Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK PENYIMPANAN UMBI-UMBIAN (BAWANG)

LAPORAN PRAKTIKUM 3

( Praktikum Mata Kuliah Teknologi Pengemasan dan Penyimpanan)

Kelompok 5

Firda Adelia 2002301004

Himatul Khoiriyah 2002301073

Noor Maulida Sari 2002301070

Steven Cornel Sudiantoro 2002301037

Mochamad Dendy Setiyawan 2002301010

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT

PELAIHARI

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Umbi-umbian adalah bahan nabati yang dapat diperoleh dari dalam
tanah, misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung, bawang,
kencur, jahe, gembili, uwi, ganyong, bengkuang dan sebagainya. Pada
umumnya umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat
terutama pati (Zulaikah, 2002). Bawang merah (Allium ascalonicum L.) dan
bawang putih (Allium sativum) merupakan rempah multiguna dan
didayagunakan sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari (Samadi, 2005).
Bawang merah selalu dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pelengkap bumbu
masak sehari-hari dan disukai karena bau dan rasanya yang khas.
Produk hasil pertanian yang satu ini merupakan jenis umbi-umbian
yang setelah dipanen sangat rentan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh
faktor internal maupun eksternal akibat proses-proses fisiologi, biologi, fisiko-
kimia, dan mikrobiologi disbanding umbi yang lain (Hartuti, 1996).
Kerusakan yang terjadi pada umbi-umbian ini tidak terlepas dari proses
transpirasi dan respirasi yang masih terjadi pada buah dan sayur setelah
dipanan. Oleh karena itu diperlukan perlakuan khusus agar kualitas dan
kuantitas produk dapat tetap tergaja hingga sampai ke tangan konsumen yaitu
perlakuan menekan laju transpirasi dan respirasi pada bahan hasil pertanian
tersebut.Petani-petani mulai membuat suatu inovasi terhadap produknya yaitu
untuk menekan kerusakan pada bahan hasil pertanian yang sering dilakukan
adalah dengan teknik peyimpanan dan melakukan pengemasan.
Pengemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan
dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk dan pengamanan
dari penyebab-penyebab kerusakan baik fisik, kimia, biologis maupun
mekanis untuk makanan ataupun minuman serta bahan makanan yang belum
diolah bahkan yang telah mengalami proses pengolahan sehingga dapat
bertahan hingga sampai ditangan konsumen dengan baik dari segi kuantitas
atupun kualitas dan dalam keadaan yang menarik (Kesuma, 2015).
Menurut pengertian secara umum,kemasan adalah suatu benda yang
berfungsi untuk melindungi, mengamankan produk tertentu yang berada di
dalamnya serta dapat memberikan citra tertentu pada produk pula untuk
membujuk penggunanya (Mudra, 2010). Bahan kemasan yang digunakan
bervariasi dari materi kertas, plastik, gelas, logam, fiber, hingga bahan-bahan
yang dilaminasi. Bentuk dan teknologi kemasan juga bervariasi dari kemasan
botol, kaleng, tetrapak, corrugated box, kemasan vakum, kemasan aseptik,
kaleng bertekanan, kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pandai ( active
and intelligent packaging) yang sanggup menyesuaikan kondisi lingkungan di
dalam kemasan dengan kebutuhan produk yang dikemas.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, mensintesis bahwa
sangat perlu dilakukan uji pengaruh jenis kemasan terhadap karakteristik
beberapa sampel komoditas (bawang merah dan bawang putih) yang dikemas
dan menentukan jenis kemasan yang sesuai dengan karakteristik komoditi
tersebut, dengan beberapa perlakukan yaitu penyimpanan didalam ruangan
dengan pengemasan yang berbeda, menggunakan kertas dan plastic. Dari hasil
pengujian maka dapat dibandingkan antara literatur dengan hasil praktikum.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh jenis kemasan terhadap karakteristik komoditi yang
dikemas.
2. Menentukan jenis kemasan yang paling sesuai untuk masing-masing
komoditi tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umbi-Umbian
Umbi-umbian adalah salah satu jenis keanekaragaman dalam dunia
tumbuh-tumbuhan yang mempunyai nilai guna. Umbi-umbian merupakan
sumber karbohidrat terutama pati dan merupakan sumber cita rasa dan aroma
karena mengandung aleoresin yang dimanfaatkan sebagai bahan dasar
industri untuk menghasilkan produk komersial termasuk makanan, kosmetik,
dan obat-obatan (Priyadi dan Silawati, 2004). Uwi, cantel, ganyong, gembili,
sente, suweg, singkong,talas, ubi jalar, dan kentang merupakan contoh
sumber karbohidrat yang termasuk dalam umbi-umbian (Astawan,2004).

Umbi dibedakan berdasarkan organ dasar yang dimodifikasi. Istilah


bahasa Latin untuk umbi yang terbentuk dari batang dan akar adalah tuber,
yang berarti "pembengkakan". Beberapa bentuk khusus dapat memiliki nama
yang berbeda. Perlu diperhatikan bahwa modifikasi batang dan daun sebagai
tempat penyimpanan makanan dalam bentuk umbi lapis (bulbus) sering
dibedakan secara botani dari bentuk umbi lainnya. macam-macam umbi-
umbian antara lain

2.1.1. Umbi akar


Umbi akar (bahasa Latin: tuber rhizogenum, bahasa Inggris: tuberous
root) merupakan umbi yang terbentuk dari modifikasi akar. Umbi akar tidak
dapat dijadikan bahan perbanyakan apabila tidak memiliki titik tumbuh untuk
tunas. Dilihat dari asalnya, umbi akar dapat terbentuk dari akar tunggang,
seperti umbi wortel atau lobak, maupun dari akar cabang, seperti umbi ketela
pohon/singkong, ketela rambat/ubi jalar, dan garut. Umbi akar tidak bias
dijadikan bahan perbanyakn. Bebrapa organ yang tumbuh dibawah
permukaan tanah juga kadang-kadang disebut umbi, seperti rimpang dan
geragih.

2.1.2. Umbi batang


Umbi batang (bahasa Latin: tuber cauligenum) merupakan umbi yang
terbentuk dari batang atau struktur modifikasi batang, seperti geragih (stolo)
atau rimpang (rhizoma). Umbi batang mampu memunculkan tunas maupun
akar, sehingga kerap kali dijadikan bahan perbanyakan. Umbi batang yang
tumbuh dibawah permukaan tanah, membesar, dan mengandung banyak pati
disebut sebagai tuber , dihasilkan oleh beberapa spesies Solanaceae (yang
paling dikenal adalah umbi kentang) dan Asteraceae (seperti umbi dahlia dan
topinambur). Rimpang jahe-jahean (Zingiberaceae) sering dianggap oleh
awam sebagai "umbi" atau "akar".

2.1.3. Umbi lapis


Umbi lapis (bulbus) merupakan sejenis umbi yang terbentuk dari
tumpukan (pangkal) daun yang tersusun rapat dalam format roset. Umbi lapis
dipandang berbeda dari umbi yang lainnya karena tidak mengakumulasi
karbohidrat dalam bentuk polisakarida. Pembesaran terjadi karena
berkumpulnya cairan di sel-selnya.Umbi jenis ini dibentuk atau dihasilkan
oleh beberapa suku-suku monokotil seperti Alliaceae, Amaryllidaceae (arti
luas, termasuk kelompok bawang-bawangan) dan Liliaceae.

2.1.4. Umbi Udara


Katak/katibung/umbi udara (tuber caulinare) merupakan umbi yang
muncul di batang dan berada di atas permukaan tanah. Umbi ini dapat pula
memunculkan tunas.
2.2. Transpirasi dan Respirasi
Transpirasi adalah proses kehilangan air dalam bentuk gas dari
jaringanhidup. Kehilangan air dalam jumlah sedikit masih dapat ditolerir.
Namun jika menyebabkan bahan menjadi layu, berkerut, susut berat, tekstur
jelek makakualitasnya menjadi rendah.
Kecepatan transpirasi dapat dikurangi dengan cara:
1. Meningkatkan kelembaban relatif (RH= 85-95%)
2. Menurunkan suhu udara
3. Menurunkan kecepatan aliran udara
4. Pelapisan lilin
5. Pengemas protektif
Trasnpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting yang sangat
dinamis, berperan sebagai mekanisme adaptasi terhadap kondisi
lingkungannya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh, penyerapan dan
transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan.
Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh
tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui
kutikula dan lentisel. Transpirasi dapat merugikan tumbuhan bila lajunya
terlalu cepat yang menyebabkan jaringan kehilangan air terlalu banyak
selama musim panas dan kering. Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai
faktor internal dan eksternal.
Faktor internal antara lain seperti ukran saun, tebal tipisnya daun,
tebal titpisnya daun tebal lapisan lilin, jumlah rambut daun, jumlah, bentuk
dan lokasi stomata termasuk pula umur jaringan , keadaan fisiologis jaringan
dan laju metabolism. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi
cahaya, suhu, kelembaban udara,angin dan kandungan air tanah. Selain itu
juga dipengaruhi oleh gradient potensial air antara tanah, jaringan dan
atmosfer, serta adanya zat-zat toksik dilingkungannya. Pembukaan stomata
dipengaruhi oleh CO2, cahaya, kelembaban,suhu, angin, potensial air daun
dan laju fotosintesis. Mekanisme kontrol laju kehilangan air dapat dilakukan
dengan mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang dapat
menekan laju kehilangan air, termasuk di antaranya mengatur konduktivitas
stomata. (Sutiyono, 2004)
2.3. Penyimpanan
Teknologi pascapanen merupakan suatu usaha untuk menangani
berbagai produk hasil pertanian dalam bentuk bahan baku maupun bahan sete
ngah jadiyang dihasilkan oleh pertanian kita. Penyimpanan buah dan sayur
sebelum terjualatau dikonsumsi harus dapat melindungi buah dan sayur dari
kerusakan baikkerusakan secara mekanis, fisik, patologis dan fisiologis.
Untuk kepentingan pasarlokal kebanyakan buah dan sayur disimpan
pada suhu kamar, penyimpanan sepertiini menyebabkan buah dan sayur
bertahan dalam jangka pendek karena cepat mengalami kerusakan fisiologis
yaitu terjadi peningkatan proses respirasi. Untuk jangak panjang sebaiknya
dilakukan penyimpanan dengan suhu yang yang lebih rendah, dengan harapan
dapat menghambat aktivitas fisiologi dan juga dapataktivitas mikrobiologis
(Apandi, 1984).
Pertimbangan fisiologis pascapanen adalah berkaitan dengan laju
respirasi,dimana semakin tinggi laju respirasi semakin cepat kerusakan
terjadi. Laju respirasi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti
suhu. Semakin tinggi suhu semakin tinggi laju respirasi. Disamping itu
kondisi lingkungan atmosferterutama kandungan oksigen dan karbondiosida
juga berpengaruh terhadap laju respirasi, dimana semakin rendah kandungan
oksigen dan semakin tinggikandungan karbondiosida maka laju respirasi
cendrung menurun (Pantatisco,1997)
Salah satu cara untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan
memodifikasi konsentrasi O2 dan CO2 dilingkungan atmosfer sekitar produk
dengan menggunakan pengemas plastik dengan permeabilitas tertentu yang
dikenal sebagai Modified Atmosphere Packaging (MAP). (Wardhanu, 2009).
Berikut cara penyimpanan hasil bahan pertanian:
1. Bawang merah dan Bawang putih
• Umbi bawang dapat disimpan dalam bentuk ikatan bersama dengan bagian
daun yang telah mengering atau dalam bentuk umbi pipilan tanpa
menyertakan daunnya.
• Dalam bentuk pipilan umbi kering kulit ini dapat disimpan dalam tong
berventilasi
• Menyimpan umbi bawang dengan cara menggantungkan bawang di atas
perapian dapur.
• Secara bertahap asap dapur akan mengeringkan kulit umbi sehingga umbi
dapat awet untuk disimpan
• Berat ikatan umbi bawang merah sekitar 3-4 kg, ikatan disimpan dalam
keadaan menggantung di udara dalam tempat penyimpanan.
2. Kentang
• Umbi ketang disimpan dalam bentuk kering (dengan mengangin-anginkan
di udara terbuka yang sejuk selama 4-7 hari ) dalam tong berventilasi.
• Tong tersebut disusun secara bertimpuk. Antara sati kemasan denga yang
lainnya terdapapat pertukaran udara segar.
• Cara lain adalah dengan membiarkan umbi diatas lantai dan usahkan agar
udara segar tetap dapat mengalir ke semua prmukaan bahan setiap saat.
• Tempat penyimpanan umbi yang paling baik adalah di dalam ruangan
yang berkelembapan 85-100% dan bersuhu 3,3-15,6 derajat celcius,
dengan suhu maksimum 18,3 derajat celcius. Dalam kondisi penyimpanan
seperti ini permukaan kulit bahan akan tetap dalam keadaan kering dan
proses pertunasab dapat dihambat.
3. Ubi jalar
• Menyimpan ubi jalar dalam bentuk onggokan di lantai sebaiknya dialasi
plastik atau karung dan permukaan onggokan ditutup dengan plastik atau
bahan lain untuk menghindari embun malam.
• Setelah permukaan kering ubi jalar dikemas dengan karung goni atau
karung beras yang anyamannya rapat dan tidak sobek-sobek.
• Cara lain menyimpan ubi jalar adalah dengan membiarkannya berada di
dalam tanah dikebun dan permukaan tanah sedikit dipadatkan agar
serangga hama tidak dapat menembus.
4. Umbi kayu/Singkong
• Ketela pohon dapat disimpan dalam bentuk utuh dengan batangnya atau
ubi dilepaskan dari tandannya dengan luka sayatan dibuat seminimal
mungkin (tidak banyak permukaa ubi yang luka)
5. Wortel dan Kol
• Wortel dan kubis memiliki banyak kesamaan dalam hal penyimpanannya
karena kandungan airnya yang tinggi dan mudah rusak yang ditandai
dengan terbentuknya lendir di permukaan dan berulat.
• Sayuran ini dapat disimpan dengan cara dionggokan di atas lantai yang
dialasi kertas kering atau karung.
• Diusahakan tumpukan tidak terlalu tinggi agar bagian bawah tumpukan
mendapat udara segar dalam jumlah yang cukup.
• Ruang penyimpanan diusahan mampu melindungi bahan dari pengaruh
luar yang ekstrim, terutama sinar matahari dan uap air.
• Ventilasi udara juga diperhatikan, cahaya dan lampu merupakan salah satu
faktor penting yang harus diperhitungkan.
• Apabila penyimpanan di lakukakan cool storage, wortel dan kubis dapat
bertahan cukuo lama. Hal ini dikarenakan suhu dan kelembapan ruang
dapat diatur sesuai dengan yang dikehendaki

2.4. Kemasan dan Pengemasan


Menurut Stanton dan Lamarto (1984: 278) kemasan dapat
didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi bungkus
atau suatu produk. Kemasan merupakan bagian dari salah satu dari satuan
bauran pemasaran (marketing mix) yaitu produk (product). Kemasan juga
merupakan media yang baik selaun untuk menarik perhatian consumer, tetapi
juga menambah citra produk itu sendiri .Kemasan adalah wadah untuk
produk yang meliputi penampilan fisik wadah, termasuk warna
,desian,bentuk,pelabelan,dan bahan yanh digunakan (Agrariya, et al, 2012).

Pengemasan adalah kegiatan mendesain dan memproduksi wadah


dapat berupa wadah utama saja, untuk menyimpan atau bahkan untuk
pengiriman sebuah produk (Kotler & Amstrong, 1989). Pengemasan menurut
WTO (World Trade Organization) dalam print Media edisi Maret-April 2012
adalahs suatu system terpadu untuk mengawetkan, melindungi, menyiapkan
,hingga siap untuk di taransportasi dan didistribusikan ke konsumen dengan
cara yang efektif, efisien, dan mudah. Pengemasan adalah aktivitas
merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk.
Biasanya fungsi utama dari kemasan yaitu untuk menjaga produk sekarang
meningkat menjadi factor atau alat pemasaran (Rangkuti,2010:132).

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian, maka dapat


disimpulkan kemasan adalah wadah produk yang didesain dengan system
terpadu atau dapat disebut proses pengemasan, untuk melindungi,
mengawetkan, dan menyiapkan produk untuk pengangkutan dengan pertahan
yang kuat agar bisa sampai di tangan konsumen tanpa kerusakan yang berarti
dan taklupa pula sebagai alat pemasaran
2.5. Jenis Kemasan
Menurut Syarif dan Irawati yang dikutip Octavia (2011) membagi
kemasan menjadi beberapa golongan sebagai berikut:

1. Gelas. Mudah pecah, transparan (sehingga tidak cocok untuk produk yang
tidak tahan pada sinar ultraviolet).
2. Metal. Biasanya dibuat dari alumunium. Kemasan dari logam mempunyai
kekuatan yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas produk-produk
yang membutuhkan kemasan yang muat.
3. Kertas. Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air.
Jadi bahan kemasan kertas tidak cocok untuk mengemas produk- produk
yang memiliki kadar air tinggi atau dalam keadaan cair.
4. Plastik. Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah, dan lainnya
seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan plastik sebagai
kemasan semakin luas karena ongkos produk relatif mudah dan
dimodifikasi

2.5.1. Kemasan Plastik


Plastik merupakan bahan kemasan yang penting didalam industry
pengemasan. Palstik dapat digunakan sebagai bahan kemasan karena dapat
melindungi produk dari cahaya, udara, perpindahan panas,kontaminasi dan
kontak dengan bahan-bahan kimia. Aliran gas dan uap air yang melalui
plastic, dan ukuran molekul yang berdifusi produk (Syarif, R dkk. 1987).
Plastic adalah salah satu bahan yang dapat ditemukan di hampir
setiap barang. Oleh karena itu kita bias hamper dipastikan pernah
menggunkan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A.
salah satu barang yang memaki plastic dan mengandung Bisphenol-A
adalah industry makanan dan minuman sebagai tempat penyimpanan
makanan, plastic penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi
walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpanan makanan yang
tidak mengandung Bisphenol-A sehingga aman fipakai makan. Satu tes
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-
A (Rachmawan,2001).
Komponen utama plastic sebelum membentuk polimer adalah
monomer yang merupakan bagian atau rantai paling pendek. Misalnya
polivinil klorida mempunyai monomer vinil klorida. Disamping bahan dasar
berupa monomer plastic, maka terdapat bahan-bahan tambahan non-palstik
atau bahan aditif (beratt molekul rendah)yang diperlukan untuk
memperbaiki sifat-sifat palstik, yaitu pemlastis, antioksidan, antiblok,
antistatis, pelumas, penyerap sinar ultraviolet, bahan pengisi dan penguat.
Menurut Syarief, R dkk. (1987), berdasarkan ketahanan palstik
terhadap perubahan suhu maka, plastic dapat dibagi menjadi:
Thermoplastik, jika melelh pada perubahan suhu tertentu, melekat
mengikuti perubahan suhu, bersifat reversible (dapat kembali kebentuk
semula atau mengeras bila didinginkan) dan Termoset atau termodursisabel,
tidak dapat mengikuti perubahan suhu, sehingga bila telah mengalami
pengerasan tidak dapat dilunakkan kembali.
Berdasarkan bentuk dan keadaan pada suhu ruang dibedakan antara
plastik jenis kaca, plastik liat keras, plastik elastis dan plastik kental. Plastik
jenis kaca, seperti plastik fenol (PP) adalah sangat getas. Plastik liat keras
seperti polivinilklorida (PVC), berciri dapat berubah bentuk jika ada
pengaruh gaya yang kuat. Plastik elastis, seperti busa dari poliuretan (PUR),
berubah bentuk ketika dibebankan dan berubah bentuk kembali seperti
semula jika beban dilepaskan. Plastik kental seperti minyak silicon (SI),
adalah masa liat cair yang disebut fluidoplastik.
Berdasarkan bentuk makromolekulnya dapat dibedakan antara plastik
dengan makromolekul benang dan plastik dengan makromolekul bentuk
jarring. Makromolekul bentuk benang dapat bersusun tak bercabang (seperti
PVC keras) atau bercabang seperti pada polietilen PE. Didalam plastik,
makromolekul dapat tersusun amorf seperti PVC keras atau Kristal-
sebagaian seperti PE. Pada struktur amorf letak makromolekul sama sekali
tidak berorientasi dan pada struktur Kristal-sebagian molekul-molekul
rasaksa tak bercabang itu tersusun sejajar sehingga terjadi Kristal-kristal
kecil yang dikelilingi oleh daerah amorf (Kramer dan Scharnagl, 1994).
Plastik memiliki kelebihan yaitu plastik dapat dibentuk menjadi berbagai
macam bentuk, ringan dan relatif murah, dapat diproduksi dalam berbagai
warna, panas dan listrik tidak dapat merambat melalui plastik dengan
mudah, karena plastik isolator yang baik. Tetapi plastik memiliki
kekurangan yaitu plastik dibuat dari bahan-bahan yang sulit di daur ulang,
karena tidak dapat membusuk secara alami (biodegradasi), plastik dapat
merusak lingkungan dan plastik dapat bersifat asap beracun karena leleh
pada suhu tinggi (Whyman, 2006).
Penggunaan dalam pengemasan sebenarnya sangat tergantung dari
jenis kemasan, sedangkan kelemahan plastic adalah tidak tahan terhadap
suhu tinggi, tidak hermentis dan mudah mengembun dibagian dalam ketika
suhu turun. Selain itu penggunaan plastik yang berasal dari minyak bumi,
gas alam dan batu bara akan meningkatkan pencemaran lingkungan seperti
pencemaran tanah. Untuk mengatasi masalah lingkungan ini, salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu mengembangkan bahan bioplastik (Abadi dan
Nuryati, 2007).

2.5.2. Kemasan Kertas


Kertas adalah barang yang berwujud lembaran-lembaran tipis. Yang
dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp yang telah
mengalami pengerjaan pengeringan, ditambah beberapa bahan tambahan
yang saling menempel dan saling menjalin, serat yang digunakan biasanya
berupa serat alam yang mengandung selulosa dan hemiselulosa.

Kertas merupakan kemasan yang pertama ditemukan sebelum plastik


dan logam. Saat ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu
bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam karena harganya
yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas. Selain sebagai
kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media komunikator dan media cetak.
Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifatnya
yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaman udara
lingkungan. Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses
pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya.
Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku.
Jenis kemasan ketas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah
kertas kraft dan kertas tahan lemak (grease proof). Glassin dan kertas lilin
(waxed paper) atau kertas yang dibuat dari modifikasi kemasan kertas
fleklsibel. Kemasan kertas yang kaku terdapat dalam bentuk karton, kotak,
drum, cawan - cawan yang tahan air, yang dapat dibuat dari paper board,
kertas laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari kertas
khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan bahan - bahan
kemasan lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif.

Jenis kertas utama yang digunakan, yaitu kertas kasar dan kertas
lunak. Kertas yang digunakan sebagai kemasan adalah jenis kertas kasar,
sedangkan kertas halus digunakan untuk kertas tulis yaitu untuk buku dan
kertas sampul. Kertas kemasan yang paling kuat adalah kertas kraft dengan
warna alami, yang dibuat dari kayu lunak dengan proses sulfat.

1. Kertas Glasin dan Kertas Tahan Minyak (Grease Proof)


Kertas glasin dan kertas tahan minyak dibuat dengan cara
memperpanjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin
pembuat kertas. Penambahan bahan-bahan lain seperti plastizier bertujuan
untuk menambah kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga dapat
digunakan untuk mengemas bahan - bahan yang lengket. Penambahan
antioksidan bertujuan untuk memperlambat ketengikan dan menghambat
pertumbuhan jamur atau khamir. Kedua jenis kertas ini mempunyai
permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi
terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun
permukaan 8 dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin. Biasanya
digunakan untuk tas, kotak dan kemasan makanan berminyak.
2. Kertas Kraft

Kertas kraft merupakn salah satu bahan yang digunakan untuk


pembuatan jenis amplop gelembung. Kertas kraft digunakan untuk membuat
amplop karena kekuatan tarik tinggi dibandingkan dengan kertas biasa.
Karena kekuatan tarik yang tinggi dapat menahan dengan dibawah beban
yang besar sehingga memungkinkan untuk pak barang-barang berat
didalamnya. Warna kertas kraft adalah tergantung pada pengolahannya,
warna putih diperoleh dari pemutihan dan warna cokelat diperoleh tanpa
proses pemutihan. Jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat kertas
kraft biasanya adalah kayu lunak. Dengan menggunakan prosedur yang
panjang pengolahan kayu lunak ini diubah menjadi kertas kraft berguna.
Kertas kraft memiliki sifat fisik seperti ketahanan sobek yang beragam,
elastisitas yang baik.

3. Kertas Perkamen
Kertas perkamen digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti :
mentega, biscuit yang berkadar lemak tinggi, keju, ikan (basah, kering atau
digoreng), daging (segar, kering, diasap atau dimasak). Sifat - sifat kertas
perkamen adalah mempunyai ketahanan lemak yang baik, mempunyai
kekuatan basah (wet strength) yang baik walaupun dalam air mendidih,
permukaan bebas serat, tidak berbau, tidak terasa dan transparan sehingga
sering disebut kertas glasin.
4. Kertas Lilin
Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang bahan
dasarnya adalah lilin parafin dengan titik cair 46 - 740C dan dicampur
polietilen (titik cair 100 - 1240C) atau petrolatum (titik cair 40 - 520C).
Kertas ini dapat menghambat air, tahan terhadap minyak/oli dan daya rekat
panasnya baik. Kertas lilin digunakan untuk mengemas bahan pangan,
sabun, tembakau dan lain – lain.
5. Daluang (Container Board)
Kertas daluang banyak digunakan dalam pembuatan kartun beralur.
Ada dua jenis kertas daluang, yaitu : liner board disebut juga kertas kraft
yang berasal dari kayu cemara (kayu lunak), corrugated medium yang
berasal dari kayu keras dengan proses sulfat.
6. Chipboard
Chipboard dibuat dari kertas koran bekas dan sisa - sisa kertas. Jika
kertas ini dijadikan kertas kelas ringan, maka disebut bogus yaitu jenis
kertas yang digunakan sebagai pelindung atau bantalan pada barang pecah
belah. Kertas chipboard dapat juga digunakan sebagai pembungkus dengan
daya rentang yang rendah. Jika akan dijadikan karton lipat, maka harus
diberi bahan - bahan tambahan tertentu.
7. Tyvek
Kertas tyvek adalah kertas yang terikat dengan HDPE (high density
polyethylene). Dibuat pertama kali oleh Du Pont dengan nama dagang
Tyvek. Kertas tyvek mempunyai permukaan yang licin dengan derajat
keputihan yang baik dan kuat, dan sering digunakan untuk kertas foto.
Kertas ini bersifat yaitu tidak menyusut atau mengembang bila terjadi
perubahan kelembaban, tahan terhadap kotoran bahan kimia, bebas dari
kontaminasi, mempunyai kemampuan untuk menghambat bakteri ke dalam
kemasan ( Elisa Julianti, 2007).
BAB III

METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Maret 2021 pukul
16.00- selesai WITA secara online di rumah pribadi masing-masing.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Pisau,Baskom,Penggaris, buku/kertas, pulpen,laptop/android, dan jaringan
internet

3.2.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bawang
merah, bawnag putih, kertas, kantong plastic, karet,berbagai macam kemasan
produk pangan dan modul-modul (Slide Power Point ) terkait jenis dan kode
kemasan produk pangan dari dosen pengampu.
3.3. Prosedur
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berkut:
1. Dipilih bawang merah dan bawang putih yang mutunya baik, buang
baguan yang tidak diperlukan.
2. Dimasukkan bawang merah dan bawang putih kedalam masing-masing
kemasan, kemudian diikat dengan karet
3. Diletakkan pada suhu kamar
4. Diamati perubahan kondisi yang terjadi setiap hari selama 1 minggu
5. Tabulasikan hasil pada tabel pengamatan
6. Dicari referensi untuk melengkapi laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel Pengamatan :
Hari ke- 1
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
Merah
BM Normal Keras 2,5Cm 3,0Cm
Kertas Keunguan
Nasi Putih
BP Normal Keras 2.5Cm 1.5Cm
Kekuningan
Merah
BM Normal Keras 2.5Cm 3,0Cm
Keunguan
Kantong
Putih
BP Normal Keras 3,0Cm 2,0Cm
Kekuningan

Hari ke- 2
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
Kertas BM Tetap Tetap Tetap 2,5Cm 3,0Cm
Nasi BP Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 1.5Cm
BM Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
Kantong
BP Tetap Tetap Tetap 3,0Cm 2,0Cm

Hari ke- 3
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
BM Tetap Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
Kertas
Lebih
Nasi BP Tetap Tetap 2.5Cm 1,5Cm
Kenyal
Kantong BM Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
BP Tetap Tetap Tetap 3.0Cm 2.0Cm

Hari ke- 4
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
BM Tetap Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
Kertas Lebih
Nasi BP Tetap Tetap Kenyal,sedikit 2.5Cm 1,5Cm
kering
Ada
bagian Tetap
BM Tetap 2.5Cm 3,0Cm
Kantong yang
menggelap
BP Tetap Tetap Lebih kenyal 3.0Cm 2.0Cm

Hari ke- 5
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
Lebih
BM Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
kering
Kertas Lebih
Nasi Kenyal
BP Tetap Tetap 2.5Cm 1,5Cm
Lebih
kering
Lebih
BM Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
kering
Kantong
Lebih
BP Tetap Tetap 3.0Cm 2.0Cm
kering
Hari ke- 6
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
BM Tetap Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
Kertas
Lebih
Nasi BP Tetap Tetap 2.5Cm 1,5Cm
Kenyal
BM Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
Kantong
BP Tetap Tetap Tetap 3.0Cm 2.0Cm

Hari ke- 7
Kriteria Mutu
Perlakukan
Warna Aroma Tekstur Panjang Lebar
Kertas BM Tetap Tetap Tetap 2,5 Cm 3,0Cm
Nasi BP Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 1,5Cm
BM Tetap Tetap Tetap 2.5Cm 3,0Cm
Kantong
BP Tetap Tetap Tetap 3.0Cm 2.0Cm
Keterangan :
BM : Bawang Merah
BP : Bawang Putih

4.2 Pembahasan
Pelaksanaan praktikum dilakukan secara online di Rumah Pribadi
masing-masing pada hari Rabu tanggal 31 Maret 2021. Penelitian dilakukan
terhadap perubahan pada sampel (bawang merah dan bawang putih) selama 7
hari di suhu ruang sehingga dapat diketahui pengaruh jenis kemasan terhadap
karakteristik komoditi yang dikemas dan dapat jenis kemasan yang paling
sesuai untuk masing-masing komoditi tersebut. Hal yang diamati kali ini
yaitu jenis kemasan,warna, aroma, tekstur, panjang, dan lebar.
Untuk kemasan, kemasan yang digunakan dalam praktikum ini ada 2
jenis kemasan yaitu plastic dengan kode nomor 4 (LDPE) yang bersifat kuat,
massa jenis rendah, lembek, agak tembus cahaya, fleksibel, dan permukaan
agak berlemak dan kertas berjenis Kertas Glasin (Grease Proof) yang
mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan
yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air
walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin.
Dari table pengamatan maka dapat dilihat sampel pada kemasan plastic
mengalami perubahan sejak hari ke-4, dan tidak selalu bertambah sedangkan
sampel pada kemasan kertas telah mengalami perubahan sejak hari ke-3 dan
selalu mengalami perubahan yang berlanjut. Itu artinya kemasan palstik lebih
bisa dan mampu melindungi sample ini.
Untuk warna, dari table pengamatan maka dapat dilihat sampel yang
mengalami perubahan adalah sampel bawanng merah pada kemasan plastic
namun perubahan tidak begitu signifikan, karena perubahan hanya terjadi
pada sebagian kecil pada bawang merah tersebut yang pada awalnya
berwarna merah keunguan yang terang menjadi lebih gelap. Karena
berdasarkan sifat plastiknya yaitu agak tembus cahaya maka kemungkinan
terjadinya perubahan warna tersebut karena terpapar cahaya yang ada. Untuk
sampel yang lainnya dalam keadaan tetap (tidak ada perubahan).
Untuk aroma, dari table pengamatan maka dapat dilihat semua sampel
tidak ada yang mengalami perubahan terhadap aroma, karena menurut kami
dilihat dari ruang penyimpanan selain tidak adanya paparan bau yang
menyengat dan juga tidak ada factor yang membuat terjadi pembusukan yang
cepat yang aroma berubah (tidak sedap) seperti suhu, suhu yang digunakan
suhu ruang maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk terjadi
pembusukkan (aroma berubah tidak sedap) tidak bias diamati dalam 7 hari
pengamatan.
Untuk tekstur, dari table pengamatan maka dapat dilihat semua sampel
dari semua kemasan mengalami kekeringan dan ada beberapa sampel yang
awalnya bertekstur keras menjadi lebih kenyal yaitu pada kemasan kertas,
karena kemasan kertas kurang tahan terhadap udara (uap air) yang mungkin
ada karena udara ruangan mengalami sedikit perubahan-perubahan, dan juga
karena menurut kami setiap harinya sebuah kemasan itu akan berkurang
kekuatannya dalam melindungi sample dari kondisi luar sehingga baik dari
sinar matahari atau suhu semakin hari akan semakin dapat menyentuh sample
sehingga terjadi perubahan pada sample namun tetap tidak bisa merusakan
sekaligus melainkan perlahan.
Untuk panjang dan lebar dari table pengamatan maka dapat dilihat
semua sampel tidak ada yang mengalami perubahan terhadap ukuran panjang
dan lebar, karena walaupun sample mengalami kekeringan yang
mengakibatkan sample keriput tetapi tidak sampai membuat ukuran panjang
dan lebarnya berubah dalam pengamatan 7 hari ini.
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Jenis kemasan berpengaruh terhadap karakteristik komoditi yang dikemas,
seperti warna sample pada kemasan plastik yang akan lebih menggelap
karena paparan cahaya matahari dapat menyentuh komoditi, perubahan
aroma yang diakibatkan dari paparan bau menyengat yang tidak dapat
ditahan oleh kemasan, atau tekstur pada kemasan plastic dan kertas yang
kian hari kian berubah menjadi lebih lembek dan mengering (keriput),
panjang dan lebar yang ikut mengecil sebanding dengan
pengkeriputannya.
2. Jenis kemasan yang lebih mampu dalam melindungi sample (bawang
merah dan bawang putih) adalah kemasan plastic karena waktu untuk
mengalami perubahan cukup jauh antara perubahan yang satu dengan yang
lain, itu dikarenakan kemasan plastic lebih fleksibel dan mudah menerima
perubahan-perubahan kondisi lingkungan dalam skala kecil dibandingkan
dengan kertas. Namun, seperti yang kita ketahui setiap harinya sebuah
kemasan itu akan berkurang kekuatannya dalam melindungi sample dari
kondisi luar sehingga baik dari sinar matahari atau suhu semakin hari akan
semakin dapat menyentuh sample sehingga tetap terjadi perubahan pada
sample.
5.2 Saran
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disarankan praktikan lebih cermat dalam membedakan antara hasil hari yang
satu ke hari yang lain, kemudian terlebih dahulu memperhatikan hal-hal yang
disampaikan oleh dosen pengampu, sehingga dapat mempermudah ketika
proses praktikum dan pengerjaan tugas yang diberikan serta bisa lebih
memahami mengenai penyimpanan umbi-umbian khususnya pada bawang.
DAFTAR PUSTAKA

Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung: Alumni.


Hartuti, N. 1996. Penanganan Panen dan Pascapanen Cabai Merah. Teknologi
Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian.

Pantastico, E.R.B., A.K. Mattoo, dan C.T. Phan. 1986. Respirasi dan Puncak
Respirasi. di dalam: Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. Pembinaan Kemampuan Taknologi Industri di KOta
Denpasar, 1-6.

Rachmawan, Obin. 2001. Modul Keahlian Tekhnologi Hasil Pertanian


Penanganan Susu Segar. Jakarta: Direktorat pendidikan menengah
kejuruan. hlm: 1-16.

Samadi, B. dan Cahyono, B., 2005. Bawang Merah Intensifikasi Usaha Tani.
Kanisius, Yogyakarta.

Syarief, R., 1987. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mada

Whyman, K, 2006. Plastik dan lingkungan. Bandung : PT Intan Sejati.


LAMPIRAN
Penyusun Laporan

Pembungkusan Sampel dan Pengamatan Hari ke-1

Pengamatan Sampel Hari ke-2


Pengamatan Sampel Hari ke-3

Pengamatan Sampel Hari ke-4

Pengamatan Sampel Hari ke-5


Pengamatan Sampel Hari ke-6

Pengamatan Sampel Hari ke-7

Anda mungkin juga menyukai