PERATURAN
KEPADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Pangan : sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang
tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan ataupun bahan baku pangan.
2. Pangan Olahan : makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu,
dengan atau tanpa bahan tambahan.
3. Pangan Tercemar : pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau yang dapat
merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia; pangan yang mengandung
bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan; pangan yang
mengadung bahan yang kotor, busuk, tengik, atau mengandung bahan nabati atau hewani
yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak
dikonsumsi manusia; pangan yang sudah kedaluwarsa.
4. cemaran : bahan yang tidak dikehendaki ada dalam makanan yang mungkin berasal dari
lingkungan atau dari proses produksi makanan, dapat berupa cemaran biologis, kimia dan
benda asing yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
5. cemaran biologis : cemaran dalam makanan yang berasal dari bahan hayati, dapat berupa
cemaran mikroba atau cemaran lainnya seperti cemaran protozoa dan nematoda.
6. cemaran mikroba : cemaran dalam makanan yang berasal dari mikroba yang dapat
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
7. cemaran kimia : cemaran dalam makanan yang berasal dari unsur atau senyawa kimia yang
dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia, dapat berupa cemaran logam berat,
cemaran mikotoksin, cemaran antibiotik, cemaran sulfonamida atau cemaran kimia lainnya.
BAB II
JENIS DAN BATAS MAKSIMUM CEMARAN DALAM KEMASAN
Pasal 2
(1) Makanan yang diproduksi, diimpor dan diedarkan di wilayah Indonesia harus memenuhi
persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan.
(2) persyaratan keamanan harus dipenuhi untuk mencegah makanan dari kemungkinan
adanya bahaya, baik karena cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Pasal 3
Mengatur tentang cemaran mikroba dan kimia. Cemaran kimia meliputi logam berat,
mikotoksin dan cemaran kimia lainnya.
Pasal 4
Ketentuan jenis cemaran dan batas maksimum cemaran pada makanan (dalam Pasal 3)
CONTOH
Produk olahan pangan
Sereal sarapan.
Keju.
Buah kalengan.
Roti.
Makanan ringan, seperti keripik.
Daging olahan, seperti nugget, sosis.
Makanan siap saji.
Minuman, seperti susu, soft drink.
Produk Tercemar
1. Pemakaian pestisida pada sayur-sayuran, tanaman pertanian atau gudang tempat
penyimpanan hasil pertanian. Pemakaian pestisida ini dapat meninggalkan sisa-sisa
pada komoditi tersebut (residu pestisida).
2. Timbal (Pb) dari emisi gas pembuangan kendaraan bermotor yang menempel pada
tanaman buah atau sayur dan jajanan anak yang dijual di pinggir jalan.
3. Zat-zat kimia yang terdapat pada kemasan makanan yang dikonsumsi seperti
kehadiran Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan. Bila
berakumulasi dengan panas, senyawa kimia pada styrofoam dapat memunculkan zat
yang bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
4. Penggunaan zat aditif atau bahan tambahan makanan. Bahan ini umumnya
diperlukan untuk menambah rasa, memberi warna, melembutkan tekstur dan
mengawetkan makanan.
5. Zat penawar racun (antibiotika), hormon, dan lain sebagainya pada makanan hewan
yang dimaksudkan untuk menggemukkan hewan tersebut sebelum dipotong.
6. Kandungan merkuri atau arsen pada ikan dan hewan-hewan laut lainnya yang
dikonsumsi yang berasal dari laut yang tercemar merkuri atau arsen.
7. Produk pakan ternak yang tercemar dioxin yang pada akhirnya mengkontaminasi
daging ayam potong seperti yang terjadi di Belgia pada bulan Mei 1999 yang diduga
senyawa toksin tersebut ada dalam proses manufaktur dan akibat faktor degeneratif
destruksi (pembusukan dari bahan). Pemerintah Indonesia kemudian pada 14 Juni
1990 untuk sementara melarang import makanan yang bahan dasarnya daging sapi,
ayam, telur dan susu dari Belgia serta negara-negara Eropa lainnya.
A. Cemaran Fisik
Pada makanan, bahaya tersebut dapat terjadi melalui berbagai cara: dari pangan itu
sendiri, pekerja, peralatan, proses pengolahan dan pembersihan serta dari konsumen.
Makanan dapat dikatakan tidak aman atau terkontaminasi oleh cemaran fisika apabila
terdapat kotoran yang kasat mata atau benda-benda fisik. Contohnya, pecahan gelas,
pecahan lampu, pecahan logam, paku, potongan kawat, kerikil, stapler, rambut, bulu
binatang, karet dan benda asing lainnya. Cemaran fisika akan merusak kualitas dan
mutu dari makanan tersebut, dan tentu juga dapat membahayakan manusia jika
termakan dan masuk ke dalam alat-alat pencernaan. Meskipun bahaya fisik tidak
selalu menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan, tetapi bahaya ini
dapat menjadi pembawa atau carier bakteri-bakteri patogen dan tentunya dapat
mengganggu nilai estetika makanan yang akan dikonsumsi.
Beberapa bahan pangan yang terindikasi telah tercemar cemaran fisika seprti; bahan
pangan atau makanan yang kotor karena tercemar benda-benda asing seperti pecahan
gelas, potongan tulang, potongan kayu, kerikil, rambut, kuku, sisik dan sebagainya.
Makanan yang dibungkus plastik atau daun dengan menggunakan stapler beresiko
bahaya fisik, karena stapler yang terlepas dapat masuk ke dalam makanan tanpa
diketahui.
B. Cemaran Biologis
Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus,
kapang, dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan berkembang di dalam bahan
pangan, sehingga dapat menyebabkan infeksi dan keracunan pada manusia. Beberapa
bakteri patogen juga dapat menghasilkan toksin (racun), sehingga jika toksin tersebut
terkonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan intoksikasi. Intoksikasi adalah kondisi
ketika toksin sudah terbentuk di dalam makanan atau bahan pangan, sehingga
mengindikasikan keadaan berbahaya. Sekalipun makanan atau bahan pangan sudah
dipanaskan sebelum disantap, toksin yang sudah terbentuk masih tetap aktif dan bisa
menyebabkan keracunan meski bakteri tersebut sudah tidak terdapat dalam makanan.
· Mikrobia
1. Bakteri patogenik
Staphylococcus aureus
Pangan asal ternak berisiko tinggi terhadap cemaran mikroba pembusuk atau
patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Dengan karakteristik yang khas,
produk ternak merupakan media yang disukai mikroba sebagai tempat tumbuh dan
berkembang. Setelah dipotong, mikroba mulai merusak jaringan sehingga bahan
pangan hewani cepat mengalami kerusakan bila tidak mendapat penanganan yang
baik. Mikroba pada produk ternak terutama berasal dari saluran pencernaan. Beberapa
jenis penyakit yang ditimbulkan oleh pangan asal ternak adalah penyakit antraks,
salmonelosis, brucellosis, tuberkulosis, klostridiosis, dan penyakit akibat cemaran
Staphylococcus aureus.
Campylobacter jejuni
Seperti daging hewani lainnya, daging unggas cocok sebagai media
perkembangan mikroba, karena unggas cenderung berada di lingkungan yang kotor.
Selain hidup dalam kondisi kotor, cemaran daging unggas di Indonesia juga dapat
disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan peternak, kebersihan kandang, serta
sanitasi air dan pakan. Sanitasi kandang yang kurang baik dapat menyebabkan
timbulnya cemaran mikroba patogen yang tidak diinginkan.
Karkas ayam mentah paling sering dikaitkan dengan cemaran Salmonella dan
Campylobacter yang dapat menginfeksi manusia. Campylobacter jejuni merupakan
salah satu bakteri patogen yang mencemari ayam maupun karkasnya. Cemaran bakteri
ini pada ayam tidak menyebabkan penyakit, tetapi mengakibatkan penyakit yang
dikenal dengan nama campylobacteriosis pada manusia.Penyakit tersebut ditandai
dengan diare yang hebat disertai demam, kurang nafsu makan, muntah, dan
leukositosis.
Salmonella
Telur merupakan produk unggas yang selalu dihubungkan dengan cemaran
Salmonella yang berasal dari kotoran ayam dalam kloaka atau dalam kandang. Secara
alami, cangkang telur merupakan pencegah yang baik terhadap cemaran mikroba.
Cemaran bakteri dapat terjadi pada kondisi suhu dan kelembapan yang tinggi.
Cemaran pada telur bebek lebih banyak dibanding pada telur ayam. Apabila
penanganan telur tidak dilakukan dengan baik, misalnya kotoran unggas masih
menempel pada cangkang telur, maka kemungkinan Salmonella dapat mencemari
telur, terutama saat telur dipecah. Cemaran mikroba tersebut dapat dikurangi dengan
cara mencuci dan mengemas telur sebelum dipasarkan. Salmonelosis merupakan
penyakit yang diakibatkan oleh cemaran Salmonella dan dapat menyebabkan rematik,
meningitis, abses limpa, pankreatitis, septikemia, dan osteomielitis.