ANALISIS KANDUNGAN GIZI DAN UJI ORGANOLEPTIK PADA BAKSO TEMPE DENGAN
PENAMBAHAN DAUN KELOR (Moringa oleifera)
ANALYSIS OF NUTRITION CONTENT AND ORGANOLEPTIC TEST IN TEMPE
MEATBALL WITH ADDITION OF KELOR LEAF (Moringa oleifera)
Hasniar1), Muh. Rais2) dan Ratnawaty Fadilah3)
1)Alumni Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian FT UNM
2) dan 3) Dosen FT UNM
hasniarptp@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan daun kelor terhadap
kandungan gizi dan daya terima panelis terhadap bakso tempe. Penelitian ini merupakan
penelitian eksprimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi
penambahan daun kelor 2%, 4% dan 6%. Parameter pengamatan; Kadar air, kadar abu, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, betakaroten, dengan uji kesukaan panelis terhadap warna, tekstur,
rasa dan aroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik ditujukan pada perlakuan
penambahan daun kelor 4% lebih disukai panelis dari segi warna, tekstur, rasa dan aroma
dengan kadar air 65.21%, kadar abu 1.59%, kadar protein 9.46%, kadar lemak 0.88%, kadar
karbohidrat 24.19%, kadar kalsium 890 mg, dan kadar betakaroten 756 µg/g dan memenuhi
syarat standar mutu (SNI 01-3818-1995).
Kata Kunci: Bakso Tempe, Daun Kelor, Kandungan Gizi, Sifat Organoleptik
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of adding Moringa leaves to the nutritional content and
acceptability of panelists on tempeh meatballs. This research is an experimental study using a
completely randomized design (CRD) with the concentration of addition of Moringa leaves 2%,
4% and 6%. Observation parameters; Water content, ash content, protein, fat, carbohydrate,
calcium, beta-carotene, with a panelist test of color, texture, taste and aroma. The results showed
that the best treatment was aimed at the treatment of adding 4% Moringa leaves to the panelists
in terms of color, texture, taste and aroma with moisture content 65.21%, ash content 1.59%,
protein content 9.46%, fat content 0.88%, carbohydrate content 24.19%, 890 mg calcium levels,
and beta-carotene levels 756 µg/g and meet quality standard requirements (SNI 01-3818-1995).
Keywords: Meatball Tempe, Moringa Leaves, Nutritional Content, Organoleptic Properties
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S190 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200
Salah satu sumber protein dari nabati Penggunaan tempe menjadi olahan sosis
adalah tempe. Tempe merupakan makanan diharapkan dapat berkembang menjadi
tradisional rakyat Indonesia yang relatif alternatif sajian pangan tersier yang bergizi
murah dan mudah diperoleh. Tempe berasal (Larasati et al, 2017).
dari fermentasi kacang kedelai atau kacang- Daun kelor merupakan salah satu
kacangan lainnya menggunakan ragi tempe. bagian dari tanaman kelor yang telah
Tempe mengandung berbagai nutrisi yang banyak diteliti kandungan gizi dan
diperlukan tubuh seperti protein, lemak, kegunaannya. Daun kelor mengandung zat
karbohidrat dan mineral. Tempe dijadikan gizi yang tinggi yaitu betakaroten, vitamin C,
sebagai sumber protein nabati yang protein, zat besi dan kalsium. Daun kelor
potensial, karena nilai gizinya seimbang biasanya digunakan untuk sayur bening,
dengan sumber protein hewani (Cahyadi, teh, serbuk dan lain-lain. Daun kelor tidak
2006). memiliki nilai jual. Padahal daun kelor
Protein berperan penting dalam memiliki banyak kandungan gizi dan terbukti
pembuatan bakso, karena protein berfungsi secara ilmiah merupakan sumber gizi
sebagai perekat selama pemasakan berkhasiat obat yang kandungannya
sehingga membentuk struktur yang kompak, melebihi kandungan tanaman lainnya. Daun
protein juga berfungsi sebagai emulsifier. kelor diyakini memiliki potensi untuk
Tempe merupakan salah satu alternatif mengatasi kekurangan gizi, kelaparan, serta
sumber protein yang berpotensi untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai
dimanfaatkan sebagai bahan pokok penyakit di seluruh dunia.
pembuatan bakso, sehingga dapat Perkembangan bakso dari masa ke
menambah variasi pengolahan tempe, masa sudah banyak mengalami
meningkatkan nilai gizi serta menambah perkembangan, dari bakso yang original,
variasi jenis bakso yang telah ada, salah ditambahkan sayuran sampai yang diisi.
satu bahan tambahan yang dapat Selain wortel dan rumput laut yang
dikombinasikan dengan tempe dalam ditambahkan dalam pembuatan bakso ada
olahan bakso adalah daun kelor, sehingga alternatif lain yang bisa ditambahkan dalam
dapat meningkatkan nilai tambah dari tempe pembuatan bakso yakni daun kelor. Daun
dengan mengolah menjadi beranekaragam kelor mangandung banyak protein, vitamin
produk yaitu bakso tempe yang dan mineral. Selain menambah nilai gizi dari
dikombinasikan dengan daun kelor. bakso juga meningkatkan potensi dari
Tempe merupakan sumber protein bahan pangan tersebut. Penelitian ini
potensial dari nilai gizi yang seimbang diharapkan dapat menghasilkan produk
protein hewani daging sapi dengan harga bakso yang bernilai gizi tinggi tetapi
relatif murah, ketersediaan melimpah, dan ekonomis karena daun kelor murah, mudah
tekstur yang menyerupai daging. Selain itu, ditemui dan mudah didapatkan.
proses fermentasi menjadikannya memiliki Sebuah penelitian menyatakan,
daya cerna dan asam amino essensial daun kelor dalam bentuk segar
relatif tinggi dibandingkan bahan dasarnya. mengandung vitamin A 6.80 mg empat kali
Namun, selama ini tempe belum mampu lebih banyak dibanding wortel, vitamin C
diangkat menjadi produk yang bergengsi. 220 mg tujuh kali lebih bannyak dibanding
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200 S191
jeruk, vitamin B 423 mg per 100 gram Hasanuddin Makassar pada bulan Mei
bahan, kalsium empat kali lebih banyak dari sampai Oktober 2018.
pada susu (tanpa laktosa) sebesar 440 mg,
kalium 259 mg tiga kali lebih banyak di ALAT DAN BAHAN
banding pisang, besi 0.7 mg dua puluh lima Peralatan yang digunakan dalam
kali lebih banyak dibanding bayam dan penelitian ini yaitu blender daging, kompor,
protein 2711.8 mg dua kali lebih banyak pisau, baskom, sendok, sarung tangan,
dibanding yoghurt yang mudah dicerna dan talenan, panci perebusan dan pengukus,
diasimilasikan oleh tubuh manusia. irus, timbangan digital. Alat pengujian yaitu
(Krisnadi, 2013). Berdasarkan masalah cawan, oven, desikator, bunsen, labu
diatas, maka dianggap perlu untuk kjeldahl 100 ml, labu ukur 100 ml, pipet,
melakukan penelitian tentang analisis soxhlet, spektrofotometri, corong,
kandungan gizi dan uji organoleptik pada erlenmeyer dan kuvet. Bahan yang
bakso tempe dengan penambahan daun digunakan dalam penelitian ini yaitu tempe,
kelor (Moringa oleifera), untuk memperoleh daun kelor segar, tepung tapioka, garam,
produk pangan yang bernilai gizi tinggi dan telur, air es, merica, bawang putih,
menambah variasi jenis bakso yang telah sedangkan bahan pengujian yaitu n-heksan
ada. 97%, HNO₃, HClO₄, HCl, H₂SO₄ 0,02 N,
NaOH 30%.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam PROSEDUR PENELITIAN
penelitian ini adalah untuk mengetahui Prosedur penelitian dilakukan dalam
pengaruh penambahan daun kelor terhadap dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap
kadar gizi dan daya terima pada bakso pelaksanaan. Tahapan persiapan terdiri
tempe. atas persiapan bahan yaitu pemilihan bahan
yang berkualitas dan penimbangan seluruh
METODE PENELITIAN
bahan yang digunakan pada penelitian ini.
Jenis Penelitian sedangkan tahapan pelaksanaan terdiri atas
Penelitian ini merupakan penelitian proses pembuatan bakso tempe.
eksperimen dengan rancangan acak Tahapan Persiapan
lengkap (RAL) dengan memformulasikan
Tahap persiapan yang dilakukan
daun kelor kedalam tiga perlakuan yang
meliputi persiapan seluruh alat dan bahan
dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
yang akan digunakan pada pembuatan
Waktu dan Tempat Penelitian bakso tempe dengan penambahan daun
Penelitian ini dilaksanakan di kelor. Persiapan bahan yaitu pemilihan
Laboratorium Pendidikan Teknologi bahan yang berkualitas dan penimbangan
Pertanian Fakultas Teknik Universitas seluruh bahan yang digunakan pada
Negeri Makassar. Analisis proksimat penelitian ini.
dilaksanakan di Laboratorium Peternakan
Jurusan Peternakan Universitas
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S192 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200 S193
Gambar. 2
Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Tekstur
Gambar. 1
Bakso Tempe Dengan Penambahan Daun
Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna
Kelor
Bakso Tempe Dengan Penambahan Daun
Kelor Tekstur bakso tempe kelor dengan
penambahan daun kelor yang memiliki nilai
Menurut Astawan et al., (2011)
tertinggi diperoleh pada perlakuan
sayuran hijau banyak mengandung pigmen
penambahan daun kelor 2% dengan nilai
klorofil, biasanya terdapat pada daun dan
rata-rata 6,85, sedangkan perlakuan 0%
permukaan batang tanaman. Klorofil bersifat
(kontrol) merupakan perlakuan yang
non polar yaitu tidak larut dalam air tetapi
memperoleh tekstur terendah dengan nilai
larut dalam pelarut organik. Tetapi jika
rata-rata 4,08. Semakin tinggi konsentrasi
gugus fitol dalam dalam klorofil terlepas,
penambahan daun kelor maka tingkat
bisa karena panas, asam, alkali atau enzim
kesukaan panelis terhadap tekstur bakso
maka klorofil akan berubah menjadi klorofilid
tempe kelor akan semakin menurun. Hal ini
yang bersifat larut air.
dikarenakan bakso tempe kelor yang
Tekstur dihasilkan pada perlakuan kontrol hanya
Tekstur merupakan kenampakan dominan pada bahan baku tempenya,
dari luar yang dapat dilihat secara langsung sedangkan untuk perlakuan penambahan
oleh konsumen sehingga akan daun kelor 6% memiliki tekstur yang
mempengaruhi penilaian terhadap daya lembek, hal ini disebabkan oleh jumlah
terima produk tersebut. Tekstur yang baik kandungan kadar air yang tinggi pada daun
dipengaruhi oleh bahan dasar yang kelor.
digunakan. Hasil analisis Duncan tekstur Menurut Soeparno (2005) daya ikat
terhadap bakso tempe kelor dengan air dapat mempengaruhi tekstur,
penambahan daun kelor (Gambar 2) kekenyalan, warna, dan keempukan. Bila air
menunjukkan bahwa setiap perlakuan yang digunakan terlalu banyak maka
memiliki perbedaan sangat nyata. keempukannya juga meningkat.
Rasa
Cita rasa merupakan salah satu
sifat sensori yang penting dalam
penerimaan suatu produk pangan. Hasil
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S194 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200
analisis Duncan rasa terhadap bakso tempe esensial (Krisnadi, 2013). Selain itu, daun
kelor dengan penambahan daun kelor kelor memiliki rasa yang khas karena
(Gambar 3) menunjukkan bahwa setiap kandungan tanin didalamnya. Tanin adalah
perlakuan memiliki perbedaan yang sangat senyawa antinutrisi yang dapat
nyata. Rasa bakso tempe kelor dengan menyebabkan rasa sepat karena saat
penambahan daun kelor yang memiliki nilai dikonsumsi akan terbentuk ikatan silang
tertinggi diperoleh pada perlakuan antara tanin dengan protein atau
penambahan daun kelor 2% dengan nilai glikoprotein di rongga mulut sehingga
rata-rata 7,35 menghasilkan bakso berasa menimbulkan perasaan kering dan berkerut
gurih khas bakso tempe, dan berasa sedikit atau rasa sepat. Tanin berperan dalam
daun kelor sedangkan perlakuan pengerutan dinding sel sehingga
penambahan daun kelor 6% merupakan mengganggu permiabilitas dan
perlakuan 0% (kontrol) yang memperoleh menyebabkan kematian sel bakteri (Jayadi
rasa terendah dengan nilai rata-rata 3,53 et al., 2018). Hal ini sejalan dengan
menghasilkan bakso berasa gurih khas pendapat Foild et al., (2007) dalam Yulianti
bakso dan cukup berasa daun kelor. (2008), yang menyatakan bahwa
Semakin banyak penambahan daun kelor kandungan tannin mampu mengikat protein
maka rasa bakso tempe menjadi agak pahit. adhesin yang dimiliki oleh bakteri sehingga
Hal ini dikarenakan kandungan asam amino merusak ketersediaan reseptor permukaan
pada daun kelor yang berperan sebagai sel bakteri, membentuk kompleks senyawa
salah satu komponen pembentuk aroma irreversible dengan prolin dan menghambat
dan rasa. Rasa pahit disebabkan oleh sintesis protein.
adanya hidrolisis asam-asam amino yang Aroma
terjadi pada proses pemanasan selama
pengolahan. Aroma merupakan suatu zat atau
komponen tertentu yang mempunyai
beberapa fungsi dalam makanan,
diantaranya dapat bersifat memperbaiki dan
membuat produk lebih bernilai. Hasil
analisis Duncan aroma terhadap bakso
tempe kelor dengan penambahan daun
kelor (Gambar 4) menunjukkan bahwa
setiap perlakuan memiliki perbedaan yang
sangat nyata. Aroma bakso tempe kelor
dengan penambahan daun kelor yang
Gambar. 3 memiliki nilai tertinggi diperoleh pada
Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Rasa perlakuan penambahan daun kelor 2%
Bakso Tempe Dengan Penambahan Daun dengan nilai rata-rata 6,59 menghasilkan
Kelor bakso beraroma khas tempe dan sedikit
Daun kelor mengandung 18 asam aroma daun kelor, sedangkan perlakuan
amino yang terdiri dari semua asam amino penambahan daun kelor 0% (kontrol)
esensial dan sepuluh asam amino non merupakan perlakuan yang memperoleh
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200 S195
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S196 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200
untuk berkembang biak sehingga akan kadar abu bahan juga sedikit (Karmila et al.,
terjadi perubahan baik dari segi warna, 2016). Hal ini sesuai dengan pendapat
aroma, rasa dan tekstur. Hal ini disebabkan Aufari (2013), bahwa semakin tinggi kadar
karena semakin rendah kadar air, makin abu dari suatu bahan pangan menunjukkan
lambat pertumbuhan mikroorganisme tingginya kadar mineral dari bahan tersebut.
berkembang biak, sehingga proses Menurut Muchtadi dan Ayustaningwarno
pembusukan akan berlangsung lebih lambat (2010) dalam Aufari (2013), pada umumnya
(Winarno, 2004). mineral tidak terpengaruh oleh adanya
proses pengolahan.
Kadar Abu
Kadar Protein
Abu adalah zat organik dari sisa
hasil pembakaran suatu bahan organik. Protein adalah salah satu senyawa
Penentuan kadar abu ada hubungannya biologis yang tersusun atas satuan asam
dengan mineral suatu bahan. Kadar abu amino. Protein mengandung senyawa
tertinggi dihasilkan dari perlakuan daun organik dengan susunan molekul yang
kelor 6% dengan nilai 1.88% sedangkan kompleks dan terdiri dari unsur-unsur C, H,
perlakuan tampa penambahan daun kelor N, O dan beberapa protein mengandung S
(kontrol) memiliki nilai kadar abu terendah dan P (Putri, 2009). Berdasarkan hasil uji
yaitu 1.38%. Dari nilai kadar abu bakso nilai gizi bahan baku penelitian pada
tempe kelor dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 7, bakso dengan penambahan
Semakin banyak penambahan daun kelor daun kelor 6% mengandung protein sebesar
maka semakin tinggi kadar abu dari bakso 10.76%. Penggunaan bahan baku yang
tempe kelor yang dihasilkan. mengandung protein tinggi akan
menghasilkan produk olahan yang memiliki
kandungan protein yang tinggi, begitu pula
sebaliknya (Peranginangin et al, 2000 dalam
Sumarto dan Rengi, 2014).
Gambar. 6
Kadar Abu Bakso Tempe Dengan
Penambahan Daun Kelor
Kandungan mineral total dalam
Gambar. 7
bahan pangan dapat diperkirakan sebagai
Kadar Protein Bakso Tempe Dengan
kandungan abu yang merupakan residu
Penambahan Daun Kelor
anorganik yang tersisa setelah bahan-bahan
organik terbakar habis, semakin banyak Rata-rata kadar protein bakso
kandungan mineralnya, maka kadar abu tempe kelor yang dihasilkan berkisar antara
menjadi tinggi begitu juga sebaliknya 8.09%-10.76%. Kadar protein terendah
apabila kandungan mineral sedikit maka adalah pada perlakuan kontrol 8.09%, dan
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200 S197
penambahan daun kelor 2% yaitu 8.32%. Protein memiliki fungsi yang baik
kedua perlakuan tersebut belum memenuhi untuk pertumbuhan, pemeliharaan sel, dan
standar mutu kadar protein bakso (SNI 01- pengatur jaringan. Saat cadangan energi
3818-1995) yaitu minimal 9% b/b. dari karbohidrrat tidak mencukupi, protein
Sedangkan pada perlakuan 4% rata-rata juga dapat menjadi pengganti sumber
nilai kadar protein yang dihasilkan adalah energi bagi tubuh (Indria, 2015).
9.46% dan penambahan daun kelor 6% Kadar Karbohidrat
rata-rata nilai kadar protein yang dihasilkan
adalah 10.76% kedua perlakuan tersebut Karbohidrat merupakan salah satu
telah memenuhi standar mutu kadar protein zat gizi makro. Karbohidrat ada yang dapat
bakso (SNI 01-3818-1995) yaitu minimal 9% dicerna oleh tubuh sehingga menghasilkan
b/b. glukosa dan energi, dan ada pula
karbohidrat yang tidak dapat dicerna yang
Kadar Lemak berguna sebagai serat makanan. Analisis
Lemak dan minyak merupakan kadar karbohidrat pada Gambar 9
salah satu golongan lipida. Salah satu khas menunjukkan bahwa perlakuan dengan
dan mencirikan golongan lipida adalah daya konsentrasi penambahan daun kelor 6%
larutnya dalam pelarut organik (seperti adalah perlakuan yang terbaik dengan nilai
ether, benzena, khloroform) atau sebaliknya 27.06% sedangkan perlakuan tanpa
ketidaklarutannya dalam pelarut air. Secara penambahan daun kelor (kontrol) memiliki
umum lemak diartikan sebagai trigliserida nilai kadar karbohidrat terendah yaitu
yang dalam kondisi suhu ruang berada 23.16%.
dalam keadaan padat (Sudarmadji, 1997
dalam Wahyuningsih, 2014). Kadar lemak
bakso tempe kelor dapat dilihat pada
Gambar 8 kadar lemak tertinggi dihasilkan
dari perlakuan penambahan daun kelor 6%
dengan nilai 1.21% sedangkan perlakuan
tampa penambahan daun kelor (kontrol)
memiliki nilai kadar lemak terendah yaitu
0.51%
Gambar. 9
Karbohidrat Bakso Tempe Dengan
Penambahan Daun Kelor
Tingginya kadar karbohidrat yang
terdapat didalam bahan baku yang
digunakan menyebabkan kadar karbohidrat
pada bakso tempe kelor semakin
meningkat. Selain itu, penggunaan bahan
Gambar. 8 seperti tepung tapioka, dan telur dapat
Kadar Lemak Bakso Tempe Dengan meningkatkan kandungan karbohidrat. Hal
Penambahan Daun Kelor ini sesuai dengan pendapat Sunarwati
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S198 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200
Gambar. 10
Kadar Kalsium Bakso Tempe Dengan
Penambahan Daun Kelor
Berdasarkan hasil uji nilai gizi bahan Gambar. 11
baku penelitian pada Tabel 4.6, daun kelor Kadar Betakaroten Bakso Tempe Dengan
mengandung kalsium sebesar 0,440% (440 Penambahan Daun Kelor
mg/100 gram) dan tempe mengandung
kalsium sebesar 0,155% (155 mg/100 KESIMPULAN
gram). Tingginya kadar kalsium yang Kesimpulan pada penelitian ini adalah
terdapat didalam bahan baku yang perlakuan terbaik bakso tempe dengan
digunakan menyebabkan kadar kalsium penambahan daun kelor ditujukan pada
pada bakso tempe dengan penambahan perlakuan penambahan daun kelor 4% lebih
daun kelor semakin meningkat. disukai panelis dari segi warna, tekstur, rasa
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200 S199
dan aroma dengan kadar air 65.21%, kadar Larasati, K., Patang dan Lahming. 2017.
abu 1.59%, kadar protein 9.46%, kadar Analisis Kandungan Kadar Serat
lemak 0.88%, kadar karbohidrat 24.19%, dan Karakteristik Sosis Tempe
kadar kalsium 890 mg, dan kadar dengan Fortifikasi Karagenan serta
betakaroten 756 µg/g dan memenuhi syarat Penggunaan Tepung Terigu
standar mutu (SNI 01-3818-1995). sebagai Bahan Pengikat. Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian,
DAFTAR PUSTAKA Vol. 3 : 67-77.
Andarwulan, N., Kusnandara, F, dan Nurlaela, Lutfiyah dan Ismawati. 2013.
Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Potensi Pangan Lokal Kabupaten
Kencana-Jakarta. Sidoarjo. Reuka Petra Media:
Astawan, M. 2011. Sehat Dengan Tempe. Surabaya.
Panduan Lengkap Menjaga Nurlaila., Sukainah, A dan Amiruddin. 2016.
Kesehatan dengan Tempe. Dian Pengembangan Produk Sosis
Rakyat, Bogor. Fungsional Berbahan Dasar Ikan
Aufari, 2013. Tingkat Kekenyalan, Daya Tenggiri (Scomberomorus Sp) dan
Mengikat Air, Kadar Air dan Tepung Daun Kelor (Moringa
Kesukaan Pada Bakso Sapi dengan Oleifera L). Jurnal Pendidikan
Subtitusi Jantung Sapi. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 2 : 105-
Peternakan Vol. 2 No. 1. 113.
Cahyadi W. 2006. Analisis dan Aspek Putranto, Hilman Fadhli., Andi Nur Asikin,
Kesehatan Bahan Tambahan Indrati Kusumaningrum. 2015.
Pangan. Jakarta : Bumi Aksara. Karakterisasi Tepung Tulang Ikan
Belida (Chitala Sp.) Sebagai
Indria. 2015. Makanan Sehat. Indonesia
Sumber Kalsium dengan Metode
Publishing House. Bandung.
Hidrolisis Protein. Jurnal. Ziraa’ah,
Jayadi, F., Sukainah A, dan Rais, M. 2018. Vol. 40, No. 1, Februari 2015, Hal.
Pemanfaatan Tepung Daun 11-20, ISSN: 2355-3545.
Mangrove Jeruju (Acanthus Samarinda: Fakultas Perikanan dan
ilicifolius) sebagai Pengawet Alami Ilmu Kelautan. Universitas
Bakso Ayam. Jurnal Pendidikan Mulawarman.
Teknologi Pertanian Vol. 4: 1- 13.
Putri, A. F. E. 2009. Sifat Fisik dan
Krisnadi, A Dudi. 2013. Kelor Super Nutrisi. Organoleptik Bakso Daging Sapi
E-Book Edisi Revisi Maret 2013. Pada Lama Postmortem yang
Pusat Informasi dan Berbeda dengan Penambahan
Pengembangan Tanaman Kelor Karagenan. Skripsi. Fakultas
Indonesia Lembaga Swadaya Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Masyarakat–Media Peduli
Sari, K, P., Jamaluddin, P dan Sukainah, A.
Lingkungan (LSM-Mepeling). Blora.
2016. Fortifikasi Tempe Berbahan
Dasar Kedelai dan Biji Nangka.
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S200 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 April Suplemen (2019) : S189 – S200
Jurnal Pendidikan Teknologi Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Pertanian, Vol. 2 : 16-26. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi
Daging. Gadjah Mada Universitas Yulianti, Hasri. 2008. Pengaruh Ekstrak
Press. Yogyakarta. Daun Kelor Terhadap Peningkatan
Kadar Hemoglobin pada Remaja
Sumarto dan Rengi, Pareng. 2014.
Putri di SMU Muhammadiyah
Pengembangan Penerapan
Kupang. Tesis. Makassar: Program
Produksi Bersih Hasil Pengolahan
Studi Kebidanan. Program
Perikanan Berbasis Ikan Patin.
Pascasarjana Universitas
Jurnal. Pusat Penelitian Lingkungan
Hasanuddin.
Hidup, Universitas Riau. Pekanbaru:
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Riau.
Sunarwati, Dwi Asih. 2011. Pengaruh
Substitusi Tepung Sukun Terhadap
Kualitas Brownies Kukus. Skripsi.
Semarang: Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Semarang.
SNI. 1995. Syarat Mutu Bakso dan
Formulasi Bakso (SNI 01-3818-
1995). Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Syamsuddin, N., Lahming dan Wiharto.
2015. Analisis Kesukaan Terhadap
Karakteristik Olahan Nugget yang
Disubtitusi dengan Rumput Laut
dan Tepung Sagu. Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian,
Vol. 1 : 1-11.
Wahyuningsih, Sri. 2014. Komposisi
Proksimat, Tingkat Kekerasan dan
Daya Terima Brownies yang dibuat
dengan Menggunakan Jenis Telur
yang Berbeda. Jurnal. Surakarta:
Fakultas Ilmu Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858