A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara IV Pengaruh Etilen dan KMnO4 pada
Pematangan Buah yaitu mahasiswa memahami pengaruh zat pendorong (etilen)
dan KMnO4 terhadap proses pemasakan buah.
B. Tinjauan Pustaka
Ethylene ( C2H4 ) diproduksi secara alami oleh sebagian besar jaringan
tanaman terutama pematangan buah. Ethylene adalah hormon tanaman yang
mengendalikan banyak proses biologis. Di antara hormon tanaman, etilena
tidak biasa karena merupakan gas. Jika salah satu tanaman atau organ tanaman
yang mulai menghasilkan etilen, jaringan tanaman terdekat juga terpengaruh.
Untuk tanaman, banyak proses yang melibatkan kematian jaringan seperti
penurunan daun pohon gugur, penurunan kelopak bunga dalam, pematangan
buah, secara aktif dikendalikan sebagai bagian dari siklus kehidupan alam.
Ethylene dapat mempercepat kerusakan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran
terutama sayuran hijau. Karena mengontrol begitu banyak proses yang terkait
dengan kualitas buah dan sayuran, etilen merupakan bahan kimia sangat
penting untuk industri penanganan produk segar . Di satu sisi digunakan untuk
memicu pematangan buah. Di sisi lain , sebagai ethylene akan merangsang
kerusakan dan penuaan (proses aktif kematian sel yang dapat menyebabkan
penurunan jaringan), penting mengontrol konsentrasi untuk mempertahankan
kualitas (Ress et all, 2011).
Banyak buah dan sayuran tropika memperlihatkan kenaikkan respirasi
yang cenderung capat selama pematangan. Buah-buah lainnya yang tidak
memmpunyai pola respirasi demikian dinamakan buah tak klimaterik.
Meskipun demikian, banyak diantara buah-buah yang dinamakan tak
klimaterik memeperlihatkan juga peningkatan respirasi yang disertai dengan
kenaikkan
pengeluaran
gas
C2H4
pada
suatu
titik
dalam
garis
fisik hasil tanaman, banyak pula yang menghubungkan dengan etilena. Etilena
adalah senyawa mudah menguap yang dihasilkan selamam proses masaknya
hasil tanaman (terutama buah-buah dan sayuran). Produksietilenaerat
hubungannya dengan aktivitas respirasi, sedang yang dimaksud dengan
aktivitas respirasi yaitu banyaknya penggunaan oksigen pada prosesnya, karena
itu apabila produksi etilena banyak maka biasanya aktivitas respirasi itu
meningkat dengan ditandai oleh meningkatnya penyerapan oksigen oleh
tanaman. Namun demikian pemacu aktivitas respirasi oleh etilena dapat
dikatakan mempunyai sifat berbeda pada hasil tanaman yang klimaterik dan
non klimaterik, pada hasil tanaman yang klimatrik pengaruh itu tidaklah begitu
nyata karena di sini hanyalahuntuk mengawalkan fase klimateriknya. Berbeda
dengan hasil tanaman non klimaterik, disini ternyata produk etilena ternyata
sangat mempengaruhi aktivitas respirasi, makin tinggi prouksi etilena maka
aktivitas respirasinya semakin meningkat, yaitu ditandai dengan makin
banyaknya oksigen yang diserap (Kartasapoetra ,1989).
Berdasarkan karakter fisiologisnya mencakup pola respirasi (produksi
CO2) dan produksi etilen, buah dapat dibedakan menjadi buah klimakterik dan
buah non klimakterik. Produksi CO2 dan produksi etilen darimbuah klimakterik
mengalami lonjakan produksi pada saat buah matang, sementara untuk buah
non klimakterik tidak terjadi lonjakan produksi baik CO2 maupun etilen.
Perbedaan antara buah klimakterik dan buah non klimakterik adalah
menyangkut perolehan buah matang yaitu kematangan buah klimakterik dapat
diperoleh melalui pemeraman, sedangkan buah non klimakterik matang hanya
dapat diperoleh di pohon atau tidak dapat diperam. Contoh buah klimakterik
yaitu alpukat, cempedak, durian, kemang, kesemek, mangga, nangka, pepaya,
pisang, sawo, sirsak, srikaya, sukun. Sedangkan buah non klimakterik anggur,
belimbing, duku, duwet, jambu air, jambu bol, aneka jeruk, kapulasan, kawista,
leci, lengkeng, rambutan, salak, semangka, strawbery, matoa (Broto, 2005).
Buah dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu buah klimakterik
dan nonklimakterik. Untuk buah klimakterik, pematangannya tidak perlu
menunggu buah masak penuh di pohon. Walaupun demikian, untuk menjaga
kualitasnya maka buah harus dipetik pada tingkat kematangan yang cukup.
Buah nonklimakterik tidak dapat masak setelah dipetik dan kualitasnya tetap
seperti pada saat dipetik meskipun disimpan beberapa lama. Secara umum
kelompok buah klimakterik memiliki rasa manis (total padatan terlarut >14
Brix). Buah yang muda atau belum matang umumnya memiliki kadar air yang
lebih tinggi daripada buah masak, namun kadar gula buah muda (mentah) lebih
rendah daripada buah masak. Kandungan vitamin C dan total asam buah muda
lebih tinggi. Oleh karena itu, rasa buah juga dipengaruhi oleh tingkat
kemasakan. Dengan meningkatnya umur petik buah, kandungan padatan
terlarut bertambah dan kadar asam tertitrasi menurun. Kadar pati juga
bertambah selama perkembangan buah. (Antarlina, 2009).
Proses penghilangan warna hijau (degreening) hanya berlaku untuk
sayuran buah seperti tomat yang bertujuan agar warnanya lebih khas dan
seragam. Proses ini dapat dilakukan dengan penggunaan gas etilen atau
asetilen. Tingkat kematangan buah dan kecepatan dekomposisi klorofil
menentukan lamanya proses penghilangan warna hijau tersebut. Biasanya buah
yang berwarna hijau terang dan umur cukup tua mempunyai proses yang lebih
pendek. Kondisi terbaik untuk proses ini adalah pada suhu 80 C dengan
kelembaban udara sekitar 85-92%. Kondisi ini harus dipertahankan karena
kelembaban yang terlalu tinggi menimbulkan kondensasi yang memperlambat
proses dan meningkatkan pembusukan buah, sedangkan pada kelembaban
rendah yang meskipun menghambat pembusukan buah tetapi terjadi
pengkerutan dan keretakan/pecahnya kulit buah. Proses degreening tersebut
dilakukan dalam ruangan dengan suhu dan kelembaban terkontrol dimana gas
etilen murni yang digunakan berkonsentrasi rendah 1:50.000. Secara
tradisional proses ini umumnya menggunakan gas karbit atau asap dari
pembakaran minyak tanah (kerosin). Penggunaan gas etilen pada proses
degreening ini atas dasar hasil penelitian bahwa etilen membantu hidrolisa
stroma plastid dan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk respirasi dimana
klorofil tidak terlindungi dan terhidrolisa oleh enzim klorofilase dan
selanjutnya
dioksidasi
oleh
hidrogen
perioksida
dengan
bantuan
untuk
meningkatkan
kenaikan
laju
respirasi,
produksi
etilen
CO2 merupakan kofaktor penting untuk ACC oksidase, selain itu enzim
juga berperan dalam penghambatan produksi ethylene oleh CO2. Telah terbukti
bahwa CO2 tinggi menghambat produksi ethylene tanpa mempengaruhi konten
ACC dalam buah utuh. Pengaruh CO2 tergantung pada pematangan panggung
dan 1 MCP pretreatment. Selama tahap autocatalytic, CO2 jelas terhambat
setelah 13 minggu, tetapi hanya memiliki efek kecil setelah 25 minggu
penyimpanan. Setelah 2 minggu penyimpanan CO2 jelas menghambat produksi
ethylene setelah 1 MCP pretreatment. Sebuah penjelasan yang mungkin
untuk pengamatan ini adalah bahwa CO2 dapat mempengaruhi ekspresi
anggota sintase ACC/ ACC oksidase (Wild dkk, 2002).
Produksi ethylene dipengaruhi oleh stress seperti dingin dan adanya luka
hal ini disebabkan oleh stres C2H4 dapat meningkatkan pematangan buah.
Namun,
ini
menekankan
juga
menyebabkan
perubahan
fisiologis
2. Bahan
a. Pisang matang
b. Pisang mentah
c. Jeruk matang
d. Jeruk mentah
e. Mangga matang
f. Mangga mentah
g. Karbid
h. Aquades
3. Cara Kerja
Buah
Hari
Perlakuan
ke-
penyimpanan
Suhu ruang
Suhu ruang
Kuning
pucat
Kuning
kecoklatan
pH
Terlarut
Aroma
Tekstur
Lunak
11,5
++
Lunak
4,69
27,1
++
Lunak
4,90
23,3
+++
Lunak
4,96
23,2
(Brix)
Kuning
buah masak
kecoklatan
Pisang
Tertutup +
Kuning
Matang
karbit
cerah
Suhu ruang
Coklat
+++
Lunak
5,35
27,3
Coklat
+++
Lunak
5,35
21,7
Coklat
+++
Lunak
4,90
26
Hijau
Keras
5,88
0,2
++
Keras
4,96
2,0
Kuning
++
Lunak
4,96
12,4
Kuning
+++
Lunak
5,67
12
++
Lunak
5,03
+++
Lunak
4,72
14
Tertutup +
buah masak
Tertutup +
karbit
Suhu ruang
Suhu ruang
Warna
Padatan
Tertutup +
Kerusakan
Pisang
Mentah
Tertutup +
buah masak
Tertutup +
karbit
Suhu ruang
Tertutup +
buah masak
Hijau
kekuningan
Kuninh
kehijauan
Kuning
Tertutup +
Kuning
karbit
kehitaman
Suhu ruang
Kuning
+++
Suhu ruang
Kuning
Tertutup +
buah masak
Jeruk
Tertutup +
Matang
karbit
Suhu ruang
Tertutup +
buah masak
Tertutup +
karbit
Suhu ruang
Suhu ruang
10
Lunak
5,63
10
++
Lunak
5,57
Kuning
+++
Lunak
5,52
Kuning
++
Lunak
5,45
Kuning
++
Lembut 6,11
10
Orange
++
Lembut 5,90
11
Orange
++
Lembut 5,84
Hijau
kekuningan
Hijau
buah masak
kekuningan
Jeruk
Tertutup +
Hijau
Mentah
karbit
kekuningan
Suhu ruang
11
19
Tertutup +
Mangga
Matang
Agak
5,14
Hijau
Hijau
kekuningan
Tertutup +
Hijau
buah masak
kekuningan
Tertutup +
Kuning
karbit
khijauan
Suhu ruang
Hijau
++
++
++
+++
++
keras
Keras
Agak
lunak
Agak
lunak
Agak
lunak
Keras
Agak
lunak
Agak
lunak
3,42
11
3,92
10,5
4,64
4,83
3,15
13
3,92
3,90
10
Lembut 3,80
11,5
Suhu ruang
Tertutup +
buah masak
Hijau
++
Hijau
karbit
kekuningan
Suhu ruang
Hijau segar
++
Hijau
+++
Hijau
++
Hijau tua
Tertutup +
buah masak
karbit
Suhu ruang
Suhu ruang
Hijau
kekuningan
Tertutup +
Hijau
buah masak
kekuningan
Mangga
Tertutup +
Hujau
Mentah
karbit
kekuningan
Suhu ruang
12
++
Tertutup +
Tertutup +
Hijau tua
Tertutup +
buah masak
Tertutup +
karbit
++
++
++
Lebih
lembut
Sangat
lembut
Sangat
lembut
Sangat
lembut
Sangat
lembut
Sangat
lembut
Keras
Agak
lunak
Agak
lunak
3,90
12
4,29
10
4,21
10
3,70
12
3,40
12,5
3,96
11,5
3,73
3,20
11
3,11
11
++
Lunak
4,45
16
Hijau tua
+++
Lunak
3,06
12
Hijau
++
Lunak
2,69
11
Hijau
+++
Lunak
2,67
Pembahasan
Buah klimakterik merupakan buah yang mengalami lonjakan
aktivitas respirasi, tranpirasi dan produksi ethylene pada saat buah
mengalami pematangan, sehingga buah klimakterik dapat dipanen saat
buah matang dan kemudian dapat dilakukan pemeraman untuk
mempercepat pematangan buah. Contoh buah klimakterik yaitu alpukat,
Brix dan
kehitaman, aroma tidak kuat, tekstur agak keras, padatan terlarut 19 Brix
serta pH 5,14.
Pada hari ke 0 buah jeruk matang yang diberi perlakuan kontrol,
memiliki karakteristik yaitu buah berwarna kuning dengan aroma sangat
kuat, tekstur lunak, memiliki padatan terlarut 10 Brix dan memiliki pH
5,63. Pada hari ke 3 warna kulit kuning, aroma kuat, tekstur lunak, padatan
terlarut 8 Brix serta pH 5,57 dan hari ke 5 warna kulit kuning, aroma kuat,
tekstur lembut padatan terlarut 10 Brix serta pH 6,11. Pada jeruk matang
yang disimpan dengan buah matang hari ke 3 warna kulit kuning, aroma
sangat kuat, tekstur lunak, padatan terlarut 8 Brix serta pH 5,52 dan hari
ke 5 terjadi perubahan warna menjadi orange, aroma kuat, padatan terlarut
11 Brix serta pH 5,90. Pada pisang yang ditambah dengan karbit hari ke 3
warna kulit kuning, aroma kuat, tekstur lunak, padatan terlarut 8 Brix
serta pH 5,45 dan hari ke 5 terjadi perubahan warna kulit menjadi orange,
aroma kuat, tekstur lembut, padatan terlarut 9 Brix serta pH 5,84
Pada hari ke 0 buah jeruk mentah yang diberi perlakuan kontrol,
memiliki karakteristik yaitu buah berwarna hijau dengan aroma tidak kuat,
tekstur keras, memiliki padatan terlarut 11 Brix dan memiliki pH 3,42.
Pada hari ke 3 terjadi perubahan warna kulit menjadi hijau kekuningan,
aroma tidak kuat, tekstur agak lunak, padatan terlarut 10,5 Brix serta pH
3,92 dan hari ke 5 warna kulit hijau kekuningan, aroma kuat, tekstur keras
padatan terlarut 13 Brix serta pH 3,15. Pada pisang yang disimpan dengan
buah matang hari ke 3 mengalami perubahan warna menjadi hijau
kekuningan, aroma kuat, tekstur agak lunak, padatan terlarut 8 Brix serta
pH 4,64 dan hari ke 5 warna hijau kekuningan, aroma sangat kuat, padatan
terlarut 9 Brix serta pH 3,92. Pada pisang yang ditambah dengan karbit
hari ke 3 mengalami perubahan warna menjadi hijau kekuningan, aroma
sangat kuat, tekstur agak lunak, padatan terlarut 9 Brix serta pH 4,83 dan
hari ke 5 warna kulit kuning kehijauan, aroma kuat, tekstur agak lunak,
padatan terlarut 10 Brix serta pH 3,90.
yang muda atau belum matang umumnya memiliki kadar air yang lebih
tinggi daripada buah masak, namun kadar gula buah muda (mentah) lebih
rendah daripada buah masak. Kandungan vitamin C dan total asam buah
muda lebih tinggi. Oleh karena itu, rasa buah juga dipengaruhi oleh tingkat
kemasakan. Dengan meningkatnya umur petik buah, kandungan padatan
terlarut bertambah dan kadar asam tertitrasi menurun. Kadar pati juga
bertambah selama perkembangan buah. (Antarlina, 2009).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemasakan dan
pematangan buah atau sayur hasil pertanian antara lain respirasi dan
produksi etilen. Pada buah yang tergolong klimakterik akan menunjukkan
peningkatan CO2 sehingga akan terjadi proses pemasakan atau
pematangan. Buah klimakterik akan menghasilkan produksi etilen yang
yang rendah dan CO2 yang tinggi dan produksi etilen. Proses respirasi dapat
menyebabkan kebusukan. Suhu yang rendah dapat menurunkan laju respirasi dan akan
mempertahankan umur simpan serta mempertahankan mutu. Konsentrasi
O2 yang rendah dan CO2 yang tinggi dapat menyebabkan respirasi yang rendah
sehingga akan menunda proses pematangan buah. Proses etilen (C2H4)
akan mempercepat buah klimakterik dengan menstimulasi respirasi.
Perubahan-perubahan
kimia
yang
terjadi
akibat respirasi
akan
sifat
penampakan
fisik
(fenotip)
melalui
menghambat
proses
pematangan
dapat
dilakukan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina. 2009. Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia Buah Buahan Lokal
Kalimantan. Jurnal Buletin Plasma Nutfah. Vol 15 (2):1-11
Broto, Wisnu. 2005. Teknologi Penangan Pascapanen Buah Untuk Pasar. Jurnal
Pascapanen. Vol 01 (1):1-19
Kartasapoetra. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Bina Aksara. Jakarta
Pantastico. 1989. Fisiologi Pasca Panan, Penanganan dan Pemanfaatan BuahBuahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada
University Press. Yokyakarta
Rees et all. 2011. Testing Ethylene Control Technologies in Domestic Fridges.
Journal Natural Resource. Vol 1 (01) : 1-64
Saltveit, Mikal. 1999. Effect of Ethylene on Quality of Fresh Fruit and
Vegetables. Journal Biology and Technology. Vol 15: 279 - 292
Samad, Yusuf. 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu
Komoditas Hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol 08
(1): 31-36
Singal, Suman. 2012. Application of Apple as Ripening Agent for Banana. Indian
Journal of Natural Products and Resources. Vol 3 (1): 61-64
Wild, Hans. 2003. Carbon Dioxide Action On Ethylene Biosynthesis of
Preclimacteric And Climacteric Pear Fruit. Journal Experimental Botani.
Vol 54: 387
LAMPIRAN
meter