LAJU RESPIRASI
dengan metode dan teknologi tradisional. Kondisi lingkungan dan fisiologi bahan
dalam pematangan buatan (pengemposan) masih belum dikaji serta metode yang
lingkungan maupun ruang penanganan pasca panen harus dilakukan dengan teliti
agar mutu produk dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan pada kondisi
timbulnya etilen, perubahan zat-zat tertentu dan perubahan fisik tanaman. Etilen
adalah suatu senyawa kimia yang mudah menguap, yang dihasilkan selama proses
masaknya hasil tanaman (terutama buah-buahan dan sayuran). Produksi etilen erat
penggunaan oksigen pada prosesnya, karena apabila produksi etilen banyak maka
oksigen oleh tanaman. namun demikian pemacu aktivitas respirasi oleh etilen dapat
enzim hidrolase, enzim pektinase, enzim amilase, dan enzim kinase yang terdapat
di dalam buah mentah. Kehadiran enzim tersebut diinduksi dari buah mentah
dengan bantuan gas etilen yang terpancar dari buah matang. Sebagai contoh, ketika
seseorang memeram buah mangga mentah di dalam wadah tertutup bersama buah
tomat matang. Buah tomat matang akan melepaskan gas etilen sehingga
menginduksi enzim di dalam buah mangga mentah. Adanya sinyal dari gas etilen
buah tomat matang akan ditransmisikan ke dalam buah mangga mentah sehingga ia
atas. Dengan demikian, proses reaksi kimia pematangan buah akan berlangsung
segera setelah enzim muncul di dalam buah mentah. Melalui reaksi kimia yang
mengetahui tingkat kecepatan respirasi pada tanaman bayam dan kentang dengan
dua komuditi yaitu pisang kepok dan tanaman bayam. Sedangkan tujuan dari
sayuran sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya
metabolisme, dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai
potensi daya simpan buah dan sayuran. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai
oleh umur simpan yang pendek. Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran
Pengukuran laju respirasi dari suatu komoditas pertanian yang telah dipanen
merupakan cara yang tepat untuk menentukan umur simpan. Laju respirasi dari
suatu produk pertanian sendiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain suhu, etilen, ketersediaan O2, CO2,
senyawa pengatur pertumbuhan, dan luka pada buah. Sedangkan yang termasuk
jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan (Sarifah, 2014).
pada buah dan sayuran dapat diukur dengan beberapa cara yaitu menentukan
jumlah subtrat (gula) yang hilang, menentukan jumlah gas oksigen yang
jumlah energi (ATP) yang dihasilkan (Nofriati Desy dan Nur Asni, 2015).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju respirasi dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor eksternal (faktor lingkungan) dan faktor
internal. Yang termasuk faktor lingkungan antara lain temperatur, komposisi udara
dan adanya kerusakan mekanik, Ketiga faktor ini merupakan faktor penting yang
dapat mempercepat laju respirasi. Sedangkan faktor internal antara lain jenis
umurnya, akan menentukan pola respirasi yang spesifik untuk setiap jenis buah-
Pola produksi etilen pada buah-buahan akan bervariasi tergantung pada tipe
atau jenisnya. Pada buah-buahan klimaterik, produksi etilen cenderung untuk naik
etilennya tetap dan tidak memperlihatkan perubahan yang nyata. Laju respirasi dan
produksi etilen berhubungan erat dengan daya simpan produk, maka untuk
memaksimalkan umur simpan suatu produk kedua faktor ini harus diketahui
klimaterik dan buah nonklimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang banyak
mengandung amilum, seperti pisang, mangga, apel dan alpokat yang dapat dipacu
kematangannya dengan etilen. Etilen endogen yang dihasilkan oleh buah yang telah
matang dengan sendirinya dapat memacu pematangan pada sekumpulan buah yang
seperti jeruk, dan lainnya. Pemberian etilen pada jenis buah ini dapat memacu laju
klimaterik, yaitu respon buah terhadap pemberian etilen yang merupakan gas
terhadap pemberian etilen baik pada tingkat pra-panen maupun pada tingkat pasca
pemberian etilen apabila etilen diberikan pada saat buah berada pada tingkat pra-
klimaterik. Dan setelah kenaikan respirasi dimulai maka buah klimaterik tidak akan
menjadi kelompok buah klimakterik dan non klimakterik (Yassin, dkk, 2013).
jumlah asetaldehid dan etanol sehingga produksi CO2 meningkat. Etilen yang
Misalnya adalah tahap dimana mangga masih dalam kondisi baik yaitu jika
karbohidrat meningkat bersamaan dengan buah menjadi masak dan diiringi pula
mencapai klimaterik yang paling tinggi. Respirasi klimaterik dan proses pemasakan
dapat berlangsung pada saat buah masih di pohon atau telah dipanen. Pemanenan
dapat dilakukan ketika laju respirasi suatu produk sudah mencapai klimaterik. Hal
ini karena ketepatan pemanenan sangat mempengaruhi kualitas produk tersebut.
menjadikan buah terasa masam. Untuk pemanenan yang terlalu tua menyebabkan
kualitas produk turun pada saat disimpan rentan pembusukan (Sarifah, 2014).
2.3 Non-Klimaterik
Buah dalam dua kategori, berdasarkan laju respirasi sebelum pemasakan,
kenaikan laju respirasi sebelum pemasakan, sedangkan buah non klimaterik tidak
menghasilkan sedikit etilen dan tidak memberikan respon terhadap etilen kecuali
dalam hal degreening (penurunan kadar klorofil) pada jeruk dan nanas. Buah
klimakterik menghasilkan lebih banyak etilen pada saat matang dan mempercepat
serta lebih seragam tingkat kematangan pada saat pemberian etilen (Sarifah, 2014).
Jumlah CO2 yang dikeluarkan akan terus menurun, kemudian pada saat
lagi. Buah-buahan yang melakukan respirasi semacam itu disebut buah klimaterik,
sedangkan buah-buahan yang jumlah CO2 yang dihasilkannya terus menurun secara
perlahan sampai pada saat senescene disebut buah non-klimaterik (Nofriati dan
Asni, 2015).
Kingdom : plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
mengandung antosianin. Batang tanaman kentang memiliki dua tipe yaitu batang
yang tumbuh di atas tanah (aerial) dan batang yang tumbuh di bawah tanah
(underground). Batang yang tumbuh dibawah tanah terdiri dari stolon dan umbi
yang memiliki fungsi serupa dengan batang di atas tanah, namun setiap stolon
Tanaman kentang memiliki daun yang rimbun dan terletak berselang seling
pada batang tanaman, berbentuk oval dengan tulang daun menyirip dan ujung daun
warna yang bervariasi kuning dan ungu, tumbuh pada katiak daun 3 teratas. Benang
kedudukannya bisa lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dari kepala putik. Bunga
yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji sebagai
Umbi kentang merupakan umbi batang yang terbentuk dari pembesaran ujung
stolon; mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Bentuk
umbi, warna daging umbi, warna kulit umbi, dan mata tunas bervariasi menurut
varietas kentang. Umbi kentang berbentuk bulat, lonjong, meruncing, atau mirip
ginjal; memiliki ukuran kecil hingga besar. Mata tunas umbi terletak pada kulit
umbi tersusun spiral, jumlahnya berkisar 2-14 mata tunas (Handayani, 2013).
Tanaman kentang pada mulanya tumbuh di tempat yang berhawa dingin. Pada
meluas ke daerah tropis yang memiliki dua musim seperti Indonesia dan daerah-
daerah di sekitar garis khatulistiwa. Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar
antara 15-18oC pada malam hari dan 24-30oC pada siang hari. Kentang dapat
dengan ketinggian sekitar 500-3000 m dpl. Namun, tempat yang ideal berkisar
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathopyta
Class : Angiospermae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
reproduksi. Bagian batang pada bayam banyak mengandung air. Tanaman bayam
sangat mudah dikenali, yaitu berupa perdu yang tumbuh tegak, batangnya tebal
berserat dan ada beberapa jenisnya mempunyai duri. Daunnya biasa tebal atau tipis,
besar atau kecil, berwarna hijau atau ungu kemerahan (pada jenis bayam merah).
Bunganya berbentuk pecut, muncul di pucuk tanaman atau pada ketiak daunnya.
Alat reproduksi yang dimiliki oleh tanaman bayam umumnya dilakukan secara
generatif (biji)Bijinya berukuran sangat kecil berwarna hitam atau coklat dan
mengilap. Tanaman bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang
mudah diperoleh di setiap pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan.
daun bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, kalsium, zat besi, dan
vitamin yang dibutuhkan oleh manusia dan baik untuk kesehatan (Irma, 2016).
sayur yang penting bagi masyarakat di dataran rendah. Bayam merupakan tanaman
yang berumur tahunan, cepat tumbuh serta mudah ditanam pada kebun ataupun
ladang. Bayam mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tumbuh,
sehingga dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi. Hasil panen yang
memperhatikan persyaratan tumbuh bayam, yaitu: keadaan lahan harus terbuka dan
mendapat mendapat sinar matahari serta memiliki tanah yang subur, gembur, serta
banyak mengandung bahan organik, tanahnya memiliki pH antara 6-7 dan tidak
faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman antara lain:
ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam dapat tumbuh di
dataran tinggi dan dataran rendah. Ketinggian tempat yang optimum untuk
pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1400 m dpl. Kondisi iklim yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bayam adalah curah hujan yang mencapai lebih dari 1-500
mm/tahun, cahaya matahari penuh, suhu udara berkisar 17-28°C, serta kelembaban
alat tulis menulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan saat praktikum adalah
5 buah pisang kentang, dan 5 ikat bayam segar, kantong plastik gula, dan label.
5. Menimbang berat awal bayam dan kentang yang telah dibungkus dan diberi
7. Mengamati dan mencatat warna, aroma, tekstur dan berat pada hari pertama
4.1 Hasil
pertama diambil pada saat praktikum, data kedua pada ssat hari ketiga, dan terakhir
pada saat hari keenam, dengan beberapa parameter yaitu konrtol, kultas, freezer dan
gas buangan knalpot. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat laju respirasi dari
Dari data tabel satu dapat diketahui kedua komuditi yaitu bayam dan kentang
perlakukan yang diberikan. Untuk komuditi bayam dengan berat awal sebesar 62.9
gram mengalami penurunan berat dari hari ketiga sebesar 60 gram dan pada hari
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor eksternal (faktor lingkungan) dan faktor
internal. Yang termasuk faktor lingkungan antara lain temperatur, komposisi udara
dan adanya kerusakan mekanik, Ketiga faktor ini merupakan faktor penting yang
dapat mempercepat laju respirasi. Sedangkan faktor internal antara lain jenis
umurnya, akan menentukan pola respirasi yang spesifik untuk setiap jenis buah-
Irma, Wirdati, 2016. Pengaruh Pemberian Timbal (Pb) Terhadap Morfologi Daun
Bayam (Amaranthus Tricolor L.). Jurnal Ipteks Terapan. Research Of
Applied Science And Education V9.I2 (179-184). Issn: 1979-9292
Sarifah, N., 2014. Kajian Laju Respirasi Dan Produksi Etilen Sebagai Dasar
Penentuan Waktu Simpan Sayuran Dan Buah-buahan. Jurnal
Bionatura, Vol. 4, No. 3, November 2002 : 148 – 156.