NURNANINGSIH. K
NPM : 2018030021
Penilaian status gizi secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan
untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik
yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung, secara umum terdiri
dari dua bagian yaitu :
2) Pemeriksaan Fisik
Melakukan pengamatan terhadap perubahan fisik, yaitu semua perubahan yang
ada kaitannya dengan kekurangan gizi. Perubahan – perubahan tersebut dapat dilihat
pada kulit atau jaringan epitel, yaitu jaringan yang membungkus permukaan tubuh,
seperti: rambut, mata, wajah, mulut, lidah, gigi, dan lain – lain serta kelenjar tiroid.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui teknik :
Inspeksi atau periksa pandang,
Inspeksi adalah proses pengamatan dengan menggunakan mata (periksa pandang)
inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda – tanda fisik yang berhubungan dengan
status fisik. Inspeksi dilakukan secara terperinci dan terfokus pada ukuran, bentuk,
posisi, kelainan anatomis organ, warna, tekstur, penampilan, pergerakan dan
kesimetrisan. Mulailah melakukan inspeksi saat bertemu dengan klien, amati dari hal –
hal umum kemudian ke hal – hal khusus.
Palpasi atau periksa raba,
Perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.
digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk,
konsistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan / organ
tubuh.Merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan
yang tidak terlihat.
Perkusi atau periksa ketuk
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan
menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi
jaringan.
Auskultasi atau pemeriksaan menggunakan stateskop
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.
Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Komisi ahli WHO yang dikutip oleh Jelliffe (1966) dan Jelliffe (1989),
mengelompokkan tanda – tanda klinis menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
Kelompok 1 : Tanda – tanda (sign) yang memang benar berhubungan dengan kurang
gizi bisa karena kekurangan salah satu zat gizi atau lebih yang
dibutuhkan tubuh.
Kelompok 2 : Tanda – tanda (sign) yang membutuhkan investigasi (penyelidikan)
lebih lanjut. Tanda – tanda ini mungkin karena gizi salah atau mungkin
oleh faktor lain, seperti: kehidupan dibawah standar (miskin), buta
huruf.
Kelompok 3 : Tanda – tanda (sign) yang tidak berkaitan dengan gizi salah walaupun
Hampir mirip. Tanda – tanda ini dalam diagnosis untuk
membedakannya memerlukan keahlian khusus.
2. Wajah
Kelompok 1. Berhubungan dengan kekurangan gizi
o Penurunan pigmentasi (defuse depigmentation) yang tersebar secara berlebih apabila
disertai anemia
o Pengeringan selaput mata (conjunctival xerosis)
o Bintik bitot (bitot’s spot)
o Pengeringan kornea (cornea xerosis)
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
o Perinasal veins: suatu keadaan yang mungkin disebabkan konsumsi alkohol berlebihan
3. Mata
Kelompok 1. Berhubungan dengan kekurangan gizi
o Selaput mata pucat (pale conjunctiva). Tanda- tandanya: muka pucat. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan perbandingan warna.
o Keratomalasia. Keadaan permukaan halus/lembut dari keseluruhan bagian tebal atau
keseluruhan kornea, terutama kebocoran (perforation) dan prolapse selaput iris (selaput
pelangi), yang biasanya mempengaruhi kedua mata. Jika kondisinya buruk, kornea
berwarna putih buram (sommer 1982)
o Angular palpebritis. Tanda – tandanya: celahan/rekahan di sebelah luas/sisi mata dan
kadang – kadang sangat erat kaitannya dengan angular stomatitis.
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
o Corneal arcus. Ini ditunjukkan dengan lingkaran berwarna terang mengelilingi sisi
sebelah luar kedua selaput iris dan biasanya terjadi pada usia remaja dan pada
pengidap kolesterol darah yang tinggi
o Xanthomata. Ditandai dengan warna putih kekuningan sering membentuk plak pada kulit
yang kebanyakan terdapat dibawah mata (bagian bilateral).
Kelompok 3. Tidak berhubungan dengan kekurangan gizi
o Pterygium: Luka ini disebabkan oleh sesuatu berbentuk sayap yang dihasilkan oleh
lipatan – lipatan ganda yang berdaging dari konjungtiva, tumbuh cepat dan biasanya
menyerang kornea bagian lateral. Kemungkinan penyebabnya adalah iritasi yang
berlangsung lama, terutama karena sinar matahari dan angin.
4. Bibir
Kelompok 1. Berhubungan dengan kekurangan gizi
o Angular stomatitis. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan celahan pada sudut –
sudut mulut. Celahan ini bisa dangkal atau dalam, membentuk daerah kecil pada sudut
mulut atau menyebar beberapa millimeter pada kulit di luarnya. Sedikit luka terlihat lebih
mudah dengan mulut setengah terbuka. Tanda ini harus dilihat positif jika terjadi pada
kedua sudut mulut.
o Jaringan parut angular. Angular stomatitis yang telah sembuh mungkin mengakibatkan
bekas luka menjadi merah muda atau memutih pada sudut – sudut mulut, tergantung
pada interval akutnya.
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
o Depigmentasi kronis pada bibir bawah
5. Lidah
Kelompok 1. Berhubungan dengan kekurangan gizi
o Edema dari lidah. Ini dapat dideteksi dengan cara menekan gigi sepanjang tepi lidah
o Lidah mentah atau scarlet. Lidah berwarna merah cerah, biasanya berukuran normal
atau perlahan – lahan mengalami atrofi, denudasi/pengulitan, dan sangat nyeri
o Lidah magenta. Lidah berwarna merah keunguan; mungkin bisa diikuti dengan
perubahan morfologi.
o Atrofi papilla (papilla atrophic). Papilla filiform yang telah hilang membuat lidah tampak
halus. Penyebarannya bisa di tengah atau di tepi.
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
o Papilla hiperamic dan hipertrophic. Papilla ini hypertrophic dan berwarna merah atau
merah muda, dan menyebabkan lidah bergranula (seperti stroberi merah).
o Fissures. Keadaan pecah – pecah pada permukaan lidah tanpa papilla pada pinggirnya
atau permukaan bawahnya.
Kelompok 3. Tidak berhubungan dengan kekurangan gizi
o Geographic tongue. Keadaan lidah dengan daerah bintik yang terdistribusi tidak teratur
dari denudasi dan atrophy epitelium. Ini tidak terasa sakit dan nyeri. Penyebabnya tidak
jelas dan tidak ada perawatan yang kelihatan efektif.
o Pigmented tongue. Adanya daerah berbintik dengan pigmentasi berlendir biru - hitam,
kadang - kadang disertai dengan bintik yang sama pada gusi; ini mirip dengan area
biru – hitam dari pigmentasi meningkat yang terlihat pada orang – orang yang berkulit
gelap, biasanya kulit punggung bawah dan terutama terlihat pada anak baru lahir
sebelum pigmentasi dewasa penuh terjadi.
6. Gigi
Kelompok 1. Berhubungan dengan kekurangan gizi
o Mottled enamel. Pada gigi terdapat bintik putih dan kecoklatan, dengan atau tanpa erosi
pada enamel, biasanya paling baik terlihat pada gigi seri atas. Cirri ini adalah
karakteristik dari fluorosis
o Pengikisan (attrition). Pengikisan terjadi pada tepi gigi seri dan taring. Kelihatannya ini
berhubungan dengan kekerasan makanan yang membutuhkan pengunyahan relatif
lama. Ini lebih umum pada masyarakat pedesaan yang mengkonsumsi makanan
tradisional.
o Erosi email (enamel erosion). Istilah ini menggambarkan area sangat terbatas, biasanya
disekitar tepi gusi, tempat email gigi telah tererosi
7. Gusi
Kelompok 1. Berhubungan dengan kekurangan gizi
o Spongy, bleeding gums. Bunga karang keunguan atau merah yang membengkak pada
papilla gigi bagian dalam atau tepi gusi, yang biasanya mudah berdarah pada tekanan
kecil. Tanda ini dapat terjadi dengan penggunaan obat – obat tertentu yang relatif lama,
termasuk hydantoinates yang digunakan dalam pemeliharaan anak – anak pengidap
epilepsy.
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
o Recession of gums. Kerusakan dan atrofi gusi yang menampakkan akar – akar gigi. Ini
biasanya menjadi keadaan sekunder pada pyorrhoea
Kelompok 3. Tidak berhubungan dengan kekurangan gizi
o Pyorrhea (infeksi periodontal). Infeksi tepi gusi, yang menyebabkan merah dan gusi
mudah berdarah tanpa hypertrophy.
8. Kelenjar
Kelompok 1. Berhubungan dengan kekurangan gizi
o Pembesaran tiroid. Kelenjar ini terlihat dan teraba membesar. Pembesaran bisa difus
atau nodular. Inspeksi dan palpasi saat subjek menelan mungkin membantu dalam
diagnosa.
o Pembesaran parotid. Gejala ini positif jika terjadi pembekakan kronis, terlihat pada kedua
parotid. Kelenjar ini keras, tidak lunak, dan tidak nyeri. Kulit diatasnya tidak berubah.
Pembengkakan nampak pada belahan telinga tersembunyi saat subjek diamati dari
depan. Paling mudah diamati biasanya pada anak sekolah dan orang dewasa.
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
o Gynaecomastia. Pembesaran bilateral, terlihat, dan teraba pada putting dan jaringan
dada glandular subaerolar pada laki – laki.
9. Kulit
Kelompok 1. Berhubungan dengan kekurangan gizi
o Xerosis. Keadaan kulit yang mengalami kekeringan tanpa mengandung air. Faktor –
faktor yang perlu dipertimbangkan saat memperkirakan ini dan tanda – tanda kulit yang
lain berhubungan dengan lingkungan, seperti kondisi kotor, kurangnya pencucian, iklim
kering, panas, berangin, dan kebiasaan penggunaan minyak pada tubuh, dan jarang
terjadi karena genetik.
o Petechiae. Bintik haemorrhagic kecil pada kulit atau membran berlendir yang sulit dilihat
pada orang kulit gelap.
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
o Mosaic dermatosis; plaque mosaic lebar tipis, sering terdapat di tengah, tapi cenderung
mengelupas pada sekelilingnya.
o Thickening & pigmentation of pressure point; penebalan difus, dengan pigmentasi pada
titik penekan, seperti lutut, siku, dan depan belakang mata kaki. Ruas – ruas jari bisa
juga terjadi. Area yang terpengaruh bisa berkerut dengan atau tanpa celahan.
10. Kuku
Kelompok 1. Berhubungan dengan kekurangan gizi
o Koilonychia. Keadaan kuku bagian bilateral cacat berbentuk sendok pada kuku orang
dewasa atau karena sugestive anemia (kurang zat besi). Kuku yang sedikit berbentuk
sendok dapat ditemukan secara umum hanya pada kuku jempol, dan pada masyarakat
yang sering berkaki telanjang.
Kelompok 2. Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
o Transverse ridging of grooving of nails. Keadaan kuku yang memiliki lebih daripada
suatu keadaan yang ekstrem.
a. Faktor langsung
1. Konsumsi Pangan
Penilaiann konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara
pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut
daerah, golongan social ekonomi dan social budaya. Konsumsi pangan lebih sering
digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi .
2. Infeksi
Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi.
Dengan adanya infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan mengurangi konsumsi
makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak.
b. Faktor tidak langsung
1. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan makanan yang akan dibeli, pendapatan
merupakan factor yang penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan,
maka erat hubungannya dengan gizi
2. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan
sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan. Status gizi
memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan pemilihan bahan
makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang.
3. Besar Keluarga
Besar Keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat dengan distribusi
dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga. Besarnya keluarga
akan menentukan besar jumlah makanan yang dikonsumsi untuk tiap anggota keluarga.
Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit jumlah asupan zat gizi
atau makanan yang didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam jumlah
penyediaan makanan yang sama.
2) Metode penentuan
Untuk mendeteksi Kurang Energi Protein (KEP), maka perlu dilakukan pemeriksaan
(inspeksi) terhadap target organ yang meliputi:
Kulit seluruh tubuh terutama tangan, wajah, dan kaki
Otot – otot
Rambut
Mata
Hati
Wajah
Gerakan motorik
3) Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak mengalami perubahan
sesuai dengan tanda – tanda kllinis yang Kurang Energi Protein (KEP), maka ada
petunjuk bahwa anak tersebut kemungkinan besar menderita KEP. Meskipun demikian
perlu dicermati bahwa penilaian KEP masih memerlukan pengamatan lebih lanjut
apakah termasuk marasmus, kwashiorkor, atau kwashiorkor marasmus sesuai dengan
tanda – tanda yang lebih spesifik.
2) Metode penentuan
Untuk mendeteksi Anemia Gizi Zat Besi (AGB) maka perlu dilakukan pemeriksaan
(inspeksi) terhadap target organ yang meliputi:
Mata
Kuku
Bibir
Lidah
3) Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak mengalami perubahan
sesuai dengan tanda – tanda klinis anemia gizi besi, maka ada petunjuk bahwa
kemungkinan besar anak tersebut menderita Anemia Gizi Besi.
3.1 Kesimpulan
Penilaian status gizi secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat dan digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit. Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan metode klinis yang
digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda (pengamatan yang dibuat oleh dokter) dan
gejala-gejala (manifestasi yang dilaporkan oleh pasien) yang berhubungan dengan
malnutrisi
3.2 Saran
Kita perlu mengetahui dan mengembangkan pengetahuan mengenai gizi dan juga
cara penilaian status gizi tersebut, berbagai cara dalam menilai status gizi salah
satunya yaitu metode pemeriksaan klinis yang merupakan metode penting dalam
menilai status gizi yang dapat mengukur derajat kecukupan gizi suatu negara.
Kecukupan Gizi adalah banyaknya zat-zat minimal yang dibutuhkan seseorang untuk
mempertahankan status gizi yang adekuat.
Kecukupan Gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-
masing kelompok umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, kondisi khusus (hamil dan
menyusui) dan aktivitas fisik (Almatsier, 2002).
Apakah yang dimaksud Kecukupan Gizi (Nutrient Adequacy) secara lebih terperinci ?
Manusia memerlukan zat gizi untuk kelangsungan hidupnya, yang dapat diperoleh dari
makanan atau minuman. Zat gizi yang diperoleh dari makanan digunakan untuk tumbuh,
bereproduksi, dan memelihara kesehatan yang baik.
Secara definisi zat gizi merupakan substansi pangan yang memberikan energi; diperlukan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan/atau pemeliharaan kesehatan; atau bila
kekurangan atau kelebihan dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan
fisiologis tubuh. Kalau dulu zat gizi tersebut terbatas pada karbohidrat, protein, lemak,
vitamin-vitamin dan mineral, namun sekarang air ditetapkan termasuk sebagai salah satu
zat gizi.
Konsumsi pangan sangat mempengaruhi status gizi seseorang, dimana status gizi baik
apabila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara optimal.
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seperti jumlah dan kualitas pangan serta
faktor gangguan dalam sistem pencernaan yang diakibatkan oleh kelainan dan penyakit.
Status gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu
yang cukup lama. Kekurangan atau kelebihan dalam waktu tersebut akan berdampak
tehadap kesehatan. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan dampak berupa
penyakit defisiensi.
Asupan yang berlebihan dari salah satu zat gizi juga menimbulkan gangguan kesehatan
mulai dari gangguan yang ringan misalnya gangguan fungsi yang menurun bahkan sampai
gangguan yang sangat berat atau sifatnya fatal. Oleh karena itu untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal, diperlukan asupan zat gizi yang harus didapatkan dari pangan
dalam jumlah yang sesuai dengan yang dianjurkan setiap harinya. Disinilah diperlukan
suatu standar yang digunakan sebagai acuan tentang kebutuhan gizi seseorang.
Pada dasarnya kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda tergantung pada jenis kelamin,
umur, aktivitas, kondisi kesehatan/ penyakit. Laki-laki dan perempuan mempunyai
kebutuhan gizi yang berbeda, demikian pula bayi, anak-anak, orang dewasa juga
mempunyai kebutuhan yang berbeda pula.Orang dengan aktivitas yang banyak akan
mempunyai kebutuhan gizi yang lebih besar dibandingkan dengan yang beraktivitas sedikit.
Wanita hamil, orang dengan penyakit tertentu pun akan mempunyai kebutuhan gizi yang
khusus untuk mempertahankan kesehatannya.
Penentuan kebutuhan gizi berbeda antar zat gizi. Meskipun demikian berangkat dari prinsip
yang sama, yaitu penentuan angka atau nilai asupan gizi untuk mempertahankan orang
sehat tetap sehat sesuai kelompok umur atau tahap petumbuhan dan perkembangan, jenis
kelamin, kegiatan dan kondisi fisiologisnya.
Untuk mengetahui kebutuhan gizi seseorang, maka sesuai dengan amanat Undang-undang
Kesehatan (UU36/2009) bahwa Menteri Kesehatan perlu menetapkan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) bagi Bangsa Indonesia. AKG merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas
tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. AKG bila diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari akan memenuhi kebutuhan sekitar 97-98% populasi sehat.
Menteri Kesehatan telah menetapkan AKG bagi Bangsa Indonesia yang terbaru melalui
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2013. Peraturan ini mencakup : berat dan tinggi
badan, kelompok umur, energi dan zat Gizi : protein, lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin
dan mineral.
Pada Tabel berikut diuraikan Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat
dan Air yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari) :
Selengkapnya AKG untuk vitamin (14 vitamin) dan mineral (13 mineral) yang dianjurkan
untuk orang Indonesia dapat dilihat dalam Permenkes nomor No. 75/2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi bagi Bangsa Indonesia.
Dalam praktek di masyarakat penerapan AKG memerlukan ukuran porsi pangan untuk
menilai maupun merancang konsumsi pangan. Beberapa contoh perkiraan jumlah energi
(kkal) pada porsi bahan makanan dalam ukuran rumah tangga (URT) antara lain 1 porsi
nasi (3/4 gelas = 100 g) memberikan kalori 175 kalori yang juga setara dengan yang
diberikan oleh 1 porsi kentang (2 buah), singkong (1 potong), roti (3 iris). URT atau ukuran
porsi dapat diperoleh dari berbagai sumber resmi.
Pemenuhan kebutuhan zat gizi dalam sehari dapat dilakukan dengan mengonsumsi 3 (tiga)
kali makan besar (nasi,lauk hewani, lauk nabati, buah dan sayur) dan 2 (dua) kali makanan
selingan (camilan).,atau dikenal juga dengan gizi seimbang. Gizi seimbang adalah susunan
makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin, umur dan status kesehatan. Secara umum
menu makanan yang seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 50% - 65%,
protein 10% - 20%, dan lemak 20% - 30%.
Di lain pihak, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pangan yang diiringi dengan
kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, telah menggiring
masyarakat untuk mengonsumsi berbagai makanan siap saji yang berlebihan dan akan
berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
Konsumsi makanan dengan pola gizi seimbang harus memperhatikan empat prinsip dasar,
yaitu keanekaragaman pangan, aktivitas fisik yang teratur dan terukur, kebersihan diri dan
lingkungan yang terjaga, serta pantau atau pertahankan berat badan ideal.