Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM BIOKIMIA

EMPEDU - INDOL

Kelompok IV Sesi II
Lucky Puspitasari

122010101028

Yunita Wulansari

122010101044

Nugroho Priyo Utomo

122010101062

Rosita Sopwi nur Lailly

122010101066

Siti Sarah Hajar

122010101085

Abdurrozzaq

122010101086

Muhtar Ady Kusuma

122010101091

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

A. REAKSI PETTENKOFER

1.

Landasan Teori
Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak.

Asam empedu adalah pemeran utama yang manjalankan fungsi tersebut. Berikut
ini adalah hal-hal yang dilakukan asam empedu:
-

mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar dalam makanan menjadi


banyak partikel kecil agar permukaan partikel tersebut dapat diserang oleh
enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas;

membantu absorpsi produk akhir lemak yang telah dicerna melalu membran
mukosa intestinal.

2.

Tujuan

Membuktikan adanya asam empedu di dalam larutan empedu.

3.

Prinsip
H2SO4 akan menghidrolisis sukrosa menjadi fruktosa yang selanjutnya

menjadi furfural. Asam empedu akan membentuk warna merah dengan furfural.
Jika sukrosa terlalu banyak, akan terjadi arang yang tampak berwarna coklat /
hitam di bawah warna merah.

4.

Alat dan Bahan


4.1 Alat
- tabung reaksi = 1 buah
- pipet ukur = 1 buah
- bulb = 1 buah
- pipet tetes = 1 buah
- penjepit tabung reaksi = 1 buah
- rak tabung reaksi = 1 buah

4.2 Bahan
- larutan empedu encer = 2 mL
- sukrosa 10% = 1 tetes
- H2SO4 pekat = 2 mL

5.

Langkah Kerja
-

Masukkan 2 mL larutan empedu encer ke dalam tabung reaksi;

Tambahkan 1 tetes sukrosa 10% dan campurkan;

Tuangkan 2 mL H2SO4 pekat secara perlahan pada dinding tabung reaksi


yang telah dimiringkan;

6.

Amati hal yang terjadi.

Hasil

Tampak adanya lingkaran berwarna merah yang diikuti warna arang coklat dan
hitam.

7.

Pembahasan
-

Bentukan lingkaran merah menunjukkan adanya asam empedu yang


bertemu dengan furfural.

Lingkaran coklat dan hitam yang turut menyertai timbul sebagai akibat
dari jumlah sukrosa yang terlalu banyak.

B. REAKSI HAY

1.

Landasan Teori
Tahap pertama dalam pencernaan lemak adalah secara fisik memecah

gumpalan lemak menjadi ukuran yang sangat kecil sehingga enzim pencernaan
yang larut air dapat bekerja pada gumpalan lemak. Proses tersebut terjadi di dalam
duodenum di bawah pengaruh empedu Empedu mengandung banyak fosfolipid
lesitin. Molekul lesitin sangat larut air / polar. Gugus polar mendominasi dan
terlarut dalam cairan sekitarnya sehingga sangat menurunkan tegangan
antarpermukaan lemak dan membuat lemak tersebut ikut larut.

2.

Tujuan

Membuktikan bahwa empedu menurunkan tegangan permukaan air.

3.

Prinsip
Salah satu sifat empedu adalah dapat menurunkan tegangan permukaan. Hal

ini pentig untuk fungsi emulsifikasi lemak dalam usus.

4.

Alat dan Bahan


4.1 Alat
- tabung reaksi = 2 buah
- pipet ukur = 1 buah
- bulb = 1 buah
- rak tabung reaksi = 1 buah

4.2 Bahan
- air = tabung reaksi
- lautan empedu encer = tabung reaksi
- bubuk belerang secukupnya

5.

Langkah Kerja
-

Siapkan 2 buah tabung reaksi;

Masukkan larutan empedu cair ke dalam tabung reaksi I sampai setengah


tinggi tabung reaksi;

Masukkan air ke dalam tabung reaksi II sampai setengah tinggi tabung


reaksi;

Taburkan bubuk belerang secukupnya ke dalam tabung reaksi I dan II


dan diamkan sejenak;

6.

7.

Amati perbedaan antarkedua tabung.

Hasil
-

Belerang tenggelam pada tabung reaksi I.

Belerang terpung pada tabung reaksi II.

Pembahasan
-

Belerang bersifat hidrofobik. Hal ini identik dengan sifat lipid. Belerang
dapat tenggelam pada tabung reaksi I disebabkan penurunan tegangan
permukaan oleh empedu. Dominasi kandungan empedu, terutama lesitin
membuat ikatan kohesi air berkurang. Hal ini megakibatkan turunnya
tegangan permukaan sehingga belerang dapat tenggelam.

Belerang tetap terapung pada tabung reaksi II karena masih tingginya


ikatan kohesi air.

C. REAKSI GMELLIN

1.

Landasan Teori
Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning). Pigmen

ini merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah
terdisintegrasi. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang memberikan warna
kuning pada urine dan feses.

2.

Tujuan

Membuktikan adanya pigmen-pigmen di dalam empedu.

3.

Prinsip

Oksidasi zat warna empedu (bilirubin).

4.

Alat dan Bahan


4.1 Alat
- tabung reaksi = 1 buah
- pipet ukur = 1 buah
- bulb = 1 buah
- rak tabung reaksi = 1 buah

4.2 Bahan
- empedu pekat = 3 mL
- HNO3 pekat secukupnya

5.

Langkah Kerja
-

Masukkan 3 mL empedu pekat ke dalam tabung reaksi;

Tuangkan secara perlahan larutan HNO3 pekat secukupnya melalui


dinding tabung reaksi yang telah dimiringkan;

Amati hal yang terjadi.

6.

Hasil

Terbentuknya susunan cincin berwarna-warni.

7.

Pembahasan
-

Cincin warna-warni yang terbentuk merupakan hasil oksidasi pigmen


empedu.

Warna hijau mengindikasikan biliverdin dan warna jingga atau kuning


kecoklatan adalah bilirubin.

Oksidasi pigmen-pigmen empedu oleh HNO3 akan menghasilkan turunan


senyawa yang berwarna sebagai berikut:
mesobiliverdin yang berwarna hijau hingga biru,
mesobilirubin yang berwarna kuning, dan
mesobilisianin yang berwarna biru hingga ungu atau violet.

D. REAKSI JOLLES

1.

Landasan Teori
Indol merupakan hasil pembusukan asam amino triptofan oleh bakteri usus.

Indol terserap ke dalam peredaran darah dan mengalami proses detoksifikasi di


hepar melalui pengikatan dengan sulfat menjadi indoksil sulfat. Indoksil sulfat
akan dikeluarkan melalui urine dalam bentuk indikan, yaitu bentuk garam K / Na.

2.

Tujuan

Menunjukkan adanya indoksil sulfat dalam bentuk indikan di dalam urine.

3.

Prinsip
Indoksil sulfat yang di dalam urin berbentuk sebagai garam K diubah menjadi

indoksil oleh HCl. Indoksil dioksidasi oleh FeCl3 menjadi indigo biru jika
oksidasinya berlangsung cepat atau indigo merah jika oksidasinya berlangsung
lambat. Timol (naftol) melambatkan oksidasi sehingga warna yang terbentuk lebih
kemerahan.

4.

Alat dan Bahan


4.1 Alat
- tabung reaksi = 1 buah
- pipet ukur = 1 buah
- bulb = 1 buah
- pipet tetes = 1 buah
- penutup tabung reaksi = 1 buah
- penjepit tabung reaksi = 1 buah
- rak tabung reaksi = 1 buah

4.2 Bahan
- urine = 5 mL
- larutan timol 5% dalam alkohol = 15 tetes

- larutan FeCl3 0,3% dalam HCl 37% = 5 mL


- chloroform = 1 mL

5.

Langkah Kerja
-

Masukkan 5 mL urine ke dalam tabung reaksi;

Tambahkan 15 tetes larutan timol 5% dalam alkohol;

Tutup dan bolak-balikkan tabung reaksi;

Masukkan 1 mL chloroform;

Tutup dan bolak-balikkan tabung reaksi secara perlahan sebanyak 10


kali;

6.

Amati hal yang terjadi.

Hasil

Urine berwarna kuning.

7.

Pembahasan
-

Hasil uji coba menunjukkan warna kuning, bukan warna indigo biru atau
indigo merah yang diharapkan. Hal ini diduga disebabkan oleh beberapa
faktor berikut:
Sampel urine yang telah mengalami intervensi dan tidak diketahui
sebelumnya;
Ada langkah-langkah yang secara tidak disengaja kurang atau tidak
tepat pelaksanaannya sesuai panduan.

Faktor ketidakmurnian sampel urine diduga kuat sebagai penyebabnya.


Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa kelompok-kelompok lain yang
menggunakan sampel urine yang sama untuk percobaannya juga
menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan, yaitu berwarna kuning.

Anda mungkin juga menyukai