Anda di halaman 1dari 9

Latbe

Pemasakan buah merupakan salah satu hasil metabolisme jaringan tanaman. Kondisi
pemasakan buah merupakan hal yang diharapkan oleh petani, pedagang, dan konsumen buah-buahan.
Akan tetapi pada kondisi lain pemasakan buah merupakan kerugian sehingga tidak diharapkan. Hal ini
terjadi apabila buah tersebut tidak segera dikonsumsi karena masih mengalami periode transportasi
yang jauh dan memakan waktu yang tidak singkat. Untuk kasus kedua ini para pengelola buah-buahan
baik petani, pedagang atau industri pengelola berusaha semaksimal mungkin agar buah mengalami
pemasakan pada waktu yang tepat atau sesuai dengan waktu yang diinginkan. Beberapa usaha untuk
mengendalikan agar buah tidak segera masak, yang telah dilakukan diantaranya yaitu pelilinan,
pendinginan, pengendalian dengan cara CA(Controlled Atmosphere), MAP(Modified Atmosphere
Package) , dsb. Salah satu cara lagi adalah pengendalian dengan cara penyerapan gas etilen (Handajani,
1994

Etilen dan gas asetilen tidak berwarna, agak berbau dan mudah terdeteksi pada konsentrasi
rendah, tidak beracun untuk manusia dan hewan selama kepekatannya dibawah 1000 ppm (0,1%).
Campuran udara dan gas etilen lebih dari 27.000 ppm (2,7%) dapat meledak. timbulnya etilen maka
kematangan buah dapat dipercepat. Pada buah-buahan klimaterik penggunaan gas etilen telah banyak
digunakan untuk mempercepat pematangan buah dan tingkat kematangan yang lebih seragam . Etilen
memainkan peran penting dalam mengatur pematangan buah dan penuaan dan secara langsung
mempengaruhi kualitas bauh, termasuk penampilan, warna, tekstur dan rasa .Senyawa etilen inilah
yang merupakan hormon yang aktif dalam proses pematangan buah (Prabawati et al ., 2008)

Buah-buahan yang sudah tua dan menjelang masakan akan menghasilkan gas etilen yang cukup
banyak, dan gas ini akan memacu terhadap pemasakan buah. Selain mempercepat kematangan buah
ada juga upaya yang dilakukan untuk menghambat proses pematangan dan mempertahankan kualitas
buah. Salah satunya adalah dengan pemberian bahan-bahan kimia secara eksogen. Penggunaan KMnO4,
KOH, CaCl2 dan Ethylene Block mampu menyerap gas etilen yang keluar dari jaringan buah. Oleh karena
itu perlu dilakukan praktikum ini untuk mempelajari pengaruh KMnO4, CaCl2, CaC2 dan ethilen dalam
proses pematangan buah.

Tipus

Buah-buahan klimaterik dapat dipercepat kematangannya dengan cara pemeraman. Berbagai


cara pemeraman buah buahan yang telah umum dilakukan adalah dengan cara pengemposan,
menggunakan karbit atau dengan cara pelukaan. Untuk mempercepat kematangan buah petani
melakukan pelukaan pada permukaan buah. Beberapa torehan dilakukan pada permukaan buah agar
buah cepat matang. Luka pada permukaan buah dapat menyebabkan tampilan buah menjadi tidak
menarik serta juga dapat menyebabkan mikroba perusak masuk kedalam jaringan daging buah sehingga
buah menjadi cepat rusak. Bahan lain yang dapat digunakan untuk bahan pemeraman buah-buahan
antaran lain ethrel , gas asetilen , gas etilen , dan daun gamal. Selain itu modifikasi atmosfer pengepakan
juga digunakan sebagai teknologi untuk mempercepat pematangan buah dan kematangan yang lebih
homogen (rimbawan, 2004

Pemasakan buah merupakan salah satu hasil metabolisme jaringan tanaman. Pematangan buah
mengacu pada perubahan yang terjadi setelah pendewasaan penuh, yang dicirikan oleh melunaknya
daging buah, terbentuknya karakteristik aroma, dan peningkatan kandungan cairan buah. Proses
pematangan buah diatur oleh hormone pengatur penuaan atau pematangan buah. Contohnya adalah
etilen, calcium carbide, penambahan daun-daunan dan asap dari materi yang menyala . Proses
pematangan menyebabkan terjadinya pemecahan klorofil, pati, pektin, dan tanin yang diikuti dengan
pembentukan senyawa etilen , pigmen , flavor , energi dan polipeptida .Pemasakan buah dapat
dihambat dengan menggunakan berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan zat penghambat
etilen yaitu KMn04, kapur dan asam askorbat (Zulkarnaen, 2009)

Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu ruang berbentuk gas. Etilen juga
merupakan suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon yang aktif
dalam proses pematangan. Pada hasil pertanian klimaterik, produksi etilen sangat efektif selama fase
permulaan klimaterik, etilen disamping dapat memulai proses klimaterik, juga dapat mempercepat
terjadinya klimaterik. Aktivitas etilen dalam pematangan buah akan menurun dengan turunnya suhu
ruang penyimpanan. Selain etilen, proses pematangan buah juga membutuhkan respirasi. Respirasi
adalah suatu proses metabolism biologis dengan menggunakan oksigen dalam perombakan senyawa
kompleks (seperti karbohidrat, protein, dan lemak) untuk menghasilkan CO2 air dan sejumlah besar
elektron–elektron. Pada umumnya buah hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses
respirasi serta metabolism lain sampai bahan tersebut rusak dan proses kehidupan berhenti (suryanti,
2017

Perubahan fisiologi yang terjadi dalam proses pematangan adalah terjadinya proses respirasi
klimaterik, salah satu proses pematangan oleh etilen mempengaruhi respirasi klimaterik yaitu: etilen
mempengaruhi permeabilitas membran, sehingga permeabilitas sel menjadi besar, hal tersebut
mengakibatkan proses pelunakan dinding sel yang merupakan komponen struktural yang mengelilingi
setiap sel tanaman sehingga metabolisme respirasi lebih cepat (Herkovitz et al ., 2010; Zaharah et al .,
2013). Etilen memainkan peranan penting dalam pematangan dan penuaan buah apel, dimana
penambahan etilen dapat meningkatkan suatu kelompok protein tertentu yang tidak terdapat selama
pematangan buah secara normal dan berkurangnya protein yang terlibat langsung dalam metabolisme
primer sehingga menyebabkan pelunakan buah apel (Zheng et al ., 2013). Proses pematangan buah
dengan menggunakan karbit yaitu karbit yang terkena uap air akan menghasilkan gas asetilen yang
memiliki struktur kimia mirip dengan etilen alami, zat yang membuat proses pematangan di kulit buah.
Secara alami karbohidrat dalam kandungan daging buah berubah menjadi glukosa, yang membuat rasa
manis dan melunaknya daging buah (arif, 2014)

klimakterik terjadi karena kenaikan jumlah CO2 yang kemudian menurun sampai mendekati
proses kelayuan. Pisang tanpa penggunaan KMnO4 mengalami laju respirasi tercepat (puncak
klimakterik). Hal tersebut ditunjukkan pisang tanpa penggunaan KMnO4 memiliki laju respirasi rata-rata
tertinggi yaitu 367.32 mg CO2/kg.jam dibandingkan ketiga perlakuan lainnya dengan penggunaan
KMnO4. Hal ini diduga pisang tidak mengalami penghambatan pematangan sehingga laju respirasi
berjalan lebih cepat. Menurut Tranggono dan Sutardi (1990) umur simpan buah akan lebih bertahan
lama jika laju respirasi rendah, sedangkan umur simpan yang pendek ditandai dengan laju respirasi yang
tinggi. Puncak klimakterik pisang ditandai oleh adanya kematangan secara fisiologis dan morfologis
(arista, 2017)

Pembahasan

Klimaterik merupakan suatu keadaan auto stimulation dari dalam buah sehingga buah menjadi
matang yang disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi (Prabawati, 2008). Buah klimaterik
menghasilkan lebih banyak etilen pada saat matang dan mempercepat serta lebih seragam tingkat
kematangannya pada saat pemberian etilen (Asif, 2012). Buah klimaterik hanya akan mengadakan reaksi
respirasi apabila etilen diberikan dalam tingkat pra klimaterik dan tidak peka lagi terhadap etilen setelah
kenaikan respirasi dimulai (Zuhairini, 1997). Proses pematangan bermula dari terjadinya hidrolisa
substrat oleh campuran enzimenzim yang ada didalamnya. Selama proses hidrolisa terjadi pemecahan
khlorofil, pati, pectin dan tannin. Dari hasil pemecahan senyaa-senyawa tersebut akan terbentuk bahan-
bahan seperti etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida. Selama prosess pematangan perubahan-
perubahan yang terjadi adalah warna hijau pada buah berubah menjadi kuning atau merah; rasa asam
berubah menjadi manis; tekstur menjadi lebih lunak; terbentuknya vitamin-vitamin; dan adanya aroma
khas buah karena terbentuknya senyawa-senyawa valotil (Prabawati, 2008).

Pembahasan
Siklus hidup buah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga tahapan fisiologi yaitu
pertumbuhan (growth), pematangan (ripening), dan pelayuan (senescence). Pertumbuhan melibatkan
pembelahan sel dan diteruskan dengan pembesaran sel yang bertanggung jawab terhadap ukuran
maksimal sel tersebut. Pematangan adalah kejadian dramatik dalam kehidupan buah karena mengubah
organ tanaman dari matang secara fisiologis menjadi dapat dimakan serta terkait dengan tekstur, rasa
dan aroma. Proses pematangan menyebabkan terjadinya pemecahan klorofil, pati, pektin, dan tanin
yang diikuti dengan pembentukan senyawa etilen , pigmen , flavor , energi dan polipeptida. proses
pematangan yang berjalan sempurna (suhu sejuk, kelembaban tinggi, ventilasi udara di tempat
pemeraman baik, dosis bahan pemacu pematangan tepat) menghasilkan warna kulit buah pisang kuning
merata, rasa buah manis, aroma kuat dan tidak mudah rontok. Pematangan merupakan istilah khusus
untuk buah yang merupakan tahap awal dari senesen. Senescence dapat diartikan sebagai periode
menuju ke arah penuaan (ageing) dan akhirnya mengakibatkan kematian dari jaringan. Proses
metabolisme pada buah dan sayuran masih tetap berlangsung meskipun buah tersebut telah dipanen,
proses tersebut menandakan bahwa buah– buahan berusaha mempertahankan sistem fisiologisnya
sebagaimana saat melekat pada pohon induknya (Santoso dan Purwoko. 1995)

Respirasi pada buah dan sayuran masih berlangsung setelah dipanen, sampai buah dan sayuran
tersebut membusuk. Untuk berlangsungnya respirasi diperlukan suhu optimum, yaitu suhu dimana
proses metabolisma (termasuk respirasi) berlangsung dengan sempurna. Kegiatan metabolisme yang
utama pada buah adalah respirasi yaitu pemecahan bahan-bahan komplek dalam sel seperti tepung,
gula dan asam amino menjadi molekul sederhana seperti CO2 dan air serta energi dan molekul lainnya
yang dapat digunakan oleh sel untuk reaksi sintesis. Muchtdadi (1992), proses respirasi pada buah
berguna sebagai petunjuk lama penyimpanan buah, semakin rendah laju respirasi memberikan umur
simpan yang semakin panjang dan sebaliknya. Lebih lanjut, laju respirasi yang tinggi mempercepat batas
penyimpanan buah yang ditandai oleh adanya kerusakan fisik pada buah seperti warna kulit menguning
disertai bintik hitam yang semakin meluas dipermukaan kulit, aroma buah berubah menjadi asam dan
buah menjadi lunak. Reaksi metabolisme akan mengakibatkan berubahnya sifat fisik dan kimia dari buah
tersebut dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas buah. Sifat fisik yang berubah meliputi,
warna ukuran, kekerasan dan rasio daging/kulit buah, sedangkan sifat kimianya yakni kandungan
karbohidrat, gula, asam, rasa, aroma, vitamin.

Buah dibagi menjadi 2 golongan yaitu buah klimakjterik dan non klimakterik. Buah klimakterik
adalah buah yang mengalami kenaikan produksi CO2 secara mendadak, kemudian menurun secara
cepat. Buah klimakterik mengalami peningkatan laju respirasi pada akhir fase kemasakan, sedang pada
buah non klimakterik tidak terjadi peningkatan laju respirasi pada akhir fase pemasakan sehingga tidak
mampu melanjutkan proses pematangan (perubahan fisiologis) ketika terlepas dari tanaman. Ciri-ciri
buah klimaterik menurut Kader (1992) adalah tingginya tingkat repirasi buah dan produksi etilen
endogen yang cukup besar untuk pematangan buah. Kedua hal tersebut merupakan faktor penyebab
buah-buahan menjadi mudah rusak dan daya simpan pendek. Menurut Santoso dan Purwoko (1995)
Etilen (C2H4) adalah hormon tanaman yang aktif dan bekerja sama dengan hormon-hormon tanaman
lainnya dalam mengendalikan proses pematangan buah. Umumnya, produksi C2H4 akan meningkat
seiring dengan pematangan saat panen, terjadinya kerusakan fisik, terserang penyakit dan terjadinya
peningkatan suhu diatas 30ºC (Kader, 1992). Berbagai metode telah dikembangkan untuk
meminimalkan jumlah etilen di atmosfer sekitar komoditi yang sensitif terhadap pengaruh etilen.
Menurut Santoso dan Purwoko (1995), pada sebagian besar kasus, kandungan etilen yang tinggi di area
sekitar penyimpanan dapat dihindari dengan membuang sumbersumber etilen untuk mencegah
deteriorasi komoditi sayuran dan buah yang mudah rusak dan peka etilen. Pembuangan etilen dapat
dilakukan dengan proses kimia. Beberapa senyawa kimia yang dapat digunakan untuk membuang etilen
adalah KMnO4 dengan nama dagang Purafil yang berfungsi untuk mengoksidasi etilen menjadi CO2 dan
H2O (Reid, 1992). Menurut Sholihati (2004), secara umum perlakuan bahan penyerap etilen kalium
permanganat memberikan pengaruh terhadap penghambatan pematangan dengan ditekannya produksi
etilen dan dapat dipertahankannya warna hijau, tekstur serta aroma pisang Raja selama 15 hari pada
suhu 28ºC dan 45 hari pada suhu 13ºC. Selain KMnO4, Ethylene Block merupakan zat kimia yang
berfungsi menyerap etilen yang ada di lingkungan sekitar buah dan sayuran. KOH zat yang mampu
menyerap gas etilen yang keluar dari jaringan buah. Sedangkan CaC2 berfungsi sebagai salah satu zat
perangsang kematangan pada uah.

Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui cara-cara mempertahankan kesegaran buah
selama penyimpanan, dengan pengujian terhadap 4 sampel. Sampel yang diujikan yaiyu apel wortel
mangga dan pisang, dengan perlakuan pemberian KOH dan CaC2 dengan kondisi suhu penyimpanan
pada suhu dingin dan ruang, serta dengan kondisi plastik yan terbuka dan tertutup. Sampel buah
tersebut kemudian disimpan selama 7 hari sesuai dengan perlakuan masing-masing dan dilakukan
pengamatan padahari ke-3 dan hari ke-7, diamati waran tekstur dan bentuk buah untuk melihat apakah
terjadi perubahan pada sifat fisiologi buah sampel pada masing-masing perlakuan.
Berdasarkan hasil praktikum terlihat bahwa apel yang ditambahkan dengan KOH yang disimpan
dengan plastik yang terbuka pada suhu kamar mengalami perubahan setelah penyimpanan selama 7
hari. Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan warna menjadi hijau kekuningan yang awalnya
berwarna hijau dengan tekstut yang awalnya keras menjadi agak keras setelah disimpan selama 7 hari,
serta bentuknya tidak mengalami perubahan yaitu tetap bulat.sedangkan apel yang ditambahkan KOH
mengalami perubahan yng disimpan dengan plastic yang terbuka pada sushu dingin setelah
penyimpanan selama 7 hari. . Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan warna menjadi hijau
kekuningan yang awalnya berwarna hijau dengan tekstut dan bentuk tidak berubah setelah disimpan
selama 7 hari. Hasil pengamatan untuk apel yang ditambahkan dengan KOH yang disimpan dengan
plastik yang tertutup pada suhu kamar tidak mengalami perubahan setelah penyimpanan selama 7 hari.
Adapun kenampakan warna, tekstur dan bentuknya tidak berubah seperti pada hari ke 0. Begitup juga
penyimpanan pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari tidak terjadi perubahan terhadap
kenampakan yaitu warna tetap hijau kecoklatan, tekstur tetap keras dan bentuknya bulat.
Dibandingkan dengan penambahan CaC2 dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa penggunaan KOh
dan CaC2 berpngaruh terhadap kesegaran buah, dan juga masa simpan buah, terutama jika
dikombinasikan dengan penyimpanan dingin dan dikemas dengan plastic yang tertuutp. Hal tersebut
disebabkan karena, dengan KOH yang diberikan perlakuan penyimpanan pada suhu dingin
menggunakan plastik tertutup menunjukkan proses pematangan pada buah apel lambat. Hal ini
dikarenakan KOH mampu menyerap gas etilen yang keluar dari jaringan buah. Menurut Sholihati (2004),
secara umum perlakuan bahan penyerap etilen kalium memberikan pengaruh terhadap penghambatan
pematangan dengan ditekannya produksi etilen dan dapat dipertahankannya warna hijau, tekstur serta
bentuk. Penggunaan plastik untuk penyimpanan buah-buahan merupakan salah satu upaya
penyimpanan untuk menciptakan sistem atmosfer termodifikasi, yaitu kondisi penyimpanan dimana
terjadi peningkatan konsentrasi CO2 dan penurunan O2 sampai batas tertentu. Timbulnya udara
termodifikasi dapat menguntungkan karena akan menghambat pemasakan dan memperpanjang umur
simpan buah (Pantastico et al, 1986). Dan suhu dingin atau pendinginan dapat mengawetkan berapa
hari atau minggu tergantung dari macarn bahan pangannya dengan menghambat proses respirasi. Di
dalam buah trerdapat zat kimia yang disebut etilen, zat alami tersebut yg berperan dalm proses
pwmatnagn buah. Seadangkan CaC2 yangbla terkena air/uap yg mengandung air akan menghasilkan gas
asetilen (tidak alami) yang menghasilkan panas dan berfungsi sama semeperti etilen seingga buah cepat
matang. Dengan cara buah ditem[atkan di tenpat yang tertututp. Hal tersebit sesuai dengan pernyataan
… yang menyatakan bahwa kalsium karbida sebagai senyawa perangsang pembentuk etilen pada buah
akan mempercepat pematangan yang juga memicu laju respirasi.

Berdasarkan hasil praktikum pada samlel wortel terlihat bahwa wortel yang ditambahkan dengan
KOH yang disimpan dengan plastik yang terbuka pada suhu kamar mengalami perubahan selama
penyimpanan. Adapun perubahan tersebut yaitu kenampakkan warna menjadi hijau coklat pada hari ke-
7 yang awalnya berwarna oranye pada hari ke -0, dan berwarna oranye kehitaman pada hari ke-3
dengan tekstut yang awalnya keras menjadi agak lunak pada hari ke-3, dan menjadi lunak setelah
disimpan selama 7 hari, serta bentuknya tidak mengalami perubahan yaitu tetap lonjong.sedangkan
wortel yang ditambahkan KOH yng disimpan dengan plastic yang terbuka pada sushu dingin setelah
penyimpanan selama 7 hari juga mengalami perubahan. Adapun perubahan tersebut yaitu
kenampakkan warna menjadi hi oranye kehitaman yang awalnya berwarna oranya pada hari ke-0 dan
hari ke-3, dengan tekstutberybah menjadi agak keras pada penyimpanan hari ke-7 dan bentuk tidak
berubah setelah disimpan selama 7 hari yaitu tetap lonjong. Hasil pengamatan untuk wortel yang
ditambahkan dengan KOH yang disimpan dengan plastik yang tertutup pada suhu kamar mengalami
perubahan terhadap warna dan tekstur wortel setelah penyimpanan selama 7 hari. Adapun
kenampakan warna awalnya warnanya oranye yang berubah menjadi oranye kehitamana pada hari ke-3
dan berwarna oranye kevoklatan pada khari ke-7, teksturnyta berubah menjadi agak keras yang awalnya
keras dan bentuknya tidak berubah seperti pada hari ke 0. wortel yang ditambahkan dengan KOH yang
disimpan dengan plastik yang tertutup pada suhu dingin setelah penyimpanan selama 7 hari tidak terjadi
perubahan terhadap kenampakan yaitu warna tetap hijau oranye, tekstur tetap keras dan bentuknya
lonjong sampai dengan penyompanan hari ke-7. Dibandingkan dengan penggunan Cac2 (karbit ) terlihat
bahwa penggunaan KOH lebih efektif dalam pengunaan untuk mempertahankan kesegaran wortel
daripada penggunaan CaC2, hal tersebut karena karbit khusus untuk perangsang pematangan buah,
namun pada wortel tidak efektif dalam pemasakan, hal tersebut karena wortel meruakan golongan non
klimakterik, sehingga pengaruh dari karbit untuk pemsakannya sangat kecil bahkan tidak ada. Hal
tersebut sesuai dengan pendaoat …. Yang menyatakan bahwa non-klimakterik tidak menglami lonjakan
respirasi dan produksi etilen setelah dilakunan pemanenan.

Hasil pengamatan pada sampel mangga didapatkan hasil bawaha mangga yang disimpan dengan
perlakuan penambhan KOH dengan kondisi terbuka pada suhu ruang mengalami perubahan yang sangat
drastic terhadap kenampakan warna dan tekstur buah selama pemgimpanan 7 hari, yaitu warnanya
menjadi hijau kekuningan dan tekstur pada hari ke 7 sangat lembek yang sudah tidsk memungkinkan
untuk dikonsumsi. Namun pada kondisi penyimpanan dingin yang ditambhakan dengan KOH pada platk
tyang terbuka hanya terhjai perubahan warna menjadi hijau kecoklatan dengan tekstur lunak pada
hpenyimoanan hari ke7. Pada kondisi tertutup dengan penambhan KOH pada penyimpanan sushu ruang
tidak jauh berbeda hasilnya dengan penyimpanan yang terbuka dari segi warna dan tekstur.
Sedangkanpada penyimanan mangga dengan penambahan KOH pada kondisi platik tertutup dengan
suhu dingin menyebabkan perubahan drastic pasda warna serta teksur mangga, yaitu mangga menjadi
berwana hijau dengan terdapat bercak coklat dan tekstur menjadi lembek selama penyimpanan 7 hari.
Hal tersebut disebabkan karena manggga ridak tahan dengan suhu dinhin atau sangat sejnsitif terhadap
suhu rendah, dan KOH tidak mampu mempertahankan kesegaran mangga. Hal ini sesaui dengan
pernyataa Zainal (20 yang menyaakan bahwa Mangga merupakan buah tropika yan,Buah tropika
sensitif dengan paparan suhu renda, Paparan suhu rendah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
chilling injury (CI). Adapun gejala CI adalah adanya bercak coklat pada permukaan dan teksturnya
menjdadi lunak. Penambhan CaC2 pada sampel manggasanagt brpengaruh terhadap tingkta
kematangan mangga yang dihasilkan, hatl tersebut terlihat pada warna mngga pada penyimpanan
dengan kondisi terbuka suhu ruang namun tidak berpengaruh terhadap warna mangga yang dihasilkan
selama penyomanapan 7 hari dngan kondisi yang dingin baik yang tertutup mauoun yang teruka
sedangkan pada tekstur mangga yang dihasilkan tingkat kematanganmangga dipicu oleh adanya
penambahan CaC2 terlihat pada tekstur buah mangga pada hari ke-3 dan ke-7 baik yang menggunakan
plasyik terbuka maupun tet=rtutup denagnsuhu dingin maupun suhu rnedah,]. CaC2 berfungdsi sebagai
perangsang pematangan buah. Hal tersebut juga dipuci oleh adnya transpirasi dan respirasi yang tinggi
terhadap buah mangga, hal ini karena mangga meruakan h]golongan buah yang termasuk klimakterik.

Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel pisang didapatkaj hasil bahwa penamabhan KOH
dan CaC2 pada pisang dengan plastic terbuka maupun tertutup baik yang disipan dingin maupun suhu
ruang selama penyimpanan 7 hari meberikan pnegaruh terhdap kenampakan yaitu warna dan tekstur
pada pisang, namun tidak berpengaruh terhadap bentuk pisang . Warna pisang berubah menjadi hijau
kehitaman pada hari ke 7, dengan tekstur menjadi lembek. Hal tersebut dikarenakan proses respirasi,
transpirasi serta akibat zat etilen yg terdapat pada biah isang tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sugistiawati (2013) yang menyatakan bahwa semakin lama penyimpanan buah pisang maka semakin
lunak kulit pisang. Menurut Matto et al. (1986) menjadi lunaknya buah disebabkan oleh perombakan
protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut atau hidrolisis zat pati atau lemak.
Handajani, Sri. 1994. Pasca Panen Hasil Pertanian. Penerbit Sebelas Maret University Press:
Surakarta

Muchtadi D. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Santoso B.B dan B.S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman
Hortikultura. Indonesia Australia University Project, Universitas Mataram. Mataram.

Rimbawan dan A. Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Penebar Swadaya, Jakarta. 124 hlm.

Prabawati, S. S dan S DA. 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang.
Balai Besar Penerbitan dan Pengembangan Pertanian.

Pantastico, ER.B. 1989. Fisologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Penerbit. Gadjah Mada University Press. Yogyakart

Sugistiawati. 2013. Studi penggunaan oksidator etilen dalam penyimpanan pascapanen pisang
Raja Bulu (Musa sp. AAB Group) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Matto AK, Murata T, Pantastico EB, Chachin K, Phan CT. 1986. Perubahan-perubahan Kimiawi
selama Pematangan dan Penuaan. Di dalam: Pantastico EB, editor. Fisiologi Pascapanen, Penanganan,
dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayursayuran Tropika dan Sub Tropika. Kamariyani, penerjemah.
Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling, and
Utilization of Tropical and Sub Tropical Fruits and Vegetable

Anda mungkin juga menyukai