)
TERHADAP KADAR PROTEIN, KADAR SERAT, DAN SIFAT
ORGANOLEPTIK BAKSO DAGING AYAM PETELUR AFKIR
SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG,2019
1
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG PEGAGAN (Centella asiatica L.)
TERHADAP KADAR PROTEIN, KADAR SERAT, DAN SIFAT
ORGANOLEPTIK BAKSO DAGING AYAM PETELUR AFKIR
SKRIPSI
Oleh :
Sarjana Peternakan
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG,2019
2
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG PEGAGAN (Centella asiatica L.)
TERHADAP KADAR PROTEIN, KADAR SERAT, DAN SIFAT
ORGANOLEPTIK BAKSO DAGING AYAM PETELUR AFKIR
ABSTRAK
3
I.PENDAHULUAN
mudah rusak. Bintoro (2008) menyatakan bahwa daging adalah hewan yang telah
disembelih dan bagian-bagiannya kecuali kulit, tanduk dan kuku, hewan atau
sehingga sangat baik dikonsumsi oleh manusia. Seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada, daging banyak diolah menjadi produk
Salah satu olahan daging yang banyak digemari saat ini adalah bakso yang
terbuat dari daging sapi. Harga daging sapi yang tinggi membuat harga bakso
yang ada dipasaran menjadi cukup tinggi. Untuk mensiasati harga daging sapi
yang tinggi, maka perlu diciptakan bakso yang harganya lebih murah dengan
memanfaatkan daging ayam dan daging ayam petelur afkir sebagai alternatif lain
menurun pada umur 24 bulan, diumur tersebut ayam petelur diafkir dan
dimanfaatkan dagingnya sebagai daging potong. Daging dari ayam petelur afkir
memiliki kekurangan yaitu dagingnya yang alot. Karena dagingnya yang alot
4
struktural pokok dalam jaringan ikat. Jumlah dan kekuatan kolagen dapat
meningkat sesuai dengan umur, oleh karena itu ternak yang lebih tua akan
menghasilkan daging yang cenderung lebih alot daripada ternak yang lebih muda
Upaya yang dapat dilakukan agar daging ayam afkir menjadi lebih lunak
Bakso yang berasal dari daging hewani tidak banyak mengandung serat
pangan, padahal serat pangan sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga
sebanyak 10-30% dari berat daging (Wibowo, 2000). Tepung yang biasanya
merupakan salah satu hasil olahan dari ubi kayu. Menurut Soemarno (2007), dari
kandungan protein tepung tapioka yang cukup rendah maka penggunaannya dapat
disubstitusi atau ditambahkan dengan bahan yang mengandung serat dan protein
yang lebih tinggi, salah satunya yaitu tepung pegagan. Menurut penelitian
Adelianda (2017) pegagan memiliki kadar serat kasar sebanyak 8,89%. Dari
5
NonRuminansia Fakultas Peternakan Universitas Andalas didapatkan bahwa
menurut Badan POM adalah pangan yang secara alamiah maupun telah melalui
penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen.
Selain itu, bahan tersebut tidak memberikan kontradiksi dan tidak menimbulkan
efek samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat
merupakan salah satu tanaman obat yang dikenal dalam literatur India memiliki
aktivitas terhadap sistem saraf pusat, sebagai tonik saraf, penguat daya ingat dan
6
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuniar (2012)
antioksidan, sifat kekenyalan, dan sifat organoleptik pada bakso daging sapi.
protein, iodium, antioksidan, sifat kekenyalan, dan sifat organoleptik pada bakso
daging sapi.
asiatica l. urban) terhadap daya terima dan mutu kerupuk dapat disimpulkan
lemak, kadar abu, serat kasar, kadar asam asiatik. Formulasi terbaik diperoleh
Asiatica L.) Terhadap Kadar Protein, Kadar Serat, dan Sifat Organoleptik
pegagan terhadap kadar protein, kadar serat, dan sifat organoleptik bakso daging
7
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengetahui pengaruh substitusi tepung
pegagan terhadap kadar protein, kadar serat, dan sifat organoleptik pada bakso
menghasilkan produk bakso daging ayam petelur afkir dengan nilai gizi yang
lebih baik dan dapat mengurangi biaya produksi mengingat pegagan dapat ditemui
secara liar.
1.5 Hipotesis
daging ayam afkir dapat berpengaruh menigkatkan kadar protein serta kadar serat,
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pegagan ini berasal dari Asia tropik, menyukai tanah yang agak lembab, cukup
sinar atau agak terlindung serta dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai
dengan dataran dengan ketinggian 2.500 meter dpl (Januwati dan Yusron 2004).
Suku Apiaceae, Marga Centella, Jenis Centella asiatica (L.) Urban. Nama daerah
atau lokalnya adalah pegagan (Jakarta), antanan (Sunda), daun kaki kuda
Selain di Indonesia pegagan juga dikenal di India dan Sri Lanka dengan
nama Gotu Kola dan di Cina dikenal dengan nama Ji Xue Cao yang digunakan
Asiatique dan sudah ditetapkan sebagai tanaman obat sejak tahun 1884. Pegagan
di berbagai negara sudah secara turun temurun digunakan sebagai obat tradisional
9
Pegagan berbentuk herba tahunan yang aromatik. Batangnya sangat
pendek dari batang tumbuh geragih atau stolon yang melata di permukaan tanah
dengan panjang 10-50 cm. Daun tunggal, tersusun dalam bentuk roset yang terdiri
panjangnya sampai 40 cm. Selain daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan
garis tengah sampai 10 cm, pinggir daun beringgit dan bergerigi. Pangkal dari
tangkai daun melekuk ke dalam dan melebar seperti pelepah. Tulang daun menjari
dan akar bercabang. Bunga berbentuk payung tunggal, biasanya tersusun dari 3
bunga. Tangkai bunga panjangnya 5-50 mm, lebih pendek dari tangkai daun.
Daun pelindung berjumlah 2 dan panjangnya 3-4 mm berbentuk telur (BPOM RI,
2010).
daya ingat bagi orang-orang yang mengalami kemunduran fungsi otak dan daya
ingat. Pegagan merupakan tumbuhan sejenis dengan Ginko biloba, bahkan lebih
10
meningkatkan kemampuan mental, meningkatkan IQ, dan meningkatkan
kemampuan saraf memori. dalam ilmu farmasi ia dikenal juaga sebagai Folia
ginjal serta radang saluran kencing. Pegagan di timur jauh Eropa digunakan untuk
penyakit Lepra dan TB dengan cara mengikis zat semacam lilin yang melindungi
bakteri sehingga bersamaan dengan obat akan lebih mudah untuk membasmi
orang yang menderita kepikunan. Pegagan besifat sebagai Brain Tonic dan karena
mengembalikan kemampuan otak dan daya ingat, pegagan juga kaya akan
antioksidan. Pegagan pun dikenal untuk revitalisasi sel tubuh dan kesuburan
(Suryo, 2010).
fitokimia seperti: triterpenoid, saponin, flavonoid, tanin, steroid dan glikosida. Zat
11
aktif yang terdapat dalam pegagan adalah antara lain asiatikosida, asam asiatik,
Kandungan kimia yang terdapat pada pegagan yang lain yaitu asiaticoside,
kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi mengandung fosfor, minyak atsiri
(1%), pektin (17.25%), asam amino dan vitamin (Santa dan Bambang 1992;
Tabel 1. Kandungan Gizi per 100 gram Daun Pegagan Segar dan Kering
Kandungan Gizi (% b/b) (% b/k)
Air 79,63
Protein 4,58 22,5
Lemak 1,29 6,3
Abu 2,45 12,0
Karbohidrat 12,05 59,2
Asam asiatik 0,66 3,2
Vitamin C (mg) 79,14 388,5
β-karoten (ppm) 88,76 435,7
Fe (mg) 43,26 212,4
Ca (mg) 1994,28 9.790,3
Se (mcg) 4,55 22,3
Sumber: Pramono (1992); Arsyaf (2012)
13,99 %.
12
Pada penelitian Adelianda,dkk (2017) tentang penambahan pegagan
(Centella asiatica L.) terhadap daya terima dan mutu kerupuk dapat disimpulkan
lemak, kadar abu, serat kasar, kadar asam asiatik. Formulasi terbaik diperoleh
pada bakso daging sapi. Sedangkan pemberian kombinasi daun pegagan dan
nyata terhadap kandungan protein, iodium, antioksidan, sifat kekenyalan, dan sifat
khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah dari ayam hutan
yang telah didomestikasi dan diseleksi sehingga bertelur cukup banyak. Arah
seleksi ayam hutan ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi
dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari seleksi tadi DRF adalah ayam
yang sebenarnya bukan tipe pedaging, tetapi dijadikan sebagai ayam penghasil
daging berasal dari ayam petelur yang diafkir, cacat atau produktivitasnya turun.
Mutu daging ayam cull umumnya lebih rendah dari ayam ras karena sudah tua
dan ukurannya tidak seragam serta jumlah ternaknya sedikit (Muchtadi, dkk.,
2011). Ayam petelur afkir adalah ayam betina petelur dengan produksi telur
13
rendah sekitar 20 sampai 25% pada usia sekitar 96 minggu (Gillespie and
Flanders, 2010).
Daging ayam petelur afkir memiliki tekstur yang kasar, alot dan juicy.
Tekstur merupakan ukuran ikatan-ikatan serabut otot yang dibatasi oleh septum-
septum perimiseal jaringan ikat yang membagi otot secara longitudinal. Tekstur
otot dibagi menjadi dua kategori yang tekstur kasar dengan ikatan-ikatan serabut
yang besar dan tekstur halus. Tingkat kekasaran tekstur meningkat seiring
bertambahnya umur (Soeparno, 2005). Ayam petelur afkir mengandung air 56%,
protein 25,4% sampai 31,5% dan lemak 1,3 sampai 7,3%. Kandungan nutrisi
daging petelur afkir tidak jauh berbeda dengan daging broiler, namun demikian
ayam petelur afkir memiliki kelemahan yaitu dagingnya keras dan liat
protein struktural pokok dalam jaringan ikat. Jumlah dan kekuatan kolagen dapat
meningkat sesuai dengan umur, oleh karena itu ternak yang lebih tua akan
menghasilkan daging yang cenderung lebih alot daripada ternak yang lebih muda
2.4 Bakso
bakso daging adalah produk olahan daging yang dibuat dari daging hewan ternak
yang dicampur pati dan bumbu-bumbu, dengan atau tanpa penambahan bahan
pangan lainnya, dan atau bahan tambahan pangan yang diizinkan, yang berbentuk
14
Menurut Astawan (2004), kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas
daging, jenis tepung yang digunakan, perbandingan banyaknya daging dan tepung
yang digunakan untuk membuat adonan, dan pemakaian jenis bahan tambahan
kualitas bakso segar. Penggunaan daging yang berkualitas tinggi dan tepung yang
baik disertai dengan perbandingan tepung yang besar dan penggunaan bahan
tambahan makanan yang aman serta cara pengolahan yang benar akan dihasilkan
produk bakso yang berkualitas baik. Bakso yang berkualitas baik dapat dilihat dari
tekstur, warna dan rasa. Teksturnya yang halus, kompak, kenyal dan empuk.
Halus yaitu permukaan irisannya rata, seragam dan serat dagingnya tidak tampak.
(2012) adalah daging sapi, tepung tapioka 15% dari berat daging, garam
2%, bawang putih 2,5%, merica halus 0,8%, es batu 20%, MSG 1% dan
karaginan.
15
tahap agar diperoleh adonan yang lembut. Bumbu (bawang putih, garam halus dan
terbentuk kemudian direbus di dalam panci berisi air panas. Perebusan dilakukan
16
III MATERI DAN METODE
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daging ayam petelur afkir
sebanyak 2000 gram yang berasal dari peternakan H. Lukman, Tanjung Aur,
Lubuk Minturun, Kota Padang. Adapun bahan tambahan yang digunakan adalah
tepung tapioka cap tani sebanyak 360 gram dan daun pegagan (Centella asiatica
merupakan 20% dari berat daging, bawang putih yang sudah dihaluskan 2%,
merica bubuk 1%, garam 2%, serutan es 15% dari berat daging. Bahan kimia yang
dan blender. Alat yang digunakan untuk analisis yaitu labu kjeldahl, corong, labu
destilasi, alat penyuling, gelas piala 250 ml, busen, pipet gondok, labu ukur 500
ml, mikro buret, Erlenmeyer 500 ml, saring Whatman dan alat-alat untuk uji
organoleptik.
Perlakuan penambahan tepung pegagan dan tepung tapioka yang diberikan adalah
sebagai berikut :
17
A : 0% tepung pegagan
B : 1% tepung pegagan
C : 2% tepung pegagan
D : 3% tepung pegagan
E : 4% tepung pegagan
Multiple Range Test (DMRT) jika terdapat perbedaan antara perlakuan ( Steel dan
Torrier, 1991). Model matematis (lineal) dan rancangan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Yij = μ + πi + ∑ij
Keterangan :
18
μ : Nilai tengah Umum
amonia oleh asam sulfat, selanjutnya amonia bereaksi dengan kelebihan asam
larutan dijadikan basa dengan NaOH. Amonia yang diuapkan akan diikat dengan
dengan titrasi menggunakan larutan baku asam. Sampel ditimbang sebanyak 0,1-
0,5 g, dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 mL, ditambahkan dengan 1/4 buah
tablet, kemudian didekstruksi sampai larutan menjadi hijau jernih dan SO2 hilang.
19
dalam larutan 10 ml asam borat 3% dan beberapa tetes indikator (larutan
bromcresol green 0,1% dan 29 larutan metil merah 0,1% dalam alkohol 95%
metil merah) kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai larutan
berubah warnanya menjadi merah muda. Penentuan kadar protein dihitung dengan
W : berat sampel (g) Kadar protein dinyatakan dalam satuan g/100 g sampel
dalam Erlenmeyer 500 ml. kemudian ditambahkan asam sulfat 0.325 N sebanyak
100 ml. Setelah itu campuran sampel dan asam sulfat direfluks selama 30 menit,
20
K2SO4 10% sebanyak 25 ml. residu dalam kertas saring kemudian dikeringkan
dalam oven suhu 105°C selama 2 jam. Sampel selanjutnya dimasukkan dalam
(2014) dengan metode hedonik dan dinilai secara sensorik oleh panelis yang tidak
agak terlatih sebanyak 5 orang dari dosen dan akademisi Program Studi Teknologi
a) Blanko atau kartu penilaian yang akan diisi oleh panelis disediakan
terlebih dahulu.
Skor 4 : Suka
21
Skor 2 : Agak tidak suka
Berpedoman dari Pramuditya dan Yuwono (2014) hasil dari uji hedonik
ditabulasikan dalam tabel dan kemudian dilakukan analisis Anova (sidik ragam).
2006)
22
Daun pegagan dicuci dengan
air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang
melekat pada daun pegagan.
Menghasilkan tepung
pegagan.
Gambar 2. Diagram alir pembuatan tepung pegagan.
Sumber : Modifikasi Saripudin, 2006.
1) Daging ayam afkir dipisahkan dari lemak dan dicincang kemudian digiling
hingga halus. Jumlah daging yang dibutuhkan sebanyak 100 gram untuk
2) Es batu sebanyak 300 gram dan bumbu yang terdiri dari bawang putih
5) Cetak adonan.
23
6) Adonan yang sudah dicetak, direbus dengan air mendidih suhu 100° C
selama 15 menit.
7) Bakso yang sudah matang akan mengapung, kemudian angkat bakso yang
24
Daging ayam petelur afkir
sebanyak 2 kilogram digiling
hingga halus.
Es batu sebanyak 300 gram dan bumbu yang terdiri dari bawang
putih halus sebanyak 40 gram, merica halus 20 gram, garam 20
gram.
A : 0% tepung pegagan
B : 1% tepung pegagan
C : 2% tepung pegagan
D : 3% tepung pegagan
E : 4% tepung pegagan
E
Direbus dalam air mendidih dengan suhu 100°C
selama 15 menit
25
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan kadar protein bakso daging ayam petelur afkir dengan penambahan tepung
Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar protein bakso ayam petelur
pegagan 0% yaitu 32,82% dan kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan E
pengaruh yang berbeda nyata (P>0.05) terhadap perlakuan E tetapi tidak berbeda
nyata dengan perlakuan C dan D. Hal ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi
Peningkatan kadar protein pada bakso ayam petelur afkir dengan penambahan
tepung pegagan disebabkan oleh tepung pegagan mempunyai kadar protein yaitu
kadar air yang lebih rendah dibandingkan pegagan segar, Pramono (1992); Arsyaf
27
(2012) menyatakan kadar air pegagan segar 79,63%. Menurut Anggraini (2014)
kadar air tepung pegagan adalah 4,05%. Perbandingan kadar air pada tepung
protein tiap perlakuan sudah memenuhi standar nasional bakso yang ditentukan.
Rataan kadar serat bakso daging ayam petelur afkir dengan penambahan
Hasil Tabel 7 menunjukkan rataan kadar serat bakso daging ayam petelur
afkir berkisar antara 9,33 sampai 15,35. Rataan kadar serat tertinggi terdapat pada
pada perlakuan A dengan penambahan tepung pegagan 0%. Hasil analisis ragam
memberikan pengaruh terhadap kadar serat bakso daging ayam petelur afkir. Hasil
uji lanjut Duncan yang terdapat pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa perlakuan
28
A, B, C, D tidak berbeda nyata, E berpengaruh nyata pada perlakuan A, B, C
Perlakuan E mempunyai kadar serat yang paling tinggi yaitu 15,35% ini
Semakin tinggi penambahan tepung pegagan yang diberikan maka kadar serat
(2017) mengatakan bahwa kadar serat kasar pada daun pegagan sebesar 8,89%.
oleh perbedaan metode analisis yang digunakan, jenis pegagan, dan tempat
kandungan kimia tanaman pegagan salah satunya dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti kesuburan tanah, kecukupan air, kelembaban udara, dan intensitas
cahaya matahari yang didapat pada daerah tersebut. Perbedaan ini biasanya
dibandingkan perlakuan yang lain yakni sebanyak 9,33% hal ini disebabkan
perlakuan A berasal dari penambahan tepung tapioka serta bumbu seperti merica
dan bawang putih. Karena daging tidak memiliki serat. Dalam 100 g daging ayam
29
4.3 Sifat Organoleptik
4.3.1 Warna
Tabel 8. Rataan Daya Organoletik Warna Bakso Daging Ayam Petelur Afkir
Perlakuan Rataan
A 3,12a
B 2,92ab
C 3,16a
D 2,20c
E 2,40bc
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05).
Rataan nilai organoleptik skala hedonik warna bakso ayam petelur afkir
2,20 sampai 3,16. Rataan skala hedonik tertinggi ada pada perlakuan C dengan
penambahan 3%.
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai skala hedonik warna bakso daging
ayam afkir yang dihasilkan. Hasil uji lanjut duncan pada lampiran 3 menunjukkan
dan reaksi meillard gula-gula pereduksi dengan asam amino. Warna pada bakso
ayam petelur afkir dengan penambahan tepung pegagan dipengaruhi oleh zat tanin
dan klorofil pada daun pegagan, sehingga semakin banyak pegagan yang
ditambahkan maka bakso pegagan memiliki warna hijau semakin gelap. Menurut
30
Lestari et al. (2013) tanin merupakan zat pewarna yang menimbulkan warna
cokelat atau kecokelatan. Klorofil yang berwarna hijau dapat berubah menjadi
magnesium).
4.3.2 Rasa
Tabel 9. Rataan Daya Organoletik Rasa Bakso Daging Ayam Petelur Afkir
Perlakuan Rataan
A 2,96a
B 2,28b
C 2,40ab
D 2,64ab
E 2,44ab
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05).
Berdasarkan tabel 9. Rataan rasa bakso ayam petelur afkir berkisar antara
2,28-2,96 dimana rataan rasa bakso ayam petelur afkir tertinggi terdapat pada
memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) terhadap rasa bakso ayam
petelur afkir. Hasil uji lanjut duncan pada lampiran 4 menunjukkan bahwa
perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, tetapi tidak berbeda nyata dengan
panelis terhadap rasa bakso ayam petelur afkir pada perlakuan A disebabkan
31
karena tidak adanya penambahan tepung pegagan,sehingga bakso yang dihasilkan
namun tidak begitu dominan. Pada daun pegagan memiliki rasa pahit dan sepat
hidrokotilina (Sing et al, 2010). Rasa adalah faktor yang mempengaruhi nilai
penerimaan seseorang terhadap suatu makanan. Rasa bakso ayam petelur afkir
Penenerimaan panelis terhadap rasa dipengarui oleh beberapa faktor antara lain
senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa lainnya
(Winarno,1997).
4.3.3 Aroma
Tabel 10. Rataan Daya Organoletik Aroma Bakso Daging Ayam Petelur Afkir
Perlakuan Rataan
A 2,92a
B 2,36ab
C 2,52ab
D 2,40ab
E 2,04b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05).
Berdasarkan tabel 10. Rataan aroma bakso ayam petelur afkir berkisar
antara 2,04-2,92 dimana rataan rasa bakso ayam petelur afkir tertinggi terdapat
2,96 yang berarti cenderung disukai oleh panelis. Sedangkan rataan terendah
32
Hasil analisis keragaman ( lampiran 5) menunjukkan bahwa penambahan
tepung pegagan memberikan pengaruh terhadap aroma bakso ayam petelur afkir.
Hasil uji lanjut duncan pada lampiran 4 menunjukkan bahwa perlakuan A berbeda
nyata dengan perlakuan E, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, C, dan
D.
yang dihasilkan merupakan aroma asli dari bakso yang belum dipengaruhi oleh
tepung pegagan. Berdasarkan penelitian aroma harum khas bakso ayam pada
bakso ayam afkir ditimbulkan oleh ayam segar yang digunakan dalam pembuatan
bakso ayam afkir. Aroma adalah bau khas yang di keluarkan dari suatu makanan
makan. Bau atau aroma dapat digunakan sebagai tanda baik atau tidaknya suatu
dari bahan dan teknik pemasakannya. Hal ini juga dijelaskan oleh Budi (2013:24)
bahwa bakso yang berkualitas beraroma segar khas bakso, yaitu aroma daging
segar.
4.3.4 Tekstur
afkir. Rataan organoleptik tekstur bakso ayam peteluar afkir dengan penambahan
33
Tabel 11. Rataan Daya Organoletik Tekstur Bakso Daging Ayam Petelur Afkir
Perlakuan Rataan
A 3,04a
B 2,68ab
C 3,00ab
D 2,40b
E 2,60ab
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05).
sampai 4% berkisar antara 2,40 sampai 3,04. Rataan nilai uji hedonik organoleptik
tekstur bakso tertinggi ada pada perlakuan A dengan penambahan tepung pegagan
0% dan terendah ada pada perlakuan D dengan penambahan tepung pegagan 3%.
petelur afkir disebabkan pengaruh kualitas tepung pegagan dalam mengikat air,
semakin tinggi kualitas tepung pegagan semakin baik pula daya ikat airnya,
menurut hasil analisis Adelianda.,dkk (2017) mengatakan bahwa kadar air pada
daun pegagan sebesar 85,46%. Serat kasar juga mempengaruhi tekstur bakso
menurut Muchtadi (2001) bahwa serat berfungsi mengikat air. Serat menyebabkan
tekstur bakso semakin padat pada perlakuan D dan E yaitu penambahan tepung
pegagan sebanyak 3% dan 4%. Hal ini bertentangan dengan pendapat Wibowo
(2003) dimana kriteria mutu tekstur bakso daging adalah tekstur kompak,elastis,
34
kenyal, tetapi tidak liat atau membal, tidak lembek, tidak basah, dan tidak rapuh.
Oleh sebab itu semakin banyak penambahan tepung pegagan maka tekstur bakso
35
DAFTAR PUSTAKA
Ambika. D., Arun Raj GR, Shailaja U, Rao P.N, Santhosh. KCN. 2014. Study on
the efficacy of Centella asiatica Linn. on borderline intelligence of 5th
standard students of a rural area in Southern India. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry. 2014; (2)5, 120-122.
Badan POM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Edisi I, Direktorat Obat
Asli Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia,Jakarta, hal 30-31.
Januwati, M., S. Sudiatso dan S.W. Andriani. 2002. Pengaruh Dosis Pupuk
Kandang dan Tingkat Populasi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Pegagan (Centella asiatica (l.) Urban) di bawah Tegakan Kelapa (Cocos
nucifera l). Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No. 2,
Juli 2002.
36
Lasmadiwati. 2004. Pegagan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mountney G. J. dan G. R. Parkhurst. 1995. 3rd ed. Poultry Product Technology.
The Haworth Press, Inc. New York.
Steel, C.J. dan J.H. Torrie.1991. Prinsip dan Prosedur Statistik. PT. Gramedia.
Jakarta.
Suryo, J. 2010. Herbal Penyembuhan Impotensi dan Ejakulasi Dini. Yogyakarta:
Tien R. Muchtadi, Sugiono, dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2011. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung. 48-49.
Usmiati dan Prianti. 2012. Sifat Fisiko-Kimia dan Palatabilitas Bakso Daging
Kerbau. Lokal Karya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung
Program Kecukupan Daging Sapi.
AOAC. 2005. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical
Chemists. Benjamin Franklin Station, Washington.
Vohra, K. 2011. An Insight on Centella asiatica Linn.: A Review on Recent
Research. Pharmacologyonline. 2: 440-462.
Wibowo, Singgih. 2000. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Winarto, W.R dan Maria Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
37
Yuniar. 2012. Pengaruh Daun Pegagan (Centella Asiatica L.) dan Rumput Laut
(Eucheum Cottonii) Terhadap Kandungan Protein, Iodium, Antioksidan,
Sifat Kekenyalan, dan Sifat Organoleptik Pada Bakso Daging
/Sapi.Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Jawa Timur.
38
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Kadar Protein Bakso Ayam Petelur Afkir dengan Penambahan
Tepung Pegagan.
Perlakuan
Ulangan A B C D E
1 32,52 36,53 44,60 38,66 40,60
2 36,32 31,60 32,79 37,21 37,24
3 32,31 40,54 35,06 38,14 47,99
4 30,13 35,57 35,27 36,09 42,74
Rataan 32,82 36,06 36,93 37,52 42,14
39
Kadar Protein
Homogeneous Subsets
HASIL
Duncan
Subset
PERLAKUAN N 1 2
A 4 32.824975
B 4 36.064600
C 4 36.935800 36,935800
D 4 37.529225 37.529225
E 4 42.147650
Sig. .119 .078
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 13,822.
40
Lampiran 2. Data Kadar Serat Bakso Ayam Petelur Afkir dengan Penambahan
Tepung Pegagan.
Perlakuan
Ulangan A B C D E
1 10,45 9,93 9,09 7,54 19,69
2 9,59 8,72 11,36 16,12 14,25
3 6,93 12,87 7,44 15,27 12,03
4 10,34 8,58 12,76 13,13 15,42
Rataan 9,33 10,02 10,16 13,02 15,34
41
serat pangan
Homogeneous Subsets
HASIL
Duncan
Subset
PERLAKUAN N 1 2
A 4 9.331000E0
B 4 1.002980E1
C 4 1.016708E1
D 4 1.302130E1 1.302130E1
E 4 1.534852E1
Sig. .098 .248
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 7,502.
Superskrip Ab Bb Cb Dab Ea
42
Lampiran 3. Data Penelitian Organoleptik Warna Bakso Ayam Petelur Afkir
dengan Penambahan Pegagan.
Perlakuan
Ulangan A B C D E
1 1 4 3 2 3
2 1 2 3 2 3
3 4 3 3 2 4
4 5 3 4 2 1
5 3 2 3 2 2
6 1 3 4 2 1
7 2 3 4 2 4
8 4 2 2 2 2
9 5 3 3 2 2
10 1 4 4 2 4
11 5 3 2 2 1
12 1 4 4 2 3
13 3 4 4 2 4
14 4 3 3 2 1
15 3 1 2 2 2
16 3 3 4 2 1
17 4 3 3 2 2
18 3 3 3 2 3
19 1 3 4 2 5
20 3 1 1 2 1
21 5 3 3 2 3
22 5 4 3 2 1
23 4 3 4 2 3
24 3 3 4 2 2
25 4 3 2 2 2
Rataan 3,12 2,92 3,16 2,2 2,4
43
ANOVA
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
warna Between
18.960 4 4.740 3.847 .006
Groups
Within Groups 147.840 120 1.232
Total 166.800 124
aroma Between
10.112 4 2.528 1.678 .160
Groups
Within Groups 180.800 120 1.507
Total 190.912 124
rasa Between
7.088 4 1.772 1.542 .194
Groups
Within Groups 137.920 120 1.149
Total 145.008 124
Between
7.408 4 1.852 1.816 .130
Groups
tekstur
Within Groups 122.400 120 1.020
Total 129.808 124
Warna
Duncan
44
Lampiran 4. Data Penelitian Organoleptik Aroma Bakso Ayam Petelur Afkir
dengan Penambahan Pegagan.
Perlakuan
Ulangan A B C D E
1 4 4 4 5 5
2 4 3 3 4 4
3 3 3 3 3 3
4 1 1 1 1 1
5 4 1 4 2 1
6 1 1 1 1 1
7 3 3 2 1 3
8 4 3 3 3 3
9 1 1 1 1 1
10 3 3 3 4 1
11 4 1 3 4 1
12 1 3 4 5 2
13 4 3 2 2 2
14 4 3 1 3 1
15 5 5 4 3 1
16 4 2 2 3 2
17 4 1 3 1 3
18 3 1 2 3 1
19 1 1 1 1 2
20 1 4 5 3 3
21 3 2 3 1 3
22 3 3 3 2 2
23 1 1 1 1 3
24 4 3 2 2 1
25 3 3 2 1 1
Rataan 2,92 2,36 2,52 2,4 2,04
45
Duncan Aroma
46
Lampiran 5. Data Penelitian Organoleptik Rasa Bakso Ayam Petelur Afkir
dengan Penambahan Pegagan.
Perlakuan
Ulangan A B C D E
1 1 3 1 4 1
2 4 2 2 3 3
3 3 1 2 4 2
4 1 3 3 4 2
5 3 2 1 3 1
6 2 1 2 1 1
7 4 1 3 1 2
8 3 1 2 1 2
9 3 1 2 4 4
10 3 1 2 1 3
11 5 3 3 1 2
12 1 1 1 1 3
13 4 2 3 4 3
14 3 4 3 3 1
15 1 2 3 1 1
16 3 3 3 3 4
17 3 2 2 2 2
18 4 3 2 3 2
19 5 2 1 4 3
20 3 3 4 3 4
21 3 2 3 3 3
22 2 4 4 4 4
23 3 4 1 2 3
24 4 3 3 2 2
25 3 3 4 4 3
Rataan 2,96 2,28 2,4 2,64 2,44
Duncan Rasa
47
Lampiran 6. Data Penelitian Organoleptik Tekstur Bakso Ayam Petelur Afkir
dengan Penambahan Pegagan.
Perlakuan
Ulangan A B C D E
1 4 1 2 3 3
2 3 2 2 2 2
3 3 1 3 3 4
4 3 4 4 5 3
5 3 1 2 4 3
6 1 3 2 1 1
7 4 1 1 1 2
8 3 3 4 2 4
9 4 2 3 1 4
10 3 3 2 1 2
11 4 3 3 2 2
12 1 2 4 1 3
13 4 4 4 3 3
14 4 4 3 2 2
15 2 2 2 1 2
16 2 3 4 3 2
17 3 2 3 3 3
18 4 3 4 4 3
19 2 4 3 2 1
20 3 3 3 2 2
21 4 4 4 4 4
22 2 2 4 4 4
23 3 4 3 3 3
24 3 4 3 1 1
25 4 2 3 2 2
Rataan 3,04 2,68 3 2,4 2,6
48
Tekstur
Duncan
49
50