Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI EMULSI

1. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat mengetahui teknologi emulsi berbagai jenis produk pangan seperti eskrim.
Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja emulsifier didalam teknologi pangan.
2. DASAR TEORI
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri atas dua fase cairan yang tidak saling melarutkan,
dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk globula (fase terdispersi) didalam cairan lainnya
(fase kontinyu). Berdasarkan jenis fase kontinyu dan fase terdispersinya dikenal dua tipe emulsi
yaitu emulsi tipe O/W dan tipe W/O.
Agar fase terdispersi dan fase kontinyu dapat bercampur sempurna dibutuhkan komponen
ketiga disebut Emulsifier, komponen ini berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan
antara kedua fase (interacial tension) sehingga keduanya mudah membentuk emulsi. Tegangan
permukaan mempunyai peranan yang besar sekali dalam pembentukan emulsi. Bila tegangan
interfacial turun dibawah 10 dyne/cm, maka emulsi dapat dibentuk. Bila tegangan interfacial
mendekati nol emulsi terbentuk secara spontan. Seringkali juga ditambahkan stabilizier kedalam
emulsi untuk meningkatkan viskositas fase kontinyu sehingga emulsi menjadi lebih stabil.
Pada dasarnya emulsifier adalah surfaktan yang memiliki dua gugus, satu gugus
hidrofilik yang bersifat polar dan satu gugus lipofilik yang bersifat nonpolar. Griffin
mengembangkan konsep HLB (Hydrophilic Lipophilic Balance) untuk menentukan jenis
emulsifier apa yang cocok digunakan pada suatu sistem emulsi. HLB menggambarkan rasio
berat gugus hidrofilik dan lipofilik didalam molekeul emulsifier. Emulsifier yang memeiliki nilai
HLB antara 3-6 akan membentuk emulsi tipe W/O, sedangkan emulsifier yang bernilai HLB
tertentu dapat dihitung dengan formulasi berikut:

%A =

Dimana :

A = Emulsifier A
B = Emulsifier B
X = Nilai HLB yang diinginkan
Contoh beberapa jenis Emulsifier
Nama Umum

Nama Kimia

HLB

IF

GMS

Glycerol Monostearater

3.8

5.52

BGMO

Glycerol Monooleat

2.8

5.09

Span 60

Sorbitan Monostearater

4.7

5.64

Span 80

Sorbitan Monooleat

4.3

5.02

Tween 60

Polyoxyethylene Monostearater

14.9

2.42

Tween 80

Polyoxyethylene Monooleat

15

2.24

Tiga sifat fisik emulsi yang perlu dikenal adalah :


1) Penampakan, sifat ini erat hubungannya dengan ukuran partikel emulsi.
2) Viskositas, tergantung pada persentase fase kontinyu, ukuran partikel fase terdispersi dan jenis
serta konsentrasi emulsifier.
3) Dispersibilitas dan daya emulsi yang nilainya tergantung pada jenis fase kontinyu.

Hubungan antara ukuran partikel emulsi dengan penampakan


Ukuran Partikel
Makroglobula
> 1.0 Mikron
0.1 1 Mikron
0.05

0.1

Penampakan
Kedua fasenya dapat dibedakan
Tampak putih seperti susu
Tampak biru keputihan
Abu-abu agak sedikit transparan

Mikron
< 0.05 Mikron

Transparan

Berdasarkan kestabilannya emulsi dibagi menjadi tiga jenis yaitu :


1) Emulsi Temporer yang membutuhkan pengocokan kuat sebelum digunakan
2) Emulsi Semi Permanen yang berbentuk kental seperti eskrim
3) Emulsi Permanen yang memiliki viskositas tinggi
Kerusakan emulsi akibat perubahan stabilitas dapat terjadi melalui proses creaming,
flocculation dan coalescence. Fenomena creaming meliputi floatasi atau sedimentai akibat
gaya gravitasi flokulasi adalah pengelompokkan butiran kecil menjadi butiran yang lebih besar
yang terjadi setelah flokulasi dan bersufat irreversible. Pemecahan emulsi dapat dipicu oleh
adanya pemanasan, penambahan elektrolit, pengadukan mekanis dan sentrifusi kecepatan tinggi.
Pada dasarnya emulsi dibuat dari campuran bahan lipofilik dan bahan hidrofilik. Sebelum
dibuat emulsi, bahan lipofilik umumnya dipanaskan dulu pada suhu yang cukup tinggi (5-10 o C
diatas titik air komponen penyusunannya yang mempunyai titik cair teritinggi). Bahan hidrofilik
lebih baik dipanaskan 2-3o C diatas suhu bahan lipofilik untuk mencegah pendinginan dan
kristalisasi. Bila dalam formulasi emulsi emulsi O/W terdapat garam atau asam ada baiknya jika
bahan hidrofilik dibagi dua, dimana bagian yang terakhir sedikit saja untuk melarutkan garam
atau asam dan ditambahkan setelah emulsi primer yang baik mulai terbentuk.

Dalam pembuatan emulsi urutan dan laju penambahan bahan sangat penting diperhatikan agar
didapatkan hasil akhir yang diinginkan. Untuk membuat emulsi tipe O/W, lazim dipakai teknik
inversi dimana bahan lipofilik dicampur hingga homogen dengan emulsifier. Kepadanya lalu
ditambahkan bahan hidrofilik sedikit demi sedikit. Pada proses ini mula-mula viskositas emulsi
akan meningkat hingga suatu titik dimana terjadi pembalikkan tipe emulsi yang disebut titik
inversi, melewati titik ini viskositas akan menurun secara drastis.
Peralatan utama yang umum digunakan untuk emulsifikasi di industri pangan adalah mixer,
homogenizer tekanan, gilingan koloid atau ultrasonik homogenizer. Peralatan tersebut berfungsi
untuk memecah atau mendispersikan fase terdispersi kedalam fase kontinyu. Pemilihan peralatan

emulsifikasi harus mempertimbangkan faktor viskositas emulsi pada berbagai tahap pembuatan,
input energi mekanis yang dibutuhkan dan kebutuhan alat penukar panas.
Metode Pembekuan Emulsi
Pada dasarnya siat-sifat emulsi yang kita buat bergantung pada beberapa faktor, yaitu
1. komposisi bahan yang digunakan,
2. jenis bahan yang menjadi medium dispersi,
3. jenis dan jumlah emulsifier, prosedur dan kondisi pengolahan serta macam-macam peralatan
yang digunakan.
Dari ketiga faktor tersebut, faktor kedua yang terakhir merupakan faktor yang terpenting yang
harus diawasi.
1. Penentuan Medium Dispersi
Sifat-sifat medium dispersi pada umumnya akan menjadi sifat-sifat emulsi. Jika emulsi
yang diinginkan dapat larut dalam air, mudah mengering, dapat meresap pada bahan-bahan yang
terbuat dari selulosa, seperti kertas dan serat tekstil, serta mempunyai sifat-sifat sama dengan air,
maka medium dispersinya haruslah air. Jika sifat-sifat yang diinginkan adalah sebaliknya, maka
medium dispersinya haruslah minyak atau pelarut minyak.
Pada umumnya lebih mudah membuat emulsi yang stabil dalam jangka waktu lama bila
tipenya minyak dalam air dibandingkan dengan bila tipenya air dalam minyak. Pada pembuatan
emulsi , tipe emulsi apa yang akan terbentuk tergantung pada perbandingan air dan minyak, jenis
bahan yang terdapat pada kedua fase dan nilai HLB emulsifier yang digunakan. Dari ketiga
faktor tersebut, dua faktor yang terakhir merupakan faktor-faktor penting yang harus diawasi.
2. Pemilihan Jenis Bahan
Jenis dan jumlah masing-masing bahan yang digunakan untuk membuat emulsi
bergantung pada tujuan penggunaannya. Pada dasarnya bahan-bahan digunakan untuk membuat
emulsi dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan hidrofilik, lipofilik, dan emusifier.
Bahan Lipofilik terdiri dari minyak, lemak, lilin, pelarut non polar, bahan-bahan yang
larut lemak (zat warna, obat-obatan, pestisida dan lain-lain) serta emulsifier yang mudah larut
dalam lemak. Pada banyak kejadian bahan lipofilik yang akan digunakan harus dipanaskan
dahulu supaya cair atau larut bersama-sama dengan bahan bahan lain. Bila hal itu dilakukan,
suhunya harus cukup tinggi untuk menjamin tidak adanya pemisahan bahan-bahan atau
kristalisasi ( 5-10C diatas titik cair dari bahan yang mempunyai titik cair tertinggi).

Pemilihan jenis bahan dan jumlah yang digunakan tergantung pada tujuan penggunaan
emulsi dan sifat-sifat emulsi yang diinginkan, Kecuali untuk bahan-bahan aktif, bahan-bahan
yang akan digunakan biasanya diseleksi menurut sifat-sifatnya, seperti mudah tidaknya bahan
tersebut menghasilkan emulsi yang stabil. Sebagai contoh minyak nabati biasanya sulit
mengemulsi dibandingkan dengan minyak mineral dan pelarut non polar yang mengandung klor
lebih sulit mengemulsi dari pada hanya mengandung hidrokarbon biasa. Karena masalah
pembuatan emulsi lebih kompleks (serta penyimpanan dan transportasinya) dibandingkan
dengan pembuatan larutan, maka cara pembuatan terbaik adalah memilih bahan-bahan dasar
yang mudah diemulsifikasi bila hal tersebut memungkinkan.
Bahan Hidrofilik yang biasa digunakan didalam emulsi adalah air, garam-garam,
pelarut polar, bahan-bahan yang larut dalam air (zat warna, obat-obatan, pestisida, dll) serta
emulsifier yang mudah larut dalam air. Pada waktu pembuatan emulsi, bila bahan lipofilik
dipanaskan, maka lebih baik memanaskan bahan hidrofilik 2-3 C diatas suhu bahan lipofilik
dengan tujuan mencegah pendinginan dan kristalisasi. Bila didalam formula suatu emulsi minyak
dalam air terdapat garam atau asam, maka ada baiknya bahan hidrofiliknya dibagi menjadi dua
bagian, bagian yang terakhir cukup sedikit saja untuk melarutkan garam atau asam dan
ditambahkan setelah emulsi primer yang baik terbentuk.
Emulsifier merupakan suatu langkah maju didalam bidang teknologi pembuatan emulsi
dengan menggunakan teori HLB dalam proses pemilihannya. Sistem ini diciptakan berdasarkan
beberapa percobaan empiris dan merupakan perbaikan dari pernyataan yang menyatakan bahwa
untuk membuat emulsi minyak didalam air lebih baik menggunakan emulsifier yang larut air dan
demikian sebaliknya. Peneratan teori ini didalam proses pembuatan emulsi ternyata dapat
mengeliminir sebagian besar dari jumlah percobaan yang seharusnya dibuat.
Proses Pembuatan Emulsi
Proses pembuatan emulsi dapat bermacam-macam tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai, namun prinsipnya proses tersebut melibatkan dua hal pokok, yaitu penurunan tegangan
permukaan oleh emulsifier dan input energi mekanis. Pada umumnya kalau terjadi penurunan
tekagangan permukaan , maka pembentukan emulsi akan lebih mudah terjadi sehingga input
energi mekanis yang dibutuhkan semakin berkurang. Demikian sebaliknya, bila jumlah
emulsifier yang ditambahkan hanya sedikit, maka untuk membentuk emulsi yang stabil
diperlukan lebih banyak input energi mekanis

1. Pengolahan Skala Laboratorium


Pengolahan skala labolatorium patut mendapat perhatian karena sering menemui
kesulitan, terutama dalam usaha meniru teknik pengolahan skala pabrik. Sebagai contoh, proses
pembuatan emulsi yang agak kental dengan peralatan skala labolatorium sebenarnya
membutuhkan input energi yang sangat tinggi per satuan volume emulsi. Bila proses pembuatan
emulsi tersebut menggunakan waring lendor, maka sebagian dari energi yang diberikan akan
dipakai untuk mendisfersikan sejumlah besar udara kedalam sistem emulsi. Karena itu peralatan
emulsi di labolatorium sering tidak memberikan hasil yang sama dengan pengolahan di pabrik.

2. Pengolahan Skala Pabrik


Jika proses pembuatan emulsi pada skala labolatorium telah dikerjakan mendekati sama
dengan keadaan pabrik, maka nantinya hanya akan terdapat masalah-masalah biasa yang pada
banyak kejadian dapat dipecahkan dengan mudah. Dengan dasar pembuatan di labolatorium,
maka penetapan suatu prosedur pembuatan emulsi pada skala pabrik akan lebih mantap. Dalam
hal ini perlu diperhatikan bahwa sering kali perbedaan kecil didalam prosedur dapat
menyebabkan produk akhir yang berbeda total.

ES KRIM
Eskrim merupakan makanan berupa semi padat yang biasanya terbuat dari susu sapi atau
dapat juga dibuat dengan santan atauun margarin. Menurut Standar Nasional Indonesia, eskrim
adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung eskrim atau
campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dan dengan atau tanpa bahan makanan lain
yang diizinkan. Eskrim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan
sedikit udara. Sel-sel udara yang ada berperan untuk memberikan tekstur lembut pada eskrim
tersebut. Tanpa adanya udara, emulsi beku tersebut akan menjadi terlalu dingin dan terlalu
berlemak.
Bahan utama dari eskrim adalah lemak (susu), gula, padatan non-lemak dari susu (termasuk
lactosa) dan air. Sebagai tambahan, pada produk komersil diberi emulsifier yang biasanya
digunakan lesifin, gliserol monostearater atau lainnya. Emulsifier ini berguna untuk membangun

distribusi struktur lemak dan udara yang menentukan dalam membentuk sifat rasa atau tekstur
halus dan pelelehan yang baik. Untuk stabilizernya bisa digunakan polisakarida dan ini berfungsi
sebagai penambah viskositas. Sedangkan pewarna dan perasa biasanya bervariasi tergantung
dengan selera pasar.
Bahan-bahan tersebut dicampur, dipasteurisasikan, dihomogenasikan dan didinginkan
dengan cepat. Setelah emulsi minyak dalam air tersebut dibiarkan dalam waktu yang lama,
kemudian dilewatkan dalam kamar yang suhunya cukup rendah untuk membekukan sebagian
campuran. Pada saat yang sama, udara dimasukkan dengan cara dikocok. Tujuan dari pembekuan
dan aerasi ini ialah untuk membentuk buih yang stabil. Jika buih terlalu sedikit maka produk
akan tampak basah, namun jika terlalu banyak maka produknya akan tampak kering. Sel-sel
udara pada eskrim harus berukuran sekitar 100 mikron. Jika sel udaranya terlalu besar, maka
eskrim akan cepat meleleh, sedangkan jika sel udaranya terlalu kecil maka buihnya akan terlalu
stabil dan akan meninggalkan head ketika meleleh.
Eskrim memiliki struktur koloid yang kompleks, karena merupakan buih dan juga emulsi.
Buih padat terjadi karena adanya lemak emulsi dan juga karena adanya kerangka dari kristalkristal es yang kecil dan terdispersi didalam larutan makromolekular berair yang telah diberi
gula. Peranan emulsifier (misal: gliserol monostearater komersial) adalah untuk membantu
stabilisasi terkontrol dari emulsi didalam freezer. Molekul emulsifier akan menggantikan
membran protein, satu ujung molekulnya akan melarut di air, sedangakan ujung satunya akan
melarut di lemak. Perubahan-perubahan polimorfis lemak pada eskrim selama penyimpanan
menyebabkan perubahan bentuk pada globula awalnya, yang berkombinasi dengan film protein
yang sedikit terlepas dan menyebabkan terjadinya penggumpalan pada saat didalam freezer.
Bahan penstabil dalam pembuatan eskrim merupakan kolodi hidrofilik yang dapat
menurunkan konsentrasi air bebas dengan cara menyerap air tersebut sehingga akan mengurangi
kristalisasi es, memperkecil kristal es dan dapat meningkatkan kehalusan tekstur. Jenis-jenis
penstabil yang biasa digunakan dalam frozen dessert terbagi menjadi beberapa kategori,
misalnya protein yaitu gelatin dan plant exudates, arabik yaitu ghatti, karaya, tragacant ums dan

sed gums, sedangkan locust (carob) yaitu bean dan psyllium, microbial gums, seaweed, pectin
dan high methoxyl.

3. PERALATAN DAN BAHAN

Alat yang Digunakan :


Mixer, Kompor, Baskom, Panci, Sendok, Pengaduk, Timbangan, Gelas Ukur, Mangkuk Plastik
dan Parutan.
Bahan yang Digunakan :
Susu Kental Manis, Susus Bubuk Skim, Air, Telur, Gula Pasir, Garam, Agar-Agar Powder dan
Coklat Batangan.

4. PROSEDUR PERCOBAAN

Mencampurkan susu kaleng kental manis dengan telur dan gula pasir. Lalu dikocok dengan mixer
hingga rata.
Mencampurkan bahan yang telah di mixer dengan susu bubuk, garam, agar-agar powder dan air
secara sedikit demi sedikit. Lalu diaduk rata.

Memasukkan adonan kedalam panci lalu dimasak dengan api sedang sambil diaduk terus
menerus sampai adonan menjadi kental.
Selahi mengaduk adonan, memasukkan coklat batangan yang telah diparut secukupnya kemudian
mengaduk rata.
Melelehkan coklat batangan yang dicampurkan dengan margarin
Setelah adonan kental, mematikan kompor kemudian memindahkan panci kedalam baskom berisi
air dingin.
Setelah adonan dingin, memasukkan adonan eskrim kedalam cup kecil lalu sampel tersebut
ditimbang.
Meneteskan secara perlahan coklat yang telah dicairkan kedalam eskrim.
Memasukkan eskrim kedalam freezer untuk didinginkna selama 1-1,5 jam.
Setelah eskrim jadi, menimbang sampel dan melakukan analisa perhitungan modal dan jumlah
eskrim yang didapat.

5. DATA PENGAMATAN

PERLAKUAN

PENGAMATAN

Pencampuran adonan Eskrim

Adonan berwarna putih, cair dan berbau enak khas

Pemanasan adonan Eskrim

eskrim.
Adonan berwana kecoklatan, sedikit kental dan

Pendinginan adonan Eskrim

berbau enak khas eskrim.


Bertekstur lembut dengan butiran kristal kecil.

6. ANALISA PERCOBAAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai Teknologi Emulsi yang bertujuan untuk
mengetahui teknologi emulsi produk eskrim serta mempelajari mekanisme kerja emulsifier
dalam teknologi pangan. Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari dua fase cairan yang tidak
saling melarutkan, dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk globula didalam cairan lainnya.
Hal pertama yang dilakukan adalah mencampurkan bahan-bahan menjadi satu dimana
salah satu bahannya yaitu telur dan gula, dimixer untuk menimbulkan sifat emulsi dan berbuih
karena gula berperan menjadi emulsifier sedangkan telur mengandung lesitin. Emulsifier
berfungsi untuk menurunkan tegangan antar permukaan (fase terdispersi dan fase kontinyu) agar
dapat bercampur dengan sempurna dan membentuk emulsi. Selain itu, emulsifier berguna untuk

membangun distribusi struktur lemak dan udara yang dapat berperan memberikan kelembutan
pada tekstur yang dihasilkan eskrim.
Setelah bahan dicampur, bahan dihomogenkan dan diaduk rata. Tujuan dari pengadukan
ialah untuk memasukkan udara kedalam campuran, dimana sel-sel udara tersebut meberikan
peran untuk membentuk tekstur yang lembut pada eskrim. Tanpa adanya udara emulsi beku
eskrim akan terlalu basah dan berlemak.
Proses terakhir yaitu pembekuan, dimana air dalam campuran adonan tadi dibekukan
menjadi kristal es sedikit keras namun halus. Disini, emulsifier berperan untuk menstabilisasikan
emulsi didalam freezer. Molekul emulsifier akan menggantikan membran protein, satu ujung
molekulnya akan melarut di air, sedangkan ujung satunya akan melarutkan lemak. Eskrim yang
dihasilkan pada percobaan ini bertekstur halus lembut dan tidak terlalu keras. Hal ini
dikarenakan pada eskrim tersebut ditambahkan bahan penstabil berupa agar-agar powder yang
merupakan koloid hidrofilik yang dapat menurunkan konsentrasi air bebas dengan cara
menyerap air tersebut sehingga dapat mengurangi kristalisasi es.
Menurut analisis secara ekonomi, dengan modal Rp. 34.700,- dihasilkan 33 cup eskrim
dengan harga jual setiap cup yaitu Rp. 2.000. Keuntungan yang didapat yaitu Rp. 31.300.

7. KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


Eskrim merupakan sejenis makanan semi padat yang mengandung lemak teremulsi yang dibuat
dengan cara pembekuan tepung eskrim atau campuran dari susu, lemak dan gula.
Emulsifier berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan anatara kedua fase (fase terdispersi
dan fase kontinyu) agar dapat bercampur sempurna dan membentuk emulsi.
Campuran bahan terlebih dahulu dihomogenkan dengan cara pengadukan agar udara dapat masuk
kedalamnya, karena udara berperan sebagai pembentuk tekstur yang lembut dan halus pada
eskrim.

Pada proses pembekuan, emulsifier akan membantu stabilisasi terkontrol dari emulsi didalam
freezer.

8. DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet. 2014. Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan. Politeknik Negeri


Sriwijaya. Palembang
http://indrajid21.blogspot.com/2014/02/laporan-pembuataneskrim.html
http://febritoni.blogspot.com/2013/10/laporan-praktikum-teknik-emulsi.html

Teknologi Emulsi
I. Tujuan percobaan

- Dapat mengetahui teknologi emulsi berbagai jenis produk pngan.


- Dapat mempelajari menkanisme kerja emulsifier
II. Alat dan Bahan
2.1 Alat yang digunakan
- Mixer 1 set
- Kompor 1 set
- Baskom 2 buah
- Panci 1 buah
- Pengaduk/sendok 1 buah
- Termometer 1 buah
- Gelas ukur 1 buah
- Timbangan 1 buah
- Cup 32 buah
Bahan yang digunakan
- Susu kental manis 1 kaleng
- gula pasir 150 gram
- Essence cappucino 3 bungkus
- Gelatin (agar-agar powder) seujung sendok
- Telur 2 butir
- Aquadest 4 kaleng
IV. Prosedur Percobaan
1. Mencampurkan 1 kaleng susu kental manis dan 4 kaleng air (campuran 1
2.Menambahkan agar-agar powder 1 sdt dan garam secukupnya ke baskom yang

berisi

campuran 1.
3. Menimbang 150 gram gula pasir.
4.Memecah 2 butir telur dan mencampurkannya dengan gula pasir kedalam
(campuran 2).
5. Campuran 2 dikocok menggunakan mixer sampai merata.

baskom lain

6. Menuangkan campuran 2 kedalam baskom yang berisi campuran 1.


7. Mengaduk campuran (adonan es krim) tersebut hingga mertata.
8. Menambahkan essence cappucino lalu aduk hingga merata.
9. Memanaskan adonan es krim diatas kompor hingga cukup mengental.
10. Mendinginkan adonan es krim pada wadh yang erisi air, agar adoanan lebih cepat dingin.
11. Menuangkan adonan kedalam cup plastik lalu mendinginkan didialam freezer hingga adonan
menjadi produk (es krim)

V. Data Pengamatan
N
O
1

Sampel
Es krim

Warna

Tesktur

Coklat gelap

Rasa

Lembut, kristal- Rasanya manis susu, dan


kristalnya halus

terasa capucino mocca


sebagai essens.

VI. Perhitungan
6.1 Over run es krim
Berat awal = 61,3 gram
Berat akhir = 60,4 gram
% over run = Berat awal - berat akhir
Berat akhir
= (61,3 - 60,4) gram x 100 %
60,4 gram
= 1,49 %
6.2 Analisa ekonomi
a) biaya pengeluaran
Bahan
Telur

Jumlah
2 butir

Harga
Rp. 3.000,-

Gula Pasir
Agar-agar powder
Susu kental manis
essence
Air
Cup

300 gram
Seujung sendok
1 kaleng
3 bungkus
900 ml
32 buah
Total

Rp. 2.400,Rp. 500,Rp. 9.500,Rp. 9.000,Rp. 5.250,Rp. 4.480,Rp. 34.130,-

Biaya per cup = Rp.34.130,- : 32 cup


= Rp. 1.066,Diasumsikan biaya 1 cup es krim Rp. 1500,-. Biaya ini telah termasuk biaya listrik dan gas.
b) Biaya pemasukan
Modal = Rp. 1500,- x 32 cup
= Rp. 48.000,Harga jual = Rp. 2.000,- x 32 cuip
= Rp. 64.000,Laba bersih = Harga jual - modal
= Rp. 64.000 - Rp. 48.000
= Rp. 16.000
Keuntungan per cup = Rp. 16.000 / 32 cup
= Rp. 500,VII. Analisa Percobaan
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri atas dua fase cairan yang tidak saling melarutkan,
dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk globula (fase terdisersi) didalam cairan lainnya (fase

kontinyu). Agar fase terdispersi dan fase kontinyu dapat bercampur sempurna dibutuhkan
komponen ketiga (emulsifier). Emulsifier adalah surfaktan yang memiliki dua gugus, satu gugus
hidrofilik yang bersifat polar dan satu gugus lipofilik yang bersifat non polar.
Pada percobaan teknologi emulsi ini diterapkan dalam pembuatan es krim. Adapun bahan
utama yang digunakan adalah susu kental manis, gula pasir telur, garam, air, agar-agar powder
dan untuk bahan tambahan digunakan bahan tambahan essence mocca dan cappucino. Pemberian
telur dan agar-agar powder ini ditujukan sebagai emulsifgier yang berguna untuk membangun
distribusi struktur lemak dan udara yang menentukan dalam membentuk sifat rasa/tekstyur halus
dan pelelhan yang baik.
Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan udara sel-sel
udara yang ada berperanan untuk memberikan tesktur lembut pada es krim tersebut. Tanpa
adanya udara, emulsi beku tersebut akan menjadi terlalu dingin dan terlalu berlemak. Es krim
mempunyai struktur koloid yang kompleks karena merupakan buih dan juga emulsi. Buih padat
terjadi karena adanya lemak teremulsi dan juga karena adanya kerangka dari kristal-kristal es
yang kecil dan terdispersi didalam larutan makromolekular berair yang telah diberi gula.
Perubahan-perubahan polimorfis lemak pada es krim selama penyimpanan menyebabkan
perubahan bentuk pada globula awalnya, yang berkkombinasi dengan film protein yang agak
lepas, menyebabkan terjadinya penggumpalan didalam freezer. Ditinjau dari manfaatnya,
diantaranya adalah untuk menjaga kesehatan jantug, merangsang sistem kekebalan tubuh dan
menurunkan resiko terkena kanker payudara.
Dari pecobaan yang telah kami lakukan, kami mendapatkan es krim yang bertekstur lembut
dengan rasa manis mocca cappucino dan berwarna coklat gelap. Dalam percobaan ini kami juga
melakukan analisa ekonomi, dari bahan baku yang kami dapat adalah sebesar Rp.16.000,- .
Selain analisa ekonomi, kami juga melakukan perhitungan over run inilah yang menunjukkan
banyak atau tidaknya sel-sel udara yang terperangkap dalam es krim keran proses-proses
pengadukan yang dilakukan. Hasil over run yang kami dapat adalah 1,49 %
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
- Es krim merupakan sejeniis makanan semi padat yang mengandung lemak teremulsi yang dibuat
dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran dari susu, lemak dan gula.

- Emulsifier berfungsi untuk menurunkan teganagn permukaan antara kedua fase (fase terdispersi dan
fase kontinyu) agar dapar bercampur sempurna dan membentuk emulsi.
- Campuran bahan terlebih dahulu dihomogenkan dengan cara pengadukan agar udara masuk ke
dalamnya, keran udara berperan sebagai pembentuk tekstur yang lembut dan halus pada es krim
- Pada proses pembekuan, emulsifier akan membantu stabilisasi berkontrol dari emulsi didalam
freezer.
DAFTAR PUSTAKA
Tim laboratorium. TPP. 2015. Penuntun praktikum teknologi pengolahan pangan. Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai