PENDAHULUAN
Udang rebon (Acetes erythraeus) merupakan salah satu jenis udang yang
harga yang murah dan kandungan gizi yang tidak kalah dari jenis udang lainnya.
udang rebon tidak hanya dapat dikonsumsi dalam keadaan kering, namun juga
mencapai 13,15%. Hasil tangkapan udang rebon dilihat dari tahun 2007-2012
yakni 371,3 ton; 632,5 ton; 234,8 ton; 3,2 ton; 3274,5 ton; dan 689,9 ton. Pada
periode tahun 2012 pendapatan dari penangkapan udang rebon sebesar Rp.
variasi produk ikan dan udang olahan di pasaran. Pengawetan adalah salah satu
pembusukan. Salah satu cara pengawetan adalah dengan cara fermentasi. Hanya
saja produk olahan dalam bentuk fermentasi masih sangat kecil yaitu 1,08%
(Irianto, 2008).
teknik pengawetan yang telah banyak dilakukan dan kenal oleh masyarakat
Indonesia dan Asia tenggara pada umunya. Hal ini terjadi karena proses
terkenal dibeberapa daerah seperti Kalimantan dan Riau. Cincalok dibuat dari
udang rebon dan dolah melalui proses fermentasi dengan penambahan garam dan
skala rumah tangga. Metode tersebut menggunakan kultur dari hasil fermentasi
dihidrolisis menjadi asam amino dan peptida, lemak diuraikan menjadi asam
karakteristik mutu kimia dan sensori cincalok yang dubuat dengan metode back-
slopping.
akhir yang tidak konsisten akibat kontaminasi zat kimia dan bakteri yang tidak
dinginkan dalam ferementasi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang karakteristik mutu kimia dan sensorik Cincalok yang dibuat
Udang merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup tinggi.
Disamping memiliki testur yang lembut, udang sangat disukai oleh hampir
seluruh lapisan masyarakat. Salah satu jenis udang yang sring dikonsumsi adalah
udang rebon (Mysis relicta). Udang ini umumnya dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan terasi dan sebagai pakan ternak (Suparmi et al., 2017).
per tahun mencapai 966 ton dan banyak terdapat diperairan laut Indonesia
kepulauan). Hasil penangkapan nelayan berupa udang rebon di wilayah ini sangat
Udang rebon memiliki kandungan protein yang tinggi. Dari setiap 100 g
protein, kandungan lemak pada udang rebon termasuk rendah yaitu hanya 1,2 g
dari 100 g berat udang. Kandungan gizi lainnya dalam 100 g udang rebon dapat
2.3. Fermentasi
makanan melalui penguraian zat yang bersifat kompleks menjadi zat yang lebih
sederhana. Produk yang dihasilkan memiliki sifat berbeda dari aslinya dan warna
mikroba pada suatu bahan pangan dalam keadaan anaerob dengan hasil
penguraiannya adalah air, CO2, energi dan sejumlah asam organik lainnya, seperti
asam laktat, asam asetat, etanol, serta bahan-bahan organic yang mudah menguap.
adalah membutuhkan proses yang relative lama, produk yang dihasilkan memiliki
mutu tidak stabil,kemungkinan gagal cukup tinggi, serta rentan dicemari oleh
dapat melakukan fermentasi pada bahan baku baru sehingga menghasilkan produk
yang sejenis (Hutkins, 2006). Metode tersebut memiliki kelebihan yaitu proses
digunakan dalam jangka waktu yang lama, kemungkinan akan terjadi penurunan
mutu produk. Selain itu, tingkat kegagalan metode tersebut cukup tinggi
industri menggunakan pure culture. Kultur yang digunakan dapat berasal dari
kultur tunggal (single culture) atau kultur campuran (mixed culture). Kelebihan
dari metode ini adalah dapat menghasilkan produk dalam jumlah besar, produk
yang dihasilkan relatif stabil, dan tingkat kegagalan serta pencemaran oleh bakteri
Cincalok merupakan produk fermentasi ikan atau pun udang yang telah
fermentasinya terjadi secara alami atau scara spontan dengan bantuan mkiroba
2013). Cincalok memikili kenampakan warna pink muda cerah, aroma asam dan
amis agak menonjol yang pas khas cincalok berasa campuran antara sedikit asam
dan sedikit asin yang pas khas cincalok dan tekstur agak padat, sedikit berair
(Rosmaniar, 2018).
ini dibedakan berdasarkan rasa yang dihasilkan yaitu rasa asin dan manis.
Perbedaaan ras pada makanan ini karena perbedaan jumlah garam dan gula yang
berbeda-beda. Produk fermentasi udang yang mirip dengan cincalok adalah ronto,
amino dan karboksil. Susunan kadar asam amino dapat menentukan kualitas
protein. Protein yang mengandung semua asam amino penting dalam jumlah yang
diperlukan tubuh, maka protein ini mempunyai mutu yang tinggi. Jika mengalami
kekurangan salah satu atau lebih asam amino esensial maka protein ini termasuk
Asam amino biasanya larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organic
non polar yaitu eter, aseton, dan klorofom (Sitompul, 2004). Berdasarkan sifat
kimia rantai sampingnya, asam amino dapat dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu asam amino yang bersifat basa lemah, asam lemah, hidrofilik jika polar dan
hidrofobik jika nonpolar (Almatsier, 2006). Tidak semua asam amino dapat dibuat
dalam tubuh kita, bila ditinjau dari segi pembentukannya asam amino dibagi ke
dalam dua golongan, yaitu asam amino eksogen dan asam amino endogen. Asam
amino eksogen disebut juga asam amino esensial dan asam amino endogen
Protein dalam sel-sel tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan
asam amino dari jumlah yang digunakan untuk biosintesis protein, maka
kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat masuk kedalam
siklus asam sitrat dan diubah menjadi urea. Hati merupakan organ tubuh tempat
katabolisme dan anabolisme. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari
tiga sumber, yaitu melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2020 yang bertempat
rebon (Acetes sp.), gula, garam, sebagai bahan tambahan . bahan kimia untuk
analisa prosimat (H2SO4 98%, H2BO3 2%, NaOH 50%, Cu kompleks, Dietil Eter,
indikator pp, indicator campuran dan HCL 0,1M ), dan analisis asam amino (HCL,
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu wadah, toples kaca, lakban,
anaerob jar, anaerob gen, pH meter, cawan porselin, gelas kimia 50 ml, Gelas
ukur 10 ml, lampu spirtus, pipet volume, rak tabung, tabung reaksi, labung
kjeldahl, timbangan analitik, Erlenmeyer, oven, labu ukur, pipet tetes, soxhlet, dan
kertas saring.
kimia dan sensoris pada produk cincalok dengan mengunakan metode fermentasi
back-slopping. Hasil data yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk
3.4.1.
dan pH 7.0.
sebagai berikut : 1). Cawan porselen yang sudah bersih dikeringkan dalam oven
selama 30 menit dan ditimbang beratnya (A) gram. 2). Sampel ditimbang
beratnya (B) gram dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 6-8
penimbangan beberapa kali samai didapatkan berap tetap (C) gram. setelah itu
(B−C)
Kadar Air (%) = (B−A) x 100 %
Analisis kadar abu dilakukan menurut prosedur SNI (2006), yaitu sebagai
dengan suhu 105ºC, lalu didiinginkan dalm desikaor dan kemudian ditimbang.
Sampel sebanyak 1-2 gram ditimbang lalu masukkan ke dalam cawan dan
kemudian dibakar diatas kompor listrik sampai tidak berasap lagi dan selanjutnya
Berat Abu
(%) Kadar Air = X 100 %
Berat Sampel
sulfat. Setelah larutan menjadi basa, amonia diuapkan untuk dserap dalam larutan
asam borat. Jumlah nitrogen yang terkandung ditentukan dengan titrasi HCL.
mula sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram, masukan dalm labu kjeldhal
larutan berwarna jernih, angkat labu kjeldahl dan diingkan, setelah dingin lakukan
diberi penambahn NaOH, larutan asam standar berupa asam borat dan indicator
metilenblue. Setelah larutn mencapai 200 ml lakukan titrasi dengan HCL 0,1 N
sebagai berikut : sebanyak 5 gram sampel dibungkus dalam kertas saring dan
kemudian lakukan reflux selama 6 jam. Lalu labu berisi reflux dipanaskan dalam
oven dengan suhu 105ºC. setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
harus dibilas dulu dengan eluen yang akan digunakan selama 2-3 jam. Begitu pula
syringe yang akan digunakan dibilas dengan akuades. Analisis asam amino
ml, dan kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 110ºC selama 24 jam.
Pemanasan dalam oven dilaukan untuk menghilakan gas udara yang ada pada
sampel agar tidak mengganggu kromatogram yang dihasilkan. Selain itu,
dalam labu evaporator 50 ml, dibilas dengan 2 ml HCL 0,01 N dan cairan bilasan
dimasukan kedalam labu evaporator. Proses ini diulangi hingga 2-3 kali. Sampel
mengubah sistein menjadi sistin. Sampel yang sudah kering ditambah dengan 5 ml
10,4 pada sampel dengan perbandingan 1:1, kemudian ke dalam vial kosong yan
seyawa yang ada pada sampel. Larutan stok OPA dibuat dengan cara
0,050 ml dan buffer kalium borat 1 M, pH 10,4 sebanyak 1 ml. simpan larutan
dalam botol berwarna gelap pada suhu 4ºC dan akan stabil selama 2 minggu
asam amino selesai. Waktu yang diperlukan sektas 25 menit. Untuk perhitungan
kosentrasi asam amino yang ada pada bahan, dilakukan pembuatan kromatogram
standar dengan menggunakan asam amino yang telah siap pakai yang mengalami
Kadar asam amino dalam 100 gram bahan dihitung dengan rumus :
Irianto, H.E. 2008. Produk Ikan Fermentasi Tradisional Indonesia. Jakarta: Balai
Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Ray, B. & A. Bhunia. 2008. Fundamental food microbiology.4th ed. CRC Press
Boca Raton:xxxvii+492 hlm.
Suparmi, Amrizal dan Dahlia. 2017. Fortifikasi Hidrolisat Udang Rebon (Mysis
relicta) pada Sagu Instan sebagai Produk Unggulan Daerah Riau. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Riau.
Winarno F.G. 2008. Kimia pangan dan Gizi. Jakarta Gramedia Pustaka Utama.
KARAKTERISTIK MUTU KIMIA DAN SENSORI
CINCALOK YANG DIBUAT DENGAN
METODE BACK˗SLOPPING
OLEH
STEFANI RANI AUDINA