A. PENDAHULUAN
1
A.2 TUJUAN
2
memenuhi persyaratan pemasaran. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa teknologi penanganan pasca panen ini penting sekali diperhatikan
oleh para petani maupun oleh para pengelola lanjutan hasil pertanian.
Tujuan dari penanganan pengelolaan lepas panen adalah :
1. Agar buah atau hasil tanaman yang telah dipungut tetap dalam
keadaan baik mutunya atau tetap segar seperti waktu diambil.
2. Agar hasil tanaman menjadi lebih menarik dalam sifat-sifatnya
(warna, rasa, atau aroma).
3. Agar hasil tanaman dapat memenuhi standar perdagangan menarik
para konsumen individu atau industri.
4. Agar hasil tanaman selalu dalam keadaan siap dengan mutu yang
terjamin untuk dijadikan bahan baku bagi para konsumen industri
yang memerlukannya.
5. Agar hasil tanaman dapat dicegah dari kerusakan dan dapat
diawetkan lebih lanjut dengan baik untuk sewktu-waktu digunakan
atau dilempar ke pasaran dengan kualitas yang tetap terjamin.
3
terserang oleh hama atau penyakit yang terbawa dalam penyimpanannya,
sehingga banyak yang harus dibuang atau terjadinya kemerosotan mutu,
dan dalam keadaan demikian tentulah keuntungan yang telah diharapkan
akan menurun atau merosot. Hal ini disebabkan karena :
1. Terjadinya peristiwa-peristiwa fisiologis.
2. Berkembangnya penyakit yang dapat menimbulkan
kerusakan atau perubahan sifat hasil tanaman.
3. Berkembangnya hama dan penyakit.
4. Kehilangan dan berbagai kerusakan fisik berkaitan
dengan kegiatan pengambilan dan pengangkutan hasil.
Penanganan pasca panen jagung terdiri dari serangkaian kegiatan
sebagai berikut(Ibrahim : 1998) :
1. Pemipilan, meliputi kegiatan melepas biji dari tongkol, memisahkan
tongkol, memisahkan kotoran dan mengangkut jagung pipilan kering
ke tempat proses selanjutnya.
2. Penyimpanan merupakan kegiatan mempertahankan kondisi bahan
dari susut dan penurunan mutu, sebelum digunakan atau diproses
selanjutnya.
3. Pengangkutan, meliputi kegiatan pewadahan atau pengemasan bahan
dan pemindahan guna proses selanjutnya.
4. Peningkatan daya guna jagung, meliputi kegiatan pembuatan beras
jagung, tepung jagung, pati jagung, sirup jagung, gula jagung dan
mi8nyak jagung, untuk keperluan pangan dan bahan industri.
5. Peningkatan daya guna hasil samping dari limbah, meliputi kegiatan
pembuatan biobriket dan biogas dari bahan baku batang, daun, kulit,
dan tongkol jagung untuk keperluan energi.
6. Grading dan standarisasi, meliputi kegiatan teknik pengambilan
contoh, penentuan standar dan klarifikasi mutu.
Penentuan saat panen jagung yang paling tepat amat tergantung
pada tujuan penggunaan produksi. Untuk dikonsumsi sebagai jagung
rebus atau jagung bakar, saat panen yang paling tepat adalah pada
4
stadium tongkol setengah tua, yakni tongkol berukuran maksimum,
berbiji penuh, padat dan bila biji ditekan tampak bekas melekuk
Penanganan pasca panen untuk produk kangkung itu sendiri
adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan
Ujung-ujung batang kangkung hasil panen di tampung ditempat yang
stategis dan teduh.
2. Pencucian
Hasil panean dicuci dengan air yang mengalir atau disemprot dengan
air pada tempat pengumpulan tersebut.
3. Sortir dan seleksi
Memisahkan ujung-ujung kangkung yang daunnya rusak atau busuk
dan memilih hasil panenyang baik
4. Penyimpanan
Ditempat penampungan atau pasar-pasar, sebelum dijual pada para
konsumen, sebaiknya disimpan diruangan yang dingin. Perlakuan ini
dapat memperpanjang kesegaran produk kangkung.
Sesaat setelah panen, sayuran harus ditangani dengan hati-hati
agar tidak lecet, terjatuh, atau kotor terkena tanah yang dapat berakibat
masuknya mikroorganisme yang akan mempercepat kebusukan. Sayuran
sebaiknya tidak ditumpuk di suatu tempat yang terkena panas. Jika
terjadi, panas sayuran akan meningkat sebagai akibat dari respirasi. (Tim
Penulis PS : 1990)
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan
penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman
dalam menggunakan air dan zat hara, dengan demikian akan
mempengaruhi hasil. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi
penampilan dan produksi tanaman, terutama karena keefisienan
penggunaan cahaya. Pada umumnya, produksi tipe satuan luas yang
tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan
cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Akan tetapi pada
5
akhirnya, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun
karena persaingan untuk cahaya dan faktor-faktor tumbuh lainnya.
Tanaman memberikan respons dengan mengurangi ukuran baik pada
seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman (Harjadi : 1988).
B.1 BAHAN
B.2 ALAT
6
C. PROSEDUR KERJA
7
D. HASIL PENGAMATAN
8
Pengamatan Kangkung
PERHITUNGAN
Monokultur
Tumpangsari
- Jumlah tanaman dalam 1 bendengan = 52 x 52 = 104 tanaman
Perhitungan :
Jumlah berat = 8,3 = 0,92
9 9
0,92 x 104 = 95,68
95,68 x 1111,2 = 106319,616 kg
9
E. PEMBAHASAN
10
sebaliknya panen yang dilakukan terlalu awal akan menyebabkan ujung
tongkol menjadi mudah patah.
Waktu pemetikan biasanya dilakukan pada pagi hari. Akan tetapi bila
terlihat ada tongkol yang harus dipetik sore hari, maka sore itu juga harus
dilakukan pemetikan karena jika menunggu pagi hari akan terlambat.
Disinilah perlu adanya pengawasan.
Pada hasil pengamatan diatas jagung dengan pola tanam monokultur
ditimbang beratnya sebelum kupas dan setelah kulit jagung dikupas. Pada
praktikum pemanenan jagung, dilakukan pengukuran diameter dan panjang
jagung, dan juga dilakukan penimbangan sebelum dikupas dan setelah
dikupas baik pada monokultur ataupun pada tumpang sari (yang hasilnya
dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan), terdapat keragaman pada hasil
pengukuran tersebut walaupun keragamannya tidak begitu majemuk/
keragamannya kecil. Hal ini menandakan bahwa terdapat keseragaman hasil
dari penanaman jagung tersebut baik antara yang ditanam dengan
monokultur ataupun secara tumpang sari.
Hal ini dapat dimaklumi karena perbedaan teknik bercocok tanam
(monokultur dan tumpang sari) akan memberikan dampak perbedaan hasil
panen, walaupun pada luasan tanah, pemeliharaan tanaman dan jenis tanah
yang sama.
11
Penanganan lepas panen jagung meliputi kegiatan pokok yang terdiri
atas pengumpulan hasil, pewadahan, pengangkutan, pengeringan, pemipilan,
pengeringan ulang, dan penyimpanan. Kegiatan tersebut bertujuan
memproduksi jagung pipilan.
Penanganan pasca panen jagung yang dilakukan pada praktikum ini
terdiri dari serangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Pemanenan, meliputi kegiatan penentuan waktu panen, pemungutan
waktu hasil, pengumpulan, dan pengangkutan ke tempat proses
selanjutnya.
2. Pengupasan, meliputi kegiatan pelepasan kulit, pemisahan kulit,
pemisahan jagung tongkol muda dan rusak sehingga dihasilkan jagung
baik.
B. Kangkung.
12
ini disebabkan karena tanaman kangkung pada tanaman tumpang sari,
tanaman tersebut terhalang oleh tajuk dari tanaman jagung dalam hal
memperoleh sinar matahari. Oleh karena itu, tanaman kangkung mulai
beradaptasi dengan lingkungan dengan melakukan gerakan fototropisme
positif (menuju arah datangnya sinar). Tanaman mencari cahaya matahari
karena cahaya tersebut diperlukan tanaman kangkung untuk melaksanakan
proses fotosintesis.
13
Penyimpanan ini hanya bersifat mempertahankan kesegaran dan
penampilan, tetapi tidak meningkatkan mutunya. Oleh karena itu, sayuran
yang akan disimpan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Sayuran yang dipilih tidak rusak,
2. Kesegaran awalnya harus seragam,
3. Dikemas dalam kemasan yang baik,
4. Untuk masing-masing jenis ditempatkan dalam tempat yang sama dan
tidak dicampur dangan jenis yang lain.
Ciri tanaman kangkung siap dipanen adalah pertumbuhan tunas-
tunasnya telah memanjang sekitar 20 - 25 cm dan ukuran daun-daunnya
cukup besar (normal). Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore
hari agar tidak mengalami kelayuan yang drastis akibat pengaruh suhu udara
yang panas ataupun teriknya sinar matahari.
Tanaman kangkung yang telah berumur satu tahun biasanya tumbuh
lambat, kerdil, dan kurang produktif. Gejala ini dapat diakibatkan oleh
tuanya umur tanaman atau kondisi tanah tidak subur lagi. Oleh karena itu,
bila pertanaman kangkung sudah berumur satu tahun atau lebih, sebaiknya
dilakukan peremajaan kembali. Pertanaman kangkung dibongkar, tanahnya
diolah secara sempurna dan diberi pupuk kandang seperti pada permulaan
berkebun, kemudian ditanami bahan tanaman (benih atau bibit) baru yang
unggul dan sehat.
14
F. KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
17