BAB I
PENGAWASAN MUTU TEPUNG
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Pengawasan
Mutu Pangan
Asisten : Salma Shafira Fatin
Oleh :
Fitria Selsy Indriani
(B.1710301)
3. Cara Kerja
Uji Derajat Kehalusan
Uji Keasaman
4. Hasil Pengamatan
Derajat Kadar
No. Sampel Derajat Bersih Keasaman
Kehalusan Air
1. Tepung Bobot awal Bobot awal = 25 gr 13,438 % pH awal = 7
Tapioka 1 U1 = 100 gr Benda asing = ml HCl 0,1 N
Setelah Ada, seperti titik yang dibutuhkan
ayak = 98,5 hitam (debu) untuk menjadi
gr pH 3 = 11 ml
2. Tepung Bobot awal Bobot awal = 25 gr 13, 42 % pH awal = 5
Tapioka 1 U2 = 100 gr Benda asing = ml HCl 0,1 N
Setelah Ada, seperti titik yang dibutuhkan
ayak = 99,8 hitam (debu) untuk menjadi
gr pH 3 = 7,5 ml
3. Tepung Bobot awal Bobot awal = 25 gr 13, 58 % pH awal = 5
Tapioka 2 U1 = 100 gr Benda asing = ml HCl 0,1 N
Setelah Ada, seperti titik yang dibutuhkan
ayak = 98,8 hitam (debu) untuk menjadi
gr pH 3 = 8 ml
4. Tepung Bobot awal Bobot awal = 25 gr 12, 21 % pH awal = 7
Tapioka 2 U2 = 100 gr Benda asing = ml HCl 0,1 N
Setelah Ada, seperti titik yang dibutuhkan
ayak = 99,6 hitam (debu) untuk menjadi
gr pH 3 = 9,5 ml
5. Pembahasan
Berdasarkan Data Pengamatan
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan dengan menggunakan
sampel 2 sampel tepung tapioka dengan 2 kali ulangan (duplo), didapatkan
hasil pada derajat kehalusan, bobot tepung yang lolos ayakan adalah : 98,5
gr (1 U1) ; 99,8 gr (1 U2) ; 98,8 gr (2 U1) ; dan 99,6 gr (2 U2). Selain itu,
didapatkan juga hasil derajat bersih pada semua tepung dan semua ulangan
yaitu adanya benda asing seperti titik hitam yang merupakan debu. Pada
uji kadar air didapatkan hasil : 13,438 % (1 U1) ; 13,42 % (1 U2) % ; 13,
58 % (2 U1) ; 12,21 % (2 U2). Pada uji keasaman terlebih dahulu pH
tepung diukur dan dicatat, kemudian ditambahkan HCl 0,1 N hingga pH
tepung berubah menjadi 3, berikut ini adalah hasilnya : pH awal 7, jumlah
ml HCl 11 ml (1 U1) ; pH awal 5, jumlah ml HCl 7,5 ml (1 U2) ; pH awal
5, jumlah ml HCl 8 ml (2 U1) ; dan pH awal 7, jumlah ml HCl 9,5 ml (2
U2).
6. Kesimpulan
Pengawasan mutu mempunyai tujuan untuk menjaga standar mutu yang
telah ditetapkan bahkan dapat terus mengembangkan mutu yang unggul. Dari
semua sampel yang digunakan, memiliki bentuk serbuk halus, bau normal,
warna putih khas tapioka. Pada bagian analisis kimia, hanya dilakukan analisis
pada kadar air saja. Hasil yang didapatkan dari analisis kadar air adalah :
13,438 % (1 U1) ; 13,42 (1 U2) % ; 13,58 % (2 U1) ; 12,21 % (2 U2). Hasil ini
sudah sesuai dengan syarat mutu Tapioka menurut SNI 01-3451-1994 karena
tercantum syarat mutu tapioka adalah memiliki kadar air maksimal 17% dan
hasil dari analisis kadar air pada sampel yang digunakan kurang dari 17%
sehingga sudah sesuai dengan SNI 01-3451-1994.
Keasaman merupakan salah satu parameter yang dapat mendeteksi umur
simpan tepung. Semakin tinggi tingkat keasaman dari tepung, maka tepung
terigu tersebut telah lama disimpan. Hal ini dikarenakan yang dihitung sebagai
keasaman adalah asam lemak yang terkandung didalam tepung. Amilosa dan
amilopektin dalam tepung mempunyai perbedaan.
DAFTAR PUSTAKA
Benita, A. M. (2016). Jangan Sampai Salah, Pati dan Tepung itu Beda. Tersedia :
https://panganpedia.com/beda-tepung-dan-pati/ (Diakses pada 16/06/20)
Bina Nusantara. (2019). Pati atau Tepung? Jangan Salah Kaprah! Tersedia :
https://student-activity.binus.ac.id/himfoodtech/2019/03/pati-atau-tepung-
jangan-sala-kapra/ (Diakses pada 16/06/20)
(sebelum diayak)
(sebelum 1 jam)
(hasil akhir
tepung+cawan yang
sudah dioven)
(sesudah 1 jam)
(sesudah diayak)
2. Tepung
Tapioka
1 U2
(hasil akhir
(sebelum diayak) (sesudah 1 jam) tepung+cawan yang
sudah dioven)
(hasil uji keasaman
tepung)
(sesudah diayak)
3. Tepung
Tapioka
2 U1
(sesudah diayak)
4. Tepung
Tapioka
2 U2
(hasil akhir
(sesudah 1 jam) tepung+cawan yang
(sesudah diayak)
sudah dioven) (hasil uji keasaman
tepung)
LAPORAN PRAKTIKUM
BAB II
PENGAWASAN MUTU BIJI-BIJIAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Pengawasan
Mutu Pangan
Asisten : Salma Shafira Fatin
Oleh :
Fitria Selsy Indriani
(B.1710301)
3. Cara Kerja
Beras
Kacang Hijau
4. Hasil Pengamatan
Sampel Beras
No. Bobot Bobot dan Bobot dan Bobot dan Bobot dan Bobot dan
Awal Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase
Menir Patah Kuning Gabah Benda Asing
1. 25 gr Bobot beras Bobot Bobot Bobot Bobot
menir = beras beras gabah = 0 benda asing
44,8324 gr patah = kuning = gr = 0 gr
Persentase = 2,0992 gr 2,0992 gr Persentase Persentase
179,329 % Persentase Persentase =0% =0%
(Terdapat = 8,3968 = 8,3968 %
kesalahan %
penimbangan
sehingga
hasilnya besar)
2. 25 gr Bobot beras Bobot Bobot Bobot Bobot
menir = 5,1 gr beras beras gabah = 0 benda asing
Persentase = patah = kuning = gr = 0 gr
0,204 % 0,6 gr 0,1848 gr Persentase Persentase
Persentase Persentase = 0% = 0%
= 0,024% = 0,0073 %
5. Pembahasan
Berdasarkan Data Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel beras 1 didapatkan hasil
bobot beras menir 44,8324 gr dan persentasenya adalah 179,329 %. Hasil
ini terlalu besar mengingat bobot awal beras yang digunakan saja hanya 25
gr. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan ketika sedang melakukan
penimbangan karena menimbang sekaligus dengan menggunakan kaca
arloji (tidak di tare terlebih dahulu) sehingga bobot kaca arloji yang
ditimbang pada neraca analitik ikut terhitung bersama dengan bobot beras
menir dan juga mempengaruhi persentasenya. Hasil bobot beras patah
adalah 2,0992 gr dan persentasenya 8,3968 %. Hasil bobot beras kuning
adalah 2,0992 gr dan persentasenya 8,3968 %. Bobot gabah dan bobot
benda asing 0 gr sehingga persentasenya 0%.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel beras 2 didapatkan hasil
bobot beras menir adalah 5,1 gr dan persentasenya adalah 0,204 %. Hasil
bobot beras patah adalah 0,6 gr dan persentasenya 0,024%. Hasil bobot
beras kuning adalah 0,1848 gr dan persentasenya 0,0073 %. Bobot gabah
dan bobot benda asing 0 gr sehingga persentasenya 0%.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel kacang hijau 1 didapatkan
hasil bobot butir rusak adalah 0,7 gr dan persentasenya 2,8 %. Hasil pada
bobot butir belah adalah 0,1070 gr dan persentasenya 0,420 %. Hasil pada
bobot butir keriput adalah 0,7 gr dan persentasenya 2,8 %. Hasil pada
bobot benda asing 0 gr dan persentasenya 0 %.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel kacang hijau 2 didapatkan
hasil bobot butir rusak adalah 0,2423 gr dan persentasenya 0,9728 %.
Hasil pada bobot butir belah adalah 0,0587 gr dan persentasenya 0,2348
%. Hasil pada bobot butir keriput adalah 0,9 gr dan persentasenya 3,6 %.
Hasil pada bobot benda asing 0 gr dan persentasenya 0 %.
6. Kesimpulan
Kualitas mutu biji-bijian dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu perlakuan
budidaya, umur panen, karakteristik fisik, fisiologis, dan biologis, perlakuan fisik
dan mekanis, perlakuan kimia, serta kandungan. Pada biji-bijian terdapat berbagai
jenis kerusakan misalnya, seperti biji pecah, cacat, menguning, dan lain
sebagainya. Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
mutunya berbeda-beda berdasarkan parameter yang diamati. Dengan dilakukan
pengawasan mutu diharapkan bisa menghasilkan biji-bijian dengan kualitas mutu
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. (2017). Kacang Hijau (Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani).
Semarang: CV. Aneka Ilmu.
3 Kacang
Hijau 1
Oleh :
Fitria Selsy Indriani
(B.1710301)
3. Cara Kerja
Wortel
Tambahan : Diameter yang diukur adalah diameter atas, tengah, ujung bawah,
dan dilakukan pengukuran panang.
Nanas
Tambahan : Dilakukan penimbangan bobot awal dan penimbangan bobot
setelah dikupas.
4. Hasil Pengamatan
Sampel Wortel
a) Sampel Wortel A
Diameter
Diameter Diameter Kerataan Kerusakan
Ujung Panjang Tekstur Warna
Atas Tengah Permukaan Maksimum
Bawah
4,5 mm 3,4 mm 2,4 mm 15,5 cm Tidak Rata Keras Oranye 0%
(tidak ada
kerusakan
b) Sampel Wortel B
Diameter
Diameter Diameter Kerataan Kerusakan
Ujung Panjang Tekstur Warna
Atas Tengah Permukaan Maksimum
Bawah
2,6 mm 2,5 mm 1,3 mm 16,7 cm Cukup Rata Agak Oranye 0%
lunak, (tidak ada
tidak kerusakan
mengayu
Sampel Nanas
a) Sampel Nanas A
Warna Aroma Bentuk Kekerasan Gagang dan Mahkota
(Ukuran)
Kuning Khas nanas Seragam Keras (5,0) Terdapat gagang dan
khas nanas mahkota (satu, utuh, rapi,
dan berukuran normal)
a) Sampel Nanas B
Warna Aroma Bentuk Kekerasan Gagang dan Mahkota
(Ukuran)
Kuning Normal Seragam Keras (2,3) Terdapat gagang dan
khas nanas mahkota (satu, utuh, rapi,
dan berukuran normal)
5. Pembahasan
Berdasarkan Data Pengamatan
Wortel
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan hasil untuk
sampel Wortel A : Diameter atas 4,5 mm, diameter ujung bawah 2,4 mm,
panjang 15,5 cm, permukaan tidak rata, tesktur keras, dan warna oranye.
Sedangkan, pada sampel Wortel B mempunyai hasil : Diameter
atas 2,6 mm, diameter tengah 2,5 mm, diameter ujung bawah 1,3 mm,
panjang 16,7 cm, permukaan cukup rata, tekstur agak lunak dan tidak
mengayu, serta warna oranye. Untuk tingkat kerusakan dari kedua jenis
wortel yang digunakan yaitu 0% (tidak ada kerusakan).
Nanas
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan hasil untuk
sampel Nanas A : warnanya kuning khas nanas, aroma khas nanas, bentuk
seragam, keras (5,0), terdapat gagang dan mahkota (satu, utuh, rapi, dan
normal), diameter 9 cm, bobot awal 878,6 gr, bobot setelah pengupasan
424,0 gr, bebas dari kotoran, dan kebusukan serta kerusakan 0% (tidak
ada).
Sedangkan, pada sampel Nanas B : warnanya kuning khas nanas,
aroma khas nanas, bentuk seragam, keras (2,3), terdapat gagang dan
mahkota (satu, utuh, rapi, dan normal), diameter 3,5 cm, bobot awal 557,3
gr, bobot setelah pengupasan 279,9 gr, bebas dari kotoran, dan kebusukan
serta kerusakan 0% (tidak ada).
6. Kesimpulan
Nanas dan wortel merupakan produk holtikultura yang mudah rusak karena
mengandung kadar air yang cukup tinggi. Kerusakannya bisa disebabkan oleh
berbagai hal, mulai dari faktor biotik berupa serangan mikroba dan serangga,
sedangkan faktor abiotik disebabkan oleh pengaruh internal dan eksternal. Dari
hasil yang praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel
wortel masuk kedalam Mutu I dan sampel nanas masuk kedalam Kelas Super.
Kerusakan buah nanas dapat disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik berupa serangan mikroba dan serangga, sedangkan faktor abiotik
disebabkan oleh pengaruh internal dan eksternal. Pengaruh internal berupa proses
metabolisme seperti aktivitas enzim dan respirasi, sedangkan faktor eksternal
mencakup suhu, mekanis, cahaya, kelembapan, dan kerusakan mekanis.
Faktor yang menyebabkan menurunnya nilai kekerasan pada buah-buahan
dan sayur-sayuran selama penyimpanan adalah hilangnya tekanan turgor,
perombakkan pati menjadi glukosa dan degradasi dinding sel. Peningkatan
kekerasan disebabkan oleh penguapan air-air sel yang menyebabkan sel menjadi
menciut, ruang antar sel menyatu dan zat pektin yang berada pada ruang antar sel
akan saling berikatan.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Fitria Selsy Indriani
(B.1710301)
3. Cara Kerja
Keadaan Fisik
Keadaan Isi
Kadar Gula
4. Hasil Pengamatan
Kecap Manis
a) Sampel Kecap Manis A (Bango)
Keadaan Fisik
1. Label
2. Merk
3. Logo Halal
4. Nama PT pembuat beserta alamat
5. Nama PT penyalur beserta alamat
6. Barcode
7. Komposisi
8. Nilai gizi
9. Saran penyimpanan
10. Best before
11. Kode produksi
12. Customer service
13. Logo bahan kemasan
14. Logo buang sampah pada tempatnya
15. Logo BPOM RI
16. Isi bersih kemasan
Keadaan Isi
Warna Rasa Aroma Bentuk
Normal / Hitam Normal / Manis Normal / Khas Normal /
pekat (++++) kecap manis Kental (++++)
(++++) (++++)
Keadaan Isi
Warna Rasa Aroma Bentuk
Normal / Hitam Normal / Manis Normal / Khas Normal /
pekat (++++) kecap manis Kental (++++)
(++++) (++++)
Kadar Gula
Pengukuran I Pengukuran II
18,8 0 Brix 18,8 0 Brix
Kecap Asin
c) Sampel Kecap Asin A (ABC)
Keadaan Fisik
1. Merk (Kecap Asin ABC)
2. Berat bersih 133 ml
3. BPOM RI MD 257213004021
4. Produsen : PT. Heinz ABC Indonesia, Pasuruan
5. Best before 24/12/21 02:43
6. Logo halal MUI
7. Komposisi : Sari kacang kedelai (64%) (mengandung gandum
(3,8%)), air, garam, gula, penguat rasa (mononatrium glutamat dan
inosinat guanilat), pengawet natrium benzoat
8. Customer care
9. Nilai gizi
10. Logo bahan kemasan
Keadaan Isi
Warna Rasa Aroma Bentuk
Normal / Hitam Normal / Asin Normal / Khas Normal / Cair
(++++) (++++) Kecap Asin (++++)
(++++)
Kadar Gula
Pengukuran I Pengukuran II
3,0 0 Brix 3,0 0 Brix
d) Sampel Kecap Asin B (Indofood)
Keadaan Fisik
1. Merk (Kecap Asin Indofood)
2. Berat bersih 140 ml
3. BPOM RI MD 257210130161
4. Produsen : PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, Bekasi
5. Best before 25/04/25
6. Logo halal MUI
7. Komposisi : Sari kedelai, air, sirup, fruktosa, garam, perisa sintetik
(mengandung antioksidan tokoferol), penguat rasa (dinatrium
inosinat dan guanilat)
8. Customer care
9. Nilai gizi
10. Logo bahan kemasan
Keadaan Isi
Warna Rasa Aroma Bentuk
Normal / Hitam Normal / Asin Normal / Khas Normal / Cair
(++++) (++++) Kecap Asin (++++)
(++++)
Kadar Gula
Pengukuran I Pengukuran II
9,5 0 Brix 9,5 0 Brix
5. Pembahasan
Berdasarkan Data Pengamatan
Kecap Manis A (Bango) dan Kecap Manis B (ABC)
Pada keadaan fisik dari kemasan kecap manis bango dan kecap
manis ABC sudah cukup lengkap informasi yang dicantumkan. Kedua
jenis kecap ini mempunyai keadaan isi yang sama, yaitu warna normal /
hitam pekat (++++), rasa normal / manis (++++) dan aroma normal /
khas kecap manis (++++), serta bentuk yg normal / kental (++++).
Kadar gula dari kecap manis bango adalah 15,8 0 Brix dan kadar gula
dari kecap manis ABC adalah 18,8 0 Brix.
Kecap Asin A (ABC) dan Kecap Asin B (Indofood)
Pada keadaan fisik dari kemasan kecap asin ABC dan kecap
asin Indofood sudah cukup lengkap informasi yang dicantumkan.
Kedua jenis kecap ini mempunyai keadaan isi yang sama, yaitu warna
normal / hitam (++++), rasa normal / asin (++++) dan aroma normal /
khas kecap asin (++++), serta bentuk yg normal / cair (++++). Kadar
gula dari kecap asin ABC adalah 3,0 0 Brix dan kadar gula dari kecap
asin Indofood adalah 9,5 0 Brix.
Jenis-Jenis Kecap
1. Kecap Jepang
Kecap jepang terbuat dari proses fermentasi gandum dan dikenal juga
dengan nama nama Shoyu. Sekilas, kecap jenis ini memiliki rasa yang
hampir mirip dengan kecap asin. Kecap Jepang terdiri dari dua jenis, yaitu
kecap Koikuchi dan kecap Usukhuci. Jenis satunya memiliki warna yang
lebih pekat serta aroma yang sangat kuat dan satunya lebih cerah.
2. Saus Teriyaki
Kecap ini biasa diaplikasikan untuk memasak makanan ala Jepang.
Baik itu yang prosesnya dibakar atau dipanggang. Karena rasa dari
masakan tersebut akan lebih enak jika direndam dengan kecap ini terlebih
dahulu. Adapun jenis bahan yang digunakan untuk membuat saus ini
adalah kecap Jepang, gula dan sake.
3. Kecap Ikan
Kecap ini dibuat dari olahan fermentasi ikan, kerang, udang atau
cumi-cumi yang ditambahkan dengan garam. Kecap ini di Indonesia
dikenal sebagai kecap petis dari udang. Fungsi dan kegunaan dari kecap
ini adalah untuk menambahkan rasa harum pada makanan. Saat
diaplikasikan, akan memberikan aroma ikan dan rasa yang asin.
4. Kecap Manis
Kecap ini dibuat dari berbagai campuran rempah alami dan fermentasi
dari biji kedelai hitam yang kemudian ditambah dengan bahan lainnya.
Seperti namanya, kecap ini akan terasa manis saat dicoba. Di samping itu,
warnanya cenderung hitam pekat.
Cita rasa pada kecap manis ini juga terbilang cukup gurih. Bisa
digunakan untuk mengolah aneka masakan mulai dari tumis, ayam goreng
dan berbagai jenis masakan lain. Khususnya masakan yang ingin dibuat
manis.
5. Kecap Jamur
Seperti namanya, kecap ini dibuat secara khusus dari bahan jamur.
Kemudian diberi tambahan aneka bahan yang lain agar cita rasanya
semakin sempurna saat dimasukkan ke dalam masakan. Kecap jamur
adalah jenis kecap yang banyak diaplikasikan pada masakan Cina. Salah
satu alasannya adalah karena kecap ini cocok untuk para vegetarian.
6. Kecap Inggris
Kecap ini umum dipakai untuk memasak ikan bakar atau daging.
Dilengkapi dengan tekstur yang encer dengan warna yang gelap. Terbuat
dari bahan-bahan terbaik seperti cabai, kecap asin, air, asam Jawa, gula
jagung, bawang, molase, cuka, bawang merah, cengkeh dan bawang
bombay. Kandungan gizi yang terdapat di dalam kecap Inggris ini
tergolong tinggi. Beberapa kandungannya adalah vitamin C, kalsium,
fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, lemak, karbohidrat, protein dan
beberapa kandungan penting lainnya yang sangat diperlukan oleh tubuh.
7. Kecap Asin
Kecap ini dibuat dari bahan kedelai pilihan yang kemudian
dicampurkan dengan garam. Namun, porsi garamnya dibuat lebih banyak.
Campuran lain dari kecap ini adalah ikan laut. Sementara ciri khas dari
kecap ini adalah ia cenderung lebih terang dari kecap yang lain. Jenisnya
juga lebih encer.
8. Saus Tiram
Bahan yang digunakan untuk membuatnya adalah karamel, rempah
dan fermentasi bahan ikan. Apabila dibandingkan dengan kecap manis,
kecap jenis ini memang terkenal lebih kental. Sangat cocok untuk
diaplikasikan saat memasak tumis dan sebagainya.
6. Kesimpulan
Kecap manis dan kecap asin merupakan produk yang terbuat dari fermentasi
kedelai dan sering digunakan untuk penyedap rasa. Dari hasil praktikum yang
sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kecap manis Bango dan ABC sudah
sesuai dengan SNI. Begitupun dengan kecap asin ABC dan Indofood.
Terdapat 2 jenis fermentasi, yaitu koji dan moromi. Perbedaan kecap manis
dan kecap asin secara umum adalah kecap manis terbuat dari kedelai yang
difermentasi dan bahan-bahan lain serta penambahan gula merah, sedangkan
kecap asin terbuat dari kedelai fermentasi garam. Proses pembuatan ini
mempengaruhi karakteristik akhir produk. Kecap manis lebih kental dari kecap
asin karena dibuat menggunakan gula merah. Penyebab perbedaan kadar gula dari
kedua kecap tersebut adalah karena adanya penggunaan gula merah pada kecap
manis.
DAFTAR PUSTAKA
Ainur, R. (2020). Mengapa Sirup dan Kecap Lengket? Apakah Dicampur Lem?
Tersedia : https://saintif.com/sirup-kecap- lengket/ (Diakses pada 18/06/20)
Jeko. (2019). 8 Jenis Kecap untuk Memasak. Tersedia :
https://blog.pesansembako.com/8-jenis-kecap-untuk-memasak/ (Diakses
pada 18/06/20)
Badan Standarisasi Nasional. (2013). Kecap kedelai – Bagian 1 : Manis (SNI
3543.1:2013). Tersedia : Https://www.bsn.go.id (Diakses pada 18/06/20)
Badan Standarisasi Nasional. (2013). Kecap kedelai – Bagian 2 : Asin (SNI
3543.2-2013). Tersedia : Https://www.bsn.go.id (Diakses pada 18/06/20)
Purba, D. (2017). Jangan Sampai Keliru, Ketahui Perbedaan Kecap Manis,
Kecap Asin, dan Kecap Ikan Untuk Masakan. Tersedia :
https://www.ikoma.co.id/ikomalife/jangan-sampai-keliru-ketahui-
perbedaan-kecap-manis-kecap-asin-dan-kecap-ikan-untuk-masakan.html
(Diakses pada 18/06/20)
Tanjung, R. (2008). Tinjauan Pustaka Kecap. Tersedia :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/144/jtptunimus-gdl-ratnatanju-7161-
3-babii.pdf (Diakses pada 18/06/20)
Wulandari, A. G. (2018). Pengaruh Lama Fermentasi Moromi Terhadap Kualitas
Filtrat Sebagai Bahan Baku Kecap. Bogor: IPB.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Pengamatan
No. Sampel Pengamatan
1. Kecap Manis
A (Bango)
(keadaan fisik)
*note : foto keadaan isi dan kadar gula tidak ada
4. Kecap Asin
B (Indofood)
Oleh :
Fitria Selsy Indriani
(B.1710301)
3. Cara Kerja
Keadaan Kaleng
Keadaan Isi
Bobot Bersih dan Bobot Tuntas
4. Hasil Pengamatan
Corned Beef
Corned Beef A (Pronas)
a) Keadaan Kaleng
Keadaan kaleng : tidak ada penyok, bocor, kembung, noda, dan lipatan.
Bagian informasi kaleng :
1. Merk (Pronas)
2. Logo Halal MUI
3. BPOM RI MD 539522024004
4. Produsen : PT Canning Indonesian Products, Denpasar
5. Best before : 19/05/22
6. Informasi nilai gizi dan AKG
7. Petunjuk penyimpanan
8. Komposisi : Protein nabati, daging sapi (28%), air, terigu, garam, gula
(mengandung pengawet sulfit), bumbu-bumbu penstabil Natrium tripolifosfat,
penguat rasa monatrium glutamat, antioksidan (Natrium eritrorbat, Asam
askorbat), pengawet Natrium nitrit.
b) Keadaan Isi
Bentuk Rasa Aroma Warna Tesktur
Utuh Khas daging, Khas corned Merah Padat
gurih beef / aroma kecoklatan
daging
b) Keadaan Isi
Bentuk Rasa Aroma Warna Tesktur
Utuh Khas daging, Khas corned Coklat Padat
kurang gurih beef / aroma
daging
Sardin
Sardin A (ABC)
a) Keadaan Kaleng
Keadaan kaleng : Ada goresan, tidak penyok, tidak berkarat, tidak bocor, tidak
kembung, tidak ada noda
Bagian informasi kaleng :
1. Merk (Sardin ABC Tomat)
2. Logo halal
3. Logo SNI
4. Informasi nilai gizi dan AKG
5. Logo BPOM RI MD 543909114013
6. Komposisi : Ikan sardin, saus tomat, gula, garam, bawang putih, bawang merah
b) Keadaan Isi
Bentuk Rasa Aroma Warna Tesktur
Utuh / Khas ikan Khas ikan Oranye Empuk
Panjang sardin, saus sardin kemerahan
memipih gurih khas
tomat
c) Bobot Tuntas
Bobot tuntas : 103,4 gr
Bobot bersih : 209,0 gr
% Bobot tuntas
= Bobot tuntas / bobot bersih x 100%
= 103,4 / 209,0 gr x 100%
= 49,4736 %
Sardin B (Botan)
a) Keadaan Kaleng
Keadaan kaleng : Sedikit penyok, sedikit goresan, tidak berkarat, tidak bocor,
tidak kembung, tidak ada noda
Bagian informasi kaleng :
1. Merk (Botan)
2. Logo halal
3. Logo SNI
4. Logo MD
5. Informasi nilai gizi dan AKG
6. Komposisi : Ikan sardin, saus tomat, air, penstabil dipatifosfat terasetilasi,
garam.
b) Keadaan Isi
Bentuk Rasa Aroma Warna Tesktur
Utuh / Khas ikan Khas ikan Oranye Lembut
Panjang sardin, saus sardin kemerahan
memipih gurih khas
tomat
c) Bobot Utuh
Bobot tuntas : 104,2 gr
Bobot bersih : 207,5 gr
% Bobot tuntas
= Bobot tuntas / bobot bersih x 100%
= 104,2 / 207,5 gr x 100%
= 50,21 %
5. Pembahasan
Berdasarkan Data Pengamatan
Corned Beef
Berdasarkan hasil pengamatan pada Corned A (Pronas) dan
Corned B (Cip) didapatkan hasil pada kaleng tidak ada penyok,
bocor, kembung, noda, dan lipatan. Kemudian, dari segi label yang
tercantum pada kemasan pun cukup lengkap. Selain itu, pada hasil
pengamatan keadaan isi juga kedua sampel hampir mempunyai
karakteristik yang sama, hanya saja yang membedakannya adalah
parameter warna (untuk pronas memiliki warna merah kecoklatan,
sedangkan untuk cip memiliki warna coklat). Kedua produk
mempunyai bobot utuh dan bobot bersih yang berbeda. Hasil % bobot
utuh pada kedua sampel corned beef menghasilkan hasil yang sangat
besar karena terjadinya kesalahan perhitungan oleh praktikan.
Sardin
Berdasarkan hasil pengamatan pada Sardin A (ABC) dan Sardin
B (Botan) didapatkan hasil pada kaleng tidak penyok, tidak berkarat,
tidak bocor, tidak kembung, tidak ada noda, hanya saja ada goresan
(pada sardin ABC) dan ada sedikit penyok (pada sardin Botan).
Kemudian, dari segi label yang tercantum pada kemasan pun cukup
lengkap. Selain itu, pada hasil pengamatan keadaan isi juga kedua
sampel hampir mempunyai karakteristik yang sama, hanya saja yang
membedakannya adalah parameter tekstur (pada sardin ABC
teksturnya empuk, pada sardin Botan teksturnya lembut). Kedua
produk mempunyai bobot utuh dan bobot bersih yang berbeda.
6. Kesimpulan
Daging sapi dan ikan sardin merupakan pangan yang cukup mudah rusak
karena terbuat dari bahan hewani yang tinggi akan protein dan kadar air. Oleh
sebab itu, dilakukan pengolahan dengan menjadikannya makanan kaleng menjadi
bentuk corned beef dan sardin kaleng. Namun, dengan sudah diolah menjadi
bentuk baru bukan berarti bisa terbebas dari kerusakan. Pasalnya, makanan kaleng
juga dapat rusak akibat faktor-faktor tertentu, misalnya karena ada cemaran fisik,
kimia, dan biologis. Selain itu, kaleng juga bisa rusak menjadi kembung, penyok,
dan berkarat. Isi dalam kaleng pun bisa rusak dengan ditujukkan oleh terjadinya
stack berning, flat sour, dan perubahan warna, serta perubahan lainnya.
Kedua jenis sampel corned beef (Pronas dan Cip) sudah memenuhi kriteria
corned beef yang baik menurut SNI 01-3775-2006 . Sedangkan pada sampel
sardin (ABC dan Botan) keadaan kaleng, keadaan isi, media (jenis : saus tomat)
sudah sesuai dengan kriteria SNI 01-3548-1994, sedangkan pada hasil % bobot
tuntasnya kedua sampel tersebut belum sesuai standar karena kurang dari 70%.
Perbedaan warna ikan sardin dan sausnya dipengaruhi oleh jenis ikan yang
digunakan, kandungan ikan, proses pemasakan, bumbu yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. (2012). Pedoman Kriteria Cemaran pada Pangan Siap Saji dan
Pangan Industri Rumah Tangga. Tersedia :
https://standarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Buku_Pedoman_PJA
S_tentang_Cemaran.pdf (Diakses pada 20/06/20)
Oleh :
Fitria Selsy Indriani
(B.1710301)
3. Cara Kerja
4. Hasil Pengamatan
CRACKERS
Nissin crispy crackers
Keadaan Fisik
1. Keadaan fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak
2. Merk : Nissin crispy crackers
3. BPOM RI MD 235511046020
4. Produsen : PT Nissin Biskuit ndonesia
5. Logo SNI
6. Logo Halal MUI
7. Berat bersih 225 gr
8. Best before : 21/04/20
9. Kode produksi : N.10172
10. Barcode
11. Komposisi : Tepung terigu, lemak nabati (mengandung antioksidan TBHQ),
gula, keju (mengandung pengawet asam sorbat, nisin, pewarna arato Cl
75120), susu bubuk, pengembang (amonium bikarbonat dan natrium
bikarbonat), garam, pengemuls lesitin kedelai, perisa identik alam barbeque,
penguat rasa (MSG), perisa artifisial keju, pewarna tartrazin Cl 19140.
Organoleptik
Warna Rasa Aroma Tekstur Bentuk
Kuning Asin keju Tercium Renyah Tipis, persegi
kecoklatan aroma gurih (berongga) panjang
BBQ
Saltcheese crackers
Keadaan Fisik
1. Keadaan fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak.
2. Merk : Saltcheese Crackers Khong Guan
3. Logo Halal
4. BPOM RI MD
5. Produsen
6. Expired date
7. SNI
8. Informasi nilai gizi dan AKG
9. Netto
10. Barcode
11. Logo PT
12. Informasi alergi
13. Komposisi : Minyak nabati, lemak reroti, gula, susu bubuk, keju, garam,
lemak hewani, pengembang, perisa sintetik, penguat rasa mononatrium
glutamat, pewarna makanan tartrazin.
Organoleptik
Warna Rasa Aroma Tekstur Bentuk
Kuning Khas keju Khas keju Renyah Pipih panjang
BISKUIT MANIS
Roma marie susu
Keadaan Fisik
1. Keadaan fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak.
2. Merk : Roma Marie Susu
3. Berat bersih : 115 gr
4. BPOM RI MD 235631109050
5. Produsen : PT. Mayora Indah Tbk
6. Logo Halal MUI
7. Best before : April 2021
8. Kode produksi : 1326TNG221040811
9. Barcode
10. Informasi nilai gizi dan AKG
11. Komposisi : Tepung terigu (60,52%), gula, minyak nabati (mengandung
antioksidan BHA), susu bubuk (1,18%), whey bubuk, ekstrak malt,
pengembang garam, pengemulsi lesitin kedelai, sirup glukosa, mentega,
perisa identik alami vanili, vitamin D.
Organoleptik
Warna Rasa Aroma Tekstur Bentuk
Kecoklatan Terasa susu Tercium Renyah Bulat, agak
aroma susu padat
Organoleptik
Warna Rasa Aroma Tekstur Bentuk
Coklat Khas susu, Khas susu Renyah Utuh, bulat
manis
COOKIES
Goodtime cookies
Keadaan Fisik
1. Keadaan fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak
2. Merk : Goodtime cookies
3. Logo halal
4. BPOM
5. Tempat produksi
6. Tanggal kadaluarsa
7. SNI
8. Komposisi : Tepung terigu, choco chips, gula, lemak roti, susu bubuk full
cream, whey bubuk, sirup fruktosa, kuning telur.
Organoleptik
Warna Rasa Aroma Tekstur Bentuk
Coklat muda Manis Khas coklat Renyah Utuh, bulat
dan susu
Organoleptik
Warna Rasa Aroma Tekstur Bentuk
Coklat muda Manis khas Khas coklat Renyah Bulat
coklat
WAFER
Richeese nabati wafer
Keadaan Fisik
1. Keadaan fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak
2. Merk : Richeese nabati wafer
3. Logo halal
4. BPOM
5. Tempat produksi
6. Tanggal kadaluarsa
7. SNI
8. Komposisi : Tepung terigu, gula, minyak nabati, pewarna kuning, pengemulsi
kedelai, garam, pengembang natrium, gandum, susu, telur, kacang hazel,
kacang tanah.
Organoleptik
Warna Rasa Aroma Tekstur Bentuk
Oranye dan Manis sedikit Khas keju dan Renyah Persegi
putih asin susu panjang
Tango wafer
Keadaan Fisik
1. Keadaan fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak
2. Merk : Tango wafer
3. Logo halal
4. Berat bersih
5. SNI
6. Informasi nilai gizi dan AKG
7. BPOM RI MD
8. Komposisi : Tepung terigu, gula, minyak nabati, lemak roti, keju bubuk,
garam, pengemulsi lesitin kedelai, pati modifikasi, whey bubuk, susu skim
bubuk, pengembang, perisa sintetik keju, pewarna sintetis keju FCFl 15985,
pewarna alami kurkumin.
Organoleptik
Warna Rasa Aroma Tekstur Bentuk
Putih dan Khas keju Khas keju Renyah Persegi
oranye panjang
5. Pembahasan
Berdasarkan Data Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan pada keseluruhan sampel (biskuit
manis, crackers, wafer, dan cookies) didapatkan hasil pada kemasan fisik
baik, tidak ada bocor, atau rusak. Kemudian, dari segi label yang
tercantum pada kemasan pun cukup lengkap. Selain itu, pada hasil uji
organoleptik, masing-masing sampel sudah memenuhi kriteria norma dan
baik untuk masing- masing jenisnya tersendiri.
Perbandingan Dengan SNI Biskuit (SNI 2973:2011)
Digunakan SNI 2973:2011 untuk membandingkan hasil sampel
Biskuit Manis, Crackers, Wafer, dan Cookies. Hal ini dikarenakan
pada SNI 2973:2011 tercakup ruang lingkup untuk Biskuit Manis,
Crackers, Wafer, dan Cookies sehingga dapat digunakan untuk
keseluruhan sampel tersebut. Parameter yang digunakan untuk
membandingkan dengan SNI 2973:2011 adalah bau, rasa, warna.
Keseluruhan sampel biskuit, crackers, wafer, dan cookies sudah
memenuhi kriteria SNI 2973:2011 karena mempunyai hasil yang
normal.
2 Saltcheese
*note : foto saltcheese crackers tidak ada
Crackers
3 Roma Marie
Susu
4 Regal Marie
Biscuits
5 Goodtime
*note : foto goodtime cookies tidak ada
Cookies
6 Chips Ahoy
Cookies
7 Richeese
*note : foto richeese nabati wafer tidak ada
Nabati Wafer
8 Tango Wafer
LAPORAN PRAKTIKUM
BAB IX
PENGAWASAN MUTU BIHUN DAN MI KERING
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Pengawasan
Mutu Pangan
Asisten : Salma Shafira Fatin
Oleh :
Fitria Selsy Indriani
(B.1710301)
3. Cara Kerja
Bihun dan Sohun
Keadaan kemasan dan produk
Daya tahan
Mie Kering dan Mie Instant
Penampakan Umum dan Adanya Benda-Benda Asing
Keutuhan
4. Hasil Pengamatan
Mie Telur
Penampakan umum dan adanya benda-benda asing
1. Keadaan fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak
2. Merk : Mie telur cap 3 ayam
3. Berat bersih : 200 gr
4. BPOM RI MD 251409105002
5. Produsen : PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
6. Logo halal
7. Best before : 15/01/21
8. Kode produksi : CKB 4330115 B
9. Informasi nilai gizi dan AKG
10. Petunjuk penyiapan
11. Saran penyajian
12. Barcode
13. Nomor layanan konsumen
14. Logo jenis kemasan plastik
15. Komposisi : Tepung terigu (74%), Tepung tapioka, garam, penstabil (nabati
dan fosfat), tepung telur (0,2%), pengatur keasaman, penguat rasa (dinatrium
inosinat dan guaninat), pewarna makanan sintetik tartrazin Cl 19140.
16. Tidak terdapat benda-benda pencemar
Keutuhan
U (Bobot mie utuh) : 200,5 gr
R (Bobot remah-remah mie) : 8,3 gr
% Keutuhan
= U / (R+U) x 100%
= 200,5 gr / (8,3 gr + 200,5 gr) x 100%
= 96, 0249%
Mie Instant
Penampakan umum dan adanya benda-benda asing
1. Keadaan fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak
2. Merk : Indomie mie instant
3. Logo halal
4. Logo SNI
5. Berat bersih
6. Produsen
7. Expired date
8. Cara penyajian
9. Informasi nilai gizi dan AKG
10. Layanan konsumen
11. Alergen
12. Barcode
13. Komposisi : Tepung terigu, minyak nabati, tepung tapioka, garam, pengatur
keasaman, penstabil
Keutuhan
U (Bobot mie utuh) : 85 gr
R (Bobot remah-remah mie) : 1,3 gr
% Keutuhan
= U / (R+U) x 100%
= 85 gr / (1,3 gr + 85 gr) x 100%
= 98, 4936%
Bihun
Keadaan kemasan dan produk
1. Keadaan kemasan : fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak,
2. Komposisi : Pati kacang hijau
Daya tahan
1. Bihun tetap utuh
2. Air rendaman menjadi keruh
Sohun
Keadaan kemasan dan produk
1. Keadaan kemasan : fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak.
2. Label : Merk, informasi nilai gizi, saran penyajian, logo halal, AKG, berat
bersih, izin edar, expired date
3. Komposisi : pati jagung
Daya tahan
1. Bihun tetap utuh
2. Air tidak keruh
5. Pembahasan
Berdasarkan Data Pengamatan
Mie Kering
Berdasarkan hasil pengamatan pada kemasan sampel mie kering
didapatkan hasil fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak.
Kemudian, dari segi label yang tercantum pada kemasan pun cukup
lengkap. Pada uji kematangan mie kering didapatkan hasil warna kuning,
rasa gurih, aroma khas mie telur, tekstur kenyal, dan licin. Karakteristik
tersebut termasuk dalam kategori normal dan sudah memenuhi syarat mie
kering yang baik. % keutuhan mie kering adalah 96,0249%.
Mie Instant
Berdasarkan hasil pengamatan pada kemasan sampel mie kering
didapatkan hasil fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak.
Kemudian, dari segi label yang tercantum pada kemasan pun cukup
lengkap. Pada uji kematangan mie kering didapatkan hasil warna kuning,
rasa normal, aroma khas tepung (mie), tekstur kenyal, dan licin.
Karakteristik tersebut termasuk dalam kategori normal dan sudah
memenuhi syarat mie instant yang baik. % keutuhan mie instant adalah
98,4936%.
Bihun
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel bihun didapatkan hasil
fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak. Kemudian, dari segi label
yang tercantum pada kemasan pun cukup lengkap. Bihun terbuat dari pati
kacang hijau. Warna bihun putih, aroma normal dan tidak berbau, tekstur
keras. Pada uji daya tahan memiliki hasil bihun tetap utuh dan air
rendaman menjadi keruh.
Sohun
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel sohun didapatkan hasil
fisik kemasan baik, tidak ada bocor, atau rusak. Kemudian, dari segi label
yang tercantum pada kemasan pun cukup lengkap. Sohun terbuat dari pati
jagung. Warna sohun kekuningan, aroma normal dan tidak berbau, tekstur
alot. Pada uji daya tahan memiliki hasil sohun tetap utuh dan air rendaman
tidak keruh.
6. Kesimpulan
Sampel mie kering yang diamati sudah sesuai dengan kriteria mie kering yang
baik pada SNI 01-2947-1996. Sampel mie instant yang diamati sudah sesuai
dengan kriteria mie instant yang baik pada SNI 3351:2012. Sampel bihun yang
diamati sudah sesuai dengan kriteria bihun yang baik menurut SNI 7621:2011.
Sampel sohun yang diamati sudah sesuai dengan kriteria sohun yang baik menurut
SNI 01-3723-1995.
Secara umum, proses pembuatan mie baik itu mie kering maupun mie instant
meliputi : Pencampuran (Mixing), Pelempengan (Sitting) dan Pembelahan
(Slitting), Pengukusan (Steaming), Pemotongan (Cutting), Pengeringan,
Pendinginan (Cooling), Pengemasan (Packing). Hal yang membedakannya adalah
pada proses pencampuran mie kering ditambahkan telur sehingga kerap disebut
sebagai mie telur, pada proses pengeringan mie instant dilakukan dengan cara
frying dengan minyak sedangkan pada mie kering dilakukan dengan cara
pengovenan, dan pada proses packing mie instant dilengkapi dengan bumbu. Air
rebusan mie instant sebaiknya dibuang agar bahan kimia dan minyak hasil
penggorengan tidak ikut terkonsumsi seluruhnya. Uji daya tahan bihun dilakukan
untuk mengetahui kualitas bihun yang dipengaruhi oleh kemampuannya menyerap
air.
DAFTAR PUSTAKA
(keadaan kemasan dan isi bihun) (hasil uji ketahanan pada bihun)