Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PARAKTIKUM PENGAWETAN MAKANAN

Pengawetan Telur Asin

OLEH

Agung Dwi Septiano Sila


NIM. 8420520170230

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SOE
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberi limpahan rahmat, tuntunan dan hidayah-Nya, maka penulisan Laporan
Praktikum yang berjudul “Pengawetan Telur Asin” yang dilaksanakan pada tanggal
10 Juni 2020 dapat selesai dengan baik.
Laporan Praktikum ini disusun sebagai salah satu tugas pada Mata Kuliah
Pengawetan Makanan di Program Studi Pendidikan Biologi. Penyusunan Laporan
Praktikum ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan SoE
2. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
3. Marlince Leo., M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengawetan
Makanan
4. Teman-teman seperjuangan Program Studi Pendidikan Biologi 2017, terima
kasih atas semua bantuan dan dukungan kalian.

Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Praktikum ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Sebagai akhir kata, Semoga apa yang telah diperoleh dalam penyususnan
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai salah satu referensi.

SoE, 10 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar .................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telur ........................................................................................................ 3
2.2. Pengawetan Telur ................................................................................... 6
2.3. Kualitas Telur Asin ................................................................................. 7
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan Tempat .................................................................................. 8
3.2. Alat dan Bahan......................................................................................... 8
3.3. Prosedur Praktikum.................................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 9
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 12
5.2. Saran ........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
LAMPIRAN ........................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi oleh
semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Makanan memiliki arti penting
bagi kehidupan manusia, karena didalam makanan memiliki zat-zat penting
yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai energi untuk melakukan aktifitasnya.
Salah satu jenis makanan yang pada umumnya sering dikonsumsi oleh
sebagian masyarakat adalah telur. Hal ini dikarenakan telur adalah salah satu
sumber protein hewani yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Nilai
gizi pada telur terdiri dari 13 % protein, 12 % lemak dan sisanya adalah
vitamin dan mineral. Kandungan-kandungan gizi tersbut terdapat pada kuning
dan putih telur.
Selain dimanfaatkan oleh manusia, kandungan gizi yang ada pada
telur tersebut juga sering mudah dimanfaatkan oleh berbagai mokroba yang
beberapa diantaranya bersifat pathogen, untuk pertumbuhannya. Hal tersebut
mengakibatkan digolongkan sebagai bahan pangan yang bersifat perishable
food (pangan mudah rusak) ) karena sangat rentan terkontaminasi oleh
mikroorganisme pembusuk maupun mikroorganisme patogen. Sehingga
mengakibatkan menurunnya kualitas serta daya simpan telur.
Menyikapi akan hal tersebut, makan beberapa kelompok masyarakat di
Indonesia telah menerapkan suatu metode pengawetan telur yang dilakukan
dengan cara penggaraman sehingga menghasilkan telur dengan karakteristik cita
rasanya adalah asin (telur asin).
Menurut Astawan 2011, “telur asin asin merupakan salah satu metode
untuk mengawetkan telur. Teknik ini telah ada dan dilakukan sejak dahulu
dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan telur sekaligus menambah
cita rasanya”. Namun sayagnya, teknik ini sudah mulai ditinggalkan oleh
sebagian besar masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, maka secara teoritis melalui kegiatan praktikum
ini, penulis tertarik untuk mengkaji tentang teknik pengawetan telur
menggunakan metode pengasinan (telur asin).
1
1.2. Tujuan
Berdasarkan ulasan dari latar belakang yang tersaji diatas, maka tujuan
dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pengawetan telur
menggunakan metode pengasinan (pengawetan telur asin).

1.3. Manfaat
Berdasarkan tujuan dari praktikum “Pengawetan Telur Asin”, maka
manfaat dari laporan praktikum ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
untuk dilaksanakannya kegiatan praktikum selanjutnya serta sebagai sarana
informasi dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telur
Telur adalah salah sautu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang
lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. Kandungan gizi sebutir telur ayam
seberat 100 gram terdiri dari protein 12,8 gram, karbohidrat 0,7 gram, lemak 11,5
gram, vitamin dan mineral. Lebih lamjut dijelaskan bahwa telur merupakan
sumber protein terbaik karena mengandung semua unsur asam amino esensial
yang dibutuhkan oleh tubuh. Asam amino sangat penting untuk tubuh manusia,
karena tidak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi oleh
makanan. Semua asam amino tersebut terdapat dalam komponen-komponen
telur.
Telur pada dasarnya terdiri atas beberapa komponen. Menurut Ginting
2007, komponen-komponen tersebut diantaranya adlah sebagai sebagi
berikut :
1. Putih telur
Putih telur terdapat di antara kulit telur dan kuning telur. Bagian
putih telur ini sering disebut dengan albumin. Pada putih telur ini lebih
banyak mengandung protein. Putih telur mengandung lima jenis
protein, yakni ovalbumin, ovomakoid, ovomucin, ovokonalbumin, dan
ovoglobulin. ovolbumin merupakan zat protein yang paling banyak
terdapat pada bagian putih telur, yaitu dapat mencapai sekitar 75%”.
Bagian putih telur terdiri atas tiga lapisan yang berbeda, yaitu lapisan
tipis putih telur bagian dalam (30%), lapisan tebal putih telur (50%),
dan lapisan tipis telur luar (20%). Pada telur segar, lapisan putih telur
tebal bagian ujungnya akan menempel pada kulit telur. Putih telur
tebal dekat kuning telur membentuk struktur seperti label yang disebut
kalaza. Di bagian putih telur juga terdapat protein antimikroba yang
disebut lisozim. Fungsi protein tersebut adalah membantu
memperlambat proses kerusakan telur.

3
2. Kuning telur (Yolk)
Kuning telur merupakan bagian yang paling penting pada isi
telur. Kuning telur ini umumnya banyak disukai oleh masyarakat.
Karena mempunyai nilai gizi yang tinggi dan rasanya yang enak.
Menurut Sarwono (1994) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri
dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”. Kuning
telur berbatasan dengan putih telur dan dibungkus oleh suatu lapisan
yang disebut membran vitelin. Membran ini tersusun oleh protein
yang disebut keratin. Keratin umumnya kuning telur berbentuk bulat,
berwarna kuning atau orange terletak pada pusat telur dan bersifat
elastis. Warna kuning pada kuning telur disebabkan oleh kandungan
santrofil yang berasal dari makanan ayam. Pigmen lain yang banyak
terdapat di dalamnya adalah pigmen karatenoid. Kuning telur pada
telur segar berbentuk utuh dikelilingi oleh membran vitelin yang kuat.
Sebenarnya, kuning telur tersusun atas dua lapisan yaitu lapisan putih
dari kuning telur dan lapisan kuning dari kuning telur. Kedua lapisan
tersebut memiliki pusat yang sama.
3. Kulit telur (Shell)
Kulit telur merupakan bagian telur yang paling keras,
permukaannya halus dan juga mempunyai warna kulit yang berbeda-
beda (kulit telur ayam berwarna putih, kuning, sampai coklat, telur itik
berwarna kehijauan dan warna kulit telur burung puyuh ditandai
dengan adanya bercak-bercak dengan warna tertentu). Kulit telur
terdiri dari 4 bagian yaitu lapisan kutikula, lapisan kulit terang, lapisan
mamilaris, dan lapisan membran. Menurut Sarwono (1994) bahwa
“Lapisan kutikula merupakan lapisan paling luar yang menyelubungi
seluruh permukaan telur”.
Kulit telur selain terdiri dari bagian yang sangat kuat dan kaku,
juga kulit telur berfungsi sebagai penghalang atau penjaga isi telur
dari serangan bakteri perusak dari luar. Kulit telur yang sedikit saja
mengalami kerusakan (retak/berlubang), akan memudahkan mikroba
masuk dan dapat membusukkan seluruh isi telur. Pada bagian kulit
telur terdapat banyak pori-pori dengan ukuran yang berbeda-beda.

4
Menurut Winarno 2002 mengatakan bahwa “Jumlah pori-pori telur
bervariasi antara 100-200 buah per cm”. Setiap cm kulit telur ayam
atau bebek terdapat 7500 buah pori dengan penyebaran yang berbeda-
beda. “Ukuran pori telur ayam dan bebek memiliki lebar 9-38 mikron
dan panjang 13-54 mikron”. Dengan banyaknya pori-pori dan ukuran
bakteri lebih kecil dari pori menyebabkan bakteri dapat masuk ke
dalam bagian telur.
4. Rongga udara (Air Cell)
Telur memiliki dua selaput pelindung diantara kulit telur dan
putih telur. Sesudah telur diletakkan, rongga udara terbentuk diantara
selaput telur. Semakin telur bertambah tua, kehilangan uap basah
(moisture), & menyusut maka rongga udara akan semakin membesar
yang mengakibatkan telur yang sudah lama akan melayang apabila
diletakkan ke dalam air. Selengkapnya akan dijelaskan di bagian
tanda-tanda kerusakan telur.
5. Chalazae
Chalazae adalah tali dari putih telur yang mempertahankan
kuning telur agar tetap ditengah – tengah telur. Telur ayam ras
memiliki fisik terdiri dari 10% kerabang (kulit telur, cangkang), 60%
putih telur dan 30% kuning telur. Akan tetapi secara umum telur
terbagi atas tiga komponen pokok, yaitu kulit telur atau cangkang
(11% dari bobot tubuh), putih telur (57% dari bobot tubuh) dan kuning
telur (32% dari bobot tubuh). Telur sangat tahan terhadap kehilangan
isi karena ketahanan kerabang terhadap penyusup zat cair atau
perbanyak jasad renik. Telur utuh terdiri atas beberapa komponen
yaitu air 66% dan bahan kering 34% yang tersusun atas protein 12%,
lemak 10%, karbohidrat 1% dan abu 11%. Kuning telur adalah salah
satu komponen yang mengandung nutrisi terbanyak dalam telur.
Kuning telur mengandung air sekitar 48% dan lemak 33%. Kuning
telur juga mengandung vitamin, mineral, pigmen, & kolestrol. Putih
telur terdiri atas protein terutama lisosin yang memiliki kemampuan
anti bakteri untuk membantu mengurangi kerusakan telur.

5
2.2. Pengawetan telur
Usaha pengawetan telur sangat penting untuk mempertahankan kualitas
telur ayam ataupun bebek. Hal tersebut dikarenakan telur merupakan jenis bahan
makanan yang tergolong dalam bahan pangan mudah ruasak. Salah satu
penyebab kerusakan telur adalah karena terjadinya pertumbuhan mikroba pada
telur tersebut. Supaya telur dapat bertahan kualitasnya serta memperpanjang daya
simpannya, maka dilakukan proses pengawetan. Tujuan pengawetan telur adalah
untuk mengurangi jumlah awal sel jasad renik didalam telur, memperpanjang
fase adaptasi semaksimum mungkin sehingga pertumbuhan mikroba diperlambat,
memperlambat fase pertumbuhan logaritmik , dan mempercepat fase kematian
mikroba. Prinsip pengawetan telur adalah untuk :
1. Mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur.
2. Mencegah keluarnya air dari dalam telur.

Salah satu cara pengawetan telur yang sering dilakukan adalah


pengasinan (telur asin). Cara pengawetan telur asin dengan menggunakan adonan
garam akan menghasilkan telur asin yang jauh lebih bagus mutunya, warna lebih
menarik, serta cita rasa yang lebih enak. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa
asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen
(oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim
perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur. Berkurangnya kadar air
menyebabkan telur menjadi lebih awet karena air digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan. Pada umumnya konsentrasi garam 10-15%
sudah cukup untuk membunuh sebagian besar jenis mikroba, kecuali bakteri
halofilik yaitu bakteri yang tahan terhadap garam yang tinggi seperti
Staphylococcus aureus, yang dapat tumbuh pada larutan garam 11-15%, bila pH
nya 5-7.
Menurut Sukendra 2005, untuk menghasilkan telur asin yang memiliki
kualitas yang baik diperlukan waktu 12 hari pengasinan. Proses pengasinan telur
memerlukan waktu selama 15 – 30 hari. Sedangkan proses pengasinan dengan
larutan garam jenuh memerlukan waktu sekitar 7 – 10 hari. Lama waktu proses
tersebut masih menjadi permasalahan yang harus dipecahkan, karena selain lama
perendaman erat kaitannya dengan efisiensi waktu proses pengasinan telur, juga

6
erat kaitannya dengan karakteristik organoleptik telur asin yang dihasilkan. Kulit
telur ayam yang lebih tipis jika dibandingkan kulit telur bebek membuat garam
lebih mudah masuk ke dalam telur ayam jika dibandingkan ke dalam telur bebek,
sehingga untuk telur ayam seharusnya tidak perlu menggunakan waktu yang
sama dengan pengasinan pada telur bebek.

2.3. Kualitas Telur Asin


Menurut Astawan 2001, kualitas telur asin pada dasarnya ditentukan oleh
dua aspek yaitu kualitas bagian dalam dan kualitas bagian luar telur. Kualitas
bagian dalam meliputi kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan
ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur. Sedangkan
kualitas bagian luar meliputi bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan,
dan kebersihan kulit telur.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa unuk penilaian terkait mutu telur asin dapat
dilakukan dengan menggunakan parameter sberikut:
1. Telur asin stabil sifatnya, artinya dapat disimpan lama tanpa mengalami
kerusakan. Semakin banyak garam yang digunakan dan semakin lama
waktu pengasinan, telur akan semakin awet dan asin. Setiap orang
mempunyai selera yang berbeda mengenai rasa asin ini. Karena itu,
penggunaan garam dan waktu pengasinan sebaiknya dibatasi.
2. Aroma dan rasanya enak. Telur asin yang baik akan bebas dari rasa amis,
pahit, bau amoniak, bau busuk, serta rasa dan bau lainnya yang tidak
diharapkan.
3. Telur asin yang baik hanya mengandung minyak di bagian pinggirnya
saja.
4. Apabila campuran adonan garam yang digunakan tidak sempurna, yang
dihasilkan adalah putih telur yang berwarna kebiruan. Bila ke dalam
adonan ditambahkan sedikit kapur, putih telur akan berwarna kekuningan.
5. Letak kuning telur yang dikehendaki adalah di tengah-tengah. Apabila
bergeser, kemungkinan penyebabnya adalah telur segar yang digunakan
sudah rusak atau peletakan telur dalam tempayan tidak tepat. Sebaiknya
telur diletakkan dengan bagian tumpulnya menghadap ke atas.

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2020, bertempat
di Lab Sains Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Soe. Jl. Badak No
5a Lokasi II SMK Negeri 1 Soe.

3.2. Alat dan Bahan


Dalam kegiatan praktikum ini, tidak terlepas dari penggunaan alat dan
bahan yang menunjang berjalannya kegiatan ini, berikut adalah alat dan bahan
yang gunakan:
1. Alat :
 Wadah plastik
 Pengaduk
2. Bahan :
 4 butir telur ayam kampung
 200 gram garam
 200 gram batu bata merah yang dihaluskan
 Air bersih
3.3. Prosedur Praktikum
1. Memilih telur yang bermutu (tidak retak dan busuk) sebagai bahan praktikum
2. Membuat adoanan pengasin yang terdiri dari campran abu bata merah dan
garam dengan perbandingan 1:1.
3. Menambahkan air ke dalam adonan mengasinan
4. Membungkus telur menggunakan adonan pengasin dengan ketebalan 1 cm -2
cm.
5. Meletakan telur pada wadah plastik untuk dilakukan pemeraman selama 7-14
hari.
6. Setelah waktu pemeran selesai, langkah selanjutnya adalah membongkar
adonan yang membaluti dengan cara menyirami air secara perlahan
7. Langkah terakhir adalah merebus telur yang telah dibongkar dari adonan
tersebut.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua metode, yaitu perendaman


dan metode pemeraman. Metode pemeraman adalah metode pengawetan telur
dengan cara merendam telur didalam larutan garam. Langkah-langkah pada metode
ini meliputi proses pembuatan laurtan garam dan proses perendaman. Sedangkan
metode pemeraman adalah metode pengawetan telur dengan cara membaluti telur
dengan adonan garam yang dicampurkan dengan tanah liat, atau abu gosok atau
bubuk bata merah. Telur yang telah dibaluti oleh adonan tersebut kemudian akan
diperam dalam kurun waktu tertentu. Langkah-langkah pengerjaan pada metode ini
meliputi proses pembuatan adonan (pencampuran air, garam dan bubuk bata atau
tanah liat atau abu gosok dan proses pemeraman).
Berdasarkan bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini, maka jenis
metode pengawetan telur asin yang digunakan pada praktikum ini adalah
pemeraman. Hal tersebut dikarenakan adanya penggunaan garam dan bubuk bata
merah. Selain itu, tahapan pelaksanaannya meliputi proses pembuatan adonan
pengasinan (campuran garam, bubuk bata merah dan air), proses pembungkusan telur
menggunakan adonan, dan proses pemeraman yang dilakukan selama 14 hari.
Dari keseluruhan proses tersebut, hasil akhir yang diperoleh ialah telur yang
memiliki karakteristik asin dan berwarna biru. Berdasarkan pembahasan yang tersaji
pada tinjauan pustaka (2.2.), karakteristik kebiruan pada telur asin yang dihasilkan
dipengaruhi oleh adanya pencapuran adonan garam yang tidak sempurna. Sedangkan
cita rasa asin dpengaruhi oleh adanya proses resapan molekul garam dari adonan
pengasinan kedalam telur selama proses pemeraman berlangsung (14 hari).
Jenis garam yang digunakan pada kegiatan praktikum ini adalah garam kristal
yaang memiliki struktur kasar menyerupai butiran pasir. Akan tetapi, pada saat
proses pembuatan adonan pengasinan, struktur garam tersebut mengalami pelarutan
akibat adanya penambahan air pada adonan pengasinan. Dengan adanya proses
pelarutan pada garam tersebut, maka selama proses pemeraman telur berlangsung,
akan terjadinya peristiwa dehidrasi osmosis.

9
Peristiwa dehidrasi osmosis adalah sutu proses pengurangan air dari suatu
bahan dengan cara membenamkan atau membaluti bahan bahan tersebut dalam suatu
larutan berkonsentrasi tinggi, larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis tinggi.
Menurut Kastaman 2005, dehidrasi osmosis (osmotic dehydration) merupakan
proses perpindahan massa secara simultan (countercurrent flows) antara keluarnya
air dari bahan dan zat terlarut berpindah dari larutan ke dalam bahan. Aplikasi
dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan telur, terlihat dengan keluarnya air dari
dalam telur bersamaan dengan masuknya larutan garam ke dalam telur.
Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-
pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. Garam NaCl mula-
mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah
yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat
pertumbuhan mikroba pada telur. Makin lama dibungkus dengan adonan, makin
banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya, sehingga telur menjadi semakin
awet dan asin.

10
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analsis pada kegiatan praktikum “Pengawetan Telur
Asin” diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Cara pengawetan telur asin dapat dilakukan melalui 2 cara yakni
perendaman dan pemeraman.
2. Berdasarkan cita rasa dan warna. Telur yang diasinkan dapat menghailkan
warna merah yang disebabkan oleh ketikmasimalan pencampuan garam
pada proses pembuatan adoan. Sedangkan rasa asin yang diperoleh
disebabkan oleh adanya perostiwa dehidrasi osmosis selama proses
pemeraman.

5.2. Saran
Berdasarkan penjabaran materi serta hasil yang telah dibahas dalam
laporan praktikum ini, maka melalui kesempatan ini, adapula beberapa saran
yang diberikan diantaranya :
1. Bagi mahasiswa : Melakukan kegiatan praktikum lanjutan mengenai
Pengawetan Telur Asin dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan proses pembuatan adonan pengasinan dan waktu
pemeraman dengan baik sehingga dapat menghasilkan produk (telur
asin) yang baik.
2. Bagi masyarakat umum : Mengaplikasikan teknik pengawetan telur
asin dalam kehidupan sehari-hari guna memperpanjar daya simpan
serta meminimalisir terjadi kerusakan pada telur yang hendak
dikonsumsi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, N. 2007. Penuntun Praktikum Teknologi Hasil Ternak. USU Repositori.


Jakarta.

Astawan, Made. 2011. Teknik Pengolahan Bahan Pangan. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Sukendra. 2005 Cara Membuat Telur Asin.


http://sudut-bacaan.blogspot.com/2013/11/ragam-cara-membuat-
telur-asinsederhana.html [Diakses 12 Juni 2020]

Fadhila, Tri Marta. 2011. Studi eksperipen pembuatan roti tawar dengan substitusi
tepung ubi jalar ungu (Ipomea batatas).
http://martafadhilah.blospot.com/2011/10/studi-eksperimen-
pembuatan-roti-tawar.html. [Diakses 19 Juni 2020]

kastaman 2005. Praktikum Telur Asin.


http://www.replubika.co.id//2005/07/makalah-telurasin.html
[Diakses 12 Juni 200]

12
LAMPIRAN
Dokumentasi

Gambar 1.
Proses Persiapan Bahan Pengasin

Gambar 2.
Proses Pencampuran Bahan Pengasin

Gambar 3.
Proses Pembuatan Adonan Pengasin

13
Gambar 4.
Proses Pembalutan Telur Menggunakan Adonan

Gambar 5. Gambar 6.
Proses Pemeraman Hasil Akhir (Telur Asin)

14
15

Anda mungkin juga menyukai