Latar Belakang
Buah-buahan mempunyai arti penting sumber vitamin, mineral dan zat-zat
lain dalam menunjang kecukupan gizi. Buah-buahan dapat di konsumsi dalam
keadaan mentah maupun setelah matang. Buah yang dikonsumsi adalah buah yang
telah mencapai tingkat matang. Meningkatkan hasil buah yang masak secara
kualitas maupun kuantitasnya dapat diusahakan dengan substansi tertentu antara
lain dengan zat pengatur tumbuh etilen. Etilen dapat ditemukan dalam
pematangan buah atau bahkan mencegah produksi dan aktifitas etilen dalam usaha
penyimpanan buah-buahan (Peter. 2008).
Etilen diketahui dalam buah yang matang oleh para pengangkut buah ropica
selama pengapalan dari Yamaika ke Eropa pada tahun 1934, pada pisang masak
lanjut mengeluarkan gas yang juga dapat memacu pematangan buah yang belu
masak. Sejak saat itu etilen (C2=H2) dipergunakan sebagai sarana pematangan
buah dalam industri (Peter. 2008).
Etilen adalah zat pengatur pertumbuhan yang aktif dalam pematangan, dapat
pula disebut sebagai hormone karena memenuhi persyratan sebagai hormone,
yaitu dihasilkan oleh tanaman. Hormone etilen berpengaruh pada proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain mematahkan dormansi umbi
kentang, menginduksi pelepasan daun atau leaf abscission, menginduksi
pembungaan nenas (Peter. 2008).
Buah pisang, terutama yang matang, memiliki beberapa kandungan seperti
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, beberapa vitamin (A,B1, B2
dan C), zat besi dan niacin. Kandungan mineralnya yang menonjol adalah kalium.
Zat-zat tersebut sangat diperlukan dalam tubuh manusia. Bukan itu saja, pisang
termasuk buah yang murah-meriah dan mudah didapat sepanjang tahun.
pemasakan yang lebih cepat, yakni menggunakan karbit (kalsium karbor).
Jangankan buah pisang yang umurnya tua, pisang yang umurnya masih tergolong
muda (belum siap panen) pun akan segera matang walau dari sisi aroma atau rasa
kurang nyaman. Dengan karbit, ibu-ibu merasa senang karena pisangnya cepat
matang dengan warna yang sama dengan proses pematangan secara alami atau
matang di pohon. Tetapi, pisang yang matang karena dikarbit cepat membusuk.
1
Karbit yang sehabis dipakai akanSetelah kulit pisang yang dimatangkan dengan
karbit dijadikan makanan ternak, ternyata berdampak buruk terhadap kesehatan
ternak itu. Ternak menjadi sakit. Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan
manusia yang mengkonsumsi pisang karbitan, tampaknya masih perlu penelitian
lebih jauh. merusak lingkungan jika dibuang begitu saja di sembarang
tempapengaruhnya terhapat proses pembusukan. Dari penelitiannya diperoleh
hasil sebagai berikut: Pisang yang dimatangkan dengan karbit paling cepat (tidak
sampai tiga hari) matangnya, tetapi proses pembusukannya pun paling cepat
(Regina. 2012).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum Mempercepat Proses Pematangan Buah
Pisang Dengan Karbit, yaitu untuk membandingkan kecepatan dan mutu dari buah
yang dimatangkan secara alami dan mutu buah yang dimatangkan dengan
menggunakan Kalsium Karbida (Karbit).
Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaan dalam praktikum Mempercepat Proses Pematangan Buah
Pisang Dengan Karbit, yaitu untuk lebih memahami cara mematangkan buah
dengan mengggunakan Kalsium Karbida (Karbit).
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
(inhibitor). Hormon tersebut adalah auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam
absisat (Sinay. 2008).
Tanaman buah-buahan kita kenal menjadi 2 macam istilah yang sulit
dibedakan, ialah pematangan atau maturity yang berarti bahwa buah tersebut
menjadi matang atau tua yang kadang-kadang belum bias dimakan karena rasanya
yang belum enak dan istilah ripening atau pemasakan, dimana buah yang sudah
baik untuk dimakan yang mempunyai rasa enak (Afandi, 1984).
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar
berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian. Etilen
adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, giberellin dan
sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya
sangat sederhana sekali. Di alam etilen akan berperan apabila terjadi perubahan
secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses
pematangan buah dalam fase klimaterik (Pratisto, 2004).
Klimakterik merupakan suatu fase yang banyak sekali perubahan yang
berlangsung. Klimaterik juga diartikan sebagai suatu keadaan auto stimulation
dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya
peningkatan proses respirasi. Klimaterik merupakan fase peralihan dari proses
pertumbuhan menjadi layu, meningkatnya respirasi tergantung pada jumlah etilen
yang dihasilkan serta meningkatnya sintesis protein dan RNA (Heddy, 1989).
Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu
dimana selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya
proses pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO 2 yang mendadak
selama pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi
berbeda karena setelah CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara
perlahan, buah tersebut digolongkan non klimaterik. Proses klimakterik dalam
buah dapat dibagi dalam 3 tahap yaitu klimakterik menaik, puncak klimakterik
dan klimakterik menurun. Buah-buah yang mengalami proses klimakterik
diantaranya yaitu tomat, alpokat, mangga, pepaya, peach dan pear karena buah-
buahan tersebut menunjukkan adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama
pematangan buah. Buah-buah yang mengalami pola berbeda dengan pola diatas
diantaranya yaitu ketimun, anggur dan limau (Kusumo, 1990).
4
Kecepatan Pematangan Buah
Buah non klimakterik merupakan buah yang menjelang kematangan laju
respirasi menurun lalu tidak menunjukkan adanya fase klimakterik. Buah tersebut
tidak menunjukkan respon apabila diberi perlakuan etilen. Buah tersebut memiliki
kandungan etilen yang sedikit. Buah non klimakterik,yaitu jeruk, anggur. Buah
klimakterik, yaitu mangga, pisang dan apel. Buah pisang akan cepat matang
apabila diberi perlakuan etilen karena buah pisang memiliki kandungan etilen
alami sehingga proses pematangan terjadi lebih cepat (Synge, 2013).
Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong
pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo, 1990). Proses pemecahan
tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana
ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau
terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah
hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut
berkurang. Saat terjadi klimaterik, klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya
penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil
menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang
bersangkutan tidak mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada
molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan
hilang. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang
tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang
memberi rasa manis (Fantastico, 1996).
Proses pematangan pada buah sangat berhubungan dengan perubahan
warna, permeabilitas membran, kandungan hormon, produksi uap, respirasi dan
pelembutan dinding sel. Etilen merupakan hormon yang berperan sangat penting
dalam pematangan buah. Auksin dapat menginduksi produksi etilen (Peter,2008).
Agen pematangan yang paling efektif adalah dengan penggunaan etilen.
Agen tersebut dapat mematangkan pisang dalam waktu yang singkat. Zat etilen
tersedia secara komersial dalam bentuk gas atau cair. Alternatif lain yang
digunakan untuk mempercepat kematangan buah adalah penggunaan bioetilena
atau etilen dari sumber alami. Penggunaan daun segar kakawate, daun saman dan
buah belimbing dapat digunakan sebagai agen untuk pematangan buah. Bioetilen
5
juga bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayuran yang kulit mengeluarkan
jumlah yang relatif tinggi etilen (Absulio,2012).
6
METODOLOGI
Prosedur Kerja
1 Pisang satu sisir dibagi menjadi dua dengan karbit.
2 Setengah sisir disimpan tanpa pemberian karbit.
3 Karbit dibungkus dengan tisu yang sudah dibasahi.
4 Setengah sisir pisang diletakkan pada koran lalu letakkan karbit yang telah
dibungkus dengan tisu pada samping pisang lalu dibungkus.
5 Pisang yang sudah dibungkus dengan koran dimasukkan kedalam kantong
plastik setelah itu di ikat.
6 Diberikan label untuk membedakan perlakuan.
7 Pengamatan dilakukan dalam waktu 1 kali dalam sehari.
Parameter Pengamatan
1 Tekstur
Untuk mengamati tekstur buah pisang yang menggunakan tangan dan
mata dengan cara meraba dan meliihat pengamatan 1, 2, 3, 4 dan 5 kali
pengamatan.
2 Warna
Warna kulit buah pisang yang menggunakan karbit (kontrol) dan buah
pisang tanpa karbit di amati mulai hari pertama sampai hari kelima.
3 Aroma
Aroma dilakukan dengan mencium bau pisang tanpa karbit dan
menggunakan karbit.
4 Rasa
Rasa buah pisang yang menggunakan karbit (kontrol) dan buah pisang
tanpa karbit pada hari ketiga dimakan langsung untuk membedakan rasanya.
7
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan II
9
penyimpanan dilakukan dua perlakuan yaitu perlakuan dengan
menggunakan karbit dan perlakuan tanpa menggunakan karbit (control).
Pada hari pertama sampai hari ke lima proses dua perlakuan tersebut
ternyata memiliki beberapa kriteria perubahan. Proses yang dilakukan
pada hari pertama yaitu pisang mentah yang digunakan sebagai sampel
pada dua perlakuan tersebut.
Perlakuan sampel satu menggunakan pisang mentah yang diberi
karbit, dibungkus dengan kertas koran dan dimasukan kedalam kantong
plastik yang kemudian diberi perlakuan berupa karbit 0,5 gram/kg,
sedangkan pada perlakuan kedua control sampel pisang mentah dibungkus
dengan kertas koran juga lalu dimasukan kedalam kantong plastik. Proses
pengamatan ini dilakukan selama dua hari, dengan kriteria yang diamati
berupa tekstur, warna dan rasa. Hari pertama pengamatan antara control
dan perlakuan dengan karbit memiliki kriteria yang sama yaitu warna kulit
hijau, aroma harum getah.
Setelah hari ke dua, ketiga dan keempat dilakukan pengamatan ulang
dan ternyata antara perlakuan menggunakan karbit dan tanpa
menggunakan karbit memiliki sedikit perbedaan. Tanpa karbit memiliki
warna kulit kuning, aroma harum, rasa manis dan tekstur lembut,
sedangkan perlakuan menggunakan karbit memiliki warna kulit kuning ke
abu-abuan, aroma harum, rasa manis dan tekstur lembut. Hal ini
menunjukan tanpa menggunakan karbit pun buah pisang tetap masak dan
mempunyai kriteria yang tidak jauh berbeda dengan penggunaan karbit.
Pada pengamatan kelima terjadi proses kecepatan pematangan yang di
tandai dengan kulit buah sudah menguning semua dan daging buah sudah
lembek semua.
Dari hasil praktikum pisang yang dimatangkan dengan karbit paling
cepat (tidak sampai tiga hari) matangnya, tetapi proses pembusukannya
pun paling cepat. Dari hasil pengamatan tersebut baru tiga hari dari
perlakuan, sehingga warna kulit, aroma, rasa dan tekstur belum
menunjukan perbedaan yang signifikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
10
Adapun kesimpulan dari praktikum Mempercepat Proses
Pematangan Buah Pisang Dengan Karbit, dari identifikasi pengaruh
Kalsium Karbida (karbit) terhadap perubahan mutu pisang selama
penyimpanan diketahui bahwa pengaruh karbit yang tepat untuk
mempercepat proses pemasakan lebih cepat namun proses pembusukannya
pun lebih cepat jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan karbit.
Tanpa karbit memiliki warna kulit kuning, aroma harum, rasa manis
dan tekstur lembut, sedangkan perlakuan menggunakan karbit memiliki
warna kulit kuning ke abu-abuan, aroma harum, rasa manis dan tekstur
lembut.
Saran
Praktikum ini sudah cukup baik karena asistenya tegas dan serius
mendampingi peserta praktiikum teknologi pasca panen.
11
DAFTAR PUSTAKA
Synge. 2013. Ilmu Kimia. Erlangga. Jakarta. Diakses pada tanggal 30 Oktober
2016.
12
.
13
LEMBAR ASISTENSI
NO
PARAF ASISTEN
HARI/TANGGAL/BULAN/TAHUN
.
FARHA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
DAFTAR ISI
14
SAMPUL.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................... iii
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Praktikum ................................................................................. 2
Kegunaan Praktikum............................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
Definisi Kalsium Karbida ........................................................ 3
Pematangan Buah Dengan Karbit............................................. 3
Kecepatan Pematangan Buah .................................................. 5
BAHAN DAN METODE.................................................................... 7
Waktu dan Tempat.................................................................... 7
Alat dan Bahan ........................................................................ 7
Prosedur Kerja ......................................................................... 7
Parameter Pengamatan ............................................................. 7
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 9
Hasil.......................................................................................... 9
Pembahasan ............................................................................. 10
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 10
Kesimpulan............................................................................... 10
Saran......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Buah pisang menggunakan karbit ...................................... 9
Gambar 2. Buah pisang tanpa menggunakan karbit ............................ 9
Gambar 3. Buah pisang menggunakan karbit pada pengamatan pertama
9
Gambar 4. Buah pisang tanpa karbit pada pengamatan pertama.......... 9
Gambar 5. Buah pisang menggunakan karbit pada pengamatan kedua
9
Gambar 6. Buah pisang tanpa karbit pada pengamatan kedua ............ 9
15
LAPORAN PRAKTIKUM I
TEKNOLOGI PASCA PANEN
KELOMPOK VIII
SUPIANTO
08220140003
16
MAKASSAR
2016
LAMPIRAN
4-12 -2015
5-12-2015
6-12-2015
17
7-12-2015
8-12-2015
9-10-2015
10-10-2015
11-10-2015
18
12-10-2015
19