Anda di halaman 1dari 8

SCB1603402 PTA

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 2018/2019

Drs. IMAM SANTOSO, M.Phil

Dra. SITARESMI, M.Sc

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

ANALISIS KOLIFORM

NAMA : ENGGIT GLORY

NPM : 1606832460

KELOMPOK : VI (ENAM) SIANG

TANGGAL PRAKTIKUM : 21 NOVEMBER 2018

ASISTEN : WENING DHARMASTUTI

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN BIOLOGI

2018
ANALISIS KOLIFORM

I. TUJUAN
1. Mengetahui cara pengambilan sampel.

2. Mengetahui kualitas air dan atau makanan.

3. Membuktikan keberadaan koliform dalam sampel.

II. HASIL PENGAMATAN


Hasil pengamatan dalam bentuk gambar dan tabel terlampir.

III.PEMBAHASAN

1. Jelaskan mengenai kelompok mikroorganisme sebagai bioindikator


(koliform)

Bioindikator merupakan suatu komponen biotik atau organisme


yang menjadi suatu parameter atau tolak ukur untuk jenis sampel
tertentu. Salah satu komponen biotik yang biasanya dapat dijadikan
sebagai suatu bioindikator adalah mikroorganisme. Mikroorganisme
yang menjadi bioindikator bukan keseluruhan mikroorganisme namun
mikroorganisme yang digunakan merupakan mikroorganisme tertentu
yang dapat dijadikan indikasi kondisi tempat organisme tersebut
bernaung (Markert, 2003: 3). Dari berbagai jenis mikroorganisme yang
ada, terdapat kelompok bakteri non taksonomi yaitu koliform yang
mampu dijadikan indikator pencemaran sampel berupa makanan atau
minuman. Koliform merupakan kelompok bakteri gram negatif yang
biasanya hidup dan tumbuh di kolon (usus besar) hewan dan manusia.
Koliform ialah bakteri yang fakultatif anaerob, berbentuk batang, dan
fermentatif. Kelompok bakteri ini dapat memfermentasi glukosa serta
laktosa dan merubahnya menjadi asam dan gas yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan energinya (Gleeson & Gray, 2002: 1-2). Salah satu
spesies yang umum dari kelompok koliform adalah Escherichia coli atau
E. coli. Bakteri ini biasanya berada di usus yang merupakan non-
pathogenic bacteria. Namun E. coli dengan jumlah yang berlebihan
dapat menjadi patogen yang opoturnistik sehingga inangnya dapat
terjangkit penyakit (Donnersberg, 2002: 3).

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa, standar


jumlah E. coli yang ada pada suatu makanan serta minuman harus
berjumlah 0 (nol). Sehingga makanan atau minuman yang
terkontaminasi E. coli buruk untuk dimakan atau diminum karena dapat
berdampak pada permasalahan kesehatan. Selain itu, keberadaan E. coli
yang seharusnya ada di kolon hewan dan manusia dapat menjadi
indikator adanya pencemaran limbah sisa pencernaan (feses) dalam
makanan atau minuman (WHO, 2018).

2. Jelaskan beberapa karakteristik indikator organisme yang baik

Untuk menjadi bioindikator, suatu mikroorganisme harus


memenuhi beberapa karateristik tertentu. Karakteristik yang pertama
adalah suatu organisme bioindikator harus mampu beradaptasi dan
bertahan hidup pada air permukaan dan juga di air tanah. Karateristik
kedua yaitu organisme yang menjadi bioindikator harus tidak memiliki
kemampuan untuk bereplikasi di air. Hal ini dikarenakan supaya jumlah
individu yang dihitung berasal dari sampel benar-benar
merepresentasikan jumlah awal individu yang telah mengontaminasi
sampel pada saat dilakukan penelitian. Karateristik ketiga yaitu
bioindikator harus selalu ada disetiap organisme patogen lain ada
maupun tidak ada. Hal ini agar bioindikator sungguh dapat
mengindikasikan adanya organisme pathogen lain karena keberadaannya
selalu terikat satu sama lain. Karateristik keempat yaitu organisme
bioindikator harus lebih mampu beradaptasi daripada organisme
pathogen lainnya. Sehingga saat ada bioindikator tersebut dapat
mengindikasikan keberadaan patogen lain namun saat tidak ada
bioindikator tersebut maka tidak ada patogen lainnya karena bioindikator

3
lebih adaptif dan tidak mudah hilang pada kondisi yang akan membunuh
patogen lain. Karatersitik yang terakhir, organisme yang menjadi
bioindikator harus mudah dikembangkan dan murah dalam melakukan
pengembangannya. Karakteristik ini diharuskan agar proses
pembelajaran serta penelitian dengen bioindikator tersebut berjalan
efisien dan biaya yang murah (Markert dkk, 2003: 3-6).

3. Jelaskan mengenai medium yang digunakan dalam praktikum

Proses analisa koliform menggunakan medium yang mampu


menseleksi mikroorganisme yang tak diinginkan. Selain itu, medium
harus dapat juga mengindikasikan ada atau tidaknya mikroorganisme
yang diinginkan dengan indikator tertentu. Pada praktikum yang telah
dilakukan, analisis dengan uji pendugaan dengan menggunakan medium
Readycult LMX broth (berbentuk cair). Medium ini terdiri atas triptosa,
triptofan, natrium klorida, sorbitol, K2HPO4, KH2PO4, garam sodium
lauryl sulfat, 5-bromo-4-chloro-3-indolyl--D-galactopyranoside
(XGAL), 4-methylumbelliferyl --D-glucoronide (MUG), dan 1-
isopropyl--D-1-thiogalactopyranoside (IPTG) (Corry dkk, 2011: 248).
Medium ini digunakan karena terdapat beberapa substrat yang penting
dan dapat menjadi indikator apabila bereaksi dengan proses metabolisme
mikroba didalamnya. Pertama, terdapat substrat chromogenic berupa 5-
bromo-4-chloro-3-indolyl--D-galactopyranoside (XGAL) yang apabila
dipecah oleh enzim β-Galaktosidase milik koliform akan menyebabkan
pecahnya ikatan. Sehingga pecahnya substrat tersebut melepaskan
aglycone yang menjadi indikator warna (biru kehijauan) pada medium.
Kedua, terdapat substrat fluorogenic berupa 4-methylumbelliferyl --D-
glucoronide (MUG) yang apabila dipecah oleh enzim β- Glucuronidase
milik Escherichia coli akan melepas 4-MU yang dapat berpendar
dibawah sinar UV. Terakhir, terdapat senyawa indikator berupa triptofan
yang apabila dipecah oleh enzim triptofanase milik E. coli akan melepas
indol. Indol lalu dideteksi menggunakan reagen kovac sehingga
terbentuk cincin berwarna merah (Corry dkk, 2011: 248). Medium
Chromocult Coliform Agar (CCA) digunakan apabila terjadi keraguan
pada uji florousence dan uji indol, maka sampel diambil dari medium
sebelumnya dengan menggunakan ose lalu diinokulasi ke CCA.
Selanjutnya sampel diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam apabila
terbentuk koloni berwarna violet maka sampel dinyatakan positif E. coli
(Corry dkk, 2011: 249)

4. Bahas setiap hasil pengujian, dan bandingkan dalam 1 paralel kelas


(untuk P/A test) dan 1 angkatan (untuk MPN test)

Uji analisis koliform dilakukan menggunakan sampel makanan


berupa mie lidi. Sebelum dilarutkan kedalam medium, sampel terlebih
dahulu ditumbuk agar hancur, namun apabila sampel tersebut cair maka
langsung diencerkan sebelum dilarutkan medium. Sampel lalu di
larutkan dalam medium Readycult LMX dengan konsentrasi medium
ganda dan tunggal. Pada medium konsentrasi ganda, dimasukkan 10 ml
sampel ke 10 ml medium dengan tujuan menyamakan jumlah antara
sampel dengan ketersediaan nutrient pada medium (10:10). Sedangkan
pada medium dengan konsentrasi tunggal, dilakukan dimasukkan sampel
sejumlah 1 ml ke dalam 10 ml sampel (1:10) serta 0,1 ml kedalam 10 ml
sampel (1:100) (dua kali ulangan dengan konsentrasi sampel berbeda).
Setiap dari tiga perlakuan tersebut dilakukan 5 kali pengulangan
sehingga data yang didapat lebih akurat (Pommerville, 2010: 182)

Setelah diinkubasi selama 48 jam, dan dilakukan pengamatan 24


jam dan 48 jam terlihat adanya perubahan warna menjadi hijau kebiruan
pada sampel. Hal tersebut menandakan adanya koliform didalam sampel
karena terjadi reaksi pelepasan substrat chromogenic akibat enzim β-
Galaktosidase milik koliform. Setelah disinari dengan sinar UV, terlihat
bahwa seluruh sampel memperlihatkan pendaran warna yang
mengindikasikan adanya substrat fluorogenic yang dilepas. Hal ini
mengindikasikan adanya bakteri Escherichia coli yang memecah substrat

5
tersebut dengan enzim β- Glucuronidase. Untuk memperkuat dugaan,
dilakukan pengujian indol dengan reagen kovac. Hasil memperlihatkan
adanya cincin merah yang terbentuk yang mengindikasikan benar adanya
E. coli pada sampel. Pada praktikum yang telah dilakukan rata-rata hasil
pada kelas paralel siang menunjukkan bahwa terbentuk cincin merah
kecuali pada kelompok satu (Corry dkk, 2011: 248).

Setelah pengamatan oleh medium fluorogenic, dilakukan proses


quadrant streak terhadap sampel-sampel analisis koliform. Sampel
digoreskan pada medium Chromocult Coliform Agar (CCA) dan
diinkubasi selama 24 jam. Dari hasil quadrant streak, tidak terlihat
adanya koloni yang berwarna violet namun apabila sesuai dengan
literatur seharusnya terlihat adanya single colony berwarna biru dan
keunguan yang menandakan koloni tersebut merupakan koloni
Escherichia coli (Clark dkk, 2007: 27-29). Sehingga dari semua langkah
analisis dapat disimpulkan bahwa sampel positif terkontaminasi bakteri
koliform dan E. coli (Adam & Moss, 2008: 248).

Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan


diketahui bahwa dilakukan praktikum uji MPN dan uji CCA.Uji MPN
dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu air es dan juga air
keran. Sampel air es dan air keran diinokulasi pada lalu ditempatkan
pada suhu yang berbeda yaitu suhu untuk fecal dan suhu untuk non-
fecal. Sampel air es kelas paralel pagi untuk uji fecal positif mengandung
koliform dengan hasil MPN 22. Sampel air es kelas paralel pagi untuk
uji non-fecal positif mengandung koliform dengan hasil MPN 70.
Sementara untuk sampel air keran kelas paralel siang untuk uji fecal
positif mengandung koliform dengan hasil MPN >1600. Sampel air
keran kelas paralel siang untuk uji non-fecal positif mengandung
koliform dengan hasil MPN >1600. Dari hasil quadrant streak, yang
dilakukan oleh kelas paralel siang untuk uji CCA terdapat banyak hasil
yang berbeda beda ada yang terlihat adanya single colony berwarna biru
dan keunguan yang menandakan koloni tersebut merupakan koloni
Escherichia coli seperti pada kelompok 1, 5, 7 sementara kelompok
lainnya rata-rata terdapat koloni yang berwarna merah yang menandakan
bahwa terdapat koliform namun bukan E. coli seperti pada kelompok 2,
3, 4, 6, 8, dan 9 (Clark dkk, 2007: 27-29).

IV. KESIMPULAN
Hasil dari praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut, proses
pengambilan sampel untuk analisis koliform dapat dilakukan dengan
menggunakan micropipette untuk kemudian dimasukkan ke dalam medium
guna proses selanjutnya. Dari praktikum pun, dapat diketahui kualitas air,
makanan, dan minuman dengan membuktikan keberadaan bakteri koliform
dan Escherichia coli. Semakin tinggi angka MPN bakteri tersebut, maka
semakin tinggi tingkat pencemarannya. Keberadaan bakteri-bakteri tersebut
dapat diuji dengan serangkaian metode mulai dari pengujian dengan medium
fluorogenic, uji indol, hingga pengujian via quadrant streak di medium
selektif. Sehingga didapat hasil berupa tingkat pencemaran koliform dan E.
coli yang sangat tinggi pada sampel.

V. DAFTAR ACUAN
Adam, M. R & M. O. Moss. 2008. Food Microbiology. Royal Society of
Chemistry. Cambridge: 463 hlm.
Clark, S. A., K. C. Thompson., C. W. Keevil., M. S. Smith. 2007. Rapid
Detection Assays for Food and Water. Royal Society of Chemistry.
Cambridge: 254 hlm.
Corry, J. E. L., G. D. W. Curtis., R. M. Baird. 2011. Handbook of Culture Media
for Food and Water Microbiology. Royal Society of Chemistry. Cambridge:
1006 hlm.
Donnersberg, M. 2002. E. coli: Genomics, Evolution and Pathogenesis. Academic
Press. California: 417 hlm.
Gleeson, C & Gray. N. 2002. The Coliform Index and Waterborne Disease:
Problems of Microbial Drinking Water Assessment. CRC Press. London:
208 hlm.

7
Markert, B. A., A. M. Breure., H. G. Zechmeister. 2003. Bioindicators &
Biomonitors: Principles, Concept, and Applications. Gulf Professional
Publishing. London: 997 hlm.
Pommerville, J. C. 2010. Alcamo’s Laboratory Fundamental of Microbiology.
Jones & Bartlett Publishers. Arizona: 352 hlm.
World Health Organization: E. coli.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs125/en/ diakses pada 25/11/2018
21:56 PM.

Anda mungkin juga menyukai