Anda di halaman 1dari 20

TEKNOLOGI PASCA PANEN

KERUSAKAN FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS BIOFARMAKA

Dosen : Ir. B. Budi Setiawati, MP


Dr.Endah Puspitajati, STP.,MP
Asisten : Novia Aristi Rahayu, STP.,Msc
PLP : Sumarna, SST
Instruktur : Nur Fatimah,S.TR,P

Disusun oleh :
 Destia Aviani (03.05.19.0077)
 Diffa Ardiwana Nor Iswantara (03.05.19.0078)
 Hanifah Nurul Fadhlillah (03.05.19.0085)
 Jazim Qori Ainaya (03.05.19.0088)
 Muhammad Hanif Ashari (03.05.19.0095)
 Sulistiawati (03.05.19.0102)
 Wahyu Apri Isgiyarto (03.05.19.0104)

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA-MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas limpahan rahmat Allah.SWT yang masih memberikan peluang waktu
hingga dapat mengikuti seluruh kegiatan perkuliahan semester 3 sejauh ini tanpa adanya
hambatan suatu apapun. Penyusunan laporan ini ditujukan guna melengkapi penugasan mata
kuliah Teknologi Pasca Panen ( TPP ) pada bab respirasi.
Terimakasih sebesar besarnya penulis ucapkan kepada jajaran dosen, asisten dosen,
PLP, Instruktur, dan semua pihak yang senantiasa membimbing dan mendukung para
mahasiswa selama masa pembelajaran mulai dari semester tiga ini sampai kedepannya.
Semoga semua yang dijalani mendapatkan keberkahan-Nya.
Dengan selesainya penyusunan laporan ini semoga dapat menambah pengetahuan
bagi mahasiswa dan seluruh pembaca di kemudian hari. Tentunya laporan ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun guna
perbaikan kedepannya. Atas segala kekurangan dan kelebihannya, penulis mohon maaf dan
terimakasih.
Temanggung, 07 Desember 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. ii
A...Latar Belakang....................................................................................................................1
B...Tujuan.................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................... 2
BAB III METODE......................................................................................................................... 4
A...Alat dan Bahan................................................................................................................... 4
B...Prosedur Kerja.................................................................................................................... 4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................5
A...Hasil....................................................................................................................................5
B...Pembahasan........................................................................................................................ 8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................... 10
A...Kesimpulan.......................................................................................................................10
B...Saran................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
LAMPIRAN................................................................................................................................. 12
Laporan Sementara................................................................................................................. 12
Hasil........................................................................................................................................12
Pembahasan............................................................................................................................ 15
Dokumentasi.................................................................................................................................16
Link Video....................................................................................................................................17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil pertanian pascapanen akan mengalami kerusakan, yaitu kerusakan mekanis, fisis,
biologis/mikrobiologis, kimiawi, dan fisiologis. Kerusakan terjadi karena penangan
pascapanen belum maksimal. Hal ini dikarenakan, pengetahuan masyarakat tersebut yang
masih minim. Padahal dampak kerusakan tersebut dapat berakibat pada mutu hasil pertanian
yang berpengaruh pada nilai ekonomis nya.
Dampak dari kerusakan – kerusakan pascapanen dapat berpengaruh terhadap proses
fisiologis hasil pertanian termasuk biofarmaka. Pada hakekat nya hasil pertanian memang
memiliki sifat yang mudah rusak (perrishable), dan jika mengalami kerusakan maka tentu
saja hasil pertanian tersebut akan lebih cepat rusak.
Kerusakan fisiologis merupakan kerusakan yang disebakan oleh reaksi-reaksi yang
dikatalisasi oleh enzim. Misalnya enzim yang berkerja dalam reaksi katabolik
(pembongkaran). Dengan adanya reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi yang terdapat
pada jaringan buah menjadi berkurang. Akibatnya buah lama-kelamaan menjadi rusak dan
busuk. Tanda – tanda lainnya ialah penurunan berat, tekstur, dan aroma.
Kerusakan mikrobiologis/patologis merupakan salah satu akibat dari kerusakan mekanis.
Kerusakan mekanis terjadi karena tidak tepatnya pada proses pemanenan, transportasi,
maupun pengangkutan. Kerusakan mekanis ini dapat menyebabkan lapisan luar rusak dan
daging buah memar yang dapat mengakibatkan cepat rusak karena mikroba dapat masuk
melalui jaringan jaringan yang sudah rusak dan terbuka. Pada praktikum ini akan membahas
kerusakan fisiologis yang diakibatkan penyimpanan dingin dan kerusakan patologis yang
diakibatkan kerusakan mekanis selama pasca panen.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dampak kerusakan mekanis biofarmaka
terhadap kerusakan patologis/mikrobiologis dan kerusakan fisiologis akibat penyimpanan
suhu dingin.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semua komoditas holtikultura ternasuk biofarmaka setelah dipanen masih akan
mengalami perubahan fisis, biologis, dan biokemis sehingga apabila tidak dilakukan
penanganan secara baik dan tepat akan mengalami kerusakan dan penurunan mutu.
Kerusakan (stress) yang dialami oleh komoditas buah-buahan dapat disebabkan oleh tiga hal
yaitu; faktor fisik, kimiawi, dan biologis. Faktor fisik dapat berupa tekanan, suhu yang terlalu
rendah (chilling injury-freezing injury), suhu yang terlalu tinggi, dan komposisi gas atmosfer
yang tidak sesuai (anaerob). Sedangkan faktor kimiawi ialah disebabkan oleh polusi udara
(ozon, sulfur dioksida, dll) serta pestisida berlebihan. Adapun faktor biologis ialah
disebabkan oleh berbagai jenis virus, bakteri, dan jamur (Hyodo, 1991).
Kerusakan pada komoditas buah-buahan dapat dibedakan menjadi beberapa tipe kerusakan
yaitu; fisiologis, mikrobiologis/biologis, mekanis, fisis, dan khemis.
a. Kerusakan fisiologis
Merupakan kerusakan yang disebakan oleh reaksi-reaksi yang dikatalisasi oleh enzim.
Misalnya enzim yang berkerja dalam reaksi katabolik (pembongkaran). Dengan adanya
reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi yang terdapat pada jaringan buah menjadi
berkurang. Akibatnya buah lama-kelamaan menjadi rusak dan busuk. Tanda – tanda lainnya
ialah penurunan berat, tekstur, dan aroma.
b. Kerusakan mikrobiologis/biologis/patologis
Yaitu kerusakan akibat serangan jamur cemaran mikrobia yang sering menjadi penyakit
pada berbagai jenis buah. Misalnya infeksi laten antraknos pada berbagai macam buah-
buahan yang disebabkan oleh mikrobia Colletotrichum gloeosporiodes. Keadaan semacam
ini akan sulit diatasi, dan terus meningkat hingga terjadi pembusukan.
c. Kerusakan mekanis
Kerusakan ini terjadi apabila dalam proses pemanenan, transportasi, maupun
pengangkutan tidak dilakukan dengan hati-hati. Akibatnya akan menyebabkan buah menjadi
luka pada kulit luar dan memar. Dengan demikian maka akan semakin mempercepat
kerusakan lainnya; seperti kerusakan fisiologis maupun mikrobiologis karena mikrobia
menjadi lebih mudah masuk kedalam daging buah.
d. Kerusakan fisis

2
Kerusakan ini lebih banyak disebabkan oleh suhu penyimpanan yang telalu tinggi (heat
injury) atau terlalu rendah (chilling injury), yang masing-masing dapat menyebabkan
kerusakan, misalnya adanya noda/bercak-bercak cokelat pada bagian kulit buah. Selain itu,
pada penyimpanan yang terlalu rendah tingkat kelembabannya (< 85%), akan mempercepat
proses transpirasi, sehingga buah menjadi kusut dan teksturnya menurun.
e. Kerusakan kimiawi
Terutama berkaitan erat dalam proses pengolahan. Misalnya pada proses pengirisan buah
apel yang dibiarkan saja, maka akan timbul warna coklat akibat reaksi pencoklatan enzimatis
(enzim polifenol).

3
BAB III
METODE

A. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
 Biofarmaka berupa buah (A)
 Biofarmaka berupa rimpang (B)
 Wadah

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


 Timbangan Digital
 Thermometer

B. Prosedur Kerja
 Kontrol
1. Siapkan biofarmaka berupa buah dan rimpang.

2. Masing-masing ditimbang dan diamati warna dan teksturnya.

3. Simpan selama 5 hari dalam ruangan terbuka, amati dan catat perubahannya setiap 24 jam.

 Penyimpanan suhu dingin

1. Siapkan biofarmaka berupa buah dan rimpang.

2. Masing-masing ditimbang dan diamati warna dan teksturnya.

3. Simpan selama 5 hari dalam ruang berpendingan/kulkas dengan suhu 0-50 C, amati dan catat
perubahannya setiap 24 jam.

 Kerusakan patologis/mikrobiologis

1. Siapkan biofarmaka berupa buah dan rimpang, kemudian dilukai dengan cara dimemarkan
pada satu bagian.

2. Masing-masing ditimbang dan diamati warna dan teksturnya.

3. Simpan selama 5 hari dalam ruang berpendingan/kulkas dengan suhu 0-50 C, amati dan catat
perubahannya setiap 24 jam.

4
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Kontrol

Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
Parameter
A B A B A B A B A B A B
Warna 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 3 4
Tekstur 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Bobot 18 25 17 24 17 23 17 23 17 22 16 22
Susut Bobot (%) - - 5,56% 4% 5,56% 8% 5,56% 8% 5,56% 12% 11,1% 12%

2. Penyimpanan Suhu Dingin

Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
Parameter
A B A B A B A B A B A B
Warna 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 3 4
Tekstur 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4
Bobot 27 26 26 25 25 24 24 24 24 23 24 22
Susut Bobot (%) - - 3,7% 3,8% 7,4% 7,69% 11,1% 7,69% 11,1% 11,53% 11,1% 15,38%

5
3.Kerusakan Patologis

Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
Parameter
A B A B A B A B A B A B
Keberadaan Jamur - - - - - - - - - - - -
Tekstur 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 3 4
Bobot 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
Susut Bobot (%) 14 22 13 20 10 18 9 15 8 14 7 13
Tekstur - - 7,14% 9,09% 28,57% 18,18% 35,71% 31,81% 42,85% 36,36% 50% 40,9%

Keterangan :

 Sampel
A : Jahe

B : Jeruk Nipis

 Warna
1 : Coklat

2 : Kuning

3 : Coklat tua

4 : Agak coklat

6
 Tekstur
1 : Sangat Keras

2 : Keras

3 : Agak Keras

4 : Sedikit Keras

5 : Lembek

7
B. Pembahasan

Kerusakan fisiologi merupakan kerusakan yang disebakan oleh reaksi-reaksi yang


dikatalisasi oleh enzim. Misalnya enzim yang berkerja dalam reaksi katabolik
(pembongkaran). Dengan adanya reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi yang terdapat
pada jaringan buah menjadi berkurang. Akibatnya buah lama-kelamaan menjadi rusak dan
busuk. Tanda – tanda lainnya ialah penurunan berat, tekstur, dan aroma.
Kerusakan mikrobiologis/biologis/patologis yaitu kerusakan akibat serangan jamur
cemaran mikrobia yang sering menjadi penyakit pada berbagai jenis buah. Misalnya infeksi
laten antraknos pada berbagai macam buah-buahan yang disebabkan oleh mikrobia
Colletotrichum gloeosporiodes. Keadaan semacam ini akan sulit diatasi, dan terus meningkat
hingga terjadi pembusukan.
Kerusakan mekanis terjadi apabila dalam proses pemanenan, transportasi, maupun
pengangkutan tidak dilakukan dengan hati-hati. Akibatnya akan menyebabkan buah menjadi
luka pada kulit luar dan memar. Dengan demikian maka akan semakin mempercepat
kerusakan lainnya; seperti kerusakan fisiologis maupun mikrobiologis karena mikrobia
menjadi lebih mudah masuk kedalam daging buah.
Kerusakan fisis lebih banyak disebabkan oleh suhu penyimpanan yang telalu tinggi (heat
injury) atau terlalu rendah (chilling injury), yang masing-masing dapat menyebabkan
kerusakan, misalnya adanya noda/bercak-bercak cokelat pada bagian kulit buah. Selain itu,
pada penyimpanan yang terlalu rendah tingkat kelembabannya (< 85%), akan mempercepat
proses transpirasi, sehingga buah menjadi kusut dan teksturnya menurun.
Kerusakan kimiawi berkaitan erat dalam proses pengolahan. Misalnya pada proses
pengirisan buah apel yang dibiarkan saja, maka akan timbul warna coklat akibat reaksi
pencoklatan enzimatis (enzim polifenol).
Dari tabel kontrol pada hasil di atas dapat di lihat bahwa hasil praktikum yang kami
lakukan belum terjadi perubahan warna dari hari ke-0 sampai hari ke-3 mulai mengalami
perubahan pada hari ke-4 sampai hari ke-5 perubahan yang terjadi ialah sempel A (jahe)
mengalami perubahan warna yang pada hari ke-0 sampai hari ke-3 bewarna coklat sedangkan
pada hari ke 4 sampai 5 berubah menjadi coklat tua. Perubahnpun di alami oleh sempel B
(jeruk) yang pada hari ke 0 sampai hari ke 3 berwarna kuning, pada hari ke 4 dan 5 berubah
menjdi kuning agak kecoklatan.Untuk tekstur dari kedua sempel tersebut tidak berubah dari
hari ke 0 sampai ke 5 yaitu tetap memiliki tekstur agak keras.
Berat sempel A (jahe) dari hari ke 0 sampai hari ke 1 mengalami penurunan berat yaitu
dari berat 18 g menjadi 17 g dan hari selanjutnya tetap dengan berat 17 g sampai dngan hari
ke 4 mengalami penurunan lagi pada hari ke 5 berat sempel A (jahe) menjadi 16 g.
Untuk sempel B (jeruk) berat pada hari ke 0 yaitu 25g mengalami penurunan pada hari ke
3 mnjadi 23g kemudian mengalami penurunan lagi pada hari ke 4 dn 5 berat menjadi 22g.
Susut berat (%) sempel A (jahe) hari ke 1 sampai 5 yaitu 5,56%,5,56%,5,56%,5,56%,11,1%.
Untuk sempel B (jeruk) susut berat (%) dari hari ke 1 sampai hari ke 5 yaitu
4%,8%,8%,12%,12%.

8
Dapat dilihat pada table kedua yaitu pada penyimpanan suhu dingin. Dapat dilihat bahwa
warna pada jahe dan jeruk nipis tidak mengalami perubahan dari hari pertama sampai hari ke
enam . Sedangkan teksture pada jahe selama 6 hari berada di suhu dingin tidak mengalami
perubahan, masih tetap berada pada tekstur agak keras dan pada jeruk nipis mengalami
perubahan mulai dari hari ke-2 yang tadinya berteksture agak keras menjadi sedikit keras.
Pada bobot kedua sampel yang digunakan mengalami penurunan atau penyusutan. Dapat
dilihat pada table tersebut bahwa bobot jahe dari heri ke-1 sampai hari ke-4 mengalami
penyusutan yaitu 27-26-25-24 namun dari hari ke-4 sampai ke-6 tidak mengalami
penyusutan yaitu tetap pada angka 24. Sedangkan untuk jeruk nipis dari hari ke-1 sampai ke-
6 terus mengalami penuunan, hanya pada hari ke-3 dan ke-4 terjadi bobot yang tetap,berikut
adalah berat pada jeruk nipis dari hari ke-1 sampai ke-6 26-25-24-24-23-22.
Hasil pertanian pascapanen akan mengalami kerusakan, yaitu kerusakan mekanis, fisis,
biologis/mikrobiologis, kimiawi, dan fisiologis. Kerusakan terjadi karena penangan
pascapanen belum maksimal.Padahal dampak kerusakan tersebut dapat berakibat pada mutu
hasil pertanian yang berpengaruh pada nilai ekonomis nya.
Dampak dari kerusakan – kerusakan pascapanen dapat berpengaruh terhadap proses
fisiologis hasil pertanian termasuk biofarmaka. Pada hakekat nya hasil pertanian memang
memiliki sifat yang mudah rusak (perrishable), dan jika mengalami kerusakan maka tentu
saja hasil pertanian tersebut akan lebih cepat rusak.
Kerusakan fisiologis merupakan kerusakan yang disebakan oleh reaksi-reaksi yang
dikatalisasi oleh enzim. Misalnya enzim yang berkerja dalam reaksi katabolik
(pembongkaran). Dengan adanya reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi yang terdapat
pada jaringan buah menjadi berkurang. Akibatnya buah lama-kelamaan menjadi rusak dan
busuk. Tanda – tanda lainnya ialah penurunan berat, tekstur, dan aroma.
Kerusakan mikrobiologis/patologis merupakan salah satu akibat dari kerusakan mekanis.
Kerusakan mekanis terjadi karena tidak tepatnya pada proses pemanenan, transportasi,
maupun pengangkutan. Kerusakan mekanis ini dapat menyebabkan lapisan luar rusak dan
daging buah memar yang dapat mengakibatkan cepat rusak karena mikroba dapat masuk
melalui jaringan jaringan yang sudah rusak dan terbuka. Sesuia Pada tabel di atas sempel A
dan B tidak mengalami kerusakan patologis. Tidak terdapat Pertumbuhan jamur pada kedua
sempel tersbut dan untuk warna pada sempel A mengalami perubahan warna yaitu warna
coklat menjadi warna coklat tua. Pada sempel B juga mengalami perubhan warna dari kuning
mnjadi warna kuning agak coklat, untuk tekstur sempel A sedikit keras, dan sempel B
berubah dari seddikit keras menjadi agak keras, untuk berat kedua sempel tersebut
mengalami penurunan. sempel A hari ke 0 sampai hari ke 5 yaitu 14g, 13g, 10g, 9g, 8g, 7g.
Untuk sempel B dari hari ke 0 sampai hari ke 5 yaitu 22g, 20g, 18g, 15g, 14g, 13g. Susut
berat (%) dari sempel A hari ke1 sampai hari ke 5 yaitu 7,14%, 28,57%, 35,71%, 42,85%,
50%. Untuk susut berat sempel B yaitu 9,09%, 18,18%, 31,81%, 36,36%, 40,9%.

9
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada uji coba menggunakan sampel jahe dan jeruk nipis yang diletakkan pada ruang terbuka
dan suhu 0-5 derajat celcius mengalami banyak perubahan, diantaranya yaitu perubahan
tekstur dan penyusutan. Berdasarkan praktek tersebut juga dapat disimpulkan bahwa terjadi
kerusakan ppatalogis/mikrobiologis.

B. Saran
- Semoga praktek yang akan datang dapat terlaksana lebih baik lagi
- Peralatan yang lebih memadahi dapat mempengaruhi terhadap hasil praktikum

10
DAFTAR PUSTAKA

Hyodo, H. 1991. Stress/wound ethylene. In A. K. Mattoo and J. C. Suttle (eds.), The Plant
Hormone Ethylene. CRC Press, Boca Raton, Florida, pp. 43-63.
Soesanto, loekas. 2008. Penyakit Pascapanen: Sebuah Pengantar. Kanisisus: Yogyakarta
Susanto, T, dkk. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu: Surabaya.
https://food4healthy.wordpress.com/tag/fisiologis-buah/ diakses pada 14 November 2020

11
LAMPIRAN

Laporan Sementara

Hasil

1.Kontrol
Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
Parameter
A B A B A B A B A B A B
Warna 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 3 4
Tekstur 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Bobot 18 25 17 24 17 23 17 23 17 22 16 22
Susut Bobot (%) - - 5,56% 4% 5,56% 8% 5,56% 8% 5,56% 12% 11,1% 12%

2.Penyimpanan Suhu Dingin

Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
Parameter
A B A B A B A B A B A B
Warna 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 3 4
Tekstur 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4
Bobot 27 26 26 25 25 24 24 24 24 23 24 22
Susut Bobot (%)
- - 3,7% 3,8% 7,4% 7,69% 11,1% 7,69% 11,1% 11,53% 11,1% 15,38%

12
3.Kerusakan Patologis

Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
Parameter
A B A B A B A B A B A B
Keberadaan Jamur - - - - - - - - - - - -
Warna 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 3 4
Tekstur 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
Bobot 14 22 13 20 10 18 9 15 8 14 7 13
40,9
Susut Bobot (%) - - 7,14% 9,09% 28,57% 18,18% 35,71% 31,81% 42,85% 36,36% 50%
%

Keterangan :

 Sampel
A : Jahe

B : Jeruk Nipis

 Warna
1 : Coklat

2 : Kuning

3 : Coklat tua

4 : Agak coklat
13
 Tekstur
1 : Sangat Keras

2 : Keras

3 : Agak Keras

4 : Sedikit Keras

5 : Lembek

14
Pembahasan

Kerusakan fisiologi merupakan kerusakan yang disebakan oleh reaksi-reaksi yang


dikatalisasi oleh enzim. Misalnya enzim yang berkerja dalam reaksi katabolik . Dengan adanya
reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi yang terdapat pada jaringan buah menjadi
berkurang. Akibatnya buah lama-kelamaan menjadi rusak dan busuk. Tanda – tanda lainnya
ialah penurunan berat, tekstur, dan aroma.

Kerusakan mikrobiologis/biologis/patologis yaitu kerusakan akibat serangan jamur


cemaran mikrobia yang sering menjadi penyakit pada berbagai jenis buah. Misalnya infeksi laten
antraknos pada berbagai macam buah-buahan yang disebabkan oleh mikrobia Colletotrichum
gloeosporiodes. Keadaan semacam ini akan sulit diatasi, dan terus meningkat hingga terjadi
pembusukan.

Kerusakan mekanis terjadi apabila dalam proses pemanenan, transportasi, maupun


pengangkutan tidak dilakukan dengan hati-hati. ​ Dari tabel kontrol pada hasil di atas dapat di
lihat bahwa hasil praktikum yang kami lakukan belum terjadi perubahan warna dari hari ke-0
sampai hari ke-3 mulai mengalami perubahan pada hari ke-4 sampai hari ke-5 perubahan yang
terjadi ialah sempel A mengalami perubahan warna yang pada hari ke-0 sampai hari ke-3
bewarna coklat sedangkan pada hari ke 4 sampai 5 berubah menjadi coklat tua. Perubahnpun di
alami oleh sempel B yang pada hari ke 0 sampai hari ke 3 berwarna kuning, pada hari ke 4 dan 5
berubah menjdi kuning agak kecoklatan.Untuk tekstur dari kedua sempel tersebut tidak berubah
dari hari ke 0 sampai ke 5 yaitu tetap memiliki tekstur agak keras.

Berat sempel A dari hari ke 0 sampai hari ke 1 mengalami penurunan berat yaitu dari
berat 18 g menjadi 17 g dan hari selanjutnya tetap dengan berat 17 g sampai dngan hari ke 4
mengalami penurunan lagi pada hari ke 5 berat sempel A menjadi 16 g.

Untuk sempel B berat pada hari ke 0 yaitu 25g mengalami penurunan pada hari ke 3
mnjadi 23g kemudian mengalami penurunan lagi pada hari ke 4 dn 5 berat menjadi 22g. Susut
berat sempel A hari ke 1 sampai 5 yaitu 5,56%,5,56%,5,56%,5,56%,11,1%. Pada hakekat nya
hasil pertanian memang memiliki sifat yang mudah rusak , dan jika mengalami kerusakan maka
tentu saja hasil pertanian tersebut akan lebih cepat rusak.

Kerusakan fisiologis merupakan kerusakan yang disebakan oleh reaksi-reaksi yang


dikatalisasi oleh enzim. Misalnya enzim yang berkerja dalam reaksi katabolik . Dengan adanya
reaksi pembongkaran ini maka jumlah energi yang terdapat pada jaringan buah menjadi
berkurang. Akibatnya buah lama-kelamaan menjadi rusak dan busuk. Tanda – tanda lainnya
ialah penurunan berat, tekstur, dan aroma.

Kerusakan mikrobiologis/patologis merupakan salah satu akibat dari kerusakan mekanis.


Kerusakan mekanis terjadi karena tidak tepatnya pada proses pemanenan, transportasi, maupun
pengangkutan. Kerusakan mekanis ini dapat menyebabkan lapisan luar rusak dan daging buah
memar yang dapat mengakibatkan cepat rusak karena mikroba dapat masuk melalui jaringan
jaringan yang sudah rusak dan terbuka.

15
Dokumentasi

1. Label

2. Botol Plastik

3. Timbangan

4. Rimpang jahe

5. Jeruk nipis

16
Link Video

https://youtu.be/99X5LmIPwP8

17

Anda mungkin juga menyukai