PENDAHULUAN
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap
pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak mengherankan jika semua negara baik
negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan
yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara
pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap
bahan pangan yang akan dikonsumsi. Salah satu pengawetan yang akan kita bahas
pada praktikum kali ini adalah pengawetan dengan suhu rendah.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan tujuan sebagai berikut :
4. Mempelajari perubahan mutu pangan segar dan pangan olahan selama proses
pengawetan suhu rendah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Irving dan Sharp (1976), mutu bahan pangan yang dibekukan
akan menurun dengan kecepatan yang tergantung dari suhu penyimpanan dan
jenis bahan pangan. Pada umumnya sebagian besar bahan pangan akan
mempunyai mutu penyimpanan yang baik sekurang-kurangnya 12 bulan bila
disimpan pada suhu -18°C, kecuali bahan pangan dengan kandungan lemak
tinggi. Bila suhu penyimpanan naik 3°C maka kecepatan kerusakan akan berlipat
ganda. Makanan beku yang mempunyai Mutu penyimpanan yang baik selama 12
bulan pada suhu -18°C, akan tahan simpan masing-masing hanya 6 bulan atau 3
bulan pada suhu -15°C atau -12°C.
Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur simpan yang pendek.
Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai bahan
makanan. Faktor yang sangat penting yang mempengaruhi respirasi dilihat dari
anatomi dan fisiologi dari segi penyimpanan adalah suhu. Penyimpanan bahan
makanan pada suhu rendah tidak hanya mengurangi laju respirasi, tapi juga
menghambat pertumbuhan kebanyakan mikroorganisme yang menyebabkan
pembusukan. Sayuran seperti umbi, bawang, kentang, dan biji-bijian dapat disimpan
pada suhu ruang dalam jangka waktu yang relatif lama tanpa terjadi penurunan mutu
yang berarti. Terung, wortel, buncis, ketimun, dapat disimpan pada ruang sejuk.
Sayuran yang lainnya akan sangat baik jika disimpan pada suhu dingin (Pentastico,
2011).
Suhu pendinginan atau pembekuan dan cara yang digunakan tergantung pada
jenis dan sifat bahannya. Buah-buahan jenis tertentu (seperti pisang, advokat, nenas,
semangka) sebaiknya tidak disimpan pada suhu dingin, karena pada suh dibawah
13,3˚C akan terjadi kerusakan (Chilling Injury) dan tidak akan mengalami
pematangan yang normal. Penyimpanan pada suhu rendah (dibawah 4,4˚C)
menyebabkan terjadinya akumulasi gula sebab aktivitas metabolisme berlangsung
agak lambat. Gula menyebabkan kentang mempunyai rasa manis, rasa yang tidak
disenangi dan menimbulkan reaksi pencoklatan yang tidak terlalu keras pada waktu
digoreng.
1. Chilling injury
Chilling injury terjadi karena :
4. Denaturasi protein
Denaturasi protein berarti putusnya sejumlah ikatan air dan
berkurangnya kadar protein yang dapat diekstrasi dengan larutan garam.
Denaturasi protein terjadi pada daging, ikan, dan produk-produk air
susu. Proses denaturasi menimbulkan perubahan-perubahan rasa dan
bau, serta perubahan konsistensi (daging menjadi liat atau kasap).
Semua bahan yang dibekukan, kecuali es krim, sebelum dikonsumsi
dilakukan thawing, maka untuk bahan yang telah mengalami
denaturasi protein pada waktu pencairan kembali, air tidak dapat
diabsorpsi kembali. Tekstur liat yang terjadi disebabkan oleh
membesarnya molekul-molekul.
METODOLOGI
3.2 Pengawetan Daging, Sayur dan Ikan dengan Pendinginan dan Pembekuan
3.2.1 Alat
Refrigerator
Freezer dengan T=< -18oC
Jantung plastic HDPE atau PVC
Pisau
3.2.2 Bahan
Buncis
Daging sapi segar
Karkas ayam
Ikan mas ukuran sedang
3.2.3 Prosedur Kerja
Pendinginan dengan pembekuan daging sapi dan karkas ayam
1. Daging yang kana diawetkan harus dipilih yang bermutu baik. Untuk unggas
dipilig yang dagingnya kompak, penyebaran lemak merata dan kerusakan kulit
seminimal mungkin
2. Setelah dicuci dengan air bersih, kemas dalakantung plastic HDPE atau PVC
sebanyak 3 kantong ( diberi label kantong1, kantong 2 dan kantong 3 dengan
mutu relative seragam)
3. Simpan ketiga kantong dalam refrigerato.pada hari kedua, pindahkan
kantongkedua dan ketiga ke dalam freezer dengan suhu -10oC dan -18oC.
kantoong 1 tetap dibiarkan di refrigerator
Pengamatan
1. Lakukan pengamatan organoleptik terhadap aroma,penampakan, warna, rasa
dan tekstur pada minggu ke- 0, 1, 2, 3, dan 4 atau sampai produk sudah tidak
diterima untuk produk yang disimpan dalam refrigerator. Amati tekstur dan
warna secara objektif dengan alat analyzer dam chromatometer setelah akhir
penyimpanan.
2. Untuk penyimpanan beku, pengamatan dilanjutkan pada bulan ke-2 dan ke-3
3. Pada akhir penyimpanan produk bekum lakukan thawing dengna cara
memindahkan produk beku ke refrigerator dan biarkan didalamnya selama
sekitar 24 jam. Ukur tekstur dan warna dengan tekstur analyzer dan
crhomatometer.
RANCANGAN KERJA
Disimpan di
refrigerator
Disimpan di suhu
kamar
Diukur suhu
Disimpan
Produk
Dipilih
Dipilih
Dikemas
Disimpan di
refrigerator
Dipindah di freezer
Dipotong
Dicuci
Dipotong 4 bagian
Dikemas
Disimpan di
refrigerator (1)
D. Pembekuan sayuran buncis
Disimpan di freezer
(2)
Produk
Air panas Air bekas
Dikemas
bersih
Ditiriskan
Dikemas
Disimpan di
refrigerator dan
BAB IV
freezer
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Tempat Produk
penyimpanan per kelompok
Kelompok Buah Penyimpanan
Tomat = Khas
Tomat = Merah keorenan Tomat = Manis
tomat
khas
3 3.6 4.4 4.3 2.7 merah Asam keras
tomat
khas
6 1.8 4.4 3.9 2.8 merah Asam keras
tomat
Tabel 11. Hasil pengujian pendinginan pada sayur buncis kelompok 3
Hari Total Total Organoleptik
Kekerasan pH
ke - Gula Asam Warna Aroma Tekstur
khas
0 3.8 6.2 2.1 2.9 Hijau Renyah
sayur
hijau sedikit sedikit
3 3.3 5.9 1.9 1.3
pudar langu lembek
coklat ke layu tidak
6 0.98 5.6 2.8 2.9 layu
putihan segar
Seperti yang dijelaskan diaatas, produk yang disimpan pada freezer yaitu produk sayur-
sayuran dan produk hewani. Dilakukan pengawetan pembekuan agar dapat diketahui
apakah produk yang disimpan di suhu rendah (pembekuan) dapat umur simpannya
bertambah atau tidak, dan agar dapat diketahui perbedaan prinsip antara pengawetan
pendinginan dengan pembekuan. Setelah dilakukan uji yang sesuai dengan penjelasan
diatas, didapatkan hasil pengamatan bahwa pada produk sayur-sayuran tidak
mengalami perubahan yang signifikan produk masih terlihat baik. Akan tetapi, pada
buncis didapatkan hasil bahwa ketika buncis dikeluarkan dari freezer tidak lama
kemudian mencair dan produk menjadi lembek, hal ini sudah sesuai dengan literatur
bahwa terjadi chilling injury. Menurut Kusnandar (2010), bahan-bahan pangan seperti
buah dan sayur sebaiknya tidak disimpan pada suhu dingin, karena pada suhu dibawah
13,3˚C akan terjadi kerusakan (Chilling Injury) dan tidak akan mengalami pematangan
yang normal. Penyimpanan pada suhu rendah (dibawah 4,4˚C) menyebabkan terjadinya
akumulasi gula sebab aktivitas metabolisme berlangsung agak lambat.
4.3 Tekstur
Dilihat dari tekstur tiap-tiap bahan uji, dari buah-buahan didapatkan penurunan tekstur
kekerasan. Buah mengalami penurunan kekerasan mungkin dikarenakan terjadinya
kerusakan chilling injury dan juga terjadi perubahan kualitas mutu bahan. Hal ini sesuai
dengan literatur bahwa menurut Kusnandar (2010), sayur dan buah-buahan sebaiknya
tidak disimpan pada suhu dingin, karena pada suhu dibawah 13,3˚C akan terjadi
kerusakan (Chilling Injury) dan tidak akan mengalami pematangan yang normal serta
akan terjadi penurunan kualitas dari bahan tersebut. Penyimpanan pada suhu rendah
(dibawah 4,4˚C) menyebabkan terjadinya akumulasi gula sebab aktivitas metabolisme
berlangsung agak lambat. Sedangkan pada tomat dari parameter tekstur, mengalami
perubahan tekstur menjadi lebih keras. Menurut Estiasih (2009), Buah dan sayur
memiliki komponen kadar air yang besar sebagai penyusun utamanya. Dengan adanya
kadar air yang tinggi akan menyebabkan perubahan volume yang besar. buah dan sayur
sebagian besar memiliki tekstur yang lebih kaku jika dibandingkan dengan tekstur
daging dan ikan. Kemudian pada sayur buncis di pengawetan pendinginan dan
pembekuan produk mengalami perubahan tekstur menjadi lunak dan lembek hal ini
dapat diakibatkan adanya proses thawing ketika dikeluarkan dari tempat pengawetan
perubahan tersebut terjadi. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa Selama proses
thawing berlangsung sel yang rusak akan mengalami pelepasan komponen bagian-
bagian sel, air yang hilang membuat bagian dalam sel menjadi kosong dan tidak dapat
tergantikan. Kerusakan ini tidak dapat kembali ke bentuk semula sehingga
mengakibatkan tekstur menjadi lunak (Koswara, 2009). Lalu pada bahan pangan hewani
seperti karkas ayam dan ikan lele, didapatkan hasil bahwa tekstur bahan menjadi
berlendir, licin dan lunak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fathonan (2011), bahwa
bahan pangan yang mengeluarkan lendir dapat dikarenakan adanya proses hyperaemia
yang merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar yang terdapat dibawah kulit.
Lendir yang dihasilkan tersebut merupakan glikoprotein dan merupakan substrat yang
baik bagi pertumbuhan bakteri. Sehingga kontaminan yang berupa mikroorganisme
dapat masuk dengan mudah dan dapat dengan mudah merusak bahan sehingga dapat
mempengaruhi bau, berat, warna dan tekstur.
4.4 pH
Jenis asam banyak ditemukan pada beberapa jenis tanaman, terutama tanaman buah-
buahan. Asam-asam ini terdapat dalam jumlah kecil dan merupakan hasil antara
(intermediete) dalam metabolisme, yaitu dalam siklus kreb (siklus asam trikarboksilat),
siklus asam glioksilat, dan siklus asam shikimat. Rasa asam yang ada juga dapat
disebabkan oleh adanya vitamin C. Buah yang mempunyai kandungan gula tinggi
biasanya juga disertai adanya asam. Pada buah klimaterik, asam organik menurun
segera setelah proses klimaterik terjadi. Jumlah asam akan berkurang dengan
meningkatnya aktivitas metabolisme buah tersebut. Selama penyimpanan keasaman
buah bervariasi tergantung tingkat kematangan, jenis dan suhu penyimpanan. Biasanya
buah yang masih muda memiliki kandungan asam yang lebih tinggi (Laksmi, 2010).
Sebelum di titrasi, sampel yang akan diuji di gerus terlebih dahulu dengan mortar.
Tujuan dari penggerusan adalah agar sampel menjadi homogen dan untuk memperluas
permukaan bahan. Selanjutnya sampel yang telah homogen dilarutkan dengan aquades
dan dikocok. Hal ini merupakan cara untuk ekstraksi asam, dengan tujuan agar zat yang
diinginkan dapat larut semaksimal mungkin pada pelarut yang digunakan yaitu NaOH.
Kemudian dilakukan penyaringan agar didapatkan filtrat yang akan digunakan dalam
proses titrasi. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan air yang sudah mengandung
asam dari jaringan bahan lain. Filtrat di tetesi dengan larutan indikator pp sebanyak 2-3
tetes. PP biasa ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui apakah reaksi sudah
mencapai titik ekuivalen atau belum. Setelah itu dilakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N
hingga terbentuk warna pink yang dapat bertahan selama 30 detik. Volume NaOH yang
diperlukan menunjukkan jumlah asam sitrat pada bahan tersebut, karena NaOH akan
menetralkan asam sitrat yang ditandai dengan adanya perubahan warna (Sudarmaji,
2009). Setelah dilakukan pengamatan maka didapatkan hasil bahwa pada buah apel,
pisang dan jeruk dari hari ke hari mengalami kenaikan kadar total asam. Sedangkan
pada buah mangga, tomat pada pengawetan pendinginan dan Pembekuan serta buncis
pada pengawetan pembekuan dari hari ke hari parameter total asam mengalami
penurunan kadar total asam. Lalu pada sayur buncis pengawetan pendinginan kadar
total asam dari hari ke hari masih stabil tidak ada perubahan yang signifikan. Hal ini
sesuai dengan referensi yang ada bahwa Jumlah asam dapat berkurang dan bertambah
sesuai dengan meningkatnya aktivitas metabolisme buah tersebut. Selama
penyimpanan, keasaman buah bervariasi tergantung tingkat kematangan, jenis dan
suhu penyimpanan. Biasanya buah yang masih muda memiliki kandungan asam yang
lebih tinggi (Laksmi, 2010).