Anda di halaman 1dari 17

CODEX

Codex Alimentarius Commission (CAC), biasanya cukup disebut Codex, merupakan badan antar
pemerintah yang bertugas melaksanakan Joint FAO/WHO Food Standards Programme (program
standar pangan FAO/WHO).
Codex dibentuk dengan tujuan antara lain untuk melindungi kesehatan konsumen, menjamin
praktek yang jujur (fair) dalam perdagangan pangan internasional serta mempromosikan
koordinasi pekerjaan standardisasi pangan yang dilakukan oleh organisasi internasional lain.
Codex menetapkan teks-teks yang terdiri dari standar, pedoman, code of practice dan
rekomendasi lainnya yang mencakup bidang komoditi pangan, kententuan bahan tambahan dan
kontaminan pangan, batas maksimum residu pestisida dan residu obat hewan, prosedur sertifikasi
dan inspeksi serta metoda analisa dan sampling.
Beberapa komoditi pangan yang saat ini dicakup oleh Codex adalah minyak dan lemak, ikan dan
produk perikanan, buah dan sayuran segar, buah dan sayuran olahan, jus buah dan sayuran, susu
dan produk susu, gula, produk kakao dan cokelat, produk turunan dari sereal, dan lain-lain.

ISO 22000

ISO 22000 dan Aplikasinya


1.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem-sistem manajemen keamanan pangan berdasarkan ISO 22000 dapat membantu organisasi
untuk mengurangi risiko-risiko yang berkaitan dengan makanan dan minuman. Sistem-sistem
manajemen ini juga tidak hanya memperhitungkan aturan dasar dalam membuat makanan dan
praktek-praktek tempat kerja yang dapat diterima secara benar, tetapi juga meliputi rencanarencana yang memungkinkan untuk terjadinya kesalahan dalam pengolahan sehingga
dimungkinkan untuk penarikan kembali produk. Semua jenis praktek tersebut membentuk dasar
suatu sistem manajemen keamanan pangan. Standar ini mencakup key elements untuk
membentuk keamanan pangan, dimana salah satu key element tersebut adalah HACCP yang
dirancang untuk digunakan pada semua segmen industri pangan mulai penanaman, pemanenan,
pengolahan, pabrikasi, distribusi dan penjualan sampai pada penyiapan makanan untuk
dikonsumsi. Program-program prasyarat seperti GMP yang diterapkan saat ini (current Good
Manufacturing Practices) merupakan suatu dasar yang yang penting bagi keberhasilan

pengembangan dan penerapan rencana HACCP. Sistem keamanan pangan yang didasarkan pada
HACCP telah diterapkan dengan sukses pada pabrik pengolahan makanan, toko penjual makanan
dan operasi jasa pelayanan makanan (Kurniawan, 2008).
Kebutuhan akan keamanan pangan mulai dari semua organisasi yang menghasilkan, membuat,
menangani atau menyediakan makanan merupakan kebutuhan yang tertinggi. Lagipula, semua
organisasi ini harus mengenali secara terus menerus untuk meningkatkan kebutuhan untuk
mempertunjukkan dan menyediakan cukup bukti dari kemampuan mereka untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya dari keamanan pangan dan banyak kondisi-kondisi
yang berdampak pada keamanan pangan. Kebutuhan ini ditujukan untuk semua jenis dalam
rantai makanan yang berkisar antara produsen ternak, produsen utama melalui pembuatan
makanan, transpotasi dan operator gudang dan subkontraktor untuk eceran dan pelayanan
distribusi makanan bersama-sama dengan organisasi lain seperti perlengkapan, bahan
pengemasan, agen pembersih, ramuan dan bahan tambahan (Anonima, 2006).
Sistem HACCP ada tujuh prinsip :
-Analisa hazard yang meliputi penilaian dan identifikasi ancaman dan penentuan tentang hazard
dan ukuran control hazard dan metoda dalam menetralkan ancaman hazard.
-Penentuan CCP (Critical Control Point).
-Penetapan titik kritis dari identifikasi CCP.
-Penentuan dan implementasi dari sebuah sistem dengan monitoring dari CCP.
-Penetapan dari aksi koreksi.
-Penetapan prosedur verifikasi dalam rangka mengkonfirmasikan jika sistem ini efektif dan
bertindak sesuai rencana.
-Menetapkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan catatan yang sesuai dengan prinsipprinsip dan penerapannya.
2. APLIKASI ISO DAN TURUNAN ISO 22000
HACCP (Hazard Analysis Critical Central Point) atau ISO 22000 mengenai sistem manajemen
keamanan pangan adalah proses sistem kontrol yang di desain untuk identifikasi dan mencegah
mikrobia dan bahaya lainnya dalam produksi makanan dan keseluruhan rantai makanan. HACCP
meliputi tahapan pendesainan untuk mencegah masalah sebelum hal ini terjadi dan untuk
mengoreksi penyimpangan secara sistematis secara cepat dapat mendeteksi masalah yang ada.
HACCP/ISO 22000 memungkinkan produsen, pengolah, distributor, eksportir dan lain
sebagainya dari produk pangan untuk menggunakan sumber daya teknik secara efisien dan dalam
cara biaya yang efektif dalam jaminan keamanan pangan (Anonima, 2005).
Susunan jaminan mutu paling banyak didasarkan pada prinsip manajemen mutu dari ISO
9000/ISO 22000 dan konsep HACCP, dalam penambahan beberapa penyusunan GAP (Good
Agricultural Practice). Dasar standar mutu menyediakan perbaikan dari kejelasan proses,
membantu untuk mendeteksi dan menghindari kegagalan sistematik dan sebuah kesempatan
yang lebih baik untuk traceability. ISO 22000 adalah perbaruan dari standard ISO 9000 dan juga
yang mengkombinasikan standar ISO 9000 dan konsep HACCP ke dalam satu standar.
Bagaimanapun, perbedaan yang utama antara ISO 22000 dan ISO 9000 mengenai ruang
lingkupnya. Pertama dengan tujuan keamanan pangan, sedangkan yang lainnya mengarahkan

pada mutu pangan. Standar ISO 22000 dimaksud untuk menjadi bagian yang independen dan
dapat digunakan untuk semua jenis organisasi di dalam penyedia rantai makanan. HACCP
digunakan untuk industri pangan dan tujuan untuk menetapkan produksi yang baik, sanitasi dan
manufaktur untuk menghasilkan pangan yang aman dan untuk pro aktif dan pencegahan lebih
baik daripada menimbulkan reaksi. Konsep dari HACCP dapat diterapkan pada semua tahapan
dari sistem pangan. Implementasi dari HACCP dan GMP kepada seluruh rantai yang termotivasi
oleh faktor internal dan eksternal, seperti peningkatan efisiensi yang internal dan akses pasar
sebagai faktor eksternal (Gellynck & Khne, 2007).
ISO 22000 adalah standar internasional yang menggambarkan kebutuhan dari suatu sistem
manajemen keamanan pangan yang mencakup semua organisasi dalam rantai makanan dari
"farm to fork". Kombinasi standar umumnya mengetahui unsur-unsur kunci untuk menentukan
keamanan pangan sepanjang rantai makanan, yang meliputi:
-Komunikasi interaktif.
-Sistem manajemen.
-Pengendalian dari bahaya keamanan pangan ke arah persyaratan penuh dari program dan
perencanaan HACCP.
-Peningkatan yang berkelanjutan dan pembaharuan dari sistem manajemen keamanan
pangan(Anonimb, 2005).
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) menjamin dari segi keamanannya sedangkan
ISO 9001 lebih fokus dalam menjamin kualitas produk. Dengan mengaplikasikan HACCP
dengan ISO 9001 quality management system menghasilkan sistem yang lebih efektif daripada
hanya menggunakan HACCP atau ISO 9001 secara sendiri-sendiri. Hal ini juga bertujuan untuk
meningkatkan kepuasan konsumen dan memperbaiki keefektifan dalam pengorganisasiannya
(Sparling et al., 2001 dalam Hernndez et al, 2003). Hal tersebut tercakup apabila
mengiplementasikan ISO 22000 dalam pelaksanaan proses. ISO 22000 lebih konsentrasi pada
keamanan pangan dan prosedur instruksi bagaimana membangun sistem keamanan pangan
tersebut. (Petro-Turza, 2003 dalam Hernndez et al, 2003). Pada tahun 2001, dalam rangka untuk
memudahkan implementasi HACCP dan ISO 9001 dalam organisasi pangan, maka organisasi
intemasional dengan standardisasi (ISO) telah menerbitkan petunjuk tentang aplikasi dari ISO
9001:2000 untuk industri makanan dan minuman (ISO 15161:2000). Petunjuk ini dapat memberi
perkiraan mengenai bagaimana ISO 9001 bisa diterapkan pada organisasi pangan dan yang
dirancang untuk organisasi yang melibatkan dalam semua aspek industri makanan. ISO
15161:2000 meliputi permulaan, memprosesan dan pengemasan produk makanan dan minuman
dan menjelaskan kemungkinan untuk menghubungkan komunikasi antara kedua system tersebut
dan penggunaan dari komponen yang sama. Ini penting untuk mempertimbangkan, ISO 15161
yang bukan merupakan standar HACCP dan tidak bisa digunakan sebagai acuan pada sertifikasi
dokumen, tetapi petunjuk ini yang diharapkan untuk menyediakan sistem manajemen yang
bersih yang mendukung pada pengendalian HACCP untuk sistem keamanan pangan yang efektif,
diketahui dibawah kerangka dari ISO 9000 tentang Sistem Manajemen Mutu. Pada sisi lain, ISO
22000 berkonsentrasi secara eksklusif pada keamanan pangan dan akan diinstruksikan pada
produsen makanan bagaimana mereka dapat membangun sistem keamanan pangan secara
mandiri.
2.1. Manfaat dan Kendala Penerapan ISO 22000

Penerapan ISO 22000 bermanfaat untuk membantu kita dalam mencapai beberapa sasaran, yang
meliputi:
-Penetapan sistem manajemen keamanan pangan (FSMS).
o Untuk perencanaan dan implementasi FSMS dari organisasi kita.
o Untuk pengoperasian dan memelihara organisasi FSMS.
o Untuk memperbaharui dan meningkatkan organisasi FSMS.
-Untuk memastikan bahwa produk tidak menyebabkan efek kesehatan yang kurang baik.
-Untuk menunjukkan penyesuaian dengan kebutuhan keamanan eksternal.
o Untuk menujukkan penyesuaian dengan kebutuhan keamanan yang legal.
a. Untuk menunjukkan penyesuaian dengan kebutuhan regulasi.
b. Untuk menunjukkan penyesuaian dengan kebutuhan yang menurut hukum.
o Untuk menunjukkan penyesuaian kebutuhan konsumen.
- Untuk mengevaluasi keamanan pangan dari konsumen kita.
- Untuk menyediakan produk yang aman dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
- Untuk produk pangan ekspor dan menembus pasar internasional.
- Untuk isu komunikasi keamanan keseluruh rantai makanan.
o Untuk komunikasi dengan organisasi pelanggan kita.
o Untuk komunikasi dengan organisasi penyalur kita.
o Untuk komunikasi kepada pihak-pihak lain yang relevan.
- Untuk memastikan bahwa kita mematuhi kebijakan keamanan pangan.
o Untuk menunjukkan penyesuaian untuk semua pihak yang berkepentingan.
(Anonimc, 2005).
Pada beberapa negara maju dan berkembang termasuk Indonesia dalam menerapkan sistem
HACCP mengalami kendala dalam penerapannya terutama pada usaha kecil. Kendala yang
dihadapi usaha kecil, seperti sumber keuangan, keahlian manajemen dan teknis. Sedangkan pada
usaha katering hambatannya adalah pengetahuan, pelatihan, petinggi staf, variasi produk yang
besar, variasi dalam permintaan dan beban kerja, dan banyaknya pekerja paruh waktu (Murat et
al., 2007).
2.2. Turunan ISO 22000
- ISO/TS 22004, sistem manajemen keamanan pangan: mengarah kepada aplikasi dari ISO
22000:2005, yang dipublikasikan bulan November 2005, yang menyediakan bimbingan penting
yang dapat membantu organisasi yang mencakup perusahaan sedang dan menengah yang ada
diseluruh dunia.
- ISO/TS 22003, sistem manajemen keamanan pangan: merupakan kebutuhan dari asal badan
audit dan sertifikasi dari sistem manajemen keamanan pangan, akan memberi bimbingan yang
seimbang pada akreditasi (penerimaan) tentang ISO 22000 dengan badan sertifikasi dan
menggambarkan aturan untuk pengauditan sistem manajemen keamanan pangan ketika
menyesuaikan diri kepada standar ini. Dan akan diterbitkan dalam kwartal pertama tahun 2006.
- ISO 22005, penerapan treaceability dalam makanan ternak dan rantai makanan: prinsip umum
dan bimbingan dari desain sistem dan pengembangan, akan segera dikeluarkan sebagai draf
standar internasional.
(Anonimb, 2006).
2.2.a. ISO 22003 sistem manajemen keamanan pangan

ISO/TS 22003:2007 akan membantu untuk menciptakan kepercayaan dalam sertifikasi keseluruh
dalam persediaan rantai makanan. ISO/TS 22003 merupakan dokumen yang terakhir dalam
rangkaian ISO untuk sistem manajemen keamanan pangan, yang menyeimbangkan kelayakan
keamanan pangan dalam prakteknya di seluruh dunia. Ini diluncurkan pada tahun 2005 dengan
ISO 22000, yang didukung oleh suatu konsensus internasional antar tenaga ahli dari pemerintah
dan industri (Anonimb, 2007).
2.2.b. ISO 2005 penerapan traceability dalam makanan ternak dan rantai makanan
Standarisasi ini memperbolehkan pengoperasian pada tiap tahapan dari rantai makanan untuk :
- Melacak alir bahan (makanan ternak, makanan, ramuan dan pengemasan mereka).
- Mengidentifikasi keperluan dokumentasi dan pelacakan dari masing-masing langkah dari
produksi.
- Memastikan koordinasi yang cukup antara para pemeran yang dilibatkan secara berbeda.
- Membutuhkan masing-masing pihak yang diinformasikan langsung dari penyalur yang paling
sedikit dan pelanggan dan lain sebagainya.
Sebuah sistem traceability memperbolehkan organisasi untuk membuat dokumen dan atau lokasi
produk melalui tahapan dan dioperasikan yang dilibatkan dalam manufaktur, pemprosesan,
distribusi, dan penanganan dari makanan ternak dan makanan, dari produk utama ke konsumen.
Oleh sebab itu mendapat fasilitas untuk identifikasi penyebab dari tidak sesuaian dari produk,
dan kemampuan untuk menggambarkan dan atau menginggat kembali itu dibutuhkan (Anonima,
2007).
2.3. Penerapan aplikasi ISO 22000
ISO 22000 dapat digunakan oleh:
a. Produsen utama:
- Kebun.
- Peternakan
- Perikanan
- Pabrik susu
b. Pengolah:
- Pengolahan ikan.
- Pengolahan daging.
- Pengolahan unggas.
- Pengolahan makanan ternak
c. Manufaktur:
- Pabrikan sup.
- Pabrikan makanan kecil.
- Pabrikan roti.
- Pabrikan gandum.
- Pembalut luka pabrikan.
- Pabrikan hidangan.
- Pabrikan bumbu.
- pabrikan pengemasan.
- Pabrikan makanan yang dibekukan.
- Pabrikan makanan kalengan.

- Pabrikan manisan.
- Pabrikan tambahan aturan makanan.
d. Penyedia layanan makanan:
- Toko bahan makanan.
- Rumah makan.
- Kafe.
- Rumah sakit.
- Hotel.
- Tempat peristirahatan.
- Perusahaan penerbangan.
- Pelayaran.
- Rumah tua.
- Rumah pengasuh anak.
e. Penyedia layanan lainnya:
- Penyedia layanan gudang.
- Penyedia layanan catering.
- Penyedia layanan logistic.
- Penyedia layanan transpotasi.
- Penyedia layanan distribusi.
- Penyedia layanan sanitasi.
- Penyedia layanan kebersihan.
f. Produk penyalur:
- Para penyalur perlengkapan.
- Para penyalur perkakas pertukangan.
- Para penyalur peralatan.
- Para penyalur bahan tambahan.
- Para penyalur ramuan.
- Para penyalur bahan baku.
- Para penyalur dari agen kebersihan.
- Para penyalur dari agen sanitasi.
- Para penyalur bahan pengemasan.
- Para penyalur dari bahan kontak dari makanan lain.
(Anonimc, 2005).
2.4. Contoh Implementasi ISO 22000
Timbulnya berbagai penyakit dan kontaminasi pada produk pangan yang berasal dari hewan. Hal
ini dapat menimbulkan kecemasan masyarakat yang ada di seluruh dunia, yang pada akibatnya
berpengaruh kepada sikap konsumen. Oleh sebab itu konsumen menjadi ingin tahu informasi
lebih banyak mengenai sumber produk yang mereka konsumsi. Karena adanya tekanan dari
konsumen maka banyak perubahan yang terjadi di dalam produksi makanan, baik dari segi
kualitas maupun keamanannya
Dalam penerapan untuk mendapatkan kualitas dan keamanan yang efektif, maka perusahaan
mulai memperhatikan kepentingan konsumen. Lawton (2002) dalam Hernndez et al (2003)
menggambarkan prioritas dari konsumen yang diawali dengan membangun penilaian yang
berkaitan dengan proses, produk dan hasil. Proses pengerjaan dikaitkan dengan karakteristik

yang diinginkan konsumen.


Dalam kurun waktu 10 tahun belakang ini, telah banyak dijumpai kejadian yang berkaitan
dengan keamanan pangan dan kualitas pangan salah satunya adalah dalam industri daging.
Kejadian tersebut menyebabkan suatu industri harus dievaluasi kembali mengenai bagaimana
supply chain daging dan tentang kerusakan yang diakibatkan penanganan saat berada di pasar.
Beberapa penelitian tentang industri daging di Eropa Barat telah dilakukan oleh banyak peneliti
yang diantaranya adalah Fearne(1998); Viaene dan Verbeke (1998); Lobstein (2001); Yeung dan
Morris (2001) dalam Goldsmith1, et al (2002) yang menggambarkan perubahan secara drastis
yang disebabkan adanya ketakutan pada produk pangan dan ketidakpercayaan masyarakat
terhadap sistem. Kejadian Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) dan kembali munculnya
penyakit kaki dan mulut (Foot and Mouth Disease / FMD) serta adanya kontaminasi biologi dan
kimia pada produk makanan yang menggoncang sejumlah industri daging di Eropa Lobstein
(2001) dalam Goldsmith1, et al (2002) menyarankan bahwa industri daging seharusnya tidak
hanya menerima reaksi atas permasalahan ini tetapi juga seharusnya telah menyiapkan diri dalam
menghadapi permasalahan keamanan pangan. Dailey (2001) dalam Goldsmith1, et al (2002) juga
mengatakan bahwa perlu adanya suatu sistem yang bisa dipercaya dalam menjamin mutu yang
dihasilkan untuk industri daging. Martin (2001) dalam Goldsmith1, et al (2002) juga
menyampaikan, berdasarkan survei Food Marketing Institute di USA dikatakan bahwa
kepercayaan konsumen di USA berkaitan mutu pangan mulai terkikis dari tingkat kepercayan
84% (tahun 1996) menurun menjadi 74% (tahun 2000). Berkaitan dengan penelitian tersebut
itulah maka dikatakan bahwa ketakutan akan pangan dan tuntutan sosial dapat menjadi sumber
yang berasal dari luar, yang bisa mendorong industri memulai proses perubahan fundamental
seperti yang terjadi di Eropa.
Penilaian kehigenisan daging dengan menyediakan suatu pendekatan pemonitoran yang
distandarisasi yang mana staf perusahaan dilatih, untuk tujuan mengukur ketepatan dari HACCP
yang didasarkan pada proses pengendalian MSQA, pada langkah-langkah yang spesifik pada
garis pengolahan. Tindakan korektif diperlukan untuk sistem pelaksanaan yang tidak cukup,
sebagai contoh, melalui SOPs atau instruksi kerja jika dibutuhkan. Sistem MHA dapat membantu
untuk memastikan keseragaman hasil pengecekan dari pengolahan industri daging ekspor di
Australia, dan mencerminkan kebutuhan akan ketidakadaan toleransi dari kenyataan faecal dan
pencemaran ingesta pada daging (Buttler et al., 2003).
3. KESIMPULAN
-Sistem-sistem manajemen keamanan pangan berdasarkan ISO 22000 dapat membantu
organisasi untuk mengurangi risiko-risiko yang berkaitan dengan makanan dan minuman.
-Sistem keamanan pangan yang didasarkan pada HACCP telah diterapkan dengan sukses pada
pabrik pengolahan makanan, toko penjual makanan dan operasi jasa pelayanan makanan.
-Keamanan pangan dihubungkan dengan keadaan dan tingkat bahaya kerusakan pangan pada
poin konsumsi.
-Susunan jaminan mutu paling banyak didasarkan pada prinsip manajemen mutu dari ISO
9000/ISO 22000 dan konsep HACCP.
-Dalam menerapkan ISO 22000 selain memperoleh keuntungan ternyata para pengusaha juga

menemui kendala.
-Varian dari ISO 22000 adalah ISO 22003, 22004 dan 22005.
-ISO 22000 dapat diterapkan pada semua bidang.

K3
BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keamanan dan keselamatan kerja merupakan
faktor penting yang harus menjadi perhatian utama semua pihak. Kerberhasilan kita dalam
melaksanakan pekerjaan tidak hanya diukur dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal yang
dijadikan sebagai parameter penilaian terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai
berhasil apabila keamanan dan keselamatan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat
diselesaikan tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan, memberikan
keuntungan bagi perusahaan, memberikan kepuasan kepada semua pihak (pimpinan, karyawan
dan pemberi kerja).
Masalah keamanan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting, karena dengan terwujudnya
keamanan dan keselamatan kerja bearti dapat menekan biaya operasional pekerjaan. Apabila
dalam melaksanakan pekerjaan terjadi kecelakaaan, maka akan bertambah biaya pengeluaran,
yang pada akhirnya mengurangi keuntungan perusahaan. Dalam kasus kecelakan yang berat,
kerugian yang ditimbulkan tidak hanya menyangkut aspek financial (dana), tetapi bisa
menyebabkan cacat pada pekerja bahkan mungkin meninggal dunia.
Keselamatan kerja sebenarnya sudah diupayakan oleh manusia sudah sejak lama. Dalam
melaksanakan pekerjaan, secara tidak sengaja dalam keadaan sadar atau tidak sadar, manusia
pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cidera bahkan mungkin sampai merenggut
nyawa. Dari kenyataan tersebut, manusia berusaha untuk tidak mengalami kecelakaan atau
kejadian serupa tidak akan terulang lagi. Tentunya cara-cara yang diterapkan pada jaman dahulu,
berbeda dengan yang diterapkan sekarang. Yang jelas upaya yang dilakukan adalah dengan
memperbaiki peralatan kerja dan cara (sistem) kerjanya.
B.

TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dasar Kompetensi Kejuruan 8
semester genap tahun pelajaran 2010/2011, serta untuk mengetahui lebih lanjut tentang
keselamatan dan kesehatan kerja.
Diharapkan manfaat dari pembahasan ini adalah dapat menambah pengetahuan kita tentang
syarat dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga kita mengerjakan suatu pekerjaan
di bengkel atau industri sudah tahu keselamatn dan kesehatan kerja.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

UNDANG-UNDANG K3

1.

Pengertian Keselamatan Kerja

Safe adalah aman atau selamat.


Safety menurut kamus adalah mutu suatu keadaan aman atau kebebasan dari bahaya dan
kecelakaan. Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan
lingkungan kerja yang aman bebas dari kecelakaan Kecelakaan adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan atau tidak disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian,
baik harta maupun jiwa manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja. Keselamatan kerja
adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah
manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya
dan manusia pada khususnya.
1. 2.

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja

Dari pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja adalah:


1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
3. Mencegah/ mengurangi kematian.
4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat kerja,
mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan
produktifnya.

7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber produksi lainnya.
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta pembangunan
Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:
1. Manusia (pekerja dan masyarakat)
2. Benda (alat, mesin, bangunan dll)
3. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuhtumbuhan)
3.
Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 syarat-syarat keselamatan kerja ayat 1
bahwa dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurang bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian
lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan gelora.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis,
keracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
11. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
12. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.


14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang, tanaman atau
barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
B.

PENGENALAN BAHAYA PADA AREA KERJA

Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan kerja diperusahaan/industri, manusia
menganggap bahwa kecelakaan terjadi karena musibah, namun sebenarnya setiap kecelakaan
disebabkan oleh salah satu faktor sebagai berikut, baik secara sendirisendiri atau bersama-sama,
yaitu:
1.

Tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe act)


1.
1. terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
2. Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
3. Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.
4. Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.
5. 2.

Keadaan tidak aman dari lingkungan kerja (unsafe condition)


1. Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang aman,
bising dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
2. Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin,
ventilasi atau pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu tempat
kerja, tata ruang kerja/ kebersihan dan lain-lain).

Apakah kecelakaan dapat dicegah?

Akhirnya timbul pertanyaan apakah kecelakaan yang merugikan itu dapat dicegah? Pada
prinsipnya setiap kecelakaan dapat diusahakan untuk dicegah karena:
a)

Setiap kecelakaan pasti ada sebabnya.

b)
Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita hilangkan maka kecelakaan dapat
dicegah.

Bagaimana kecelakaan dapat dicegah?


Pencegahan kecelakaan adalah suatu usaha untuk menghindarkan tindakan-tindakan yang tidak
aman dari pekerja serta mengusahakan lingkungan kerja yang tidak mengandung factor-faktor
yang membahayakan (unsafe condition).
Sebab-sebab seseorang melakukan tindakan tidak aman
a)

Karena tidak serius/disiplin.

b)

Karena tidak mampu/tidak bisa.

c)

Karena tidak mau.

Bagaimana mengatasi lingkungan lingkungan yang tidak aman?


a)
Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman tersebut agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang rusak diganti atau diperbaiki.
b)
Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar pada mesin diberi tutup/pelindung
atau menyediakan alat-alat keselamatan kerja.
c)
Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikan secara teknis, misalnya
memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan tinggi, memasang alat-alat control dsb.
Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan yang seksama terhadap
lingkungan kerja.
1. 3.

Prosedur Keselamatan Kerja di Perbengkelan Otomotif.

2. Kenakan celana tanpa kantong yang tidak tertutup karena kantong celana dapat
menyebabkan kemasukan bunga api atau zat-zat yang merugikan.

3. Kenakan sepatu yang sesuai dan rawat baik-baik (dalam kondisi baik). Sepatu usahakan
bersol kuat atau bersol baja yang di tengahnya dapat melindungi dari luka akibat benda
tajam dan paku yang menonjol. Perlindungan utama terhadap benda, sepatu bersol baja di
tengahnya melindungi dari kejatuhan benda-benda berat.
4. Jaga rambut panjang dengan topi atau penutup kepala yang rapat seperti disarankan
dalam peraturan. Apabila rambut anda panjang dapat dengan mudah tersangkut mesin,
misal mesin bor, beberapa orang terluka karena itu.
5. Jangan memakai cincin atau jam karena sangat berbahaya hingga anda dapat kehilangan
jari-jari. Ketika bekerja pada kendaraan tersangkut mesin dapat menyebabkan hubungan
pendek arus listrik sehingga menyebabkan kebakaran.
6. Gunakan perlengkapan perlindungan pribadi yang sesuai dengan pekerjaan. Beberapa
peralatan perlindungan yang tersedia harus dikenakan secara benar pada semua situasi
kerja. Sehingga dapat menyelamatkan diri dari kemungkinan terluka. Pelajari tujuan
masing-masing nomor item atau barang pada tempat latihan yang tersedia, yang terdiri
atas helm pengaman, penutup muka, pelindung telinga, respirator, sarung tangan dan
apron.
7. Kenakan kaca mata penyelamat ketika menggunakan gerinda atau mesin bubut dan
beberapa tugas lainnya agar debu atau material tidak dapat masuk ke mata.
8. Hindari berbaring pada lantai beton atau lantai sejenis ketika bekerja di bawah kendaraan.
Gunakan selalu kain krep atau bahan penutup untuk berbaring karena berhubungan
dengan lantai dingin dapat merusak kesehatan, terutama dalam waktu yang lama.
1. C.

PENGGUNAAN PAKAIAN PENGAMAN

2. 1.

Syarat-syarat pakaian perlindungan atau pengamanan


1. Pakaian kerja harus dapat melindungi pekerja terhadap bahaya yang
mungkin ada.
2. Pakaian kerja harus seragam mungkin dan juga ketidaknyamanannya
harus yang paling minim.
3. Kalau bentuknya tidak menarik, paling tidak harus dapat diterima.
4. Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya lengan
yang terlalu lepas atau ada kain yang lepas yang sangat mungkin termakan
mesin.
5. Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang cukup untuk
panas dan suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat meleleh oleh suhu
tinggi seharusnya tidak dipakai.

6. Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikelpartikel panas


terkait di celana, masuk di kantong atau terselip di lipatan-lipatan pakaian.
7. Overall katun memenuhi semua persyaratan yang disebutkan di atas dan
karenanya overall katun adalah yang paling banyak digunakan sebagai
pakaian kerja.
8. Dasi, cincin dan jam tangan merupakan barang-barang yang mempunyai
kemungkinan besar menimbulkan bahaya karena mereka itu dapat
dimakan mesin, dan akan menyebabkan kecelakaan jika para pekerja tetap
memakainya. Jam tangan dan cincin menambah masalah pada bahan kimia
dan panas dengan berhenti menghilangkan bahaya.
9. 2.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pakaian
kerja
1. Kenakan pakaian yang tahan terhadap api, tertutup rapat, dan
berkancingkan.
2. Kenakan katun atau wol dan sebagainya guna menghindari bahan
buatan yang mudah terbakar baik baju atas maupun baju bawah.
3. Baju yang longgar dan tidak berkancing atau t-shirt atau p berdasi,
sabuk dapat dengan mudah mengait putaran mesin.
4. Kancing harus ditutupi bahan penutup untuk mencegah kerusakan
permukaan ketika bekerja di atas tonggak atau penyangga dan
sebagainya.

PAKAIAN KERJA

1. Pilihlah pakaian kerja yang kuat dan betulbetul cocok sehingga merasa senang dalam
pekerjaan. Hindari pakaian dengan ikat pinggang, gesper dan kancing yang menonjol
yang dapat menyebabkan kerusakan pada kendaraaan pada waktu bekerja.
2. Sebagai tindakan keamanan terhadap luka atau terbakar, kulit harus selalu tertutup,
kecuali terpaksa benar.
3. Jagalah pakaian Anda agar selalu bersih waktu bekerja, sebab oli dan kotoran pada
pakaian Anda akan mengotori kendaraan

SEPATU KERJA
Pililah alas kaki yang kuat untuk bekerja. Adalah berbahaya memakai sandal atau alas kaki yang
mudah tergelincir dan karenanya jangan dipakai. Sandal dan sejenisnya lebih memungkinkan
pemakaianya terluka karena kejatuhan benda. Dianjurkan memakai sepatu boot atau sepatu yang
mempunyai sol yang tidak licin serta berkulit keras.

SARUNG TANGAN
Pada waktu mengangkat benda benda berat atau memindahkan pipa buang yang panas dan
sejenisnya dianjurkan memakai sarung tangan, walaupun tidak ada suatu peraturan khusus yang
mengatur cara pemakaiannya untuk pekerjaan pemeliharaan biasa. Terutama pada waktu
mengebor dan menggerinda serta pekerjaan di kamar mesin dengan mesin hidup, memungkinkan
timbulnya bahaya tersangkutnya sarung tangan pada bagian yang berputar. Karena itu dalam hal
seperti ini sarung tangan jangan dipakai.
1. 3.

Alat-alat pelindung anggota badan

Badan kita terdiri dari beberapa bagian, semuanya itu harus terlindung diwaktu melaksanakan
pekerjaan. Alat-alat pelindung bagian adalah sbb:
1. a.

Alat pelindung mata,

Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari debu.
Gb. Kacamata Debu

Gb. Kacamata Las


Listrik

1. b.

Alat pelindung kepala,

Topi atau helm adalah alat pelindung kepala bila bekerja pada bagian yang berputar, misalnya
bor atau waktu sedang mengelas, hal ini untuk menjaga rambut terlilit oleh putaran bor atau
rambut terkena percikan api.
Gb. Alat Pelindung Kepala
1. c.

Alat pelindung telinga

Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang sangat bising juga penahan bising dari
letupan-letupan.
Gb. Alat Pelindung Telinga

1. d.

Alat pelindung hidung,

Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan terhisapnya gas-gas beracun.


Gb. Alat Pelindung Hidung
1. e.

Alat pelindung tangan

Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan dengan kebutuhannya, antara lain:
Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan supaya tidak meleset.
Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungin tangan terhadap bahaya panas.
Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam pada saat
mengangkat suatu barang.
Sarung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan logam, seperti vernikel,
vercrhoom dsb. Hal ini untuk mencegah tangan dari bahaya pembakaran asam atau kepedasan
cairan.
Gb. Macam-macam Sarung Tangan
1. f.
Alat pelindung kaki, untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar
oleh zat kimia. Terdapat dua jenis sepatu yaitu pengaman yang bentuknya seperti halnya
sepatu biasa hanya dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet digunakan
untuk menginjak permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak terpeleset dan jatuh.
2. g.

Plat Besi Pelindung


Gb. Alat Pelindung Kaki (Sepatu) Dengan Plat Besi Pelindung

1. h.

Alat pelindung badan,

Alat ini terbuat dari kulit sehingga memungkinkan pakaian biasa atau badan terhindar dari
percikan api, terutama pada waktu menempa dan mengelas. Lengan baju jangan digulung, sebab
lengan baju yang panjang akan melindungi tangan dari sinar api.

Anda mungkin juga menyukai