panen, sayuran harus ditangani dengan hati-hati
agar tidak lecet, terjatuh, atau kotor terkena tanah yang dapat berakibat
masuknya mikroorganisme yang akan mempercepat kebusukan. Sayuran
sebaiknya tidak ditumpuk di suatu tempat yang terkena panas. Jika
terjadi, panas sayuran akan meningkat sebagai akibat dari respirasi. (Tim
Penulis PS : 1990)
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan
penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman
dalam menggunakan air dan zat hara, dengan demikian akan
mempengaruhi hasil. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi
penampilan dan produksi tanaman, terutama karena keefisienan
penggunaan cahaya. Pada umumnya, produksi tipe satuan luas yang
tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan
cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Akan tetapi pada

5
akhirnya, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun
karena persaingan untuk cahaya dan faktor-faktor tumbuh lainnya.
Tanaman memberikan respons dengan mengurangi ukuran baik pada
seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman (Harjadi : 1988).

Tanaman kangkung yang telah berumur satu tahun biasanya


tumbuh lambat, kerdil, dan kurang produktif. Gejala ini dapat
diakibatkan oleh tuanya umur tanaman atau kondisi tanah tidak subur
lagi. Oleh karena itu, bila pertanaman kangkung sudah berumur satu
tahun atau lebih, sebaiknya dilakukan peremajaan kembali. Pertanaman
kangkung dibingkar, tanahnya diolah secara sempurna dan diberi pupuk
kandang seperti pada permulaan berkebun, kemudian ditanamin bahan
tanaman (benih atau bibit) baru yang unggul dan sehat (Rukmana :
1994).

B. BAHAN DAN ALAT

B.1 BAHAN

Tanaman padi, palawija, dan buah-buahan siap panen, alas plastik,


karung dan kantong plastik, kertas.

B.2 ALAT

Sabit, timbangan, tampi, penggaris.

6
C. PROSEDUR KERJA

Penanganan pasca panen pada tanaman sayuran :


a. Siapkan bahan dan alat yang dibutuhkan.
b. Panenlah tanaman sayuran (kangkung, jagung, dll).
c. Kumpulkan sayuran yang telah dipanen, letakan ditempat teduh.
d. Bersihkan sayuran dari kotoran, kulit batang atau daun yang tua atau
rusak.
e. Lakukan sortasi sesuai kelasnya, dengan cara mengamati penampilan,
bobot, ukuran, bentuk dan kesehatan sayuran.
f. Lakukan pengemasan tertentu atau perlakuan untuk penyimpanan.
Penanganan panen pada tanaman jagung :
a. Siapkan bahan dan alat yang dibutuhkan
b. Lakukan pemotongan / detaseling pada tanaman jagung yang ditentukan
sudah panen
c. Setelah beberapa hari, tongkol terlihat kulitnya kering lakukan pemetikan
tongkol-tongkol jagung
d. Kupas kulit tongkol, selanjutnya keringkan di bawah terik matahari
e. Lakukan pengamatan seperti bobot sebelum kupas dan sesudah jagung
dikupas

7
D. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan monokultur jagung

Berat (per kg)


Panjang Diameter
No Sebelum kupas Stelah kupas
(cm) (cm)
(Bobot Kotor) (Bobot Bersih)
1 0,9 0,1 10 1,3
2 1,2 0,2 14 1,5
3 1,3 0,4 17,1 2
4 1,1 0,4 14,3 2,1
5 0,4 0,1 12 1,4
6 0,4 0,2 13,6 1,4
7 0,4 0,5 11,5 1,5
8 1,0 0,2 12 1,6
9 1,1 0,3 15 1,8

Pengamatan Tumpangsari Jagung

Berat (per kg)


Panjang Diameter
No Sebelum kupas Stelah kupas
(cm) (cm)
(Bobot Kotor) (Bobot Bersih)
1 1,3 0,4 12,5 2
2 1,1 0,2 13 1,5
3 0,4 0,2 10,5 1,5
4 1,1 0,3 13 1,5
5 1,2 0,4 15 2
6 0,3 0,1 12,4 1,3
7 1,1 0,2 12 1,7
8 1,0 0,2 13 1,2
9 1,0 0,2 14 1,5

8
Pengamatan Kangkung

Berat Kangkung (per ons)


No
Monokultur Tumpangsari
1 1,5 1,6
2 1,7 1,1
3 2,2 1,0
4 1,8 0,2
5 2,3 0,3
6 3,2 0,8
7 1,3 1,2
8 1,2 1,2
9 1,3 0,9
∑ 16,5 8,3

PERHITUNGAN

 Monokultur

- Jumlah tanaman dalam 1 bendengan = 15 x 15 = 225 tanaman

- Konversi Ha = 10.000 = 1111,2


9 m2
Perhitungan :
Jumlah berat = 16,5 = 1,83
9 9
1,83 x 225 = 411,75
411,75 x 1111,2 = 457536,6 kg

 Tumpangsari
- Jumlah tanaman dalam 1 bendengan = 52 x 52 = 104 tanaman

Perhitungan :
Jumlah berat = 8,3 = 0,92
9 9
0,92 x 104 = 95,68
95,68 x 1111,2 = 106319,616 kg

9
E. PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini yang dilakukan penanaman adalah tanaman


jagung dan tanaman kangkung. Sehingga panen yang dilakukan setelah lebih
kurang selama 1,5 bulan dilakukan pemanenan kangkung, dan pemanenan
jagung dilakukan setelah lebih kurang 2 bulan setelah masa tanam. Jenis
tanaman jagung yang ditanam berupa jenis Baby Corn.
A. Jagung (Baby corn)
Pada tanaman jagung ini setelah pembuangan bunga jantan,
pengontrolan perlu ditingkatkan karena sekitar 5-7 hari setelah itu tongkol
pertama akan muncul. Paling lambat dua hari kemudian tongkol pertama
sudah harus dipanen.
Selesai panen tongkol pertama, maka tongkol kedua segera tumbuh
dan keesokan harinya sudah dapat dipanen. Begitu seterusnya untuk tongkol
selanjutnya.
Pada tanaman Baby corn ini ada tiga jenis masa panen, yaitu panen
kontrol, panen raya, dan panen pembersihan. Dalam satu lahan biasanya
terdapat sebagian kecil tanaman yang lebih cepat pertumbuhannya sehingga
pemetikan tongkol dilakukan mendahului yang lain. Panen seperti ini
disebut panen kontrol. Setelah didahului panen kontrol beberapa kali barulah
berlangsung panen raya, yaitu sebagian besar tanaman harus dipetik
tongkolnya secara serentak. Panen pembersihan adalah pemetikan tongkol
untuk tanaman yang kurang cepat atau terlambat pertumbuhannya.
Salah satu petunjuk yang dapat digunakan untuk dapat mengetahui
bahwa baby corn sudah siap dipanen yaitu rambut tongkolnya. Apabila
rambut tongkolnya sudah mencapai 2-3 cm, maka panen sudah dapat
dilakukan. Petunjuk ini biasanya digunakan untuk tongkol petama dan kedua
saja, sedangkan tongkol selanjutnya dilihat dari pertumbuhannya.
Panen baby corn harus dilakukan pada waktu yang tepat.
Keterlambatan atau terlalu cepatnya panen dapat menurunkan mutu baby
corn. Keterlambatan panen menyebabkan tongkol semakin besar dan keras,

10
sebaliknya panen yang dilakukan terlalu awal akan menyebabkan ujung
tongkol menjadi mudah patah.
Waktu pemetikan biasanya dilakukan pada pagi hari. Akan tetapi bila
terlihat ada tongkol yang harus dipetik sore hari, maka sore itu juga harus
dilakukan pemetikan karena jika menunggu pagi hari akan terlambat.
Disinilah perlu adanya pengawasan.
Pada hasil pengamatan diatas jagung dengan pola tanam monokultur
ditimbang beratnya sebelum kupas dan setelah kulit jagung dikupas. Pada
praktikum pemanenan jagung, dilakukan pengukuran diameter dan panjang
jagung, dan juga dilakukan penimbangan sebelum dikupas dan setelah
dikupas baik pada monokultur ataupun pada tumpang sari (yang hasilnya
dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan), terdapat keragaman pada hasil
pengukuran tersebut walaupun keragamannya tidak begitu majemuk/
keragamannya kecil. Hal ini menandakan bahwa terdapat keseragaman hasil
dari penanaman jagung tersebut baik antara yang ditanam dengan
monokultur ataupun secara tumpang sari.
Hal ini dapat dimaklumi karena perbedaan teknik bercocok tanam
(monokultur dan tumpang sari) akan memberikan dampak perbedaan hasil
panen, walaupun pada luasan tanah, pemeliharaan tanaman dan jenis tanah
yang sama.

Hal ini disebabkan karena pada tanaman jagung yang ditanam


dengan teknik monokultur, tanaman lebih bebas dan leluasa dalam
memperoleh unsur hara yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Apabila dibandingkan dengan petak dengan tumpang sari
dengan kangkung, kedua tanaman (tanaman jagung dan kangkung) akan
saling berebut dalam meperoleh unsur hara yang diperlukan. Belum lagi
kedua tanaman tersebut masih harus bersaing dengan tanaman pengganggu
atau gulma yang biasanya lebih cepat tumbuh dan berkembang. Dengan
hanya satu tanaman pada sebuah petak lahan, otomatis tanaman jagung akan
lebih banyak menyerap unsur hara yang diperlukan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.

11
Penanganan lepas panen jagung meliputi kegiatan pokok yang terdiri
atas pengumpulan hasil, pewadahan, pengangkutan, pengeringan, pemipilan,
pengeringan ulang, dan penyimpanan. Kegiatan tersebut bertujuan
memproduksi jagung pipilan.
Penanganan pasca panen jagung yang dilakukan pada praktikum ini
terdiri dari serangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Pemanenan, meliputi kegiatan penentuan waktu panen, pemungutan
waktu hasil, pengumpulan, dan pengangkutan ke tempat proses
selanjutnya.
2. Pengupasan, meliputi kegiatan pelepasan kulit, pemisahan kulit,
pemisahan jagung tongkol muda dan rusak sehingga dihasilkan jagung
baik.

B. Kangkung.

Kangkung ( Ipomoea sp. ) adalah salah satu jenis tanaman sayuran


daun yang mampu hidup di darat atau di air. Kebanyakan kita mengenal
kangkung sebagai tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya atau secara liar
di tempat yang berawa atau berlumpur. Ada tipe kangkung yang berbunga
putih dan yang berbunga biru atau ungu. Tanaman ini bersifat menjalar
sampai lebih dari 2 m (meter) panjangnya, bunganya berbentuk terompet
dan batangnya berlubang. Cara bertanam ada dua, yaitu kangkung air dan
kangkung darat.

Panen kangkung pada praktikum kali ini menunjukkan hasil bahwa


tanaman kangkung dengan cara bertanam dengan teknik bertanam
monokultur lebih besar dalam hal berat tanaman rata-rata daripada tanaman
kangkung tumpang sari. Mengenai tinggi tanaman kangkung (yang
merupakan faktor penentu berat hasil panen kangkung) antara tanaman
dengan teknik monokultur dengan tanaman dengan teknik tumpang sari
adalah tinggi tanaman kangkung pada tanaman dengan teknik tumpang sari
lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman dengan teknik monokultur. Hal

12
ini disebabkan karena tanaman kangkung pada tanaman tumpang sari,
tanaman tersebut terhalang oleh tajuk dari tanaman jagung dalam hal
memperoleh sinar matahari. Oleh karena itu, tanaman kangkung mulai
beradaptasi dengan lingkungan dengan melakukan gerakan fototropisme
positif (menuju arah datangnya sinar). Tanaman mencari cahaya matahari
karena cahaya tersebut diperlukan tanaman kangkung untuk melaksanakan
proses fotosintesis.

Hasil dari panen setelah dilakukan penimbangan antara tanaman


kangkung dengan sistim monokultur dengan sistim tumpang sari terdapat
selisih atau perbedaan (seperti yang terlihat pada tabel hasil pengamatan).
Berat tanaman kangkung yang ditanam dengan sistem monokultur adalah
sebesar 16,5 ons, sedangkan yang ditanam dengan sistim tumpangsari adalah
sebesar 8,3 ons. Ini berarti terdapat selisih sebesar 8,2 ons.
Dalam satu kotak tanaman kangkung yang ditanam dengan sistem
monokultur adalah 15 tanaman x 15 tanaman = 225 tanaman kangkung, dan
jumlah tanaman pada sistem tumpang sari adalah 2 tanaman x 52 tanaman =
104 tanaman. Terlihat bahwa jumlah pada sistem monokultur lebih banyak
daripada jumlah pada tumpang sari, hali ini dikarenakan pada tumpang sari
ditanam bersamaan dengan tanaman lain.
Kangkung hasil panen dapat terjaga kualitasnya. Cara pengemasan
dan penyimpanan ini merupakan cara yang efektif untuk tetap menjaga
kesegaran produk pemanenan sehingga cara ini harus benar-benar
diperhatikan oleh setiap petani.
Penyimpanan adalah salah satu penanganan pascapanen yang
bertujuan untuk memperpanjang kesegaran dan kualitas sayur dengan cara
memperlambat kegiatan fisiologis, menghambat perkembangan
mikroorganisme yang merusak, dan memperkecil kehilangan air hasil panen.
Penyimpanan diperlukan dalam penanganan pascapanen sayuran
karena terkadang harus disimpan terlebih dahulu sambil menunggu
pengangkutan atau sengaja disimpan untuk mengurangi penawaran yang
berlebihan agar harga produk tetap menguntungkan.

13
Penyimpanan ini hanya bersifat mempertahankan kesegaran dan
penampilan, tetapi tidak meningkatkan mutunya. Oleh karena itu, sayuran
yang akan disimpan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Sayuran yang dipilih tidak rusak,
2. Kesegaran awalnya harus seragam,
3. Dikemas dalam kemasan yang baik,
4. Untuk masing-masing jenis ditempatkan dalam tempat yang sama dan
tidak dicampur dangan jenis yang lain.
Ciri tanaman kangkung siap dipanen adalah pertumbuhan tunas-
tunasnya telah memanjang sekitar 20 - 25 cm dan ukuran daun-daunnya
cukup besar (normal). Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore
hari agar tidak mengalami kelayuan yang drastis akibat pengaruh suhu udara
yang panas ataupun teriknya sinar matahari.
Tanaman kangkung yang telah berumur satu tahun biasanya tumbuh
lambat, kerdil, dan kurang produktif. Gejala ini dapat diakibatkan oleh
tuanya umur tanaman atau kondisi tanah tidak subur lagi. Oleh karena itu,
bila pertanaman kangkung sudah berumur satu tahun atau lebih, sebaiknya
dilakukan peremajaan kembali. Pertanaman kangkung dibongkar, tanahnya
diolah secara sempurna dan diberi pupuk kandang seperti pada permulaan
berkebun, kemudian ditanami bahan tanaman (benih atau bibit) baru yang
unggul dan sehat.

14
F. KESIMPULAN

1. Panen baby corn dilakukan dua hari setelah rambut


tongkol keluar pada pagi dan sore hari.
2. Antara tanaman kangkung dan jagung mempunyai
masa waktu panen yang berbeda, tanaman kangkung lebih dahulu
dipanen daripada jagung.
3. Proses panen dan pascapanen apabila tidak ditangani
dengan cepat dan tepat segera setelah pemanenan selesai dilakukan, akan
menyebabkan penyusutan hasil panen, baik dilihat dari segi kuantitatif
maupun kualitatif.
4. Dengan diadakannya praktikum ini kita dapat
mengetahui bagaimana cara menangani pada saat panen dan pasca panen
yana mempunyai daya jual tinggi.
5. Panen dan penanganan hasil panen haruslah
diperhatikan, supaya komoditas yang dihasilkan dapat memenuhi
persyaratan pemasaran.

15
DAFTAR PUSTAKA

AAK . 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Kanisius ; Jakarta.


Hardjodinomo, BA Soekirno. 1970. Bertanam Jagung. Penerbit Bina Cipta ;
Bandung.

Harjadi, Setyati. 1988. Pengantar Agronomi. PT Gramedia : Jakarta.

Manwan, Ibrahim. 1998. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman


Pangan ; Bogor.

Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Kangkung. Penerbit Kanisius ; Jakarta.

Sutarya, Rakhmat, dkk. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah.


Gadjah Mada University Press ; Yogyakarta.

Tim Penulis PS. 1990. Sayur Komersial. Penebar Swadaya ; Jakarta.

-------------. 1995. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya ; Jakarta.

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai