LAPORAN PRAKTIKUM 3
Kelompok 5
PELAIHARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Umbi-umbian adalah bahan nabati yang dapat diperoleh dari dalam
tanah, misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung, bawang,
kencur, jahe, gembili, uwi, ganyong, bengkuang dan sebagainya. Pada
umumnya umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat
terutama pati (Zulaikah, 2002). Bawang merah (Allium ascalonicum L.) dan
bawang putih (Allium sativum) merupakan rempah multiguna dan
didayagunakan sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari (Samadi, 2005).
Bawang merah selalu dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pelengkap bumbu
masak sehari-hari dan disukai karena bau dan rasanya yang khas.
Produk hasil pertanian yang satu ini merupakan jenis umbi-umbian
yang setelah dipanen sangat rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh
faktor internal maupun eksternal akibat proses-proses fisiologi, biologi, fisiko-
kimia, dan mikrobiologi disbanding umbi yang lain (Hartuti, 1996).
Kerusakan yang terjadi pada umbi-umbian ini tidak terlepas dari proses
transpirasi dan respirasi yang masih terjadi pada buah dan sayur setelah
dipanan. Oleh karena itu diperlukan perlakuan khusus agar kualitas dan
kuantitas produk dapat tetap tergaja hingga sampai ke tangan konsumen yaitu
perlakuan menekan laju transpirasi dan respirasi pada bahan hasil pertanian
tersebut.Petani-petani mulai membuat suatu inovasi terhadap produknya yaitu
untuk menekan kerusakan pada bahan hasil pertanian yang sering dilakukan
adalah dengan teknik peyimpanan dan melakukan pengemasan.
Pengemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan
dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk dan pengamanan
dari penyebab-penyebab kerusakan baik fisik, kimia, biologis maupun
mekanis untuk makanan ataupun minuman serta bahan makanan yang belum
diolah bahkan yang telah mengalami proses pengolahan sehingga dapat
bertahan hingga sampai ditangan konsumen dengan baik dari segi kuantitas
atupun kualitas dan dalam keadaan yang menarik (Kesuma, 2015).
Menurut pengertian secara umum,kemasan adalah suatu benda yang
berfungsi untuk melindungi, mengamankan produk tertentu yang berada di
dalamnya serta dapat memberikan citra tertentu pada produk pula untuk
membujuk penggunanya (Mudra, 2010). Bahan kemasan yang digunakan
bervariasi dari materi kertas, plastik, gelas, logam, fiber, hingga bahan-bahan
yang dilaminasi. Bentuk dan teknologi kemasan juga bervariasi dari kemasan
botol, kaleng, tetrapak, corrugated box, kemasan vakum, kemasan aseptik,
kaleng bertekanan, kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pandai ( active
and intelligent packaging) yang sanggup menyesuaikan kondisi lingkungan di
dalam kemasan dengan kebutuhan produk yang dikemas.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, mensintesis bahwa
sangat perlu dilakukan uji pengaruh jenis kemasan terhadap karakteristik
beberapa sampel komoditas (bawang merah dan bawang putih) yang dikemas
dan menentukan jenis kemasan yang sesuai dengan karakteristik komoditi
tersebut, dengan beberapa perlakukan yaitu penyimpanan didalam ruangan
dengan pengemasan yang berbeda, menggunakan kertas dan plastic. Dari hasil
pengujian maka dapat dibandingkan antara literatur dengan hasil praktikum.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh jenis kemasan terhadap karakteristik komoditi yang
dikemas.
2. Menentukan jenis kemasan yang paling sesuai untuk masing-masing
komoditi tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umbi-Umbian
Umbi-umbian adalah salah satu jenis keanekaragaman dalam dunia
tumbuh-tumbuhan yang mempunyai nilai guna. Umbi-umbian merupakan
sumber karbohidrat terutama pati dan merupakan sumber cita rasa dan aroma
karena mengandung aleoresin yang dimanfaatkan sebagai bahan dasar
industri untuk menghasilkan produk komersial termasuk makanan, kosmetik,
dan obat-obatan (Priyadi dan Silawati, 2004). Uwi, cantel, ganyong, gembili,
sente, suweg, singkong,talas, ubi jalar, dan kentang merupakan contoh
sumber karbohidrat yang termasuk dalam umbi-umbian (Astawan,2004).
1. Gelas. Mudah pecah, transparan (sehingga tidak cocok untuk produk yang
tidak tahan pada sinar ultraviolet).
2. Metal. Biasanya dibuat dari alumunium. Kemasan dari logam mempunyai
kekuatan yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas produk-produk
yang membutuhkan kemasan yang muat.
3. Kertas. Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air.
Jadi bahan kemasan kertas tidak cocok untuk mengemas produk- produk
yang memiliki kadar air tinggi atau dalam keadaan cair.
4. Plastik. Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah, dan lainnya
seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan plastik sebagai
kemasan semakin luas karena ongkos produk relatif mudah dan
dimodifikasi
Jenis kertas utama yang digunakan, yaitu kertas kasar dan kertas
lunak. Kertas yang digunakan sebagai kemasan adalah jenis kertas kasar,
sedangkan kertas halus digunakan untuk kertas tulis yaitu untuk buku dan
kertas sampul. Kertas kemasan yang paling kuat adalah kertas kraft dengan
warna alami, yang dibuat dari kayu lunak dengan proses sulfat.
3. Kertas Perkamen
Kertas perkamen digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti :
mentega, biscuit yang berkadar lemak tinggi, keju, ikan (basah, kering atau
digoreng), daging (segar, kering, diasap atau dimasak). Sifat - sifat kertas
perkamen adalah mempunyai ketahanan lemak yang baik, mempunyai
kekuatan basah (wet strength) yang baik walaupun dalam air mendidih,
permukaan bebas serat, tidak berbau, tidak terasa dan transparan sehingga
sering disebut kertas glasin.
4. Kertas Lilin
Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang bahan
dasarnya adalah lilin parafin dengan titik cair 46 - 740C dan dicampur
polietilen (titik cair 100 - 1240C) atau petrolatum (titik cair 40 - 520C).
Kertas ini dapat menghambat air, tahan terhadap minyak/oli dan daya rekat
panasnya baik. Kertas lilin digunakan untuk mengemas bahan pangan,
sabun, tembakau dan lain – lain.
5. Daluang (Container Board)
Kertas daluang banyak digunakan dalam pembuatan kartun beralur.
Ada dua jenis kertas daluang, yaitu : liner board disebut juga kertas kraft
yang berasal dari kayu cemara (kayu lunak), corrugated medium yang
berasal dari kayu keras dengan proses sulfat.
6. Chipboard
Chipboard dibuat dari kertas koran bekas dan sisa - sisa kertas. Jika
kertas ini dijadikan kertas kelas ringan, maka disebut bogus yaitu jenis
kertas yang digunakan sebagai pelindung atau bantalan pada barang pecah
belah. Kertas chipboard dapat juga digunakan sebagai pembungkus dengan
daya rentang yang rendah. Jika akan dijadikan karton lipat, maka harus
diberi bahan - bahan tambahan tertentu.
7. Tyvek
Kertas tyvek adalah kertas yang terikat dengan HDPE (high density
polyethylene). Dibuat pertama kali oleh Du Pont dengan nama dagang
Tyvek. Kertas tyvek mempunyai permukaan yang licin dengan derajat
keputihan yang baik dan kuat, dan sering digunakan untuk kertas foto.
Kertas ini bersifat yaitu tidak menyusut atau mengembang bila terjadi
perubahan kelembaban, tahan terhadap kotoran bahan kimia, bebas dari
kontaminasi, mempunyai kemampuan untuk menghambat bakteri ke dalam
kemasan ( Elisa Julianti, 2007).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Maret 2021 pukul
16.00- selesai WITA secara online di rumah pribadi masing-masing.
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Pisau,Baskom,Penggaris, buku/kertas, pulpen,laptop/android, dan jaringan
internet
3.2.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bawang
merah, bawnag putih, kertas, kantong plastic, karet,berbagai macam kemasan
produk pangan dan modul-modul (Slide Power Point ) terkait jenis dan kode
kemasan produk pangan dari dosen pengampu.
3.3. Prosedur
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berkut:
1. Dipilih bawang merah dan bawang putih yang mutunya baik, buang
baguan yang tidak diperlukan.
2. Dimasukkan bawang merah dan bawang putih kedalam masing-masing
kemasan, kemudian diikat dengan karet
3. Diletakkan pada suhu kamar
4. Diamati perubahan kondisi yang terjadi setiap hari selama 1 minggu
5. Tabulasikan hasil pada tabel pengamatan
6. Dicari referensi untuk melengkapi laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel Pengamatan :
Hari ke- 1
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
Merah
BM Normal Keras 2,5Cm 3,0Cm
Kertas Keunguan
Nasi Putih
BP Normal Keras 2.5Cm 1.5Cm
Kekuningan
Merah
BM Normal Keras 2.5Cm 3,0Cm
Keunguan
Kantong
Putih
BP Normal Keras 3,0Cm 2,0Cm
Kekuningan
Hari ke- 2
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
Kertas BM Tetap Tetap Tetap 2,5Cm 3,0Cm
Nasi BP Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 1.5Cm
BM Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
Kantong
BP Tetap Tetap Tetap 3,0Cm 2,0Cm
Hari ke- 3
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
BM Tetap Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
Kertas
Lebih
Nasi BP Tetap Tetap 2.5Cm 1,5Cm
Kenyal
Kantong BM Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
BP Tetap Tetap Tetap 3.0Cm 2.0Cm
Hari ke- 4
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
BM Tetap Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
Kertas Lebih
Nasi BP Tetap Tetap Kenyal,sedikit 2.5Cm 1,5Cm
kering
Ada
bagian Tetap
BM Tetap 2.5Cm 3,0Cm
Kantong yang
menggelap
BP Tetap Tetap Lebih kenyal 3.0Cm 2.0Cm
Hari ke- 5
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
Lebih
BM Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
kering
Kertas Lebih
Nasi Kenyal
BP Tetap Tetap 2.5Cm 1,5Cm
Lebih
kering
Lebih
BM Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
kering
Kantong
Lebih
BP Tetap Tetap 3.0Cm 2.0Cm
kering
Hari ke- 6
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
BM Tetap Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
Kertas
Lebih
Nasi BP Tetap Tetap 2.5Cm 1,5Cm
Kenyal
BM Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
Kantong
BP Tetap Tetap Tetap 3.0Cm 2.0Cm
Hari ke- 7
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
Kertas BM Tetap Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
Nasi BP Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 1,5Cm
BM Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
Kantong
BP Tetap Tetap Tetap 3.0Cm 2.0Cm
Keterangan :
BM : Bawang Merah
BP : Bawang Putih
4.2 Pembahasan
Pelaksanaan praktikum dilakukan secara online di Rumah Pribadi
masing-masing pada hari Rabu tanggal 31 Maret 2021. Penelitian dilakukan
terhadap perubahan pada sampel (bawang merah dan bawang putih) selama 7
hari di suhu ruang sehingga dapat diketahui pengaruh jenis kemasan terhadap
karakteristik komoditi yang dikemas dan dapat jenis kemasan yang paling
sesuai untuk masing-masing komoditi tersebut. Hal yang diamati kali ini
yaitu jenis kemasan,warna, aroma, tekstur, panjang, dan lebar.
Untuk kemasan, kemasan yang digunakan dalam praktikum ini ada 2
jenis kemasan yaitu plastic dengan kode nomor 4 (LDPE) yang bersifat kuat,
massa jenis rendah, lembek, agak tembus cahaya, fleksibel, dan permukaan
agak berlemak dan kertas berjenis Kertas Glasin (Grease Proof) yang
mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan
yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air
walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin.
Dari table pengamatan maka dapat dilihat sampel pada kemasan plastic
mengalami perubahan sejak hari ke-4, dan tidak selalu bertambah sedangkan
sampel pada kemasan kertas telah mengalami perubahan sejak hari ke-3 dan
selalu mengalami perubahan yang berlanjut. Itu artinya kemasan palstik lebih
bisa dan mampu melindungi sample ini.
Untuk warna, dari table pengamatan maka dapat dilihat sampel yang
mengalami perubahan adalah sampel bawanng merah pada kemasan plastic
namun perubahan tidak begitu signifikan, karena perubahan hanya terjadi
pada sebagian kecil pada bawang merah tersebut yang pada awalnya
berwarna merah keunguan yang terang menjadi lebih gelap. Karena
berdasarkan sifat plastiknya yaitu agak tembus cahaya maka kemungkinan
terjadinya perubahan warna tersebut karena terpapar cahaya yang ada. Untuk
sampel yang lainnya dalam keadaan tetap (tidak ada perubahan).
Untuk aroma, dari table pengamatan maka dapat dilihat semua sampel
tidak ada yang mengalami perubahan terhadap aroma, karena menurut kami
dilihat dari ruang penyimpanan selain tidak adanya paparan bau yang
menyengat dan juga tidak ada factor yang membuat terjadi pembusukan yang
cepat yang aroma berubah (tidak sedap) seperti suhu, suhu yang digunakan
suhu ruang maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk terjadi
pembusukkan (aroma berubah tidak sedap) tidak bias diamati dalam 7 hari
pengamatan.
Untuk tekstur, dari table pengamatan maka dapat dilihat semua sampel
dari semua kemasan mengalami kekeringan dan ada beberapa sampel yang
awalnya bertekstur keras menjadi lebih kenyal yaitu pada kemasan kertas,
karena kemasan kertas kurang tahan terhadap udara (uap air) yang mungkin
ada karena udara ruangan mengalami sedikit perubahan-perubahan, dan juga
karena menurut kami setiap harinya sebuah kemasan itu akan berkurang
kekuatannya dalam melindungi sample dari kondisi luar sehingga baik dari
sinar matahari atau suhu semakin hari akan semakin dapat menyentuh sample
sehingga terjadi perubahan pada sample namun tetap tidak bisa merusakan
sekaligus melainkan perlahan.
Untuk panjang dan lebar dari table pengamatan maka dapat dilihat
semua sampel tidak ada yang mengalami perubahan terhadap ukuran panjang
dan lebar, karena walaupun sample mengalami kekeringan yang
mengakibatkan sample keriput tetapi tidak sampai membuat ukuran panjang
dan lebarnya berubah dalam pengamatan 7 hari ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Jenis kemasan berpengaruh terhadap karakteristik komoditi yang dikemas,
seperti warna sample pada kemasan plastik yang akan lebih menggelap
karena paparan cahaya matahari dapat menyentuh komoditi, perubahan
aroma yang diakibatkan dari paparan bau menyengat yang tidak dapat
ditahan oleh kemasan, atau tekstur pada kemasan plastic dan kertas yang
kian hari kian berubah menjadi lebih lembek dan mengering (keriput),
panjang dan lebar yang ikut mengecil sebanding dengan
pengkeriputannya.
2. Jenis kemasan yang lebih mampu dalam melindungi sample (bawang
merah dan bawang putih) adalah kemasan plastic karena waktu untuk
mengalami perubahan cukup jauh antara perubahan yang satu dengan yang
lain, itu dikarenakan kemasan plastic lebih fleksibel dan mudah menerima
perubahan-perubahan kondisi lingkungan dalam skala kecil dibandingkan
dengan kertas. Namun, seperti yang kita ketahui setiap harinya sebuah
kemasan itu akan berkurang kekuatannya dalam melindungi sample dari
kondisi luar sehingga baik dari sinar matahari atau suhu semakin hari akan
semakin dapat menyentuh sample sehingga tetap terjadi perubahan pada
sample.
5.2 Saran
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disarankan praktikan lebih cermat dalam membedakan antara hasil hari yang
satu ke hari yang lain, kemudian terlebih dahulu memperhatikan hal-hal yang
disampaikan oleh dosen pengampu, sehingga dapat mempermudah ketika
proses praktikum dan pengerjaan tugas yang diberikan serta bisa lebih
memahami mengenai penyimpanan umbi-umbian khususnya pada bawang.
DAFTAR PUSTAKA
Pantastico, E.R.B., A.K. Mattoo, dan C.T. Phan. 1986. Respirasi dan Puncak
Respirasi. di dalam: Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. Pembinaan Kemampuan Taknologi Industri di KOta
Denpasar, 1-6.
Samadi, B. dan Cahyono, B., 2005. Bawang Merah Intensifikasi Usaha Tani.
Kanisius, Yogyakarta.