REFERAT
KOMPLIKASI DIABETES MELITUS PADA
KARDIOVASKULER
Oleh:
Ariska Nur Aida
112011101009
Pembimbing:
dr. Dwi Ariyanti, Sp. JP. FIHA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi
Diabetes melitus (DM), baik tipe 1 atau tipe 2, merupakan faktor resiko
yang kuat untuk perjalanan penyakit jantung koroner (PJK), penyakit vaskular
perifer dan stroke. 80% kematian pada pasien DM diakibatkan oleh aterosklerosis,
dibandingkan dengan 30% pada pasien non-DM. Rasio resiko relatif PJK baik
untuk laki-laki dan perempuan dengan diabetes semakin meningkat, dengan
insiden pada pasien diabetes sekitar 2 hingga 4 kali lebih besar dibandingkan
dengan non-DM. 2 tipe penyakit vaskular yang timbul yaitu penyakit
makrovaskular, menyebabkan aterosklerosis dan arteriosklerosis; dan penyakit
mikrovaskular menyebabkan retinopati, nefropati, dan kemungkinan oklusi arteri
kecil pada jantung. 1
2.2
Faktor resiko
Beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi
yang
dikarakteristik
dengan
remodeling
arteri
dan
kapsul fibrous yang tipis dan rapuh. Mekanisme kerentanan pembuluh darah pada
diabetes melitus dapat dijelaskan melalui gambar berikut :
b. Kerentanan darah
10
c. Kerentanan miokard
11
12
Beberapa faktor resiko yang dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan secara
singkat melalui gambaran berikut :
2.3
2.3.1
Patofisiologi
Dasar terjadinya peningkatan risiko Penyakit Jantung Koroner pada
2.
3.
13
Etiologi
14
endotel
disfungsi endotel.
2. Resistensi insulin dan hiperinsulinemi
Jialal dan kawan-kawan menemukan adanya reseptor terhadap insulin yaitu
IGF-I dan IGF-II pada sel-sel dari pembuluh darah besar dan kecil dengan
karakteristik ikatan yang sama dengan yang ada pada sel-sel lain. Peneliti ini
menyatakan bahwa reseptor IGF-I dan IGF-II pada sel endotel terbukti berperan
secara fisiologik dalam proses terjadinya komplikasi vaskular pada penderita
DM. Defisiensi insulin dan hiperglikemi kronik dapat meningkatkan kadar total
protein kinase C (PKC) dan diacylglycerol (DAG) yang berperan dalam
memodulasi terjadinya vasokonstriksi. Insulin juga mempunyai efek langsung
terhadap jaringan pembuluh darah. Pada penelitian terhadap jaringan pembuluh
darah dari obese Zucker rat didapatkan adanya resistensi terhadap sinyal PI3kinase. Temuan ini membuktikan bahwa resistensi insulin akan menimbulkan
gangguan langsung pada fungsi pembuluh darah. King dan kawan-kawan dalam
penelitiannya menggunakan kadar insulin fisiologis mendapatkan bahwa hormon
ini dapat meningkatkan kadar dan aktivitas mRNA dari eNOS sebesar 2 kali lipat
setelah 2-8 jam inkubasi sel endotel. Peneliti ini menyimpulkan bahwa insulin
tidak hanya memiliki efek vasodilatasi akut melainkan juga memodulasi tonus
pembuluh darah. Toksisitas insulin (hiperinsulinemi / hiperproinsulinemi) dapat
menyertai keadaan resistensi insulin/ sindrom metabolik dan stadium awal dari
DM tipe 2. Insulin meningkatkan jumlah reseptor AT-1 dan mengaktifkan Renin
15
Angiotensin Aldosterone
diidentifikasi adanya reseptor AT-1 didalam sel-sel beta pankreas dan didalam selsel endotel kapiler pulau Langerhans pankreas. Jadi, hiperinsulinemi mempunyai
hubungan dengan Ang-II dengan akibat akan terjadi peningkatan stres oksidatif
didalam pulau Langerhans pankreas akibat peningkatan kadar insulin, proinsulin
dan amilin.
3. Hiperamilinemi
Amilin atau disebut juga Islet Amyloid Polypeptide (IAPP) merupakan
polipeptida yang mempunyai 37 gugus asam amino, disintesis dan disekresi oleh
sel-sel beta pankreas bersama-sama dengan insulin. Jadi keadaan hiperinsulinemi
akan disertai dengan hiperamilinemi dan sebaliknya bila terjadi penurunan kadar
insulin akan disertai pula dengan hipoamilinemi. Hiperinsulinemi dan
hiperamilinemi dapat menyertai keadaan resistensi insulin/ sindrom metabolik dan
DM tipe 2. Terjadinya amiloidosis (penumpukan endapan amilin) didalam islet
diduga berhubungan dengan lama dan beratnya resistensi insulin dan DM tipe 2.
Sebaliknya , penumpukan endapan amilin didalam sel-sel beta pankreas akan
menurunkan fungsinya dalam mensekresi insulin. Sakuraba dan kawan-kawan
dalam penelitiannya mendapatkan bahwa pada penderita DM tipe 2, peningkatan
stres oksidatif berhubungan dengan peningkatan pembentukan IAPP didalam selsel beta pankreas. Dalam keadaan ini terjadi penurunan ekspresi enzim Super
Oxide Dismutase (SOD) yang menyertai
massa sel beta. Temuan ini menunjukkan adanya hubungan antara terjadinya stres
oksidatif dan pembentukan IAPP serta penurunan massa dan densitas sel-sel beta
pankreas. Amilin juga dapat merangsang lipolisis dan merupakan salah satu
mediator terjadinya resistensi insulin.
binding site didalam korteks ginjal, dimana amilin dapat mengaktivasi RAAS
dengan akibat terjadinya peningkatan kadar rennin dan aldosteron. Janson dan
kawan-kawan mendapatkan adanya partikel amiloid (intermediate sized toxic
amyloid particles = ISTAPs) yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel beta
pankreas, dapat mengakibatkan apoptosis dengan cara merusak membran sel beta
pankreas.
16
4. Inflamasi
Dalam beberapa tahun terakhir, terbukti bahwa inflamasi tidak hanya
menimbulkan komplikasi Sindrom Koroner Akut, tetapi juga merupakan
penyebab utama dalam proses terjadinya
17
calcified, sedangkan pada DM tipe 2 lebih seluler dan lebih banyak mengandung
lipid. Dalam suatu seri pemeriksaan arteri koroner pada penderita DM tipe 2
setelah sudden death, didapatkan area nekrosis, kalsifikasi dan ruptur plak yang
luas. Sedangkan pada penderita DM tipe 1 ditemukan peningkatan kandungan
jaringan ikat dengan sedikit foam cells didalam plak yang memungkinkan lesi
aterosklerosisnya relatif lebih stabil.
5. Trombosis/Fibrinolisis
Diabetes Melitus akan disertai dengan keadaan protrombotik yaitu
perubahan-perubahan proses trombosis dan fibrinolisis. Kelainan ini disebabkan
karena adanya resistensi insulin terutama yang terjadi pada penderita DM tipe 2.
Walaupun demikian dapat pula ditemukan pada penderita DM tipe 1. Peningkatan
fibrinogen serta aktivitas faktor VII dan PAI-1 baik didalam plasma maupun
didalam plak aterosklerotik akan menyebabkan penurunan urokinase dan
meningkatkan aggregasi platelet. Penyebab peningkatan fibrinogen diduga karena
meningkatnya aktivitas faktor VII yang berhubungan dengan terjadinya
hiperlipidemi post prandial. Over ekspresi PAI-1 diduga terjadi akibat pengaruh
langsung dari insulin dan pro insulin. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
18
19
20
2.4
diastolik.
Hiperglikemia
berhubungan
dengan
fungsi
endotel
21
Gambar 5. Skema adaptif jantung dan maladaptif modifikasi metabolik respons terhadap
diabetes dengan atau tanpa superimposed iskemia atau hipertrofi, pada kardiomiopati 1
dapat
mencegah
atau
memperlambat
timbulnya
diabetik
22
miokard pada diabetes mellitus yaitu gangguan homeostasis kalsium, upregulation sistem renin-angiotensin, peningkatan stress oksidatif, gangguan
metabolisme substrat, dan disfungsi miokard. Neuropati otonom berperan pada
perkembangan disfungsi ventrikel kiri, dimana stimulasi simpatis memperbaiki
kontraksi ventrikel kiri dan meningkatkan laju relaksasi ventrikel kiri, difasilitasi
dengan pengambilan kalsium oleh reticulum sarkoplasmik. Pada diabetes
penyimpanan katekolamin jantung berkurang/ hilang yang menyebabkan
gangguan baik fungsi sistolik dan diastolik. Kemampuan pembuluh darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolik juga terganggu dengan tonus pembuluh darah
epikard yang abnormal dan disfunsi miokard; ditandai dengan gangguan relaksasi
tergantung-endotel, suatu kerusakan yang dihubungkan dengan inaktivasi nitrit
oksida karena produk glikasi akhir yang banyak dan pembentukan radikal bebas.
Deposit dari produk glikasi akhir meningkatkan kekakuan diastolik ventrikel kiri
secara langsung dengan gangguan kolagen, atau tidak langsung dengan
meningkatkan pembentukan kolagen atau menurunkan bioavailabilitas nitrit
oksida.12,13,14
23
BAB III
KESIMPULAN
menjadi
aterosklerosis.
faktor
predisposisi
utama
perkembangan
penyakit
24
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar Djohan, Bahri. Penyakit Jantung Koroner Dan Hipertensi. Medan.
USU e-Repository; 2004. 1.
2. Supriyono, M., H, Soeharyo., Sugiri, U, Ari., Sakundarno, M. Faktor
Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) Pada Kelompok
Usia 45 Tahun. http://www.pdffactory.com. Muchid, Abdul et all.
Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner: Fokus
Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2006. 1.
3. Syed MA, Mark EC, John FD. 2000. Management of Dyslipidemia in
Adults. The American Academy Family Physician, May 1, 2000. Available
from http://www.aafp.org/afp/980501ap/ahmed.html.
4. Polineuropatiundip =http://eprints.undip.ac.id/12511/1/2002PPDS1902.pdf
5. Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC, 2005: 1261-70.
6. Majid, Abdul. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, Dan
Pengobatan Terkini. Medan: USU e-Repository; 2008. 1.
7. Handoko, Iwan. Glukosa. Jakarta 2 Januari 2007. Avaible from: URL:
http://www.klinikku.com
8. John MFA. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Jakarta: FKUI, 2006:1948-54
9. Paolo GC, Filipo C. 2007. Coronary Microvascular Dysfunction. The New
England Journal of Medicine Vol 356:830-40, No.8, February 22, 2007.
Available from http://content.nejm.org/cgi/content/full/354/4/417.
10. Ginsberg HN. 2006. Diabetic dislipidemia: basic mechanism underlying
the common hypertriglyceridemia and low HDL cholesterol levels.
Diabetes. 45(Suppl 3): S27-S30.
11. Shepherd J, Cobbe SM, Ford I, et al, for the West of Scotland Coronary
Prevention Study Group. Pathogenesis of Atherogenic Dyslipidemia. Clin
25
Invest.
1999;
29
(Suppl
2)
12-16.
www.medscape.com/viewarticle/412684_2.
12. Betram G. Katzung. Hormon Pankreas dan Obat-Obat Antidiabetes.
Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC, 1998 : 674 78. A
13. Masoudi AF, Inzucchi SE. 2007. Diabetes Melitus and Heat Failure:
Epidemiology, Mechanism, and Pharmacotherapy. Am J Cardiology; 99:
113B-132B